Anda di halaman 1dari 10

PEDOMAN INTERNAL

PENYELENGGARAAN PROGRAM
HEPATITIS

DINAS KESEHATAN KABUPATEN GRESIK


PUSKESMAS CERME
Jl.Raya Cerme Kidul no 52 Cerme
Telp. (031) 7990007
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya Pedoman Internal

Pelayanan Program Hepatitis UPT Puskesmas Cerme tahun 2019. Pedoman ini merupakan

pedoman pelaksanaan program Hepatiis di wilayah kerja UPT Puskesmas Cerme. Tentunya

amat penting keberadaan pedoman ini agar pemberian pelayanan kesehatan bagi masyarakat

akan lebih efesien, efektif, proporsional, rasional, komprehensif dengan harapan agar lebih

berhasil guna dan berdaya guna.

Dalam kesempatan ini tidak lupa saya sampaikan terima kasih kepada teman-teman

yang telah membantu penyusunan pedoman ini. Tentunya dalam penyusunan pedoman ini

masih ditemukan banyak kekurangan, untuk itu adanya kritik dan masukan yang bersifat

membangun dari semua fihak sangat kami harapkan agar dalam penyusunan Pedoman di

waktu mendatang dapat lebih sempurna lagi.

Pemegang Program Hepatitis

Eka Vita Agustin Kurniawati,Amd.Keb


DAFTAR ISI (HALAMAN 2)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
B. Tujuan Pedoman
C. Sasaran Pedoman
D. Ruang lingkup Pelayanan
E. Batasan Operasional

BAB II

STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber daya manusia


B. Distribusi ketenagaan
C. Pengaturan jadwal jaga

BAB III

STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang
B. Standar Fasilitas

BAB IV

TATALAKSANA PELAYANAN (apabila UKP ) / KEGIATAN (apabila UKM)

BAB V

LOGISTIK

BAB VI

KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN /PROGRAM

BAB VII

KESELAMATAN KERJA

BAB VIII

PENGENDALIAN MUTU

BAB IX

PENUTUP
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Hepatitis merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di negara-negara
berkembang di dunia termasuk indonesia. Hepatitis adalah proses peradangan sel – sel
hati yang disebabkan oleh infeksi (Virus, parasit, Bakteri) obat-obatan, konsumsi
alkohol, lemak yang berlebihan, dan penyakit auto imun. Virus hepatitis merupakan
penyebab terbanyak. Hingga saat ini dikenal beberapa jenis Virus Hepatitis yaitu A, B,
C, D dan E. Hepatitis A dan E sering muncul sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB),
biasanya ditularkan secara fecal-oral, dan orang yang terinfeksi dapat sembuh dengan
segera.Sedangkan untuk Hepatitis B, C, D (kasus Hepatitis D jarang terjadi )ditularkan
secara parenteral, dapat menjadi kronik dan menimbulkan sirosis hati dan kanker hati .
Jenis Hepatitis yang yang banyak menginfeksi penduduk di indonesia adalah Hepatitis
B (21,8%), Hepatitis A (19,3%), Hepatitis C(2,5%). Prevalensi Hepatitis di indonesia
pada tahun 2013 sebesar 1,2 % meningkat 2 kali dibandingkan tahun 2007 sebesar
0,6%. Presentase Ibu hamil HbsAg reaktif menurut provinsi tahun 2017 di Jawa Timur
sebesar 2,77 %.
Menyadari bahwa hepatitis merupakan masalah kesehatan masyarakat dengan
dampak yang serius, maka dalam World Health Assembly ke 63 tahun 2010, indonesia
bersama dengan Brazil dan Colombia memprakarsai dikeluarkannya resolusi WHA
63.18 tentang hepatitis virus, yang menyerukan apada semua negara anggota WHO
untuk melaksanakan pengendalian hepatitis virus secara komprehensif. Sebagai salah
satu negara pemrakarsa resolusi WHA 63.18 tentang hepatitis virus , maka sejak
dikeluarkannya resolusi tersebut, upaya pengendalian hepatitis lebih ditingkatkan di
indonesia dengan melaksanakan berbagai program /kegiatan dalam menurunkan angka
kesakitan dan kematian Penyakit tersebut di indonesia.

