Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Puskesmas sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama di satu wilayah
kecamatan atau bagian wilayah kecamatan yang difungsikan sebagai Gate Keeper dalam
pelayanan kesehatan, harus dapat memberikan jaminan terhadap penyelenggara pelayanan
kesehatan masyarakat dan perorangan yang paripurna, adil, merata, berkualitas dan memuaskan
masyarakat.
Pelayanan kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan oleh suatu organisasi untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta
memulihkan kesehatan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.
Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan
setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk, serta
yang penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan standar pelayanan profesi yang telah
ditetapkan.
Dalam rangka memberikan Pelayanan kesehatan yang bermutu, maka di Puskesmas
Tegalsari sudah tersedia pelayanan Hepatitis Test yang disediakan untuk masyarakat yang
membutuhkan pemeriksaan dan pengobatan IMS serta untuk deteksi dini penyakit Hepatitis.
Strategi penanggulangan Hepatitis ditujukan untuk mencegah dan mengurangi risiko
penularan Hepatitis dari ibu ke bayi, meningkatkan kualitas pola hidup penderita, serta mengurangi
dampak sosial dan ekonomi akibat penyakit Hepatitis pada individu, keluarga dan masyarakat, agar
individu dan masyarakat menjadi produktif dan bermanfaat untuk pembangunan. Hal ini
memerlukan peran aktif multipihak baik pemerintah maupun masyarakat termasuk mereka yang
terinfeksi dan terdampak, sehingga keseluruhan upaya penanggulangan penyakit Hepatitis dapat
dilakukan dengan sebaik-baiknya, yang menyangkut area pencegahan, pengobatan, mitigasi
dampak dan pengembangan lingkungan yang kondusif.
Untuk keberhasilan program pencegahan dan pengobatan diperlukan peran aktif dari
kelompok populasi kunci yaitu : (1) Orang-orang berisiko tertular atau rawan tertular karena
perilaku seksual berisiko yang tidak terlindung, bertukar alat suntik tidak steril; (2) Orang-orang
yang rentan adalah orang yang karena pekerjaan, lingkungannya rentan terhadap penularan
Hepatitis, seperti buruh migran, pengungsi dan kalangan muda berisiko; dan (3) berbagi alat
cukur,sikat gigi bersama dengan orang yang terinfeksi.
Seperti diketahui situasi epidemi Hepatitis di indonesia telah memasuki epidemi
terkonsentrasi. Berdasarkan hasil Surveilans Indonesia menepati peringkat ke-3 dunia setelah Cina
dan India. Indonesia (1981) digolongkan sebagai negara dengan kategori endemisitas sedang sampai
tinggi, dengan kekerapan rata-rata 5.5% dengan variasi 3,5 sampai 9,1%. Perkiraan Organisasi
Kesehatan Dunia menunjukkan bahwa 100 dari petugas kesehatan di seluruh dunia mendapatkan
luka akibat jarum setiap tahunnya. Sekitar 14,4% dan 1,4% dari pekerja rumah sakit terinfeksi virus
hepatitis B. Prevalensi tertinggi petugas kesehatan yang tertular hepatitis B adalah dokter gigi.
Sedangkan perawat adalah kedua yang paling sering terinfeksi yaitu sekitar 41%, diikuti oleh dokter
PEDOMAN PENANGGULANGAN PENCEGAHAN HEPATITIS 1
sekitar 31% (Askarian, et al, 2011). Profil Data Kesehatan Indonesia tahun 2011, cakupan imunisasi
hepatitis B di Indonesia sangat bervariasi di tiap-tiap provinsi. Cakupan imunisasi hepatitis B pada
tahun 2011 mencapai 80,4%. Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia 2011, target imunisasi
hepatitis B di Indonesia telah tercapai. Prevalensi hepatitis B terbanyak adalah Jawa Timur 2,8%,
Sumatra Utara 1,71%, dan Jawa Tengah 2,15%.
Hepatitis B dan C memengaruhi jutaan orang di Kawasan Eropa. Di seluruh dunia, 500 juta
orang diperkirakan terinfeksi hepatitis B atau C. Virus ini membunuh 1,5 juta orang per tahun; 1
dari setiap 3 orang telah terpapar salah satu atau kedua virus dan kebanyakan orang yang terinfeksi
tidak mengetahuinya karena gejala tidak aktif.
Data yang baru-baru ini tersedia, menunjukkan bahwa di Wilayah Eropa WHO diperkirakan
13,3 juta orang hidup dengan hepatitis B kronis (1,8% orang dewasa) dan diperkirakan 15 juta orang
dengan hepatitis C (2,0% orang dewasa). Dua pertiga orang yang terinfeksi di wilayah ini tinggal di
Eropa Timur dan Asia Tengah. Hepatitis B menyebabkan sekitar 36.000 kematian dan hepatitis C
sekitar 86.000 kematian per tahun di Negara-negara Anggota WHO Eropa.
Jumlah kasus hepatitis B dan C yang dilaporkan di Wilayah Eropa WHO belum tentu
mencerminkan tingkat penularan sepenuhnya. Sebuah laporan sintesis intervensi yang efektif untuk
mengurangi infeksi hepatitis C dari WHO / Europe Health Evidence Network (HEN)
memperkirakan prevalensi hingga 98% di antara orang yang menyuntikkan narkoba.Pusat
Pencegahan dan Kontrol Penyakit Eropa (ECDC) memperkirakan: kejadian hepatitis B keseluruhan
1,49 per 100.000; kejadian hepatitis C sebesar 8,7 per 100.000 di Negara-negara Anggota Uni Eropa
(UE); dan prevalensi tinggi pada orang yang menyuntikkan narkoba.
Di jawa timur penderita Hepatitis mulai tahun 2015 hingga Mei 2018 mencapai 1,347
kasus,dengan penderita Hepatitis B menjadi terbanyak dengan 822 pasien, Hepatitis A berjumlah 72
orang dan 453 untuk kasus Hepatitis C (RSUD dr. Soetomo).
Berdasarkan data diatas sebagai langkah penanggulangan dan pencegahan penyakit Hepatitis
dinas kesehatan kabupaten Banyuwangi meluncurkan program Hepatitis dengan melibatkan seluruh
puskesmas yang ada dikabupaten Banyuwangi. Puskesmas Tegalsari adalah salah satu Puskesmas
yang melakukan program tersebut

