Anda di halaman 1dari 22

PROGRAM EVALUASI HEPATITIS

K ELO M P O K 2 :

A R L A ER I T SI K TI A C A N A N P M . 20 2 8 0 2 1 0 0 9
N U R U L A ZI Z A N P M . 20 2 8 0 2 1 0 1 0
A N N I S A S U LI S TYA N P M . 20 2 8 0 2 1 0 11
JOKO APRIYONO N P M . 20 2 8 0 2 1 0 1 2
ERWA N SA N I ELBA N D S N P M .2 0 2 8 0 2 1 0 13
A G U S TA S A R A S WAT I N P M .2 0 2 8 0 2 1 0 14
BA M B A N G PU J I A N TO N P M . 20 2 8 0 2 1 0 1 6
C L A R A S Y LV I A A G U S TIN N P M .2 0 2 8 0 2 1 0 18
M EG A ZU LFATU S SO R AYA N P M .2 0 2 8 0 2 1 0 20
LATAR BELAKANG

Di dunia, Virus Hepatitis B (VHB) telah menginfeksi sebanyak 2 milyar orang, sekitar 240 juta diantaranya
merupakan pengidap VHB kronik, dan 600.000 orang orang meninggal setiap tahunnya. Hepatitis C juga
merupakan masalah kesehatan di dunia termasuk Indonesia. Jumlah penderita Hepatitis C diperkirakan sebanyak
170 juta orang.
Jumlah kematian akibat hepatitis virus terus meningkat, sekitar 47% disebabkan virus hepatitis B, 48% virus
hepatitis C dan sisanya virus hepatitis A dan virus hepatitis E.
Hepatitis B merupakan penyakit menular dan serius dalam bentuk Peradangan hati yang disebabkan oleh

virus hepatitis B (HBV) yang dapat menyebabkan penyakit akut maupun kronis. Penyakit Hepatitis B

merupakan masalah kesehatan masyarakat seluruh negara di dunia.

Diperkirakan bahwa sepertiga populasi dunia pernah terpajan virus ini dan 350 - 400 juta orang

diantaranya merupakan pengidap Hepatitis B. Kebanyakan mereka tidak menyadari telah terinfeksi.

Lebih dari 686.000 orang meninggal setiap tahun akibat komplikasi dari hepatitis B, termasuk sirosis dan

kanker hati.
Indonesia merupakan negara endemis tinggi Virus Hepatitis B (VHB) dan merupakan negara dengan pengidap

Hepatitis B nomor 2 terbesar sesudah Myanmar diantara negara-negara anggota WHO SEAR (South East Asian Region).

Mengingat kondisi sanitasi lingkungan, higiene dan sanitasi pangan, serta perilaku hidup bersih dan sehat yang belum

optimal, maka masyarakat Indonesia merupakan kelompok berisiko untuk tertular Hepatitis A dan Hepatitis E. Laporan yang

diterima oleh Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa setiap tahun selalu terjadi KLB Hepatitis A, sedangkan untuk

Hepatitis E jarang dilaporkan di Indonesia.


(WHO, 2012) Sekitar 23 juta penduduk Indonesia telah terinfeksi Hepatitis B. Hasil Riset Kesehatan

Dasar (Riskesdas) tahun 2007 menunjukkan bahwa Hepatitis klinis terdeteksi di seluruh propinsi di

Indonesia dengan prevalensi sebesar 0,6% (rentang: 0,2%-1,9%)

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan proporsi HBsAg positif sebesar 7,1

%. Secara genotip, virus Hepatitis B di Indonesia kebanyakan merupakan virus dengan genotip B

(66%), diikuti oleh C (26%), D (7%) dan A (0.8%).


RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat dirumuskan permasalahan yaitu

bagaimana pencapaian, penanggulangan serta pemecahan masalah dari

kekurangan program evaluasi hepatitis untuk dilakukannya evaluasi


TINJAUAN PUSTAKA

Hepatitis yang merupakan peradangan hati yang dapat berkembang menjadi

fibrosis, sirosis atau kanker hati, disebabkan oleh berbagai faktor seperti infeksi

virus, zat beracun, dan penyakit autoimun. Penyebab paling umum Hepatitis

adalah yang disebabkan oleh Virus Hepatitis A, B, C, D dan E.


