Anda di halaman 1dari 15

PEDOMAN INTERNAL

PENYELENGGARAAN PROGRAM HEPATITIS

DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEDIRI


PUSKESMAS KELING
Jl.Raya Kandangan no. 384
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya Pedoman Internal

Pelayanan Program Hepatitis UPT Puskesmas Keling tahun 2018. Pedoman ini

merupakan pedoman pelaksanaan program Hepatiis di wilayah kerja UPT

Puskesmas Keling. Tentunya amat penting keberadaan pedoman ini agar pemberian

pelayanan kesehatan bagi masyarakat akan lebih efesien, efektif, proporsional,

rasional, komprehensif dengan harapan agar lebih berhasil guna dan berdaya guna.

Dalam kesempatan ini tidak lupa saya sampaikan terima kasih kepada teman-

teman yang telah membantu penyusunan pedoman ini. Tentunya dalam penyusunan

pedoman ini masih ditemukan banyak kekurangan, untuk itu adanya kritik dan

masukan yang bersifat membangun dari semua fihak sangat kami harapkan agar

dalam penyusunan pedoman di waktu mendatang dapat lebih sempurna lagi.

Pemegang Program Hepatitis


DAFTAR ISI

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
B. Tujuan Pedoman
C. Sasaran Pedoman
D. Ruang lingkup Pelayanan
E. Batasan Operasional

BAB II

STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber daya manusia


B. Distribusi ketenagaan
C. Pengaturan jadwal jaga

BAB III

STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang
B. Standar Fasilitas

BAB IV

TATALAKSANA PELAYANAN (apabila UKP ) / KEGIATAN (apabila UKM)

BAB V

LOGISTIK

BAB VI

KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN /PROGRAM

BAB VII

KESELAMATAN KERJA

BAB VIII

PENGENDALIAN MUTU

BAB IX

PENUTUP
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Hepatitis merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di
negara-negara berkembang di dunia termasuk indonesia. Hepatitis adalah
proses peradangan sel – sel hati yang disebabkan oleh infeksi (Virus, parasit,
Bakteri) obat-obatan, konsumsi alkohol, lemak yang berlebihan, dan penyakit
auto imun. Virus hepatitis merupakan penyebab terbanyak. Hingga saat ini
dikenal beberapa jenis Virus Hepatitis yaitu A, B, C, D dan E. Hepatitis A dan E
sering muncul sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB), biasanya ditularkan secara
fecal-oral, dan orang yang terinfeksi dapat sembuh dengan segera.Sedangkan
untuk Hepatitis B, C, D (kasus Hepatitis D jarang terjadi )ditularkan secara
parenteral, dapat menjadi kronik dan menimbulkan sirosis hati dan kanker
hati . Jenis Hepatitis yang yang banyak menginfeksi penduduk di indonesia
adalah Hepatitis B (21,8%), Hepatitis A (19,3%), Hepatitis C(2,5%). Prevalensi
Hepatitis di indonesia pada tahun 2013 sebesar 1,2 % meningkat 2 kali
dibandingkan tahun 2007 sebesar 0,6%. Presentase Ibu hamil HbsAg reaktif
menurut provinsi tahun 2017 di Jawa Timur sebesar 2,77 %.
Menyadari bahwa hepatitis merupakan masalah kesehatan masyarakat
dengan dampak yang serius, maka dalam World Health Assembly ke 63 tahun
2010, indonesia bersama dengan Brazil dan Colombia memprakarsai
dikeluarkannya resolusi WHA 63.18 tentang hepatitis virus, yang menyerukan
apada semua negara anggota WHO untuk melaksanakan pengendalian
hepatitis virus secara komprehensif. Sebagai salah satu negara pemrakarsa
resolusi WHA 63.18 tentang hepatitis virus, maka sejak dikeluarkannya
resolusi tersebut, upaya pengendalian hepatitis lebih ditingkatkan di indonesia
dengan melaksanakan berbagai program /kegiatan dalam menurunkan angka
kesakitan dan kematian Penyakit tersebut di indonesia.