B. TUJUAN PEDOMAN
Tujuan disusunnya pedoman ini sebagai acuan bagi petugas kesehatan di UPTD Puskesmas
Tegalsari dalam menyelenggarakan kegiatan Hepatitis di wilayah kerja UPTD Puskesmas
Tegalsari Kabupaten Banyuwangi. Sehingga pelayanan Hepatitis dapat dilaksanaan sesuai dengan
rencana serta memperoleh hasil sesuai yang diharapkan.

C. SASARAN PEDOMAN
Sasaran Pedoman Hepatitis Puskesmas Tegalsari meliputi:
o Pekerja seks, baik yang langsung maupun tak langsung
o Pelanggan Pekerja Seks
o Pengguna Napza Suntik (Penasun)
o Lelaki Seks Lelaki (LSL)

PEDOMAN PENANGGULANGAN PENCEGAHAN HEPATITIS 2


o Waria/ Transgender
o Ibu hamil
o Bayi dari ibu reaktif HBV
o Pasien dengan tanda,gejala,atau kondisi medis yang mengindikasikan terinfeksi Hepatitis
o Pasien IMS
o Pasien ODHA
o Mahasiswa / petugas kesehatan

D. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup pelayanan Hepatitis meliputi :
1. Kegiatan Hepatitis di dalam gedung Puskesmas Tegalsari
2. Kegiatan Hepatitis di luar gedung Puskesmas Tegalsari
Dengan jaringan pelayanan puskesmas adalah :
1. Puskesmas pembantu, Poskesdes dan Ponkesdes
2. Bidan Desa
3. Dokter, perawat
Dengan jejaring pelayanan Hepatitis puskesmas adalah :
1. Kecamatan
2. Lintar sektor lain (dinas pendidikan)
3. Kelurahan/Desa
4. Sekolah SLTP/Mts, SMK/MA
5. Pondok Pesantren
6. Lembaga kemasyarakatan (TP PKK, PWRI)

E. BATASAN OPERASIONAL
Upaya pelayanan kesehatan masyarakat Hepatitis UPTD Puskesmas Tegalsari adalah setiap
kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi
timbulnya masalah kesehatan dengan sasaran individu, keluarga dan masyarakat di wilayah kerja
UPTD Puskesmas Tegalsari.
Batasan operasional untuk Pelayanan Kesehatan Hepatitis UPTD Puskesmas Tegalsari meliputi :