B. Tujuan Pedoman
1. Tujuan Umum
Melaksanakan kegiatan program Hepatitis secara berhasil guna dan berdaya
guna dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi
tingginya
2. Tujuan Khusus
 Meningkatkan Pengetahuan dan Kesadaran masyarakat tentang Hepatitis
 Menurunkan kejadian penularan hepatitis
 Menurunkan angka kesakitan dan kematian hepatitis
 Meningkatkan kualitas hidup penderita hepatitis

C. Sasaran Pedoman
Sasaran Program Hepatitis di Puskesmas Cerme adalah Ibu hamil dan Kelompok Risti
(Keluarga yang tinggal serumah dengan penderita Hepatitis B, Tenaga Kesehatan)

D. Ruang lingkup
Ruang lingkup pedoman ini meliputi :
1. Deteksi Dini Hepatitis B Pada Ibu Hamil dan tatalaksana kasus sesuai standar
2. Deteksi Dini Hepatitis B Kelompok Risti dan tatalaksana kasus sesuai standar
3. Penyuluhan Kesehatan Kepada Masyarakat
4. Pencatatan dan Pelaporan Program Hepatitis ke Dinas Kesehatan
E. Batasan Operasional
Pelaksanaan Deteksi Dini Hepatitis B pada ibu hamil dan Bayi usia 9-12 bulan yang
lahir dari bumil reaktif hepatitis dilayani di poli KIA. Sedangkan pada Kelompok risti
di Poli Umum.

BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber daya manusia


Pelaksanaan Deteksi Dini Hepatitis B dilaksanakan oleh tim yang telah
mendapat pelatihan program Hepatitis di Dinas Kesehatan Gresik dengan nara sumber
dari Dinas Kesehatan Provinsi. Tim tersebut terdiri dari 5 orang diantaranya:
No Jabatan Nama
1 Dokter Umum dr Harum Sayekti
2 Bidan Koordinator Nurul Napiah , SST
3 Pemegang Program Eka Vita Agustin K, Amd.Keb
4 Petugas Poli Umum Supriyanto, Amd.Keb
5 Petugas Laboratorium Suhardi, Amd. AK

B. Pengaturan jadwal

1. Pelaksanaan Deteksi Dini Hepatitis B dilaksanakan dari hari senin sampai sabtu
sesuai jam kerja.

 Senin - Kamis (Pukul 08.00 - 14.00 WIB)


 Jumat (Pukul 08.00 - 11.00 WIB)
 Sabtu (Pukul 08.00 - 12.30 WIB)

2. Penyuluhan Hepatitis kepada masyarakat dilakukan1 tahun sekali.

3. Pencatatan dan Pelaporan Program Hepatitis ke Dinas Kesehatan dilaksanakan


setiap bulan.

BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang
Pelaksanaan kegiatan pengendalian program hepatitis dilakukan di dalam gedung
Puskesmas.
B. Standar Fasilitas
Fasilitas yang dipakai pada pelaksanaan Program Hepatitis adalah

BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN

A. Lingkup Kegiatan
1) Deteksi Dini Hepatitis B Pada Ibu Hamil dan tatalaksana kasus sesuai standar
Deteksi Dini Hepatitis B pada ibu hamil dilaksanakan bersamaan dengan
pemeriksaan HIV dan Syphilis.Di negara berkembang termasuk indonesia, penularan
vhb secara vertikal masih memegang peranan penting dalam penyebaran VHB. Selain
itu, 90% anak yang tertular secara vertikal dari ibu dengan HbsAg (+) akan
berkembang menjadi hepatitis B kroni. Untuk itu, pencegahan penularan secara
vertikal pencegahan penularan vertikal merupakan salah satu aspek yang penting
dalam memutus rantai penularan hepatitis B.
Langkah awal pencegahan penularan secara vertikal adalah dengan mengetahui
status HBsAg ibu hamil dengan melakukan deteksi dini HBsAg. Pemeriksaan
dilakukan dengan menggunakan rapid tas di laboratorium puskesmas cerme. Deteksi
dini diikuti oleh semua ibu hamil yang berkunjung ke puskesmas dan kiriman/rujukan
dari Bidan Praktek Mandiri / Klinik swasta.
Apabila ibu hamil memiliki status HbsAg (+), maka persalinan ibu tersebut
wajib dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih sehingga ibu diRujuk Ke RS untuk
proses persalinan. Bayi yang lahir dari ibu dengan HbsAg (+) disarankan segera
mendapat suntika HBIG 0,5 ml dan Vaksin Hepatiti B ( HB 0) kurang dari 12 jam
setelah bayi dilahirkan. HBIG diantar oleh bidan desa/pemegang program hepatitis saat
ibu sudah mengalami tanda – tanda persalinan. Kemudian Status HbsAg dan anti HBs
bayi harus diperiksa pada usia 9 – 12 bulan. Ibu yang positif Hepatitis B disarankan
tetap menyusui bayi nya.

2) Deteksi Dini Hepatitis B Kelompok Risti dan tatalaksana kasus sesuai standar
Keluarga atau orang yang tinggal serumah dengan penderita hepatitis B
merupakan salah satu kelompok yang paling berisiko tertular Hepatitis B. Pemakaian
alat-alat rumah tangga bersama seperti, gunting kuku, pisau cukur, atau sikat gigi
terbukti bisa menjadi sumber penularan hepatitis B.
Setiap anggota keluarga atau orang yang tinggal serumah dengan penderita
hepatitis B, disarankan untuk segera melakukan pemeriksaan (deteksi dini) status
HbsAg dan anti HBs nya. Apabila belum memiliki kekebalan terhadap hepatitis B,
disarankan pemberian imunisasi hepatitis B. Apabila yang bersangkutan belum pernah
mendapat imunisasi sebelumnya, vaksin diberikan dari awal sebanyak 3 kali suntikan
dengan interval 0,1, dan 6 bulan. Apabila yang bersangkutan memiliki status HbsAg
(+) segera di rujuk ke Dokter untuk berkonsultasi lebih lanjut.

3) Penyuluhan Kesehatan Kepada Masyarakat


Dalam rangka meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang hepatitis B.
Puskesmas cerme mengadakan penyuluhan yang dibiayai oleh dan BOK. Ibu hamil
penderita Hepatitis B dan keluarga atau orang yang tinggal serumah harus
mendapatkan penyuluhan yang memadai untuk mengurangi risiko penularan.
Pesan atau materi penyuluhan (KIE) yang disampaikan antara lain menyangkut
hal-hal sebagai berikut :
 Penjelasan umum tentang penyebab, cara penularan, perjalanan penyakit, gejala
umum, Pengobatan, dan komplikasi Hepatitis B.
 Secara umum pencegahan infeksi hepatitis B, antara lain :
- Menghindari kontak cairan tubuh yang tidak aman, dengan tidak melakukan
hubungan seksual yang tidak aman, dan menggunakan jarum suntik atau alat
yang mungkin menimbulkan luka secara bergantian
- Selalu membersihkan dengan baik alat – alat yang mungkin menimbulkan luka
pada anggota keluarga lain, seperti pisau cukur, sikat gigi, dan peralatan
perawatan kuku. Lebih baik bila alat-alat ini bisa digunakan untuk sekali pakai
saja atau hanya digunakan oleh satu orang saja.
 Penjelasan tentang tempat dan cara memeriksakan diri untuk status hepatitis B dan
kemungkinan pengobatan serta jaminan yang ada.
 Perlu disampaikan bahwa penyakit ini tidak menular lewat penggunaan alat makan
bersama, berjabat tangan , berciuman, atau berpelukan dengan penderita hepatitis B.
- Setiap anggota keluarga atau orang yang tinggal serumah dengan penderita
hepatitis B, disarankan untuk segera melakukan pemeriksaan (deteksi dini).
Apabila belum memiliki kekebalan terhadap hepatitis B, disarankan
pemberian imunisasi hepatitis B.
4) Pencatatan dan Pelaporan Program Hepatitis ke Dinas Kesehatan
Kegiatan ini merupakan bagian dari kegiatan pengamatan. Pencatatan dan
pelaporan merupakan suatu sistem yang digunakan untuk memantau kegiatan mulai
dari tingkat puskesmas, kabupaten/kota, provinsi hingga ke tingkat pusat. Dengan
demikian dapat dimonitor perkembangan kegiatan pengendalian hepatitis di berbagai
jenjang.
Puskesmas Cerme melakukan pelaporan Program Hepatitis setiap bulan ke P2
Dinkes Kabupaten Gresik. Jika dalam Kegiatan Deteksi Dini Hepatitis B pada ibu
hamil ditemukan status Ibu hamil HbsAg (+), maka pemegang program melaporkan
Nama ibu hamil tersebut agar mendapatkan jatah HBIG. pada saat melahirkan.

B. Metode
Metode yang digunakan dalam Program Hepatitis adalah pemeriksaan Diagnostik
Hepatitis B dengan menggunakan Reagen Rapid test di Laboratorium Puskesmas Cerme

C. Langkah Kegiatan
1. Membuat rencana kerja dalam pencapaian kegiatan pengendalian Hepatitis yang telah
ditetapkan di wilayah kerja puskesmas
2. Melakukan koordinasi dengan lintas sektor dan lintas program terkait dalam kegiatan
pengendalian Hepatitis
3. Melakukan monitoring dan evaluasi kegiatan pengendalian Hepatitis
4. Melakukan pencatatan dan pelaporan ke tingkat Kabupaten
BAB V
LOGISTIK