B. Tujuan Pedoman
1. Tujuan Umum
Melaksanakan kegiatan program Hepatitis secara berhasil guna dan
berdaya guna dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi tingginya
2. Tujuan Khusus
 Meningkatkan Pengetahuan dan Kesadaran masyarakat tentang
Hepatitis
 Menurunkan kejadian penularan hepatitis
 Menurunkan angka kesakitan dan kematian hepatitis
 Meningkatkan kualitas hidup penderita hepatitis

C. Sasaran Pedoman
Sasaran Program Hepatitis di Puskesmas Cerme adalah Ibu hamil dan
Kelompok Risti (Keluarga yang tinggal serumah dengan penderita Hepatitis B,
Tenaga Kesehatan)

D. Ruang lingkup
Ruang lingkup pedoman ini meliputi :
1. Deteksi Dini Hepatitis B Pada Ibu Hamil dan tatalaksana kasus sesuai
standar
2. Deteksi Dini Hepatitis B Kelompok Risti dan tatalaksana kasus sesuai
standar
3. Penyuluhan Kesehatan Kepada Masyarakat
4. Pencatatan dan Pelaporan Program Hepatitis ke Dinas Kesehatan

E. Batasan Operasional
Pelaksanaan Deteksi Dini Hepatitis B pada ibu hamil dan Bayi usia 9-12 bulan
yang lahir dari bumil reaktif hepatitis dilayani di poli KIA. Sedangkan pada
Kelompok risti di Poli Umum.
BAB II

STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber daya manusia


Pelaksanaan Deteksi Dini Hepatitis B dilaksanakan oleh tim pelayanan
Hepatitis termasuk dokter, perawat, bidan dan petugas laboratorium.

B. Pengaturan jadwal

1. Pelaksanaan Deteksi Dini Hepatitis B dilaksanakan dari hari senin sampai


kamis sesuai jam kerja.

 Senin - Kamis (Pukul 08.00 - 14.00 WIB)

2. Penyuluhan Hepatitis kepada masyarakat dilakukan1 tahun sekali.

3. Pencatatan dan Pelaporan Program Hepatitis ke Dinas Kesehatan


dilaksanakan setiap bulan.
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang
Pelaksanaan kegiatan pengendalian program hepatitis dilakukan di dalam
gedung Puskesmas.
B. Standar Fasilitas
Fasilitas yang dipakai pada pelaksanaan Program Hepatitis adalah
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN

A. Lingkup Kegiatan
1) Deteksi Dini Hepatitis B Pada Ibu Hamil dan tatalaksana kasus sesuai standar
Deteksi Dini Hepatitis B pada ibu hamil dilaksanakan bersamaan
dengan pemeriksaan HIV dan Syphilis.Di negara berkembang termasuk
indonesia, penularan vhb secara vertikal masih memegang peranan penting
dalam penyebaran VHB. Selain itu, 90% anak yang tertular secara vertikal dari
ibu dengan HbsAg (+) akan berkembang menjadi hepatitis B kroni. Untuk itu,
pencegahan penularan secara vertikal pencegahan penularan vertikal
merupakan salah satu aspek yang penting dalam memutus rantai penularan
hepatitis B.
Langkah awal pencegahan penularan secara vertikal adalah dengan
mengetahui status HBsAg ibu hamil dengan melakukan deteksi dini HBsAg.
Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan rapid tas di laboratorium
puskesmas cerme. Deteksi dini diikuti oleh semua ibu hamil yang berkunjung
ke puskesmas dan kiriman/rujukan dari Bidan Praktek Mandiri / Klinik swasta.
Apabila ibu hamil memiliki status HbsAg (+), maka persalinan ibu
tersebut wajib dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih sehingga ibu diRujuk
Ke RS untuk proses persalinan. Bayi yang lahir dari ibu dengan HbsAg (+)
disarankan segera mendapat suntika HBIG 0,5 ml dan Vaksin Hepatiti B ( HB
0) kurang dari 12 jam setelah bayi dilahirkan. HBIG diantar oleh bidan
desa/pemegang program hepatitis saat ibu sudah mengalami tanda – tanda
persalinan. Kemudian Status HbsAg dan anti HBs bayi harus diperiksa pada
usia 9 – 12 bulan. Ibu yang positif Hepatitis B disarankan tetap menyusui bayi
nya.