1. Pengertian
Hepatitis adalah peradangan hati yang disebabkan oleh virus Hepatitis.
2. Definisi Operasional
a. Cakupan Ibu hamil yang mendapatkan pemeriksaan Hepatitis B
1) Target : tidak sesuai dengan jumlah ibu hamil diwilayah kerja Puskesmas 368
orang
b. Cakupan Pemberian HBIG pada bayi dari ibu reaktif Hepatitis.
1) Target : 100%

PEDOMAN PENANGGULANGAN PENCEGAHAN HEPATITIS 3


BAB II

STANDAR KETENAGAAN

A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA


Sumber daya utama yang diperlukan untuk penyelenggaraan Hepatitis Test UPTD
Puskesmas Tegalsari adalah Sumber Daya Manusia (SDM Kesehatan). Yang dimaksud dengan
kualifikasi SDM, sama halnya dengan job spesifikasi, yaitu minimal golongan/jabatan, masa kerja
minimal, pendidikan minimal, pengalaman kerja, nilai performance (kinerjanya), dan standar
kompetensi. Pengelolaan pelayanan Hepatitis Test hendaknya dilakukan oleh koordinator yang
mempunyai kapasitas di bidang Hepatitis. Penanggung jawab pelayanan Hepatitis UPTD
Puskesmas Tegalsari dipilih dari tenaga bidan. Untuk tenaga administrasi dipilih dari tenaga bidan,
dan petugas laboratorium dipilih dari tenaga laboratorium.
Standar kebutuhan tenaga Hepatitis di UPTD Puskesmas Tegalsari menurut analisa beban
kerja petugas adalah 5 orang petugas yang tergabung dalam Tim Hepatitis Puskesmas Tegalsari.

B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Distribusi Ketenagaan Unit Pelayanan Hepatitis UPTD Puskesmas Tegalsari

Puskesmas RTL
No Jenis Tenaga
Wajib Ada Kekurangan

1 Dokter 1 1 0 -

2 Konselor 1 1 0 -

3 RR 1 0 1 Diadakan
pelatihan RR
hepatitis

4 Laboratorium 1 1 0 -

5 Manajer Kasus 1 1 0 -

PEDOMAN PENANGGULANGAN PENCEGAHAN HEPATITIS 4


C. JADWAL KEGIATAN
Jadwal Kegiatan Pelayanan Kesehatan Program P2 Hepatitis UPTD Puskesmas Tegalsari

No KEGIATAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. Ibu hamil yang
mendapatkan
pemeriksaan
Hepatitis B
2. Pemberian
HBIG pada
bayi dari ibu
reaktif
Hepatitis
3 Follow up
Pasien
Hepatitis

PEDOMAN PENANGGULANGAN PENCEGAHAN HEPATITIS 5


BAB III
STANDAR FASILITAS

A. STANDAR RUANGAN
Denah Gedung dan Ruang Pelayanan IMS dan HIV AIDS UPT Puskesmas Tegalsari

B. STANDAR FASILITAS

Ketersediaan peralatan kesehatan sangat menentukan terselenggaranya pelayanan kesehatan


yang optimal, efektif dan efisien di Puskesmas. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia nomor 53 Tahun 2015 Tentang Penaggulangan Hepatitis Virus :
Standar Peralatan
No Jenis Layanan, Alat dan Sarana Kesehatan
Ada Belum Ada