JENIS HEPATITIS

Jenis Hepatitis Virus terdiri atas:


a. Hepatitis A, disebabkan oleh Virus Hepatitis A (VHA);
b. Hepatitis B, disebabkan oleh Virus Hepatitis B (VHB);
c. Hepatitis C, disebabkan oleh Virus Hepatitis C (VHC);
d. Hepatitis D, disebabkan oleh Virus Hepatitis D (VHD);
e. Hepatitis E, disebabkan oleh Virus Hepatitis E (VHE).
Terhadap jenis Hepatitis Virus diselenggarakan penanggulangan berdasarkan cara
penularannya, yaitu:

a. Hepatitis Virus yang penularannya melalui fecal oral untuk


Hepatitis A dan Hepatitis E; dan

b. Hepatitis Virus yang penularannya melalui parenteral untuk Hepatitis B, Hepatitis C,


dan Hepatitis D.
• Penanggulangan Hepatitis Virus dilakukan melalui kegiatan:
a. promosi kesehatan;
b. perlindungan khusus;
c. pemberian imunisasi;
d. surveilans Hepatitis Virus;
e. pengendalian faktor risiko;
f. deteksi dini dan penemuan kasus; dan/atau
g. penanganan kasus;
C A PA I A N PR O G R A M H E PAT I T I S H E PATI T I S B

Dari grafik disamping menunjukkan


bahwa Provinsi lampung telah mencapai
indikator nasional tahun 2020 yaitu 85 %
karena Kabupaten/kota di provinsi
lampung telah melaksanakan DDHBC
sebesar 100 %.
LANJUTAN HEPATITIS B …

Capaian Provinsi Lampung tahun 2020


100
90 87.35
80.05 78.12 Target : 80 %
80 75.69
72.67 70.39
70 65.89 65.42 65.30
60.48 60.09 59.62 58.63
60 57.66 55.18
50
40 32.96
30
20
10
LANJUTAN HEPATITIS B …

Pada Tahun 2020 kegiatan Triple Eliminasi merupakan kegiatan deteksi dini atau screnning pada ibu
hamil pemeriksaan hepatitis B , HIV dan Sifilis, Dengan jumlah sasaran pada ibu hamil sebanyak 165.155
orang dan yang telah discreening Hepatitis B sebanyak 107.828 Ibu hamil artinya capaian sebesar 65,30 %
dari target Nasional sebesar 80 %.

Penyebabnya karena Pandemi covid 19 dimana banyak ibu hamil yang tidak melakukan ANC serta
terbatasnya kegiatan-kegiatan luar gedung yang di lakukan petugas akibat pandemic Covid 19
L A N J U TA N H E PAT I T I S B …
LANJUTAN HEPATITIS B …

Sejak dimulainya kegiatan Detesi Dini Hepatitis B tahun 2016 hingga menjadi kegiatan Triple
Eliminasi Hepatitis B, HIV, dan Sifilis pada tahun 2019 hngga 2020 di provinsi lampung
berdampak pada semakin banyaknya bayi – bayi yang di berikan Imunoglobulin Hepatitis B
(HBIG)

Sebagai upaya tindaklanjut dari screnning hepatitis B pada ibu hamil dengan target sebesar
100% artinya seluruh ibu hamil yang reaktif HBsAg maka bayi yang dilahirkan harus diberikan
HBIG segera setelah lahir ( kurang dari 24 jam), meskipun capaian provinsi lampung belum
mencapai 100 % hal ini disebabkan masih kurang baiknya pencatatan dan pelaporan yang ada di
puskesmas meskipun memang ada terjadi lost to follow up pada bayi dari ibu yang reaktif karena
hal-hal tertentu di lapangan.
CAPAIAN PROGRAM HE PATITISHE PAT IT IS C

10,000 9,439
9,000
8,000
7,000
6,000
5,000
4,000
3,000
2,000
1,000
110 96 57 54 24 13 13
0
#Tes Anti #Anti HCV #Tes VL #VL HCV #Mulai #Terapi #Tes SVR12 #SVR
HCV Positif HCV Terdeteksi Terapi Lengkap

Layanan Hepatitis C di Provinsi Lampung telah dilakukan sejak April 2018, selama tahun 2020 sebanyak 9.439 orang
telah di periksa anti HCV, dengan hasil 1,16 % dinyatakan positif dari test skrenning hepatitis C yang dilakukan.

Sasaran pemeriksaan anti HCV di puskesmas yaitu Tenaga kesehatan puskesmas & Pasien HIV, sedangkan di RS berasal
dari Pasien Rawat jalan, Rawat inap, Hemodialisa, dan pasien Medical Cek up yang di rekomedasikan oleh dokter yang
memeriksa. Dan dari 13 orang yang sudah pengobatan tengkap dan melakukan tes follow up (SVR12) 13 orang tersebut di
nyatakan sembuh. Hal ini menunjukkan bahwa obat Direct Acting Antiviral (DAA) sangat efektif.
PERMASALAHAN PROGRAM HEPATITIS B

HEPATITIS B

Meskipun provinsi lampung sudah 100 % kabupaten/kota melaksanakan Deteksi dini hepatitis B namun
pelaksanaanya masih belum hal ini dibuktikan dengan Persentase ibu hamil yang di screnning hepatitis B di bawah
target nasional (65,30 % ) salah satunya penyebabnya karena Pandemi covid 19 dimana banyak ibu hamil yang tidak
melakukan ANC serta terbatasnya kegiatan-kegiatan luar gedung yang di lakukan petugas akibat pandemic Covid 19 ini
seperti pelaksanaan Kelas ibu dan kegiatan posyandu dimana kegiatan-kegiatan tersebut merupakan sarana dalam
menjaring ibu hamil untuk melakukan deteksi dini hepatitis B selain kegiatan ANC di puskesmas.

Kegiatan screnning hepatitis B, HIV, Sifilis pada ibu hamil belum terintegrasinya dengan program KIA di fasilitas
kesehatan sehingga banyak ibu hamil yang ANC namun tidak diperiksa Hepatitis B.Hal ini dibuktikan dengan tidak
samanya hasil capaain kunjunngan K1 dan K4 pada program KIA dengan capaian DDHB padahal sasarannya adalah
sama yaitu ibu hamil dan pelaksanaannya juga sama yaitu pada kunjungan ANC ( ANC terpadu)
LANJUTAN …

• Tedapat perbedaan antara hasil pemeriksaan antara Hepatitis B, HIV, dan Sifilis pada ibu hamil
padahal seharusnya keseluruhan pemeriksaan dilakukan pada satu waktu yaitu pada saat si ubu
hamil melakukan ANC
• Tidak seluruh ibu hamil memeriksaan kehamilannya di puskesmas, ada yang periksa di klinik, RS,
maupun Dokter/Bidan praktek mandiri. Selain itu juga terdapat puskesmas-puskesmas di beberapa
kabupaten yang tidak melaporkan dengan baik terkait pelaksanaan deteksi dini hepatitis B
• Masih adanya lost to follow up pemeriksaan lanjutan usia lebih dari 9 bulan pada bayi-bayi atau
anak dari ibu reaktif HBsAG hal ini dibuktikan dengan hasil Jumlah bayi yang di lakukan
pemeriksaan Follow up HBsAg usia > 9 bulan (30,4 %)
HEPATITIS C

HEPATITIS C

Masih rendahnya cakupan pemeriksaan hepatitis C baik pada populasi beresiko maupun kelompok beresiko,
dan pada tahun 2020 pelaksanaan screening belum dilakukan secara skrinning Hepatitis C terfokus, Layanan
Rujukan RSAM sebagai satu-satunya Rumah sakit rujukan di provinsi Lampung juga belum berjalan dengan baik
salah satunya karena belum tersosialisasinya layanan hepatitis C kepada seluruh layanan kesehatan yang ada di
rumah sakit tersebut

Kegiatan Skrining yang dilakukan di puskemas baik pada populasi beresiko maupun kelompok beresiko di pada
tahun 2020 belum terlaporkan secara baik di system laporan SIHEPI, hal ini dibuktiakn dengan ketidak sesuainya
data penggunaan logistik RDT Anti HCV dengan hasil paoran dari kabupaten/kota

Permasalahan ketersediaan obat DAA sebagai Obat Hepatitis C yang sempat mengalami kekosongan di
pertengahan tahun hingga akhir tahun 2020 menyebabkan terjadinya lost to follow up pasien – pasien yang sudah
melakukan screening hepatitis C.
PEMECAHAN MASALAH

1. Puskesmas Perlu melakukan Pertemuan Advokasi & Sosialisasi untuk mengintegrasikan program Hepatitis & program HIV AIDS
& program KIA untuk mengingkatkan cakupan screnning pada ibu hamil yang berkunjung di puskesmas ( Kepala puskesmas
perlu membuatkan SK TIM TRIPLE ELIMINASI HIV,SIFILIS, HEP.B sebagai payung hukum dan dasar dalam pelaksanaan
kegiatan di puskesmas) dapat menggunakan dana BOK /JKN Puskesmas
2. Perlu dilakukan Peningkatan Kapasitas Petugas baik Bidan Koordinator, Bidam Desa, Petugas laboratorium, Dokter/Petugas BP,
& Laboratorium Puskesmas (Tim ini sudah pernah di latih oleh provinsi dari tahun 2017-2020) dapat menggunakan dana BOK
/JKN Puskesmas
3. Melakukan Jejaring Eksternal dengan Dokter Praktek swasta, Bidan praktek swasta, klinik bersalin, RS di wilayah kerja
puskesmas untuk pelaksanaan kegiatan deteksi dini Hep. B, Sifilis, HIV (Logistik di support semua oleh provisi)
4. Perlunya melakukan Sosialisasi tentang Pengendalian penyakit Hepatitis B & C pada masyarakat baik menggunakan media cetak
maupun elektronik seperti Spanduk, Poster, Iklan di radio, maupun penayangan video edukasi program Hepatitis di puskesmas.
5. Pemanfaatan dana BOK untuk kegiatan luar gedung (kunjungan rumah ) yang dilakukan oleh bidan desa/ petugas puskesmas
dalam rangka pematauan Bayi- bayi di berikan HBIG (Pemeriksaan HBsAg pada usia di atas 9 bulan)
6. Perlunya melakukan koordinasi dan advokasi di semua level kebijakan baik dari tingkat provinsi, RSAM, dan dinas kesehatan
kota Bandar lampung untuk meningkatakan cakupan layanan hepatitis C di wilayah kerja Bandar lampung dan RSAM sebagai RS
Rujukan
DAFTAR PUSTAKA

• Adioutomo, Sari Martiningsih dan Ghazy Mujahid. 2014. Indonesia on The Threeshold of Population Ageing.
UNFPA Indonesia.
• Kementerian Kesehatan RI. 2015. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2015
• Kementerian Kesehatan RI. 2019. Riset Kesehatan Dasar 2018. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI.
• CDC. (2013). Overview Of Ecaluating Surveillance Systems. Retrieved Desember 17, 2018, from
www.cdc.gov:https://www.cdc.gov/globalhealth/healthprotection/fetp/training_modules/12/eval-surv-sys_fieldg_f
inal_09262013.pdf

• Kementerian Kesehatan RI. (2015). PETUNJUK TEKNIS DETEKSI DINI HEPATITIS B DAN C PADA
KELOMPOK MASYARAKAT BERISIKO TINGGI. Jakarta: Kemenkes RI
• PMK Nomor 52 Tahun 2017. (2017, November 13). PMK Nomor 52 Tahun 2017 tentang Eliminasi Penularan
HIV, SIFILIS, dan Hepatitis B dari ibu ke anak. Retrieved Desember 17, 2018, from www.persi.or.id:
https://www.persi.or.id/images/regulasi/permenkes/pmk522017.pdf
• Umare Abdi, et al. (2016). Hepatitis B Virus Infections and Associated Factors among Pregnant Woman Attending
Antenatal Care Clinic at Deder Hospital, Eastern Ethiopia. PLOS ONE | DOI:10.1371/journal.pone.0166936, 7-8.
• WHO. (2006). Communicable disease surveillance and response
systems. Swiss. Retrieved Januari 4, 2019

Anda mungkin juga menyukai