2) Deteksi Dini Hepatitis B Kelompok Risti dan tatalaksana kasus sesuai standar
Keluarga atau orang yang tinggal serumah dengan penderita hepatitis B
merupakan salah satu kelompok yang paling berisiko tertular Hepatitis B.
Pemakaian alat-alat rumah tangga bersama seperti, gunting kuku, pisau cukur,
atau sikat gigi terbukti bisa menjadi sumber penularan hepatitis B.
Setiap anggota keluarga atau orang yang tinggal serumah dengan
penderita hepatitis B, disarankan untuk segera melakukan pemeriksaan
(deteksi dini) status HbsAg dan anti HBs nya. Apabila belum memiliki
kekebalan terhadap hepatitis B, disarankan pemberian imunisasi hepatitis B.
Apabila yang bersangkutan belum pernah mendapat imunisasi sebelumnya,
vaksin diberikan dari awal sebanyak 3 kali suntikan dengan interval 0,1, dan 6
bulan. Apabila yang bersangkutan memiliki status HbsAg (+) segera di rujuk ke
Dokter untuk berkonsultasi lebih lanjut.
3) Penyuluhan Kesehatan Kepada Masyarakat
Dalam rangka meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang hepatitis
B. Puskesmas cerme mengadakan penyuluhan yang dibiayai oleh dan BOK.
Ibu hamil penderita Hepatitis B dan keluarga atau orang yang tinggal serumah
harus mendapatkan penyuluhan yang memadai untuk mengurangi risiko
penularan.
Pesan atau materi penyuluhan (KIE) yang disampaikan antara lain
menyangkut hal-hal sebagai berikut :
 Penjelasan umum tentang penyebab, cara penularan, perjalanan penyakit,
gejala umum, Pengobatan, dan komplikasi Hepatitis B.
 Secara umum pencegahan infeksi hepatitis B, antara lain :
- Menghindari kontak cairan tubuh yang tidak aman, dengan tidak
melakukan hubungan seksual yang tidak aman, dan menggunakan
jarum suntik atau alat yang mungkin menimbulkan luka secara
bergantian
- Selalu membersihkan dengan baik alat – alat yang mungkin
menimbulkan luka pada anggota keluarga lain, seperti pisau cukur, sikat
gigi, dan peralatan perawatan kuku. Lebih baik bila alat-alat ini bisa
digunakan untuk sekali pakai saja atau hanya digunakan oleh satu
orang saja.
 Penjelasan tentang tempat dan cara memeriksakan diri untuk status
hepatitis B dan kemungkinan pengobatan serta jaminan yang ada.
 Perlu disampaikan bahwa penyakit ini tidak menular lewat penggunaan alat
makan bersama, berjabat tangan , berciuman, atau berpelukan dengan
penderita hepatitis B.
- Setiap anggota keluarga atau orang yang tinggal serumah dengan
penderita hepatitis B, disarankan untuk segera melakukan
pemeriksaan (deteksi dini). Apabila belum memiliki kekebalan
terhadap hepatitis B, disarankan pemberian imunisasi hepatitis B.
4) Pencatatan dan Pelaporan Program Hepatitis ke Dinas Kesehatan
Kegiatan ini merupakan bagian dari kegiatan pengamatan. Pencatatan
dan pelaporan merupakan suatu sistem yang digunakan untuk memantau
kegiatan mulai dari tingkat puskesmas, kabupaten/kota, provinsi hingga ke
tingkat pusat. Dengan demikian dapat dimonitor perkembangan kegiatan
pengendalian hepatitis di berbagai jenjang.
Puskesmas Cerme melakukan pelaporan Program Hepatitis setiap
bulan ke P2 Dinkes Kabupaten Gresik. Jika dalam Kegiatan Deteksi Dini
Hepatitis B pada ibu hamil ditemukan status Ibu hamil HbsAg (+), maka
pemegang program melaporkan Nama ibu hamil tersebut agar mendapatkan
jatah HBIG. pada saat melahirkan.
B. Metode
Metode yang digunakan dalam Program Hepatitis adalah pemeriksaan Diagnostik
Hepatitis B dengan menggunakan Reagen Rapid test di Laboratorium
Puskesmas Cerme

C. Langkah Kegiatan
1. Membuat rencana kerja dalam pencapaian kegiatan pengendalian Hepatitis
yang telah ditetapkan di wilayah kerja puskesmas
2. Melakukan koordinasi dengan lintas sektor dan lintas program terkait dalam
kegiatan pengendalian Hepatitis
3. Melakukan monitoring dan evaluasi kegiatan pengendalian Hepatitis
4. Melakukan pencatatan dan pelaporan ke tingkat Kabupaten
BAB V
LOGISTIK

