Anda di halaman 1dari 18

PEDOMAN

PROGRAM HEPATITIS
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayahNya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan Pedoman Program Hepatitis.
Pedoman ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan pedoman ini. Terlepas
dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasa nya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki Pedoman ini.
Akhir kata kami berharap semoga Pedoman Program Hepatitis masyarakat ini
memberikan manfaat terhadap pembaca.

Probolinggo, 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................
B. Tujuan .............................................................................................................
C. Sasaran............................................................................................................
D. Ruang Lingkup ................................................................................................
E. Batasan Operasional.......................................................................................
BAB II STANDAR KETENAGAAN ......................................................................
A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia ...................................................................
B. Distribusi Ketenagaan .....................................................................................
C. Jadwal Kegaiatan ............................................................................................
BAB III STANDAR FASILITAS ............................................................................
A. Denah Ruangan ...............................................................................................
B. Standar Fasilitas ..............................................................................................
BAB IV PELAKSANAAN LAPORAN AKTUALISASI
A. Lingkup Kegiatan ............................................................................................
B. Metode ...........................................................................................................
C. Langkah Kegiatan............................................................................................
BAB V LOGISTIK .............................................................................................
BAB VI KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN ...................................................
BAB VII KESELAMATAN KERJA ......................................................................
BAB VIII PENGENDALIAN MUTU .....................................................................
BAB XI PENUTUP ...........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Perkembangan dalam bidang Hepatitis B di dunia dan Indonesia


mengalami kemajuan yang pesat dalam beberapa tahun terakhir. Berbagai
penelitian di bidang diagnosis, pencegahan, maupun terapi hepatitis B telah
mengubah prinsip penatalaksanaan penyakit ini dalam beberapa waktu terakhir.
Meningkatnya jumlah pasien dengan HBeAg negatif, ditemukannya metode
diagnosis dan pemantauan yang baru seperti HBsAg kuantitatif, dan mulai
tersedianya pilihan-pilihan terapi baru maupun pilihan yang lebih ekonomis
merupakan sebagian kecil dari hal yang memerlukan perhatian kita. Infeksi Virus
Hepatitis B (VHB) adalah suatu masalah kesehatan utama di dunia pada
umumnya dan Indonesia pada khususnya. Diperkirakan bahwa sepertiga
populasi dunia pernah terpajan virus ini dan 350-400 juta diantaranya merupakan
pengidap hepatitis B. Prevalensi yang lebih tinggi didapatkan di negara
berkembang, termasuk Indonesia. Di Indonesia, angka pengidap hepatitis B
pada populasi sehat diperkirakan mencapai 4.0-20.3%, dengan proporsi
pengidap di luar Pulau Jawa lebih tinggi daripada di Pulau Jawa. Riset
Kesehatan Dasar pada tahun 2013 menunjukkan proporsi HBsAg positif sebesar
7,1%. Secara genotip, virus hepatitis B di Indonesia kebanyakan merupakan
virus dengan genotip B (66%), diikuti oleh C (26%), D (7%) dan A (0.8%).

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat melalui peningkatan kualitas
hidup dan kesintasan hidup pasien yang terinfeksi VHB.
2. Tujuan Khusus
a. Menurunkan angka morbiditas dan mortalitas pasien yang terinfeksi VHB
b. Mencegah perkembangan penyakit menjadi penyakit hati lanjut, yaitu
sirosis, karsinoma hepatoselular, dan kematian
c. Eradikasi dan pencegahan transmisi virus melalui vaksinasi dan terapi
d. Membantu dokter dan pelayanan kesehatan dalam memberikan pelayanan
berbasis bukti untuk penanganan infeksi VHB

2. SASARAN
1. Seluruh tenaga kesehatan yang terlibat dalam pengelolaan infeksi VHB
2. Pembuat kebijakan di lingkungan rumah sakit, institusi pendidikan, serta
kelompok profesi terkait
3. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup pedoman meliputi pelaksanaan program Hepatitis , bidan, ibu
hamil, unit pelayanan KIA.

