Anda di halaman 1dari 19

LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : drg Anitiyas Rosida
NIP : 19841005 201101 2 005
Jabatan : Kepala Puskesmas

Dengan ini mengesahkan / memberlakukan pedoman dengan judul “Program


Deteksi Dini Hepatitis” Tahun 2022 sebagai dasar pelaksanaan kegiatan
Program Deteksi Dini Hepatitis.

Mojokerto, 2022

Kepala UPT Puskesmas Mentikan

dr. Hesty Mustika Dewi


NIP. 19841005 201101 2 005
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala rahmat dan hidayahNya, sehingga penyusunan Pedoman Program
Deteksi Dini Hepatitis Puskesmas Mentikan dapat diselesaikan dengan baik.
Puskesmas Mentikan sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas
Kesehatan Kota Mojokerto yang bertanggungjawab menyelenggarakan
pembangunan kesehatan di wilayahkerja 4 kelurahan di Kecamatan Prajurit
Kulon, mempunyai posisi yang strategis dalam rangka mewujudkan
masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat, sehingga masyarakat dapat
memperoleh pelayanan kesehatan yang optimal.
Pedoman Program Deteksi Dini Hepatitis Puskesmas Mentikan ini
merupakan acuan minimal yang diperlukan untuk melaksanakan Program
Deteksi Dini Hepatitis di Puskesmas Mentikan agar tercapai pelayanan yang
terstandar, aman dan bermutu.
Dengan tersusunnya pedoman ini, kami mengucapkan terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan
kontribusi dalam penyusunan pedoman ini.
Kami sadari pedoman ini masih belum sempurna, oleh karenanya
masukan dan saran perbaikan sangat kami harapkan guna
penyempurnaannya.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan rahmat dan hidayahNya
kepada kita semua. Amin.

Mojokerto, 2020
Penanggungjawab Program
Deteksi Dini Hepatitis

Elfa Rosyidah Amd. Keb


DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i

LEMBAR PENGESAHAN..........................................................................ii

KATA PENGANTAR....................................................................................iii

DAFTAR ISI ................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................1
B. Tujuan Program............................................................................2
C. Sasaran Program..........................................................................2
D. Ruang Lingkup Program.............................................................2
E. Batasan Operasional....................................................................2

BAB II STANDAR KETENAGAAN.............................................................3

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia..............................................3


B. Distribusi Ketenagaan.................................................................3
C. Jadwal Kegiatan...........................................................................3

BAB III STANDAR FASILITAS ..................................................................4

A. Denah Ruangan............................................................................4
B. Standar Fasilitas...........................................................................5

BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN....................................................7

A. Lingkup Kegiatan.........................................................................7
B. Metode...........................................................................................7
C. Langkah Kegiatan........................................................................7

BAB V LOGISTIK........................................................................................9

BAB VI KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN....................................10