Dalam pelaksanaan Kegiatan Pengendalian Hepatitis, logistik biasanya terdiri dari


barang medis dan non medis yang dikirim dari tingkat pusat atau pengadaan oleh provinsi atau
kabupaten/kota. Bila jumlah pengadaan pusat/provinsi masih belum memenuhi kebutuhan,
puskesmas dapat melakukan pengadaan sendiri dalam memenuhi kebutuhannya. Penyimpanan
bahan/alat di puskesmas dikelola secara baik dan benar.
Logistik yang digunakan dalam program hepatitis di Puskesmas adalah :
 Strip HbsAg (Rapid tes)
 Strip Anti HBs (Rapid Tes)
 Bahan habis pakai : tabung reaksi , alkohol swab, handscoon, spuit, box serum,
mikropipet, masker, rak tabung reaksi, torniquet karet.
 Termos dan cool pack
 Formulir Pencatatan di Puskesmas

BAB VI
KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN /PROGRAM
Program keselamatan bagi pasien dalam kegiatan program pengendalian hepatitis meliputi :
1. Ketepatan Identifikasi Pasien
Untuk menghindari kesalahan identitas pasien dalam memberikan pelayanan, maka
petugas saat pemanggilam pasien selain disebutkan nama juga disebutkan alamat. Pada
Saat mengisi formulir untuk pemeriksaan laboratorium juga petugas menanyakan
kembali nama dan alamat pasien.
2. Peningkatan Komunikasi yang efektif
a. Anamnesa mengenai keluhan pasien, riwayat penyakit hepatitis dalam keluarga
yang dilakukan secara cermat dan teliti.
b. Selalu menanyakan kepada pasien tentang pemahaman dari penjelasan yang
diberikan petugas mengenai hal – hal yang berhubungan dengan penyakit serta
mempersilahkan pasien mengajukan pertanyaan apabila belum jelas
c. Komunikasi yang efektif dilakukan antar unit pelayanan.
3. Ketepatan Tepat lokasi dan Tepat Prosedur
Petugas dalam melakukan tindakan medis selalu sesuai dengan SOP.
4. Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
Upaya untuk mengurangi resiko infeksi dilakukan dengan cara :
a. Petugas melakukan 5 moment Cuci tangan
b. Petugas menggunakan masker
c. Petugas menggunakan Handscoon disposable
d. Petugas menggunakan jarum suntik disposable
e. Pemilihan sampah medis dan non medis untuk menghindari infeksi baik bagi
pasien maupun masyarakat
5. Pengurangan Resiko pasien jatuh
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Tenaga medis merupakan salah satu kelompok paling beresiko tertular hepatitis B karena
dalam melaksanakan pekerjaannya terjadi kontak dengan cairan tubuh penderita. Untuk
mencegah penularan Hepatitis B dari penderita , setiap tenaga medis diwajibkan untuk
menerapkan prinsip-prinsip pencegahan universal. Prinsip-pinsip ini mencakup :
- Mencuci tangan setiap sesudah melakukan kontak langsung dengan penderita
- Tidak melakukan recapping jarum suntik dengan 2 tangan
- Prosedur yang aman untuk mengumpulkan dan membuangjarum dan benda tajam
lainnya dengan menggunakan kotak yang tahan tembus dan tahan cairan
- Menggunakan sarung tangan untuk setiap kontak dengan cairan tubuh, kulit yang tidak
intak dan mukosa
- Mengenakan masker, pelindung mata dan gawn (kadang apron plastik) bila ada
kemungkinan cipratan darah atau cairan tubuh lainnya.
- Menutupi semua luka dan abrasi dengan penutup tahan air
- Membersihkan tumpahan darah dan cairan tubuh lainnya secara segera dan hati-hati
- Menggunakan sistem yang aman untuk penanganan dan pembuangan limbah
- Menggunakan prinsip sekali pakai untuk alat-alat yang bisa digunakan sekali pakai
atau melakukan sterilisasi yang adekuat untuk setiap alat yang mungkin kontak dengan
cairan tubuh penderita dan akan dipakai kembali (alat-alat hecting, partus set, atau alat
bedah lainnya )

BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Sasaran mutu program hepatitis ditetapkan, dipantau, dimonitoring dan di evaluasi


pelaksanaannya oleh Tim Mutu Puskesmas. Pencapaian sasaran mutu dibahas dalam rapat
tinjauan manajemen dan dilaporkan kepada Kepala Puskesmas.

BAB IX
PENUTUP

Pedoman ini sebagai acuan bagi karyawan puskesmas dan lintas sektor terkait dalam
pelaksanaan kegiatan pengendalian Hepatitis di Puskesmas Cerme. Diharapkan melalui
penyusunan pedoman ini, upaya pengedalian hepatitis memberikan kontribusi yang bermakna
dalam menurunkan angka kesakitan dan kematian penyakit infeksi di indonesia.

Anda mungkin juga menyukai