A. Peralatan Pemeriksaan Penunjang

1 USG √

2 Biopsi Hati √

3 AFP √

4 Pemeriksaan Labolaturium √

5 ALT √

6 HBeAG √

7 Anti-HBe √

8 HBSAG √

PEDOMAN PENANGGULANGAN PENCEGAHAN HEPATITIS 6


BAB IV

TATALAKSANA PELAYANAN

A. LINGKUP KEGIATAN
1. Pelayanan Dalam Gedung Puskesmas
a. Di Tempat Pendaftaran
Pasien datang lalu melakukan pendaftaran di loket pendaftaran. Petugas loket
pendaftaran memberikan informasi umum terkait pelayanan Puskesmas. Informasi yang
disediakan meliputi alur pelayanan, jenis pelayanan, denah poliklinik, informasi
kesehatan, peraturan kesehatan (larangan merokok, membuang sampah pada tempatnya
dan lain-lain)
b. Di Ruang Tunggu
Pasien melakukan antrian kemudian dipanggil ke pelayanan KIA-KB
c. Di Ruangan KIA-KB
Pasien mendapatkan pelayanan sesuai dengan keluhannya, meliputi Pelayanan ibu
hamil (ANC), konseling Hepatitis, testing Hepatitis, pemberian informasi lainnya
berkenaan dengan program Hepatitis.
d. Di Apotek
Pasien mengambil obat yang sudah diresepkan oleh Dokter, Bidan, atau Perawat
yang terkait.
2. Pelayanan Luar Gedung Puskesmas
Pelaksanaan Hepatitis di luar gedung dilakukan oleh UPTD Puskesmas Tegalsari
bekerja sama dengan berbagai pihak potensial lainnya dengan menerapkan ABG (Advokasi,
Bina Suasana, dan Gerakan Pemberdayaan Masyarakat), yaitu :
1. Kunjungan rumah, kunjungan rumah dilakukan petugas Hepatitis maupun petugas
kesehatan lain sebagai tindak lanjut dari upaya pelayanan Hepatitis di dalam gedung.
Kunjungan rumah dilakukan terutama pasien/keluarga yang memiliki masalah kesehatan
cukup berat (Reaktif Hepatitis) atau pada pasien yang lost follow up.
2. Penyuluhan Hepatitis pada pertemuan-pertemuan lintas sektor (TP PKK Kecamatan, TP
PKK Desa/Kelurahan, Pertemuan kader di kecamatan/kelurahan/desa, Pertemuan guru SD
& TK, Siswa Sekolah (SLTP-SLTA-Pondok Pesantren).
3. Mobile VCT selain dilakukan didalam gedung juga dilakukan diluar gedung seperti di
Pustu, dan Ponkesdes bekerjasama dengan bidan wilayah setempat serta kader.
4. Advokasi stake holder (Camat Glenmore, kepala Cabang Dinas Pendidikan Kecamatan
Glenmore, Kepala Desa/Kelurahan, Ketua TP PKK Kecamatan/Desa, pendekatan untuk
meningkatkan ‘bargaining position”, memberikan “soft pressure” agar terwujud
dukungan kegiatan maupun kebijakan yang berwawasan kesehatan di wilayah kerja
masing-masing stake holder sehingga terwujud kerjasama yang harmonis.

PEDOMAN PENANGGULANGAN PENCEGAHAN HEPATITIS 7


B. METODE
Metode yang digunakan adalah aktif dan promotif.

C. LANGKAH KEGIATAN
KTS dilakukan dengan langkah-langkah meliputi:
a. Konseling pra tes;
b. Tes Hepatitis; dan
c. Konseling pasca tes
Konseling Pra Test
Konseling pra tes dapat dilakukan dengan tatap muka atau tidak tatap muka dan dapat
dilaksanakan bersama pasangan (couple counseling) atau dalam kelompok (group
counseling).

2. Konseling Pasca test


Konseling pasca tes harus dilakukan tatap muka dengan tenaga kesehatan atau konselor
terlatih.
TIPK dilakukan dengan langkah-langkah meliputi:
a. Pemberian informasi tentang Hepatitis sebelum tes;
b. Pengambilan darah untuk tes;
c. Penyampaian hasil tes; dan
d. Konseling.
Tes Hepatitis pada TIPK tidak dilakukan dalam hal pasien menolak secara tertulis.
Penyuluhan
a. Membuat Jadwal Penyuluhan.
b. Mensosialisasikan Jadwal Penyuluhan kepada sasaran
c. Melaksanakan kegiatan Penyuluhan sesuai jadwal.

