BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
sangat pesat sebagai sarana pelayanan kesehatan, maka di Rumah Sakit terjadi interaksi
antara penderita, petugas dan keluarganya serta lingkungan Rumah Sakit yang cukup
komplek dan akan memberikan andil terhadap citra Rumah Sakit di Masyrakat. Perubahan
cara pandang arah pembangunan kesehatan menuju paradigma kesehatan menjadi kebijakan
semua tatanan kesehatan termasuk Rumah Sakit dalam memberikan pelayanan kesehatan
kepada masyarakat.
Promosi Kesehatan di Rumah Sakit atau lebih di kenal dengan istilah penyuluhan
kesehatan masyarakat Rumah Sakit disingkat PKRS merupakan salah satu bentuk pelayanan
yang sejalan mendukung arah pembangunan kesehatan. Promosi kesehatan di Rumah Sakit
berdasarkan arus pasien meliputi lingkup promosi kesehatan di luar Rumah Sakit dan
promosi Rumah Sakit itu
i tu sendiri. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat keluarga di Rumah Sakit
dapat meningkatkan mutu layanan Rumah Sakit melalui pencegahan dan pengendalian
infeksi (Pusat Promosi Kesehatan Departemen Kesehatan RI,2007)
Salah satu kunci keberhasilan dari pelaksanaan promosi kesehatan Rumah Sakit
(PKRS) adalah penampilan kepribadian petugas untuk menjalin hubungan antar manusia
dalam melakukan interaksi sosial baik dengan klien atau keluarga. Masyarakat yang
menerima pelayanan medis dan kesehatan di Rumah Sakit diharapkan kepada risiko
terinfeksi kecuali kalau dilakukan kewaspadaan untuk mencegah terjadinya infeksi. Infeksi
Rumah Sakit (Nosokomial) merupakan masalah yang penting diseluruh dunia dan terus
meningkat. Umpamanya tingkat infeksi nosokomial berkisar dari 1% di berapa Negara di
Eropa dan Amerika sampai lebih dari 40% di Asia, Amerika latin dan Afrika Sahara
(panduan pencegahan infeksi untuk fasilitas pelayanan kesehatan dengan sumber daya
terbatas)
Menurut Sedyaningsih (2011), kasus infeksi nosokomial atau infeksi yang terjadi
ketika pasien dirawat di Rumah Sakit di seluruh dunia rata-rata sembilan persen dari 1,4 juta
pasien rawat inap. Meski di Indonesia, data
dat a akurat tentang angka kejadian infeksi nosokomial
di Rumah Sakit belum ada, tetapi, kasus ini menjadi masalah serius. "Infeksi nosokomial
1
Kasus infeksi ini terjadi karena masih rendahnya standar pelayanan Rumah Sakit atau
puskesmas (Kemenkes, 2011)
Data survei Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Instansi Kesehatan setiap
provinsi tahun 2004 menunjukkan masih di bawah 50% dari instansi kesehatan di provinsi
yang sudah baik pelaksanaan PHBS-nya (DepKes, 2004). Perlunya pembinaan PHBS di
Rumah Sakit sangat diperlukan sebagai salah satu upaya untuk mencegah penularan penyakit
dan mewujudkan Instansi Kesehatan Sehat. Untuk melaksanakan hal tersebut diatas promosi
kesehatan di Rumah Sakit (PKRS) sangat diperlukan. PKRS berusaha mengembangkan
pengertian pasien, keluarga, dan pengunjung Rumah Sakit tentang penyakit dan
pencegahannya. Selain itu, promosi kesehatan di Rumah Sakit juga berusaha menggugah
kesadaran dan minat pasien, keluarga, dan pengunjung Rumah Sakit untuk berperan secara
positif dalam usaha penyembuhan dan pencegahan penyakit. Oleh karena itu, promosi
kesehatan di Rumah Sakit merupakan bagian yang tidak terpisah dari program pelayanan
kesehatan di Rumah Sakit (Kemenkes RI, 2010).