BAB VII KESELAMATAN KERJA............................................................12

BAB VIII PENGENDALIAN MUTU............................................................15

BAB IX PENUTUP.....................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Puskesmas Mentikan adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan
Kota Mojokerto yang berada di Kecamatan Prajurit Kulon, wilayah
kerjanya meliputi Kelurahan Mentikan, Kelurahan Kauman, Kelurahan
Miji dan Kelurahan Pulorejo.
Visi Puskesmas Mentikan adalah menjadi pusat pelayanan kesehatan
dasar yang bermutu mewujudkan masyarakat sehat, cerdas, maju,
sejahtera dan bermoral. Untuk mewujudkan visi tersebut, Puskesmas
Mentikan menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya
kesehatan masyarakat. Dalam menyelenggarakan upaya kesehatan
perorangan. Dan salah satu dari target penyehatan perorangan tersebut
adalah pasien yang akan melaksanakan ibadah haji pada tahun itu.
Sehingga diperlukan kondisi fisik yang prima untuk melakukan ibadah
haji terseut. Hal tersebut juga berlaku untuk menetapkan status pasien,
yaitu istithoah atau tidak.
Hepatitis adalah peradangan hati yang disebabkan oleh bakteri,
parasit, virus, autoimmune, alkohol. Dari keseluruhan penyebab tersebut
yang menjadi masalah kesehatan masyarakat adalah Hepatitis virus.
Hepatitis virus terdapat beberapa jenis yaitu Hepatitis A dan E, yang
ditularkan secara fecal oral, bersifat akut, sering timbul sebagai Kejadian
Luar Biasa, dapat sembuh sempurna dan tidak menjadi kronis, sedangkan
Hepatitis B, C dan D ditularkan secara parenteral, dapat menjadi kronis,
sirosis lalu menjadi kanker hati. Karena Hepatitis B dan C dapat menjadi
kronis, sebagian besar dari masyarakat yang terinfeksi Hepatitis B dan C
(Hepatitis D akan timbul apabila seseorang terinfeksi Hepatitis B) ini
terlambat diketahui, sehingga diketahui pada saat mereka sudah menjadi
kronis, sirosis bahkan kanker hati. Oleh karena itu perlu dilakukan Deteksi
Dini Hepatitis B dan C. agar dapat dikurangi akibat lebih lanjut dari
penyakit ini.
Dengan diketahuinya besaran masalah hepatitis secara global dan
dampaknya terhadap kesehatan masyarakat, maka pada tanggal 20 Mei
2010, World Health Assembly (WHA) dalam sidang di Geneva telah
menyetujui mengadopsi resolusi hepatitis (Resolusi WHA 63.18 Tahun
2010 tentang Hepatitis), yaitu semua Negara di dunia sudah saatnya
melakukan pengendalian hepatitis.

B. TUJUAN PEDOMAN
1. TUJUAN UMUM
Terlaksananya kegiatan deteksi dini Hepatitis B di Puskesmas
Mentikan

2. TUJUAN KHUSUS
a. Deteksi dini Hepatitis B pada kelompok masyarakat berisiko
tinggi.
b. Deteksi dini Hepatitis B pada kelompok ibu hamil.
c. Melakukan rujukan kasus pada mereka yang menunjukkan hasil
pemeriksaan laboratorium Hepatitis B reaktif.
d. Penyuluhan atau KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi)
tentang Hepatitis B.
e. Melakukan upaya pencegahan.

C. SASARAN PEDOMAN
1. Petugas pemegang program Deteksi dini Hepatitis B
2. Ibu hamil dan kelompok risiko tinggi ( tenaga Kesehatan, LGBT,
keluarga dengan anggota keluarga positif hepatitis B, warga
binaan, WPS, dll)

D. RUANG LINGKUP PEDOMAN


Pelayanan screening deteksi dini hepatitis B, di lakukan pada Ibu
hamil dan kelompok risti yang berada di wilayah kerja Puskesmas
Mentikan.

E. BATASAN OPERASIONAL
Deteksi dini hepatitis B adalah screening pada ibu hamil dan
kelompok risiko tinggi yang berada di wilayah kerja puskesmas Mentikan.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA


Tenaga kesehatan yang ditunjuk untuk melaksanakan
pelayanan kesehatan DDHB bagi Ibu hamil dan kelompok risti adalah
dokter, perawat, dan bidan. Sedangkan untuk pemeriksaan klinis di
lakukan oleh tenaga analis yang berada di puskesmas Mentikan.

B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
NO UNIT PELAYANAN KUALIFIKASI JUMLAH
1 Puskesmas Mentikan Dokter 3
2 Puskesmas Mentikan Perawat 12
3 Puskesmas Mentikan Analis 3
4 Puskesmas Mentikan Bidan 8

C. JADWAL KEGIATAN
Adapun jam buka Pelayanan untuk screening DDHB ibu hamil
dilakukan sewaktu buka pelayanan ANC yaitu hari Senin di Pustu Miji,
Selasa di pustu Pulorejo dan Rabu di Induk Mentikan. Pengambilan
Sampel di Laboratorium Puskesmas Mentikan berdasarkan rujukan
internal yang di berikan oleh bidan..
Sedangkan untuk DDHB untuk kelompok risiko tinggi, di lakukan
setiap kali pelayanan di ruang pemeriksaan Umum. Yang dilakukan oleh
Doker ataupun perawat yang bertugas.
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. DENAH RUANG
Puskesmas Mentikan mempunyai denah bangunan yang berisi
letak ruangan-ruangan yang terdapat di dalamnya untuk memberikan
informasi ke masyarakat tentang tempat/lokasi pelayanan, khususnya
pelayanan kefarmasian. Ruangan di Puskesmas Mentikan diberikan
papan nama sesuai dengan jenis pelayanannya.
Denah Puskesmas Mentikan adalah sebagai berikut:
B. STANDAR FASILITAS
1. PERALATAN
Peralatan Puskesmas adalah peralatan medis dan non medis
termasuk mebelair dan bahan habis pakai yang dimiliki Puskesmas
untuk melaksanakan kegiatan program di Puskesmas, yang
mencakup rincian informasi mengenai peralatan.
Dalam pelaksanaan kegiatan, dibutuhkan beberapa sarana atau
fasilitas bagi menunjang keterlaksanaanya kegiatan program DDHB
Beberapa sarana atau fasilitas penunjang yang dapat membantu
tugas program DDHB yaitu :
a. Alat Transportasi Kendaraan berfungsi untuk menunjang kegiatan
DDHB menuju lokasi kejadian.
b. Alat Komunikasi Alat komunikasi berperan penting dalam
menunjang komunikasi dengan lintas program dan lintas sektor
dalam pelaksanaan kegiatan DDHB.
c. Alat Pencatatan dan Pelaporan
d. Laptop atau computer dapat digunakan sebagi sarana mencatat
laporan dan mengirimkan laporan ke DINKES Kota.

PERALATAN PEMERIKSAAN IBU HAMIL dan KELOMPOK RISIKO


TINGGI
No Jenis Peralatan Jumlah alat yang
berfungsi baik
A Peralatan Unit Pelayanan
Lemari berkas 2
Meja periksa 2
Kursi 4
Tempat tidur periksa pasien 1
Timbangan badan 1
Alat ukur tinggi badan 1
Tensimeter 2
Meteran 1
Rak meja 1
PC all in one 1
Jumlah 18 buah
2. PENYIMPANAN
Penyimpanan berkas berkas pemeriksaan Ibu hamil / kelompok
risti di letakkan dalam lemari kaca, yang sebelumnya di masukkan
dalam map plastik. Sehingga memudahkan dalam pengambilan data
bila diperlukan.
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. LINGKUP KEGIATAN
Deteksi dini hepatitis B adalah screening pada ibu hamil dan
kelompok risiko tinggi yang berada di wilayah kerja puskesmas Mentikan.

B. METODE
Deteksi dini Hepatitis B dan C aktif dan pasif :
1. Skreening kelompok berisiko
2. Konseling
3. Wawancara
4. Pemeriksaan Laboratorium
5. Tindak lanjut : sesuai hasil pemeriksaan.

C. LANGKAH KEGIATAN
Dalam pelaksanaan DDHB pada ibu hamil, maka langkah -langkah yang
dilakukan yaitu :
1. Petugas menerima rujukan Internal dan hasil pemeriksaan klinis
laborat pasien
2. Petugas mengkaji dengan wawancara sesuai dengan form yang
sudah ada
3. Petugas mengisi aplikasi pelaporan DDHB online.
4. Bila ada ibu hamil yang dengan status reaktif hepatitis B, maka ibu
hamil akan di pantau sampai persalinan.
5. Dan saat persalinan selesai, maka petugas mengantarkan vaksin
Hbig ke bidan RS untuk di berikan ke bayi baru lahir, sebelum 12
jam post kelahiran
6. Melakukan skrining pada bayi yang dilahirkan dari ibu dengan
Hepatitis saat usia bayi 9 bulan
7. Dalam pelaksanaan DDHB pada Kelompok risiko tinggi, maka
langkah -langkah yang dilakukan yaitu :
a) Petugas menerima pasien dengan keluhan keluhan yang
memiliki tanda gejala hepatitis B
b) Petugas mengkaji dengan wawancara sesuai dengan form
yang sudah ada
c) Petugas mengisi aplikasi pelaporan DDHB online
BAB V
LOGISTIK

Perencanaan logistik untuk keperluan pendukung penyelenggaraan


pelaksanaan DDHB adalah sebagai berikut:
1. Petugas mendapatkan form DDHB dan inform consent dari dinas
kesehatan (P2P)
2. Petugas mengambil vaksin HBig untuk bayi dar ibu hepatitis di dinas
kesehatan
BAB VI
KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN PROGRAM

Pelaksanaan kegiatan pelayanan skrining DDHB harus


memperhatikan keselamatan pasien saat mendapat pelayanan kesehatan
yang meliputi enam hal :
1. Ketepatan Identifikasi pasien
Ketepatan identifikasi dilakukan sejak pasien diterima di ruang lansia /
pemeriksaan umum, hingga mendapatkan obat/tindakan/dirujuk
Ketepatan identifikasi dilakukan dengan menanyakan minimal dua dari
empat identitas pasien yaitu : Nama lengkap, Tanggal lahir, Alamat,
Nomor rekam medis
Identifikasi pasien dilakukan oleh petugas kesehatan setiap kali
pasien akan mendapatkan pelayanan seperti saat pasien mendaftar,
dipanggil di ruang lansia, akan diambil darah, pasien akan diberi obat
dst
2. Peningkatan Komunikasi yang Efektif
Komunikasi efektif yang dimaksud adalah komunikasi lisan maupun
tertulis yang berhubungan dengan pelayanan kepada pasien
Komunikasi efektif dengan pasien dapat dilakukan dengan
memberikan kalimat tanya terbuka
Komunikasi efektif antar petugas dilakukan dengan pengisian berkas
rekam medis dengan lengkap, benar dan tulisan yang dapat terbaca,
begitupun juga dengan penulisan rujukan bila di perlukan , permintaan
konsultasi rujukan internal, permintaan laboratorium maupun
pengisian resume medis saat merujuk pasien
3. Peningkatan Keamanan Obat yang Perlu Diwaspadai (Benar Obat,
Benar Dosis, Benar cara pemberian, Benar Waktu Pemberian, Benar
Pasien, Benar Informasi, Benar Dokumentasi )
Petugas obat wajib melakukan pengecekan kembali resep sebelum
obat diserahkan kepada pasien, di antaranya melakukan identifikasi
pasien penerima resep, mengecek jenis obat, dosis, cara pakai serta
jumlah obat yang diberikan
Jika ada penulisan resep yang tidak jelas, maka petugas obat wajib
menanyakan kepada penulis resep
Untuk menghindari terjadi kesalahan pengambilan obat, obat-obat
LASA (look alike, sound alike) ditempatkan terpisah, seperti : captopril
25mg dan captopril 12,5 mg , cotrimoksazol dan ciprofloksazin ,
glimepirid dan glibenclamid dst
4. Kepastian Tepat-Lokasi, Tepat-Prosedur, Tepat-Pasien Operasi
Sebelum dilakukan operasi dokter/dokter gigi mengkonfirmasi kembali
lokasi operasi dengan pasien atau keluarganya, serta dilakukan
identifikasi sebelum dilakukan tindakan
5. Pengurangan Resiko Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan
Pengurangan resiko infeksi dilakukan dengan menerapkan
kewaspadaan universal di semua unit pelayanan di puskesmas
6. Pengurangan Resiko Pasien Jatuh
Pengurangan resiko pasien jatuh dilakukan dengan menganalisa
bentuk gedung, lokasi puskesmas, dan dilakukan perbaikan agar
resiko pasien jatuh berkurang, seperti tangga yang terlalu curam diberi
pegangan pengaman, lantai diberi sekat agar tidak terpeleset dsb
Insiden keselamatan pasien adalah setiap kejadian yang tidak
disengaja dan kondisi yang mengakibatkan atau berpotensi
mengakibatkan cedera yang dapat dicegah pada pasien, terdiri dari
Kejadian Tidak Cedera (KTC), Kejadian Potensial Cedera (KPC),
Kejadian Nyaris Cedera (KNC), Kejadian Tidak Diinginkan (KTD)
1. Kejadian Tidak Cedera (KTC) adalah insiden yang sudah terpapar
kepada pasien tapi tidak menimbulkan cedera
2. Kejadian Potensial Cedera (KPC) adalah kondisi yang sangat
berpotensi menimbulkan cedera, tetapi belum terjadi insiden
3. Kejadian Nyaris Cedera (KNC) adalah terjadinya insiden yang belum
sampai terpapar kepada pasien
4. Kejadian Tidak Diinginkan (KTD) adalah insiden yang mengakibatkan
cedera kepada pasien
Adapun langkah menuju keselamatan pasien di Puskesmas
Mentikan dilakukan dengan pembentukan Tim Manajemen Mutu Klinis
dan Keselamatan Pasien yang diketuai langsung oleh dokter umum
sebagai motor pelaksana keselamatan pasien di puskesmas.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Pada prinsipnya pelayanan keselamatan kerja berkaitan erat dengan


sarana, prasarana dan peralatan kerja. Bentuk pelayanan keselamatan
kerja yang dilakukan :
1. Pembinaan dan pengawasan keselamatan/keamanan sarana,
prasarana, dan peralatan kesehatan :
Lokasi puskesmas memenuhi ketentuan mengenai kesehatan,
keselamatan lingkungan, dan tata ruang, serta sesuai dengan hasil
kajian kebutuhan dan kelayakan penyelenggaraan puskesmas
a. Teknis bangunan puskesmas, sesuai dengan fungsi, kenyamanan
dan kemudahan dalam pemberian pelayanan serta perlindungan
dengan keselamatan bagi semua orang termasuk penyandang
cacat, anak-anak, dan orang usia lanjut
b. Prasarana harus memenuhi standar pelayanan, keamanan, serta
keselamatan dan kesehatan kerja penyelenggara puskesmas
c. Pengoperasian dan pemeliharaan sarana, prasarana dan
peralatan puskesmas harus dilakukan oleh petugas yang
mempunyai kompetensi di bidangnya (sertifikasi personil
petugas/operator sarana dan prasarana serta peralatan kesehatan
puskesmas)
d. Membuat program pengoperasian, perbaikan dan pemeliharaan
rutin dan berkala sarana dan prasarana serta peralatan kesehatan
dan selanjutnya didokumentasikan dan dievaluasi secara berkala
dan berkesinambungan
e. Peralatan kesehatan meliputi peralatan medis dan non medis
harus memenuhi standar pelayanan, persyaratan mutu,
keamanan, keselamatan dan laik pakai
f. Membuat program pengujian dan kalibrasi peralatan kesehatan,
peralatan kesehatan harus diuji dan dikalibrasi secara berkala oleh
Pengujian Fasilitas Kesehatan dan/atau institusi pengujian fasilitas
kesehatan yang berwenang
g. Melengkapi perizinan dan sertifikasi sarana dan prasarana serta
peralatan kesehatan
2. Pembinaan dan pengawasan atau penyesuaian peralatan kerja
terhadap pekerja :
a. Melakukan identifikasi dan penilaian resiko ergonomi terhadap
peralatan kerja dan karyawan puskesmas
b. Membuat program pelaksanaan kegiatan, mengevaluasi dan
mengendalikan resiko ergonomi

3. Pembinaan dan pengawasan terhadap lingkungan kerja :


a. Manajemen harus menyediakan dan menyiapkan lingkungan kerja
yang memenuhi syarat fisik, kimia, biologi, ergonomi dan
psikososial
b. Pemantauan/pengukuran terhadap faktor fisik, kimia, biologi,
ergonomi dan psikososial secara rutin dan berkala
c. Melakukan evaluasi dan memberikan rekomendasi untuk
perbaikan lingkungan kerja
4. Pembinaan dan pengawasan terhadap sanitasi
Manajemen harus menyediakan, memelihara, mengawasi sarana
prasarana sanitasi yang memenuhi syarat, meliputi :
a. Penyehatan makanan dan minuman
b. Penyehatan air
c. Penyehatan tempat pencucian
d. Penanganan sampah dan limbah
e. Pengendalian serangga dan tikus
f. Sterilisasi/desinfeksi
g. Upaya penyuluhan kesehatan lingkungan
5. Pembinaan dan pengawasan perlengkapan keselamatan kerja
a. Pembuatan rambu-rambu arah dan tanda-tanda keselamatan
b. Penyediaan peralatan keselamatan kerja dan alat pelindung diri
(APD)
c. Membuat SOP peralatan keselamatan kerja dan penggunaan APD
d. Melakukan pembinaan dan pemantauan terhadap keputusan
penggunaan peralatan keselamatan dan APD
6. Pelatihan/penyuluhan keselamatan kerja untuk semua pekerja
a. Sosialisasi dan penyuluhan keselamatan kerja bagi seluruh
karyawan puskesmas
7. Memberi rekomendasi/masukan mengenai perencanaan, pembuatan
tempat kerja dan pemilihan alat serta pengadaannya terkait
keselamatan/keamanan
a. Mengevaluasi dan mendokumentasikan kondisi sarana, prasarana
dan peralatan keselamatan kerja dan membuat rekomendasi
sesuai dengan persyaratan yang berlaku serta standar keamanan
dan keselamatan
8. Membuat sistem pelaporan kejadian dan tindak lanjutnya
a. Membuat alur pelaporan kejadian nyaris cedera dan cedera
petugas
b. Membuat SOP pelaporan, penanganan dan tindak lanjut kejadian
nyaris cedera dan cedera petugas
9. Pembinaan dan pengawasan Sistem Penanggulangan Kebakaran
a. Manajemen menyediakan sarana dan prasarana pencegahan dan
penanggulangan kebakaran
b. Membentuk tim penanggulangan kebakaran
c. Membuat SOP APAR
d. Melakukan sosialisasi dan pelatihan pencegahan dan
penanggulangan kebakaran
e. Melakukan audit internal terhadap sistem pencegahan dan
penanggulangan kebakaran
10. Membuat evaluasi, pencatatan, dan pelaporan kegiatan pelayanan
keselamatan kerja yang disampaikan kepada Kepala Puskesmas dan
Dinas Kesehatan
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Dalam pelaksanaan program DDHB, maka di susunlah beberapa


standart operasional, guna memberikan pelayanan yang sandart dan
berkualitas. Dengan penerapan SOP – SOP yang ada dalam program
DDHB, yaitu :
1. SOP skrining DDHB pada Ibu hamil
2. SOP skrining DDHB pada kelompok risiko tinggi
BAB IX
PENUTUP

Pedoman DDHB adalah salah satu bagian dari upaya puskesmas


untuk mewujudkan penyelenggaraan pelayanan pada pasien yang
terstandar, aman dan bermutu. Sehingga tercapai tingkat kesehatan pasien
yang menyeluruh di seluruh wilayah kerja puskesmas Mentikan.

Anda mungkin juga menyukai