PEDOMAN PENANGGULANGAN PENCEGAHAN HEPATITIS 8


BAB V
LOGISTIK

Kebutuhan Logistik untuk kegiatan Program P2 Hepatitis adalah:


A. Pemeriksaan Penunjang
1. USG
2. Biopsi Hati
3. AFP
4. Pemeriksaan Labolaturium
5. ALT
6. HBeAG
7. Anti-HBe
8. HBSAG

PEDOMAN PENANGGULANGAN PENCEGAHAN HEPATITIS 9


BAB VI
KESELAMATAN SASARAN

Keselamatan sasaran adalah reduksi dan meminimalkan tindakan yang tidak aman dalam sistem
pelayanan kesehatan sebisa mungkin melalui pratik yang terbaik untuk mencapai luaran yang optimum.
(The Canadian Patient Safety Dictionary, October 2003). Keselamatan sasaran menghindarkan sasaran
dari potensi masalah dalam pelayanan Hepatitis yang sebenarnya bertujuan untuk membantu sasaran.

Tujuan keselamatan sasaran adalah terciptanya budaya keselamatan sasaran pelayanan Hepatitis
UPTD Puskesmas Tegalsari, meningkatnya akuntabilitas (tanggung jawab) petugas Hepatitis terhadap
sasaran, menurunnya KTD (kejadian tidak diharapkan), serta terlaksananya program - program
pencegahan, sehingga tidak terjadi pengulangan KTD (kejadian tidak diharapkan).

Sasaran keselamatan sasaran pelayanan Hepatitis sebagaimana dimaksud meliputi tercapainya


hal-hal sebagai berikut :

1. Ketepatan identifikasi sasaran;


Identifikasi sasaran kegiatan yang akan menerima pelayanan Hepatitis sesuai rencana kegiatan
unit pelayanan Hepatitis yang telah disusun.

2. Peningkatan komunikasi yang efektif


Komunikasi yang efektif, akurat, lengkap, jelas dan dipahami oleh sasaran Hepatitis akan
mengurangi kesalahan dan menghasilkan peningkatan keselamatan sasaran. Evaluasi di akhir
pelayanan Hepatitis dilakukan untuk memastikan sasaran tidak salah memahami informasi yang
diberikan.

3. Peningkatan keamanan sarana Hepatitis


Memantau lokasi, bangunan dan material Hepatitis yang dapat membahayakan keselamatan
sasaran Hepatitis.

4. Kepastian tepat-lokasi, tepat-metoda, tepat-sasaran


Menyusun dan menerapkan standar operasional prosedur (SOP) pelayanan Hepatitis untuk
menghindari kesalahan lokasi, metoda dan sasaran pelayanan Hepatitis.

5. Pengurangan risiko psikososial terkait pelayanan Hepatitis


Resiko psikososial seperti bosan, mengantuk, lelah dan pusing dapat terjadi selama pelayanan
Hepatitis. Untuk meminimalisir bahkan menghindari hal tersebut diperlukan komitmen bersama
sasaran, memilih metoda yang tepat dan memberikan reward.

6. Pengurangan risiko sasaran jatuh/terluka


Memilih dan memantau lokasi pelayanan Hepatitis untuk menghindari sasaran mengalami cedera
baik dalam perjalanan maupun selama dalam ruangan menerima pelayanan Hepatitis.

PEDOMAN PENANGGULANGAN PENCEGAHAN HEPATITIS 10


Sistem Keselamatan Sasaran Pelayanan Hepatitis dilakukan dengan melakukan assesment resiko,
identifikasi resiko, dampak dan menyusun implementasi solusi untuk mengendalikan atau
meminimalkan timbulnya resiko.

Sistem Keselamatan Sasaran Unit Pelayanan Hepatitis

NO LOKASI RISIKO SASARAN DAMPAK/ PENGENDALIAN


AKIBAT
1 Dalam gedung Salah memahami Salah menerapkan  Menyampaikan
informasi yang informasi yang materi yang benar
diterima diterima dan jelas
menggunakan
metoda yang tepat.
 Mengevaluasi hasil
penyuluhan
Tempat pemeriksaan  Sakit akibat  Pemantauan berkala
kurang nyaman tersandung fisik bangunan
terpeleset,  Rambu peringatan
tertabrak
 Kepanasan,
pengap
 Kenyamanan
terganggu
2 Luar gedung Transportasi menuju Kecelakaan lalu  Pemilihan lokasi
lokasi penyuluhan lintas yang mudah dan
aman dijangkau
sasaran
Psikososial  Mengantuk  Membangun
 Pusing komitmen bersama
 Bosan  Penyampaian materi
 Lelah efektif dan efisien
 Pemilihan metoda
Hepatitis

PEDOMAN PENANGGULANGAN PENCEGAHAN HEPATITIS 11


BAB VII

KESELAMATAN KERJA

Dalam undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, Pasal 23 dinyatakan bahwa
upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) harus dilaksanakan di semua tempat kerja, khususnya
tempat kerja yang mempunyai resiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau mempunyai
karyawan sedikitnya 10 orang. Jika memperhatikan dari isi pasal diatas, maka jelaslah bahwa Puskesmas
termasuk dalam kriteria tempat kerja dengan berbagai ancaman bahaya yang dapat menimbulkan
dampak kesehatan, tidak hanya terhadap para pelaku langsung yang bekerja di Puskesmas, tetapi juga
terhadap pasien maupun pengunjung Puskesmas.
Risk Assesment melakukan identifikasi potensi bahaya atau faktor risiko dan dampak atau
akibatnya. Dari berbagai potensi bahaya tersebut, maka perlu upaya untuk mengendalikan,
meminimalisasi dan bila mungkin meniadakannya. Penyelenggaraan kesehatan kerja petugas di unit
pelayanan Hepatitis UPTD Puskesmas Tegalsari adalah sebagai berikut :
Sistem Keselamatan Kerja Unit Pelayanan Hepatitis

NO LOKASI POTENSI BAHAYA/ DAMPAK/ PENGENDALIAN


FAKTOR RISIKO AKIBAT
1 Dalam gedung Kesalahan informasi Menurunkan Menggunakan
yang diberikan tingkat referensi / rujukan
melalui media kepercayaan terpercaya/resmi.
penyuluhan sasaran
Tempat pemeriksaan  Sakit akibat  Pemantauan
kurang nyaman tersandung berkala
terpeleset,  Rambu
tertabrak peringatan
 Kepanasan,
pengap
 Kenyamanan
terganggu
2 Luar gedung Transportasi menuju Kecelakaan lalu  Penggunaan
lokasi sasaran kerja lintas APD di
perjalanan
 Pemeliharaan
kendaraan
operasional
secara rutin
Beban kerja  Stress kerja  Membangun
 Pusing komitmen
 Bosan bersama
 Lelah

PEDOMAN PENANGGULANGAN PENCEGAHAN HEPATITIS 12


BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Kinerja pelaksanaan Program P2 Hepatitis dimonitor setiap bulan dan dievaluasi setiap 3 bulan oleh
penanggung jawab UKM dengan menggunakan indicator sebagai berikut:

NO INDIKATOR TARGET

1 Ibu hamil yang mendapatkan pemeriksaan Hepatitis B 50%

2 Pemberian HBIG pada bayi dari ibu reaktif Hepatitis 100%

PEDOMAN PENANGGULANGAN PENCEGAHAN HEPATITIS 13


BAB IX
PENUTUP

Strategi penanggulangan Hepatitis ditujukan untuk mencegah dan mengurangi risiko penularan
Hepatitis, meningkatkan kualitas hidup pasien yang reaktif, serta mengurangi dampak sosial dan
ekonomi akibat penyakit Hepatitis pada individu, keluarga dan masyarakat, agar individu dan
masyarakat menjadi produktif dan bermanfaat untuk pembangunan. Hal ini memerlukan peran aktif
multipihak baik pemerintah maupun masyarakat termasuk mereka yang terinfeksi dan terdampak,
sehingga keseluruhan upaya penanggulangan Hepatitis dapat dilakukan dengan sebaik-baiknya, yang
menyangkut area pencegahan, pengobatan, mitigasi dampak dan pengembangan lingkungan yang
kondusif. Pedoman pelayanan unit Hepatitis UPTD Puskesmas Tegalsari ini menyampaikan hasil kajian
tentang ketenagaan, sarana dan pengendalian mutu pelayanan agar unit pelayanan promosi kesehatan
dapat menjalankan fungsinya secara optimal, dikelola dengan baik, baik kinerja pelayanan, proses
pelayanan maupun sumber daya yang digunakan.

PEDOMAN PENANGGULANGAN PENCEGAHAN HEPATITIS 14


DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 53 tahun 2015 Tentang Penanggulangan Hepatitis
Virus

Infodatin : Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI

PEDOMAN PENANGGULANGAN PENCEGAHAN HEPATITIS 15

Anda mungkin juga menyukai