serta tidak meludah dilantai (Karkhi, 2011). Strategi promosi kesehatan di Rumah Sakit atau
PKRS seperti telah dijelaskan diatas, berusaha mengembangkan pengertian pasien, keluarga,
dan pengunjung Rumah Sakit tentang penyakit dan pencegahannya. Selain itu, promosi
kesehatan di Rumah Sakit juga berusaha menggugah kesadaran dan minat pasien, keluarga,
dan pengunjung Rumah Sakit untuk berperan secara positif dalam usaha penyembuhan dan
pencegahan penyakit. Dengan melaksanakan promosi kesehatan di Rumah Sakit, berarti
keluarga pasien ataupun pengunjung telah diajak berperan serta secara
s ecara aktif dan diberdayakan
untuk meningkatkan PHBSnya. Kesadaran akan perilaku hidup bersih dan sehat yang rendah
dapat berakibat meningkatnya angka kejadian infeksi nosokomial. Untuk memperbaiki
tingkat PHBS ini diperlukan program kerja yang baik oleh PKRS. Selama ini belum pernah
2
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Rumah sakit dalam bahasa inggris disebut hospital. Kata hospital berasal dari kata
bahasa latin hospital yang berarti tamu. Secara lebih luas kata itu bermakna menjamu para
tamu. Memang menurut sejarahnya, hospital atau rumah sakit adalah suatu lembaga yang
bersifat kedermawanan (Charitable)
(Charitable),, untuk merawat pengungsi atau memberikan pendidikan
bagi orang-orang yang kurang beruntung atau miskin, beru
berusia
sia lanjut, cacat, atau para pemuda.
Rumah sakit adalah sarana kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
secara merata dengan mengutamakan upaya penyembuhan penyakit dan pemulihan
kesehatan, yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan kesehatan
dan pencegahan penyakit dalam suatu tatanan rujukan, serta dapat dimanfaatkan untuk
pendidikan tenaga dan penelitian. Rumah Sakit juga merupakan
mer upakan institusi yang dapat memberi
keteladan dalam budaya hidup bersih dan sehat serta kebersihan lingkungan (Depkes RI,
2003).
Berdasarkan WHO promosi kesehatan adalah suatu proses yang bertujuan memungkinkan
4
bekerja di Rumah Sakit. Menurut Simnett (1994), promosi kesehatan adalah memperbaiki
kesehatan atau mendorong untuk menempatkan kesehatan sebagai kebutuhan yang lebih
tinggi pada agenda individu ataupun dalam masyarakat. Aspek promosi kesehatan yang
mendasar bertujuan untuk melakukan pemberdayaan sehingga orang memiliki keinginan
lebih besar terhadap aspek kehidupan yang mempengaruhi kesehatan. Dengan peningkatan
pengetahuan maka informasi masalah kesehatan akan membantu individu maupun
masyarakat untuk tanggap dengan masalah kesehatannya dan cepat bertindak untuk mencari
tahu ke tempat pelayanan
pela yanan kesehatan atau untuk mendapatkan pengobatan (Hartono, 2010)
Promosi kesehatan dilakukan dengan perencanaan melalui tahap analisis untuk
meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama
masyarakat agar dapat menolong dirinya sendiri serta mengembangkan kegiatan yang
bersumber daya masyarakat sesuai sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan
publikk yang berwawasan kesehatan “ (Depkes RI, 2005).
publi
5
dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong diri sendiri, serta mengembangkan
kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan didukung
kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.
Menolong diri sendiri artinya masyarakat mampu menghadapi masalah-masalah
kesehatan potensial (yang mengancam) dengan cara mencegahnya, dan mengatasi masalah-
masalah kesehatan yang sudah terjadinya dengan cara menanganinya secara efektif serta
efisian. Dengan kata lain, masyarakat mampu berperilaku hidup bersih dan sehat dalam
rangka memecahkan masalah-masalah kesehatan yang dihadapinya (problem Solving), baik
masalah-masalah kesehatan yang sudah diderita maupun yang potensial (mengancam), secara
Menurut Doherty (1997) dalam Agustin (2003), menyatakan bahwa beberapa alasan
mengapa Rumah Sakit dianggap perlu melaksanakan penyuluhan atau promosi kesehatan
adalah sebagai berikut :
a. Karyawan Rumah Sakit berada pada posisi yang paling tepat untuk memberikan
penyuluhan kesehatan karena pasien dan keluarganya saling berada pada keadaan
dimana mereka akan paling memperhatikan pesan-pesan dari penyuluhan.
b. Bila dimanfaatkan dengan tepat maka sistem informasi di Rumah Sakit akan dapat
mendeteksi perubahan angka morbiditas yang berkaitan
berkait an dengan perubahan pola hidup,
perilaku masyarakat setempat atau karena pencemaran lingkungan.
c. Sebagai suatu organisasi yang memiliki banyak karyawan dan sebagai pusat
sumberdaya untuk wilayahnya, maka Rumah Sakit mempunyai tanggung jawab moral
6
untuk meningkatkan dan menjaga kesehatan karyawannya agar dapat menjadi teladan
masyarakat di wilayah cakupannya.
d. Karena relatif banyaknya karyawan Rumah Sakit dengan keluarganya, maka mereka
paling cocok untuk dijadikan panutan bagi masyarakat luas dalam segi perilaku
peril aku hidup
sehat, keselamatan dan keamanan kerja, serta kesehatan lingkungan.
e. Sebagai suatu instansi yang relatif besar dan dihormati dilingkungan sekitarnya, maka
pesan-pesan dari Rumah Sakit dalam penyuluhan kesehatan akan memiliki bobot
yang jauh lebih besar daripada instansi lain.
f. Sebagai pusat sumberdaya untuk jaringan rujukannya, kerjasama Rumah Sakit dengan
fasilitas pelayanan kesehatan lain diwilayahnya, dalam hal penyuluhan atau promosi
kesehatan, akan memberi dampak dan cakupan yang lebih luas.
3. Mencegah terjadinya penularan penyakit kepada orang lain atau keluarga.
4. Menyebarluaskan pengalamannya tentang proses penyembuhan kepada orang
lain, sehingga orang lain dapat belajar dari pasien tersebut.
b. Mengembangkan perilaku pemanfaatan fasilitas kesehatan.
2) Bagi Keluarga
Keluarga adalah merupakan lingkungan sosial yang paling dekat dengan pasien.
Proses penyembuhan dan terutama pemulihan terjadi bukan hanya semata-mata
karena faktor Rumah Sakit, tetapi juga faktor keluarga. Oleh sebab itu promosi
kesehatan bagi keluarga pasien penting karena dapat:
7
yang tepat.
Advokasi menurut Hopkins dalam Notoatmodjo (2003) adalah usaha untuk
mempengaruhi kebijakan publik melalui bermacam-macam bentuk komunikasi persuasif.
Advokasi diartikan sebagai upaya atau proses yang strategis dan terencana untuk
mendapatkan komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait ( stakeholders
stakeholders).
). Bina
Suasana dijelaskan oleh Departemen Kesehatan (2006) sebagai upaya menciptakan opini atau
lingkungan sosial yang mendorong individu anggota masyarakat untuk mau melakukan
perilaku yang diperkenalkan. Seseorang akan terdorong untuk mau melakukan sesuatu
apabila lingkungan sosial di mana pun ia berada memiliki opini yang positif terhadap
PKRS, advokasi dan sosialisasi PKRS kepada Direktur Rumah Sakit Pemerintah, Pelatihan
8
PKRS, pengembangan dan Distribusi media serta pengembangan model PKRS antara lain di
Rumah Sakit Pasar Rebo di Jakarta dan Syamsuddin, SH di Sukabumi. Namun demikian
pelaksanaan PKRS dalam kurun waktu lebih dari 15 tahun belum memberikan hasil yang
maksimal dan kesinambungannya di Rumah Sakit tidak terjaga dengan baik tergantung pada
kuat tidaknya komitmen Direktur Rumah Sakit (www.Kemenkesstandarpkrs,
( www.Kemenkesstandarpkrs, 2010 ))..
Berdasarkan hal tersebut, beberapa Isu Strategi yang muncul dalam Promosi Kesehatan di
Rumah Sakit yaitu :
1. Sebagian besar Rumah Sakit belum menjadikan PKRS sebagai salah satu kebijakan
upaya pelayanan kesehatan di Rumah Sakit.
2. Sebagian besar Rumah Sakit belum memberikan hak pasien untuk mendapatkan
informasi tentang pencegahan dan pengobatan yang berhubungan dengan
penyakitnya.
3. Sebagian besar Rumah Sakit belum mewujudkan tempat kerja yang aman, bersih dan
sehat Sebagian besar Rumah Sakit kurang menggalang kemitraan untuk
9
10
6) PKRS diruang pemberdayaan rawat inap yaitu di ruang dimana pasien rawat
inap harus menyelesaikan pembayaran biaya rawat inap, sebelum
meninggalkan Rumah Sakit.
b. Di luar Gedung
Di luar gedung Rumah Sakit tidak tersedia peluang untuk melakukan PKRS.
Kawasan luar gedung Rumah Sakit pun dapat dimanfaatkan secara maksimal
untuk PKRS yaitu:
1) PKRS di tempat Parkir yaitu pemamfaatan ruang yang ada di lapangan/gedung
parkir sejak dari bangunan gardu parkir sampai ke sudut-sudut
lapangan/gedung parkir.
2) PKRS di taman Rumah Sakit yaitu taman-taman yang ada di depan,
samping/sekitar maupun di dalam/halaman dalam Rumah Sakit.
3) PKRS di dinding luar Rumah Sakit.
4) PKRS di kantin/warung-warung/toko-toko/kios-kios yang ada dikawasan
Rumah Sakit.
5) PKRS di tempat ibadah yang tersedia di Rumah Sakit (mesjid dan musholla).
6) PKRS di pagar pembatas kawasan Rumah Sakit
sarana/peralatan, dan dana. Oleh karena itu, indikator masukan ini dapat mencakup :
1) Ada/tidaknya komitmen direksi yang tercermin dalam rencana umum PKRS.
2) Ada/tidaknya komitmen seluruh jajaran yang tercermin dalam rencana operasional
PKRS.
3) Ada/tidaknya unit dan petugas Rumah Sakit yang ditunjuk sebagai koordinator PKRS
dan mengacu kepada standar.
4) Ada/tidaknya petugas koordinator PKRS dan petugas – petugas lain yang sudah
dilatih.
5) Ada/tidaknya sarana dan peralatan promosi kesehatan yang mengacu pada standar.
11
2. Indikator Proses
Proses yang dipantau adalah proses pelaksanaan PKRS yang meliputi PKRS untuk
pasien (Rawat Inap, Rawat Jalan, Pelayanan
Pela yanan Penunjang), PKRS untuk klien sehat dan PKRS
diluar gedung RS. Indikator yang digunakan disini meliputi :
1) Sudah/belum dilaksanakannya kegiatan (pemasangan poster, konseling dan lain-lain)
diketahui dengan menilai diri pasien/klien tersebut. Oleh karena itu data untuk indikator ini
biasanya didapat melalui survei. Survei pasien/klien yang berada di Rumah Sakit maupun
mereka yang tidak berada di Rumah Sakit tetapi pernah menggunakan Rumah Sakit.
Penyuluhan merupakan suatu sistem pendidikan di luar sekolah yang berfungsi untuk
menjembatani kesenjangan antara praktik yang biasa dijalankan dengan pengetahuan dan
teknologi yang selalu berkembang menjadi kebutuhan.
12
Perilaku Hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah semua perilaku yang dilakukan atas
kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri dibidang
kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat (Depkes,
2008).
Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah sebagai wujud operasional promosi
kesehatan dalam upaya mengajak, mendorong kemandirian masyarakat berperilaku hidup
bersih dan sehat (Fatma, 2008).
Berdasarkan beberapa defenisi PHBS adalah upaya untuk mewujudkan kesehatan
anggota keluarga agar tahu, mau dan mampu melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat.
13
14
Sebagian besar infeksi ini dapat dicegah dengan strategi yang telah tersedia, secara relatif
murah, yaitu :
Mentaati praktek pencegahan infeksi yang dianjurkan, terutama kebersihan dan
kebersihan tangan, serta pemakian sarung tangan.
Memperhatikan dengan seksama proses yang telah terbukti bermanfaat untuk
dekontaminasi dan pencucian peralatan dan benda lain yang kotor, diikuti dengan
sterilisasi.
Meningkatkan keamanan dalam ruang operasi dan area beresiko lainnya.
Tiga cara pencegahan penyebaran infeksi di Rumah Sakit yaitu melalui udara, percikan, dan
kontak.
2.5 Perilaku
Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap
stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan
serta lingkungannya.
li ngkungannya.
Perilaku dapat digunakan untuk mengukur tingkat kepatuhan seseorang. Bloom (1908)
seorang ahli psikologi pendidikan mengukur suatu perilaku melalui :
1. Pengetahuan (Knowledge)
2. Sikap atau Tanggapan (Attitude)
15
Jika seseorang memiliki tingkat pengetahuan, sikap serta tindakan yang baik terhadap
kesehatan maka dapat dikatakan orang tersebut memiliki perilaku kesehatan dan kepatuhan
kesehatan yang baik.