4. BATASAN OPERASIONAL
1. Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten
yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di
suatu wilayah kerja
2. Standar adalah minimal requiremen yang harus terpenuhi ( menjelaskan
apa yang harus dicapai, persyaratan yang harus dipenuhi agar dapat
disebut bermutu
3. Program kehatan hepatitis adalah upaya preventif pencegahan yang
bertujuan memutus mata rantai penularan hepatitis dari ibu bayi ke janin di
wilayah kerja Puskesmas Tongas.
4. Pengunjung adalah ibu hamil yang mengikuti kegiatan program hepatitis di
wilayah kerja Puskesmas Tongas
BAB II STANDAR KETENAGAAN

A. KUALIFIKASI SUMBERDAYA MANUSIA


Pola ketengaan sumberdaya manusia dalam program hepatitis
No Jabatan Pendidikan Keterangan
1 PJ Program Minimal D3 kesehatan

B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Seluruh program di wilayah kerja Puskesmas Tongas dilaksanakan oleh
penanggung jawab program hepatitis. Jika salah satu pelaksana program
berhalangan hadir maka dilakukan pendelegasian wewenang.

C. JADWAL KEGIATAN
Jadwal kegiatan pemeriksaan hepatitis adalah sebagai berikut
HARI Petugas Laborat Unit KIA
Senin Pelaksanaan kegiatan Pelaksanaan kegiatan
Kamis Pelaksanaan kegiatan Pelaksanaan kegiatan
BAB III STANDAR FASILITAS

A. WILAYAH KERJA

Kegaiatan Posy. Posy. TK PAUD SD/ SMP/ SMA/


Balita Lansia MI MTS SMK/
Desa MA
Tongas
6 2 5 3 6 1
Wetan
Wringin
6 1 4 2 5 1 1
anom
Sumber
3 3 1 1 1
kramat
Curah
3 2 3 1 1
Dringu
3
Dungun 2 2 2 2
5
Bayeman 2 5 1 4 1
6
Sumendi 3 3 4

Sumberejo 3 1 4
4
total 36 18 24 9 26 4 2
B. STANDAR FASILITAS

Program Kesehatan gigi dan mulut masyarakat dalam upayan


meningkatkan derajat kesehataan gigi dan mulut memerlukan media promosi
berupa
Jumlah Jumlah
No Jenis Peralatan Satuan
Minimal
1 Pantom gigi Buah 2 1
2 Lembar balik kesehatan gigi anak-anak Buah 1 1
3 Lembar balik kesehatan gigi dan mulut Buah 1 0
kaitan dengan penyakit gigi
4 Lembar balik kesehatan gigi dan mulut Buah 1 0
kaitan dengan penyakit degeneratif
5 UKGS set Paket 1 0
6 Senter Buah 1 1
BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN

A. LINGKUP KEGIATAN
Jenis jenis pelayanan yang dilaksanakan pada program kesehatan gigi
dan mulut masyarakat antara lain:
1. Penyuluhan kesehatan gigi dan mulut di posyandu balita
2. Penyuluhan kesehatan gigi dan mulut di PAUD dan TK
3. Penyuluhan kesehatan gigi dan mulut di posyandu lansia
4. Penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut di SD/MI
5. Penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut di SMP/MTS
6. Penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut di SMA/SMK/MA
7. Demo sikat gigi dan sikat gigi bersama di SD
8. Pelaksaan rujukan kasus gigi dan mulut yang ditemui ke FKTP

B. METODE
Ceramah, diskusi dan pemeriksaan klinis

C. LANGKAH KEGIATAN
1. Menyusun rencana jadwal kegiatan
2. Menyusun kegiatan tahunan
3. Menyusun kerangka acuan kerja
4. Menyusun kegiatan perbulan
5. Sosialisasi kegiatan ke petugas terkait program
6. Sosialisasi kegiatan ke lintas sektor terkait program
7. Pelaksananaan kegiatan
8. Penyusunan laporan hasil kegiatan
BAB V LOGISTIK

Penyediaan obat dan bahan habis pakai dilakukan melalui Instalasi Farmasi.
Kebutuhan obat, alat medis dan bahan habis pakai dihitung paling lambat dua
minggu sebelum pelaksanaan kegiatan. Penyediaan terkait kebutuhan media
penyuluhan di lakukan sekurang – kurangnya 1 tahun sekali.