Dalam pelaksanaan Kegiatan Pengendalian Hepatitis, logistik biasanya terdiri


dari barang medis dan non medis yang dikirim dari tingkat pusat atau pengadaan
oleh provinsi atau kabupaten/kota. Bila jumlah pengadaan pusat/provinsi masih
belum memenuhi kebutuhan, puskesmas dapat melakukan pengadaan sendiri dalam
memenuhi kebutuhannya. Penyimpanan bahan/alat di puskesmas dikelola secara
baik dan benar.
Logistik yang digunakan dalam program hepatitis di Puskesmas adalah :
 Strip HbsAg (Rapid tes)
 Strip Anti HBs (Rapid Tes)
 Bahan habis pakai : tabung reaksi , alkohol swab, handscoon, spuit, box serum,
mikropipet, masker, rak tabung reaksi, torniquet karet.
 Termos dan cool pack
 Formulir Pencatatan di Puskesmas
BAB VI
KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN /PROGRAM

Program keselamatan bagi pasien dalam kegiatan program pengendalian hepatitis


meliputi :
1. Ketepatan Identifikasi Pasien
Untuk menghindari kesalahan identitas pasien dalam memberikan pelayanan,
maka petugas saat pemanggilam pasien selain disebutkan nama juga
disebutkan alamat. Pada Saat mengisi formulir untuk pemeriksaan
laboratorium juga petugas menanyakan kembali nama dan alamat pasien.
2. Peningkatan Komunikasi yang efektif
a. Anamnesa mengenai keluhan pasien, riwayat penyakit hepatitis dalam
keluarga yang dilakukan secara cermat dan teliti.
b. Selalu menanyakan kepada pasien tentang pemahaman dari
penjelasan yang diberikan petugas mengenai hal – hal yang
berhubungan dengan penyakit serta mempersilahkan pasien
mengajukan pertanyaan apabila belum jelas
c. Komunikasi yang efektif dilakukan antar unit pelayanan.
3. Ketepatan Tepat lokasi dan Tepat Prosedur
Petugas dalam melakukan tindakan medis selalu sesuai dengan SOP.
4. Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
Upaya untuk mengurangi resiko infeksi dilakukan dengan cara :
a. Petugas melakukan 5 moment Cuci tangan
b. Petugas menggunakan masker
c. Petugas menggunakan Handscoon disposable
d. Petugas menggunakan jarum suntik disposable
e. Pemilihan sampah medis dan non medis untuk menghindari infeksi baik
bagi pasien maupun masyarakat
5. Pengurangan Resiko pasien jatuh
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Tenaga medis merupakan salah satu kelompok paling beresiko tertular hepatitis B
karena dalam melaksanakan pekerjaannya terjadi kontak dengan cairan tubuh
penderita. Untuk mencegah penularan Hepatitis B dari penderita, setiap tenaga
medis diwajibkan untuk menerapkan prinsip-prinsip pencegahan universal. Prinsip-
pinsip ini mencakup :
- Mencuci tangan setiap sesudah melakukan kontak langsung dengan penderita
- Tidak melakukan recapping jarum suntik dengan 2 tangan
- Prosedur yang aman untuk mengumpulkan dan membuangjarum dan benda
tajam lainnya dengan menggunakan kotak yang tahan tembus dan tahan
cairan
- Menggunakan sarung tangan untuk setiap kontak dengan cairan tubuh, kulit
yang tidak intak dan mukosa
- Mengenakan masker, pelindung mata dan gawn (kadang apron plastik) bila
ada kemungkinan cipratan darah atau cairan tubuh lainnya.
- Menutupi semua luka dan abrasi dengan penutup tahan air
- Membersihkan tumpahan darah dan cairan tubuh lainnya secara segera dan
hati-hati
- Menggunakan sistem yang aman untuk penanganan dan pembuangan limbah
- Menggunakan prinsip sekali pakai untuk alat-alat yang bisa digunakan sekali
pakai atau melakukan sterilisasi yang adekuat untuk setiap alat yang mungkin
kontak dengan cairan tubuh penderita dan akan dipakai kembali (alat-alat
hecting, partus set, atau alat bedah lainnya )
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Sasaran mutu program hepatitis ditetapkan, dipantau, dimonitoring dan di


evaluasi pelaksanaannya oleh Tim Mutu Puskesmas. Pencapaian sasaran mutu
dibahas dalam rapat tinjauan manajemen dan dilaporkan kepada Kepala Puskesmas.
BAB IX
PENUTUP

Pedoman ini sebagai acuan bagi karyawan puskesmas dan lintas sektor terkait
dalam pelaksanaan kegiatan pengendalian Hepatitis di Puskesmas Keling.
Diharapkan melalui penyusunan pedoman ini, upaya pengedalian hepatitis
memberikan kontribusi yang bermakna dalam menurunkan angka kesakitan dan
kematian penyakit infeksi di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai