Anda di halaman 1dari 21

PEDOMAN PELAKSANAAN

PROGRAM HEPATITIS

UPTD PUSKESMAS JEPARA


KABUPATEN JEPARA

PROGRAM HEPATITIS 1
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufik, hidayah
dan karunia-Nya senantiasa menyertai penyusun sehingga Pedoman Pelaksanaan Program
Promosi Kesehatan Puskesmas Jepara Kabupaten Jepara dapat terselesaikan dengan lancar.
Pedoman ini terdiri dari PHBS, Desa Siaga, Poskestren, Saka Bakti Husada (SBH),
Pengobatan Tradisional (Batra), Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-
PK), Usaha Kesehatan Sekolah / Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKS/UKGS). Pembuatan
pedoman ini berdasarkan pada Keputusan Menteri Kesehatan No. 75 Tahun 2014 tentang
Pusat Kesehatan Masyarakat, Pearturan Menteri Kesehatan No. 65 Tahun 2013 tentang
Pedoman Pelaksanaan dan Pembinaan Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan.
Pedoman ini disusun sebagai pedoman pelaksanaan kegiatan program Promosi Kesehatan di
Puskesmas Jepara tahun 2019.
Penyusun menyadari bahwa penulisan Pedoman Pelaksanaan Program Promkes
Puskesmas Jepara Kabupaten Jepara ini tidak akan terselesaikan dengan baik tanpa bantuan
dan sumbangan pemikiran dari berbagai pihak. Kami berharap semoga Pedoman Promosi
Kesehatan ini memberikan manfaat dalam pelaksaan kegiatan Promosi Kesehatan di UPTD
Puskesmas Jepara tahun 2019 dengan baik dan dapat meningkatan mutu pelayanan Puskesmas
Jepara di tahun berikutnya

Jepara,
Program Hepatitis

PROGRAM HEPATITIS 2
DAFTAR ISI

Hal
KATA PENGANTAR ................................................................................ 2
DAFTAR ISI ............................................................................................ 3
BAB I. PENDAHULUAN .................................................................................. 4
A. Latar Belakang ................................................................................ 4
B. Tujuan ............................................................................................ 5
C. Sasaran ............................................................................................ 5
D. Ruang Lingkup ................................................................................ 5
E. Batasan Operasional .......................................................................... 6
BAB II. STANDAR KETENAGAAN ........................................................ 7
A. Kualifikasi SDM ...................................................................... 7
B. Distribusi Ketenagaan ...................................................................... 7
C. Jadwal Kegiatan................................................................................ 7
BAB III. STANDAR FASILITAS .................................................................... 8
A. Denah Ruang ................................................................................ 13
B. Standar Fasilitas................................................................................ 14
BAB IV. TATA LAKSANA PELAYANAN ........................................................ 15
A. Lingkup Kegiatan ..................................................................... 14
B. Metode ............................................................................................. 41
C. Langkah Kegiatan ..................................................................... 41
BAB V. LOGISTIK ............................................................................................ 44
BAB VI. KESELAMATAN SASARAN ........................................................ 46
BAB VII. KESELAMATAN KERJA ................................................................ 47
BAB VIII. PENGENDALIAN MUTU ........................................................ 49
BAB IX. PENUTUP ............................................................................................ 53

PROGRAM HEPATITIS 3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) sebagai ujung tombak pelayanan
Hepatitis merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di negara-negara
berkembang di dunia termasuk di Indonesia. Menurut kemenkes RI tahun 2020
Hepatitis adalah peradangan pada organ hati yang disebabkan leh berbagai sebab
seperti bakteri, virus, proses aoutoimun, obat-obatan, perlemakan, alkohol dan zat
berbahaya lainnya. Di dunia, virus Hepatitis B (VHB) telah menginfeksi sebanyak 2
milyar orang, sekitar 360 juta diantaranya merupakan pengidap VHB kronikk dan
500.000 orang meninggal setiap tahunnya. Sedangkan jumlah penderita Hepatitss C
diperkirakan sebanyak 170 juta orang.
Indonesia termasuk negara dengan endemisitas tinggi hepatitis B terbesar
kedua di Asia Pasifik setekah Myanmas. Menurut Menurut data Riskesdes (2013)
HbsAg positif di Indonesia sebanyak 7,1% dan 18 Juta penduduk terinfeksi HSB 50 %
beresiko menjadi kronis dan 900.000 Menjadi sirosis dan kanker hari. 115 juta orang
terinfeksi Hepatitis Cdi dunia dengan jumlah kasus tertinggi berada di Asia Pasifik dan
Afrika. Sedangkan di Indonesia sendiri terdapat 1,01% yang menderita Hepatits C
positif dengan proporsi faktor resiko kasus Hepatitis C sesui pengakuan penderita
terbanyak disebabkan oleh pengguna Narkoba Suntuk ( 27, 52 %) (Direktorat
Surveilans,Direktorat Jendral P2PL;2012).
Sementara itu hepatitis A dan E sering muncul dalam bentuk kejadian Luar Biasa
(kLB) seperti yang terjadi di beberapa wilayah. 5 provinsi tertinggi hepatitis di
Indonesia adalah Nusa Tenggara Timur (4,3%), Papua (2,9%), Sulawesi Selatan (2,5%),
Sulawesi Tenggara (2,3%) dan Maluku (2,3%) data ini berdasarkan Riskesdas (2007).
Pada tahun 2020 di wilayah kerja Puskesmas Jepara terlaporkan adanya kasus
Hepatitis baik Hepatitis tipe A, B, C, D, maupun E. Maka pedoman internal ini perlu
disusun sebagai acuan bagi penanggung jawab/pengelola program kegiatan
pengendalian kasus hepatitis di Puskesmas Jepara demi meningkatkan Mutu
Pengendalian Hepatitis di wilayah Puskesmas Jepara, sehingga diharapkan angka
penyakit khusunya hepatitis dapat diturunkan serendah mungkin.

PROGRAM HEPATITIS 4
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Sebagai acuan bagi petugas untuk menyelenggarakan kegiatan promosi kesehatan
di wilayah kerja UPTD Puskesmas Jepara (KEPMENKES Nomor 585 Tahun
2007).
2. Tujuan Khusus
a. Pedoman ini disusun dalam upaya pencegahan dan pengendalian penyakit
Hepatitis dengan tujuan :
b. Terlaksananya proses pengelolaan program Hepatitis mulai dari
perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi
c. Tersosialisasinya program Hepatitis ke masyarakat
d. Terpenuhinya sarana dan prasarana kegiatan program Hepatitis.
e. Memberikan pedoman bagi pelaksana program pencegahan dan
pengendalian Hepatitis dan petugas kesehatan lainnya dalam peningkatan
kecepatan dan ketepatan diagnose penderita dan dilanjutkan dengan
penatalaksaaan penyakit Hepatitis sesuai standar

C. Sasaran
Sasaran Program Hepatitis adalah
1. Petugas pelaksana Program P2P Hepatitis
2. Petugas medis dan paramedic
3. Seluruh staf Puskesmas baik langsung mauoun tidak langsung terhadapa
pelaksana Program P2P Hepatitis
4. Jejaring Puskesmas
5. Masyarakat pada umumya

D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pedoman meliputi:
1. Penemuan pasien terduga penyakit Hepatitis
2. Pemeriksaan Penatalaksaan awal
3. Pencatatan dan pelaporan penderita
4. Monitoring dan Evaluasi
5. Rujukan ke jejaring Puskesmas dan rujukan ke Fasilitas kesehatan lanjutan
6. Sosialisasi tentang penyakit Hepatitis

PROGRAM HEPATITIS 5
E. Batasan Operasional
Batasan operasional pencegahan dan pengendalian program Hepatitis meliputi
upaya kesehatan perorangan dan masyarakat. Dimana setiap kegiatan dilaksanakan
untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi
timbulnya masalah kesehatan khususnya akibat penyakit Hepatitis dengan sasaran individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat.

PROGRAM HEPATITIS 6
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A.Kualifikasi Sumber Daya


Kualifikasi sumber daya manusia dalam pelaksanaan program P2P Hepatitis meliputi:
1. Dokter penanggung jawab pelayanan medis
2. Petugas paramedis yang sudah pernah mendapatkan pelatihan atau sosialisasi
penanganan Hepatitis
3. Petugas paramedis desa di wilayah kerja Puskesmas Jepara

Kualifikasi Jumlah Kompetensi Umum

D3 Kesehatan + minat & bakat 1 orang a. Membantu tenaga kesehatan lain


di bidang promosi kesehatan merancang pemberdayaan
b. Melakukan bina suasana dan
advokasi

B.Distribusi Ketenagaan
Distribusi ketenangan program p2p Hepatitis terdiri dari :
1. Dokter penanggung jawab pelayanan medis di Balai Pengobatan Umum dan pelayanan
gawat darurat yang bertanggung jawab dalam hal pengobatan berjumlah satu orang
2. koordinator program yang bertanggung jawab dalam pelayanan Hepatitis di ruang
Unit Gawat Darurat
3. Petugas paramedis lain yang membantu pelaksanaan pelayanan Hepatitis di
ruang pelayanan Bp. Umum baik di Desa maupun di Puskesmas dan pelayanan
kesehatan kasus terduga Hepatitis di ruang Unit Gawat Darurat

C.Jadwal Kegiatan
Jadwal pelaksanaan kegiatan Program Promosi Kesehatan disusun bersama
dengan melibatkan lintas program UKM, UKP serta lintas sektor sesuai kesepakatan
melalui komunikasi dan koordinasi.
Bulan
No Jenis Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Penerimaan dan pemeriksaan v v v v v v v v v v v v
2 Penatalaksanaan dan pengobatan v v v v v v v v v v v v
3 Rujukan ke Jejaring Fasyankes v v v v v v v v v v v v
4 Pelaporan Dinas Kesehatan v v v v v v v v v v v v

PROGRAM HEPATITIS 7
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang
Ruang kegiatan pelayanan promkes di Puskesmas meliputi : pelayanan luar gedung
dan dalam gedung. Kegiatan dalam gedung pelayanan Pemeriksaan Hepatitis terletak satu
ruang dengan ruang Laboratorium. Berikut distribusi sasaran kegiatan luar gedung
wilayah kerja Puskesmas Jepara.

PROGRAM HEPATITIS 8
No Desa/Kel Jumlah Ibu Hamil dengan Hepatitis
1 KR KEBAGUSAN 0

2 DEMAAN 1

3 BULU 2

4 KAUMAN 0

5 PANGGANG 1

6 POTROYUDAN 0

7 BAPANGAN 1

8 SARIPAN 1

9 JOBOKUTO 1

10 UJUNG BATU 1

11 PENGKOL 0

12 MULYOHARJO 1

13 KUWASEN 0

14 BANDENGAN 1

15 WONOREJO 0

16 KEDUNG CINO 0

JUMLAH 13
Tabel 3.1. Jumlah desa yang ada di wilayah kerja UPTD Puskesmas Jepara

PROGRAM HEPATITIS 9
B. Standar Fasilitas
Secara standar, Fasilitas yang harus ada dalam pelayanan pencegahan dan penatalaksanaan
Hepatitis antara lain adalah :
1. Ruang pelayanan dengan ventilasi yang cukup
2. Buku Register pelayanan kesehatan, rekam medis pasien berserta ATk
3. APD : Masker Bedah, masker N95, handscoon, gown, hazmat, Face Shield untuk petugas
4. Pelayanan rujukan kasus yang di curigai Hepatitis

PROGRAM HEPATITIS 10
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. LINGKUP KEGIATAN
Adapun lingkup kegiatan upaya pencegahan dan pengendalian program penyakit
Hepatitis di UPTD Puskesmas Jepara dilaksanakan setiap hari.

B. METODE
Metode tatalaksana pelayanan Hepatitis, Meliputi
1. Penanganan Kaus yang di duga kasus Hepatitis di unit pelayanan kesehatan di
wilayah kerja Puskesmas Jepara (Ponkesdes dan Pustu), Balai Pengobatan (BP)
Umum dan Unit Gawat Darurat (UGD)
2. Rujukan ke jejaring fasilitas layanan kesehatan baik dari tingkat Ponkesdes dan
Pustu ke Puskesmas Jepara maupun dari Puskesmas Jepara ke rumah sakit Rujukan
3. Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidupsehat (PHBS) sehingga
terhindar dari penyakit Hepatitis.
4. Mensisualisasikan Program penyakit Hepatitis kemasyarkat
5. Pelaporan kasus diduga Hepatitis kedinas Kesehatan Kabupaten Bondowoso

C. KELANJUTAN KEGIATAN
Langkah kegiatan pencegahan dan penatalaksanaan penyakit Hepatitis mengikuti
siklus P1 -P2P-P3 dengan rincian kegiatan sebagai berikut :
1. Perencanaan
Perencanaan meliputi : Sosialisasi pencegahan dan pengendalian hepatitis dan penemuan
pasien yang diduga penyakit hepatitis
2. Pelaksanaan dan Penggerakan (P2P)
Pelaksanaan kegiatan P2P hepatitis setiap hari 24 jam.
Prinsip pencegahan dan pengendalian awal hepatitis adalah
a. Setia pada kasus di duga hepatitis harus segera di tindaklanjuti
b. Anamnesis :
1) Identitas Klien
2) Keluhan :
Tidak semua Kasus Hepatitis Menunjukan gejala. Gejala yang tidak terlalu
Nampak pada tahab awal infeksi dalam sekitar 80 % kasus. Sisanya bias
menunjukan gejala dengan tingkat yang bervariasi, meliputi : demam,
kelelahan, kehilangan nafsu makan, mual atau muntah, nyeri lambung, nyeri

PROGRAM HEPATITIS 11
sendi atau otot, peubahan frekensi BAB dan Buang air kecil, kulit dan bagian
putih mata menguning (Jaundice ), Gatal-gatal, perubahan mental, seperti
kurang konsentrasi atau koma, serta perdarahan dalam.

c. Pemeriksaan Fisik
Kelainan pada pemeriksaan fisik baru terlihat saat fase ikterik. Tampak
ikterus pada kulit maupun di selaput lendir. Selaput lendir yang mudah dilihat ialah
di sklera mata, palatum molle, dan frenulum lingua. Pada umumnya tidak ada
mulut yang berbau (foeter hepatikum) kecuali pada penderita hepatitis yang berat
misalnya pada hepatitis fulminan. Sangat jarang ditemukan spider nevi, eritema
palmaris, dan kelainan pada kuku (liver nail), jika ditemukan pada fase ikterik
tanda tersebut pada fase konvalesen. Hati teraba sedikit membesar (sekitar 2-3
cm dibawah arkus koste dan dibawah tulang rawan iga) dengan konsistensi lembek,
tepi yang tajam dan sedikit nyeri tekan terdapat pada + 70% penderita.
Ditemukan fist percussion positif (dengan memukulkan kepala tangan kanan pelan-
pelan pada telapak tangan kiri yang diletakkan pada arkus kostarum kanan
penderita dan penderita merasakan nyeri). kadang-kadang ditemukan adenopati
servikal pada 10-20 % penderita dan teraba limpa yang lembek sekitar + 20%
atau terisinya ruang Traube pada + 30% penderita. Tidak ditemukan ascites.
Tidak banyak ditemukan kelainan pada kulit, kecuali pada pasien yang
mengalami urtikaria yang umumnya bersifat sementara.
d. Rujukan Pasien ke Fasyankes Rujukan
e. Promosi kesehatan / sosialisasi tentang Hepatitis
1) Mengenal Penularan Hepatitis
2) Pencegahan Hepatitis
3. Penilaian, pengawasan dan penatalaksanaan (P3)
a. Pencatatan dilakukan sejak pasien menjadi terduga kasus hepatitis hingga pasien
dirujuk ke jejaring fasyankes. Pencatatan dilakukan dalan rekam medis pasien dan
buku laporan pelayanan kesehatan baik di unit wilayah (Ponkesdes dan Pustu), Balai
Pengobatan (BP. Umum) dan di Unit Gawat Darurat.
b. kegiatan penilaian, pengawasan dan penatalaksanaan dilaksanakan setiap ada kasus
c. Pelaporan dikirimkan ke Seksi P2P Dinas kesehatan kabupaten Bondowoso
d. Evaluasi dilaksanakan setiap tahun meliputi evaluasi indikator kinerja masukan
(input, proses, output) dan dampaknya. Hasil evaluasi dibahas dalam pertemuan untuk
selanjutnya dipakai sebagai penyusunan rencana kebutuhan dalam menetapkan
metode yang lebih efektif dan efisien pada periode berikutnya intervensi

PROGRAM HEPATITIS 12
BAB V
LOGISTIK
Logistik Program Pencegahan dan Pengendalian Hepatitis merupakan komponen
penting agar kegiatan program dapat dilaksanakan. Jenis-jenis logistik P2P Hepatitis pada
kasus Hepatitis di Puskesmas Jepara adalah melakukan identifikasi awal, pelayanan
kesehatan sesuai dengan protasp penatalaksanaan pelayanan kesehatan kasus Hepatitis,
melakukan pelaporan ke Dinas kesehatan kabupaten Bondowoso dan melakukan rujukan
pasien Rumah sakit Rujukan dan pemeriksaan Laboratorium ke laboratorium Rujukan

PROGRAM HEPATITIS 13
BAB VII
KESELAMATAN SASARAN

keselamatan sasaran adalah reduksi dan meminimalkan tindakan yang tidak aman
dalam system pelayanan kesehatan sebisa mungkin melalui praktik yang terbaik untuk mencapai
tujuan yang optimum dalam (The Canadian Patient Safety Dictionary, October 2003).
Keselamatan sasaran menghindarkan sasaran dari potensi masalah dalam pelayanan
kesehatan yang sebenarnya bertujuan untuk membantu sasaran.
Tujuan keselamatan sasaran adalah terciptanya budaya keselamatan sasaran
pelayanan kesehatan UPTD Puskesmas Jepara, meningkatnya akuntabilitas petugas kesehatan
terhadap sasaran, menurunnya kTD (kejadian tidak diharapkan), serta terlaksanya progra-
program pencegahan, sehingga tidak terjadi pengulangan kTD (kejadian tidak diharapkan).
Sasaran keselamatan sasaran pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud meliputi
tercapainya hal-hal sebagai berikut:
1. Ketepatan Identifikasi sasaran
Identifikasi sasaran kegiatan yang akan menerima pelayanan kesehatan sesuai rencana
kegiatan unit pelayanan kesehatan yang telah disusun.
2. Peningkatan komunikasi yang efektif
komunikasi yang efektif, akurat, lengkap, jelas dan dipahami oleh sasaran pelayanan
kesehatan akan mengurangi kesalahan dan menghasilkan peningkatan keselamatan
sasaran. Evaluasi diakhir pelayanan kesehatan dilakukan untuk memastikan sasaran tidak
salah memahami informasi yang diberikan.
3. Peningkatan keamanan sarana pelayanan kesehatan
Memantau lokasi, bangunan dan material pelayanan kesehatan yang dapat
membahayakan keselamatan sasaran pelayanan kesehatan.
4. kepastian tepat-lokasi, tepat-metoda, tepat-sasaran
Menyusun dan menerapkan standar operasional prosedur (SOP) pelayanan kesehatan untuk
menghindari kesalahan lokasi, metoda dan sasaran pelayanan dan promosi kesehatan.
5. Pengurangan risiko psikososial terkait pelayanan kesehatan
Resiko psikososial seperti bosan, mengantuk, lelah dan pusing dapat terjadi selama pelayanan
kesehatan berlangsung. Untuk meminimalisir bahkan menghindari hal tersebut diperlukan
komitmen bersama sasaran, memilih metoda yang tepat dan memberikan reward.
6. Pengurangan risiko sasaran terjatuh/terluka
Memilih dan memantau lokasi pelayanan kesehatan untuk menghindari sasaran mengalami
cedera baik dalam ruangan menerima pelayanan kesehatan. Sistem keselamatan sasaran

PROGRAM HEPATITIS 14
pelayanan kesehatan dilakukan dengan melakukan assesment
resiko, dampak dan menyusun implementasi solusi untuk mengendalikan atau meminimalkan
timbulnya resiko.
Sistem kesehatan Sasaran Unit Pelayanan Hepatitis
No Lokasi Resiko sasaran Dampak/akibat Penatalaksanaan
1 Dalam Salah memahami  Saalah menerapkan  Menyampaikan
Gedung informasi yang di terima informasi yang materi yang benar dan
fisik (dinding lantai diterima sakit akibat jelas menggunakan
pencahayaan, suhu / tersandung terpeleset, metode yang tepat
kelembapan tertabrak.  Pemantaian berkala
 Kepanasan, fisik bangunan
 pengap,
 kenyamanan
terganggu
2 Luar Transportasi menuju Resiko kecelakaan lalu Rambu peringatan
Gedung lokasi penyuluhan lintas
Psikososial  Mengantuk  Membangun
 Pusing komitmet Bersama
 Bosan  Menyampaikan

 Lelah materi efektif dan


efisian
 Pemilihan metode
promkes yang tepat

PROGRAM HEPATITIS 15
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
Dalam undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan, pasal 23 dinyatakan bahwa
upaya kesehatan dan keselamatan kerja (k3) harus dilaksanakan disemua tempat kerja,
khususnya tempat kerja yang mempunyai resiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit
atau mempunyai karyawan sedikitnya 10 orang. Jika memperhatikan dari isi pasal diatas, maka
jelaslah bahwa Puskesmas termasuk dalam kriteria tempat kerja dengan berbagai ancaman
bahaya yang dapat menimbulkan dampak kesehatan, tidak hanya terhadap para pelaku
langsung yang bekerja di Puskesmas, tetapi juga terhadap pasien maupun pengunjung
Puskesmas.
Risk Assesment melakukan identifikasi potensi bahaya atau faktor risiko dan dampak
atau akibatnya. Dari berbagai potensi bahaya tersebut, maka perlu upaya untuk
mengendalikan, meminimalisasi dan bila mungkin meniadakannya. Penyelenggaraan kesehatan
kerja petugas di unit pelayanan UPTD Puskesmas Jepara adalah sebagai berikut :
Sistem keselamatan kerja Unit Pelayanan Kesehatan

No Lokasi Potensi/Resiko Dampak/Akibat Penatalaksanaan


1 Dalam Kesalahan informasi Menurunkan tingkat Menggunakan
Gedung yang dibarikan kepercayaan sasaran referensi /
melalui media Sakit akibat rujukan resmi
informasi kesehatan tersandung, terpeleset
fisik (dinding, lantai, tertabrak
suhu kelembapan) kenyamanan
terganggu
Luar Transportasi menuju Kecelakaan lalu Rambu
Gedung sasaran kerja lintas peringatan,
menggunakan
APD berkendara,
membangun
komitmen
bersama
Beban kerja Setres, pusing, Membangun
boesan Lelah kumitmen
Bersama,
mengorganisasian
kerja. Rewerd,

PROGRAM HEPATITIS 16
refresing

BAB VIII
PENATALAKSANAAN MUTU

Penatalaksanaan mutu (quality control) dalam menajemen mutu merupakam suatu


sustem kegiatan teknis yang bersifat ruin yang dirancang untuk mengukur dan menilai mutu
produk atau jasa yang diberikan kepada sasaran. Penatalaksanaan mutu pada unit pelayanan
promosi kesehatan UPTDD Puskesmas Jepara diperlukan agar terjaga kualitasnya
sehingga memuaskan masyarakat sebagai sasaran. Penjaminan mutu kesehatan pelayanan
dapat diselenggarakan melalui berbagai model manajemen kendali mutu. Salah satu
manajemen yang dapat digunakan adalah model PDCA (Plan, Do, Check, Action) yang
akan menghasilkan pengembangan berkelanjutan (continous improvement) atau kaizen mutu
pelayanan promosi kesehatan. Penatalaksanaan mutu pelayanan klinik terintegritas dengan
program penatalaksanaan mutu pelayanan klinik Puskesmas yang dilaksanakan secara
berkesinambungan.
Kegiaan penatalaksanaan mutu pelayanan klinis meliputi:.
1. Perencanaan, yaitu menyusun rencana kerja dan cara monitoring dan evaluasi
untuk peningkatan mutu standar.
2. Pelaksanaan, yaitu :
Pelaksanaan, yaitu : Monitoring dan evaluasi capaian pelaksanaan rencana kerja
(membandingkan antara capaian dan rencana kerja). membarikan umpan balik
terhadap hasil capaian
3. Tindakan hasil monitoring dan evaluasi yaitu : Melakukan perbaikan kualitas
pelayanan standar.
4. Meningkatkan kualitas pelayanan jika capaian sudah memuaskan.
Monitoring merupakan kegiatan pemantauan selama prose berlangsung
untuk memastikan bahwa aktifitas berlangsung sesuai dengan yang direncanakan. Monitoring
dapat dilakukan oleh tenaga medis dan paramedik yang melakukan proses
Aktifitas monitoring perlu direncanakan untuk mengoptimalkan hasil pemantauan.
Contoh : monitoring pelayanan pasien, monitoring kinerja tenaga kesehatan.
Sedangkan untuk menilai hasil atau capaian pelaksanaan pelayanan klinis, dilakukan
evaluasi. Evaluasi dilakukan terhadap data yang dikumpulkan yang diperoleh melalui metode
berdasarkan waktu, cara dan tehnis pengambilan data.
a. Berdasarkan waktu pengambilan data, terdiri atas ;
1) Retrospektif

PROGRAM HEPATITIS 17
Pengambilan data dilakukan setelah pelayanan dilaksanakan. Contoh : survey
kepuasan pelanggan, laporan mutasi barang.

2) Prospektif
Pengambilan data dijalankan bersamaan dengan pelaksanaan pelayanan.
Contoh : waktu pelayanan kesehatan di Puskesmas, sesuai dengan kebutuhan.
b. Berdasarkan sumber pengambilan data, terdiri atas :
1) Langsung (data primer).
Data diperoleh secara langsung dari sumber informasi oleh
pengambil data. Contoh : survey kepuasan pelanggan
terhadap kualitas pelayanan klinis.
2) Tidak langsung (tidak langsung).
Data diperoleh dari sumber informasi yang tidak langsung.

Contoh : catatan riwayat penyakit yang lalu.


Berdasarkan Cara pengambilan data ;

3) Survei
Survei yaitu pengumpulan data dengan
menggunakan kuesioner. Contoh : survey
kepuasan pelanggan.
4) Observasi.
Observasi yaitu pengamatan langsung aktivitas atau proses dengan menggunakan
ceklist atau perekaman.
c. Pelaksanaan evaluasi terdiri dari :
1) Audit

Audit merupakan usaha untuk menyempurnakan kualitas pelayanan dengan


pengukuran kinerja bagi yang memberikan pelayanan dengan menentukan
kinerja yang berkaitan dengan standar yang dikehendaki dan dengan
menyempurnakan kinerja tersebut. Oleh
karena itu audit merupakan alat untuk menilai, mengevaluasi, menyempurnakan
pelayanan klinis secara sistematis.
Terdapat 2 macam audit yaitu :

a) Audit klinis.

Audit klinis yaitu analisis klinis sistematis terhadap pelayanan klinis,


meliputi prosedur yang digunakan untuk pelayanan, penggunaan

PROGRAM HEPATITIS 18
sumberdaya, hasil yang didapat dan kualitas hidup pasien. Audit klinis
dikaitkan dengan pengobatan berbasis bukti.

b) Audit Profesional.

Audit Profesional yaitu analisis kritis pelayanan klinis seluruh tenaga


medis dan paramedis terkait dengan pencapaian sasaran yang
disepakati, penggunaan sumberdaya dan hasil yang diperoleh. Contoh
: audit pelaksanaan sistem manajemen mutu.

c) Review (pengkajian).

Review (pengkajian) yaitu tinjauan atau kajian terhadap pelayanan


klinis tanpa dibandingkan dengan standar.
Contoh : kajian penggunaan antibiotik.

Indicator Mutu Pencegahan dan Penatalaksanaan Penyakit Hepatitis


1. Input
No Uraian Standar Kompensasi Target
1 Sumber Untuk dokter penanggung 100
Daya jawab, pelaksana Program Dan
Paramedis

2. Proses
No Standar Komptensi Target
1 SOP Penatalaksanaan Hepatitis
2 SOP Kunjungan Rumah ADA
3 Kepatuhan Petugas Terhadap SOP

3. Out Put
No Uraian Target
1 Kepuasan 80%

PROGRAM HEPATITIS 19
BAB IX
PENUTUP

Pedoman Pecegahan dan Pengendalian Penyakit Hepatitis Puskesmas Jepara ini


digunakan sebagai acuan pelaksanaan pelayanan di Puskesmas Jepara diperlukan komitmen dan
kerjasama semua pihak. Hal tersebut akan menjadikan pelayanan semakin optimal dan dapat
dirasakan manfaatnya oleh masyarakat yang diwilayah kerja puskesmas Jepara. Sehingga
kepuasan masyarakat pengguna layanan kesehatan Puskesmas Jepara pun meningkat

PROGRAM HEPATITIS 20
BAB IX
PENUTUP

Kiranya dapat diingatkan kembali bahwa promosi kesehatan untuk peningkatan


PHBS di Puskesmas bukanlah tugas petugas PKM di Puskesmas saja. Namun tanggung
jawab upaya promosi kesehatan di Puskesmas Jepara adalah Kepala Puskesmas, dan
mejadi tugas bagi seluruh petugas kesehatan Puskesmas. Yang paling penting dilaksanakan
dalam rangka promosi kesehatan puskesmas adalah upaya-upaya pemberdayaan, baik
pemberdayaan tehadap pelanggan maupun tehadap individu/keluarga/masyarakat yang
sehat.
Namun demikian, upaya-upaya pemberdayaan ini akan lebih behasil, jika didukung
oleh upaya-upaya bina suasana dan advokasi. Bina suasana dilakukan tehadapa mereka
yang paling bepengaruh tehadap pasien/individu/keluarga/masyarakat. Sedangkan advokasi
dilakukan tehadap mereka yang dapat mendukung/ membantu Puskesmas dari segi
kebijakan atau peraturan perundang-undangan dan sumber daya, dalam rangka
memberdayakan pasien/individu/keluarga/masyarakat.
Banyak sekali peluang untuk melaksanakan promosi kesehatan. Puskesmas, yaitu
didalam gedung dan diluar gedung puskesmas atau masyarakat. Peluang-peluang tersebut
harus dapat dimanfaatkan dengan baik, sehingga upaya wajib Puskesmas, yaitu promosi
kesehatan dapat terlaksana dengan baik.
Keberhasilan kegiatan program Promosi Kesehatan tergantung pada komitmen
yang kuat dari semua pihak terkait dalam upaya meningkatkan kemandirian masyarakat
dan peran serta aktif masyarakat dalam bidang kesehatan.
.

PROGRAM HEPATITIS 21

Anda mungkin juga menyukai