No Nama Logistik Satuan Jumlah


1. Sabun tangan atau antiseptic Buah 1
2. Leaflet kesehatan gigi Buah 100
BAB VI
KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN

A. Pengertian
Keselamatan Pengunjung ( Patient Safety ) Adalah suatu sistem dimana
rumah sakit membuat asuhan pengunjung lebih aman. Pada program
kesehatan gigi dan mulut ini keselamatan yang diamksud adalah seluruh
masyarakat yang mengikuti kegiatan proram di wilayah kerja Puskesmas
Tongas. Sistem tersebut meliputi
1. Asesmen resiko
2. Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko
pengunjung
3. Pelaporan dan analisis insiden
4. Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
5. Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko
6. Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh :
a. Kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan
b. Tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil

B. Tujuan
1. Terciptanya budaya keselamatan pelaksanaan program di wilayah kerja
Puskesmas Tongas
2. Meningkatnya akuntabilitas puskesmas terhadap masyarakat
3. Menurunkan Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD ) di wialayah kerja
Puskesmas Tongas
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD )

C. STANDAR KESELAMATAN PENGUNJUNG


1. Hak pengunjung
2. Mendidik pengunjung dan keluarga
3. Keselamatan pengunjung dan kesinambungan kegiatan
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi
dan program peningkatan keselamatan pengunjung
5. Mendidik staf tentang keselamatan pengunjung
6. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pengunjung
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan
pengunjung

D. KEJADIAN TIDAK DIHARAPKAN ( KTD ) / ADVERSE EVENT


Kejadian tidak diharapkan (KTD) adalah suatu kejadian yang tidak
diharapkan, yang mengakibatkan cedera pengunjung akibat melaksanakan
suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil, dan
bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi pengunjung. Cedera dapat
diakibatkan oleh kesalahan medis atau bukan kesalahan medis karena tidak
dapat dicegah. 16

E. KTD yang tidak dapat dicegah (Unpreventable Adverse Event)


Suatu KTD yang terjadi akibat komplikasi yang tidak dapat dicegah
dengan pengetahuan mutakhir.

F. KEJADIAN NYARIS CEDERA ( KNC )/ (Near Miss)


Kejadian nyaris cedera adalah suatu kesalahan akibat melaksanakan
suatu tindakan ( commission ) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
diambil (omission ), yang dapat mencederai pengunjung, tetapi cedera serius
tidak terjadi :
1. Karena “ keberuntungan”
2. Karena “ pencegahan ”
3. Karena “ peringanan ”

G. KESALAHAN MEDIS / (Medical Errors)


Kesalahan medis adalah kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan
medis yang mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada
pengunjung
H. KEJADIAN SENTINEL / (Sentinel Event )
Kejadian sentinel adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau
cedera yang serius; biasanya dipakai untuk kejadian yang sangat tidak
diharapkan atau tidak dapat diterima, seperti : operasi pada bagian tubuh yang
salah.
Pemilihan kata “sentinel” terkait dengan keseriusan cedera yang terjadi (
seperti, amputasi pada kaki yang salah ) sehingga pencarian fakta terhadap
kejadian ini mengungkapkan adanya masalah yang serius pada kebijakan dan
prosedur yang berlaku.

I. TATA LAKSANA
1. Memberikan pertolongan pertama sesuai dengan kondisi yang terjadi pada
pengunjung
2. Melaksanakan kegaiatan sesuai dengan KAK
3. Mengobservasi keadaan umum disekitar pelaksanaan kegiatan
4. Mendokumentasikan kejadian tersebut pada formulir “ Pelaporan Insiden
Keselamatan”
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

A. Pendahuluan
HIV / AIDS telah menjadi ancaman global. Ancaman penyebaran HIV
menjadi lebih tinggi karena pengidap HIV tidak menampakkan gejal. Setiap hari
ribuan anak berusia kurang dari 15 tahun dan 14.000 penduduk berusia 15 - 49
tahun terinfeksi HIV. Dari keseluruhan kasus baru 25% terjadi di Negara -
negara berkembang yang belum mampu menyelenggarakan kegiatan
penanggulangan yang memadai.
Angka pengidap HIV di Indonesia terus meningkat, dengan peningkatan
kasus yang sangat bermakna. Ledakan kasus HIV / AIDS terjadi akibat
masuknya kasus secara langsung ke masyarakat melalui penduduk migran,
sementara potensi penularan dimasyarakat cukup tinggi (misalnya melalui
perilaku seks bebas tanpa pelingdung, pelayanan kesehatan yang belum aman
karena belum ditetapkannya kewaspadaan umum dengan baik, penggunaan
bersama peralatan menembus kulit : tato, tindik, dll).
Penyakit Hepatitis B dan C, yang keduanya potensial untuk menular
melalui tindakan pada pelayanan kesehatan. Sebagai ilustrasi dikemukakan
bahwa menurut data PMI angka kesakitan hepatitis B di Indonesia pada
pendonor sebesar 2,08% pada tahun 1998 dan angka kesakitan hepatitis C
dimasyarakat menurut perkiraan WHO adalah 2,10%. Kedua penyakit ini sering
tidak dapat dikenali secara klinis karena tidak memberikan gejala.
Dengan munculnya penyebaran penyakit tersebut diatas memperkuat
keinginan untuk mengembangkan dan menjalankan prosedur yang bisa
melindungi semua pihak dari penyebaran infeksi. Upaya pencegahan
penyebaran infeksi dikenal melalui “ Kewaspadaan Umum “ atau “Universal
Precaution” yaitu dimulai sejak dikenalnya infeksi nosokomial yang terus
menjadi ancaman bagi “Petugas Kesehatan”.
Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak yang melayani dan melakukan
kontak langsung dengan pengunjung dalam waktu 24 jam secara terus menerus
tentunya mempunyai resiko terpajan infeksi, oleh sebab itu tenaga kesehatan
wajib menjaga kesehatan dan keselamatan darinya dari resiko tertular penyakit
agar dapat bekerja maksimal.

B. Tujuan
1. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat
melindungi diri sendiri, pengunjung dan masyarakat dari penyebaran infeksi.
2. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya
mempunyai resiko tinggi terinfeksi penyakit menular dilingkungan tempat
kerjanya, untuk menghindarkan paparan tersebut, setiap petugas harus
18
menerapkan prinsip “Universal Precaution”.

C. Tindakan yang beresiko terpajan


1. Cuci tangan yang kurang benar.
2. Penggunaan sarung tangan yang kurang tepat.
3. Penutupan kembali jarum suntik secara tidak aman.
4. Pembuangan peralatan tajam secara tidak aman.
5. Tehnik dekontaminasi dan sterilisasi peralatan kurang tepat.
6. Praktek kebersihan ruangan yang belum memadai.

D. Prinsip Keselamatan Kerja


Prinsip utama prosedur Universal Precaution dalam kaitan keselamatan
kerja adalah menjaga higiene sanitasi individu, higiene sanitasi ruangan dan
sterilisasi peralatan. Ketiga prinsip tesebut dijabarkan menjadi 5 (lima) kegiatan
pokok yaitu :
1. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang
2. Pemakaian alat pelindung diantaranya pemakaian sarung tangan guna
mencegah kontak dengan darah serta cairan infeksi yang lain.
3. Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai
4. Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan
5. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Indikator mutu yang digunakan di program gigi dan mulut masyarakat


puskesmas Tongas adalah indikator dalam manual mutu dan indikator pada penilain
kinerja puskesmas. Dalam pelaksanaan indikator mutu menggunakan dievaluasi
serta dilaporkan setiap bulan.
BAB IX
PENUTUP

Pedoman ini disusun sebagai acuan petugas/pelaksana dapat memberikan


tindakan yang terstandar, efisien dan efektif sehingga dapat mencegah terjadinya
karies dan mencegah terjadinya keparahan karies. Upaya Kesehatan Gigi
Masyarakat adalah upaya kesehatan pengemabangan yang ditujukan untuk
menunjang kesehatan secara paripurna sehingga dapat meningkatkan produktifitas
kerja. Harapan adanya pedoman ini agar dilaksanakan dan dipatuhi oleh petugas
yang melaksanakan kegaiatan program di wilayah kerja Puskesmas Tongas.
DAFTAR PUSTAKA

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran,


Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan,
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Tenaga Kesehatan;
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 tahun 2014 tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2017 tentang
Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2018 tentang
Keselamatan dan Keseahatan Kerja di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
8. Pedoman Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut Ibu Hamil dan anak Usia Balita bagi
Tenaga Kesehatan. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2012
9. Pedoman Usaha Kesehatan Gigi Sekolah di SMP dan SMA atau yang Sederajat.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2012
10. Buku Pelatihan Kader Keseahatan Gigi dan Mulut di Masyarakat. Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia. 2012
11. Pedoman Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS). Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. 2012
12. Pedoman Pemelirhaan Keseahatan Gigi dan Mulut Ibu Hamil dan Aank Usia Balita Bagi
Kesehatan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. 2012

Anda mungkin juga menyukai