2.5.1 Pengetahuan
Pengetahuan pada Taksonomi Bloom yang baru menurut Anderson dkk (Widodo, 2003),
dikelompokkan menjadi 4 kelompok yaitu :
1. Pengetahuan Faktual
Pengetahuan faktual meliputi unsur-unsur dasar yang ada dalam suatu disiplin ilmu
tertentu yang bisa digunakan oleh ahli di bidang tersebut. Pengetahuan faktual pada
umumnya merupakan abstraksi level rendah. Pengetahuan ini dibedakan menjadi dua
kelompok yaitu :
a. Pengetahuan tentang terminologi : mencakup pengetahuan tentang label, atau
symbol tertentu baik yang bersifat verbal maupun nonverbal. Sebagai contoh
kategori, kelas, bagian atau susunan yang berlaku dalam bidang ilmu tertentu.
Sebagai contoh dalam kesehatan misalnya perbedaan antara Promosi Kesehatan
Rumah Sakit dan Penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan sehat di rumah sakit.
b. Pengetahuan tentang prinsip dan generalisai : mencakup abstraksi dan hasil
observasi ke level yang lebih tinggi, yaitu prinsip dan generalisasi. Sebagai contoh
dalam kesehatan dikenal prinsip adaptasi, hukum mendel, dan sebagainya.
c. Pengetahuan tentang teori, model, dan strukrtur : mencakup pengetahuan tentang
prinsip dan generalisasi serta aling keterkaitan antara keduanya yang
menghasilkan kejelasan terhadap suatu fenomena yang kompleks. Sebagai contoh
16
a. Pengetahuan tentang keterampilan khusus yang berhubungan dengan suatu bidang
tertentu dan algoritma : mencakup pengetahuan tentang keterampilan khusus yang
diperlukan untuk bekerja dalam suatu bidang ilmu atau tentang algoritma yang
harus ditempuh untuk menyelasaikan permasalahan. Dalam kesehatan misalnya
Perilaku Hidup bersih dan sehat di rumah sakit.
b. Pengetahuan tentang teknik khusus dan metode yang berhubungan dengan bidang
tertentu : meliputi pengetahuan yang pada umumnya merupakan hasil konsensus,
perjanjian, atau aturan yang berlaku dalam disiplin ilmu
il mu tertentu. Pengetahuan ini
lebih mencerminkan cara seseorang dalam berpikir dan memecahkan masalah
yang dihadapi. Dalam kesehatan misalnya dikenal cara penyuluhan yang baik
untuk keluarga yang menjaga pasien.
c. Pengetahuan tentang criteria untuk menentukan kapan menggunakan prosedur
yang benar : mencakup pengetahuan tentang penggunaan suatu teknik, strategi
atau metode dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi yang dihadapi pada
saat itu.
4. Pengetahuan Metakognitif
Pengetahuan metakognitif merupakan pengetahuan yang berhubungan dengan kognisi
secara umum dan pengetahuan tentang diri sendiri. Pengeahuan metakognitif terdiri
dari :
a. Pengetahuan strategic mencakup pengetahuan tentang strategi umum untuk
belajar, berpikir dan memecahkan masalah. Contoh : penggunaan strategi
str ategi belajar
yang disesuaikan dengan sifat materi.
b. Pengetahuan tentang tugas kognitif : mencakup pengetahuan tentang jenis operasi
kognitif yang diperlukan untuk mengerjakan tugas sesuai dengan situasi dan
kondisinya. Contoh : mempersiapkan diri keluarga yang menjaga pasien dalam
penyuluhan.
c. Pengetahuan tentang diri sendiri : mencakup pengetahuan tentang kelemahan dan
17
2) Media Massa/Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non
formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga
menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan
tersedia bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan
masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media
massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh
besar terhadap pembentukan opini dan kepercayaan orang. Dalam penyampaian
informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang
berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru
18
3) Sosial Budaya dan Ekonomi kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa
melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian
seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status
ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan
untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi
pengetahuan seseorang.
4) Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan fisik,
biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses tidak masuknya
pengetahuan kedalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi
terja di
karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai
pengetahuan oleh setiap individu.
5) Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh
kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh
dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. Pengalaman belajar dalam
tua, selain itu orang usia muda akan lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk
membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan verbal
dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini.
19
memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi, (c)
Menghargai (valuing)
(valuing),, diartikan seseorang memberikan nilai yang positif terhadap objek
atau stimulus dengan cara membahas stimulus tersebut dengan orang lain atau
menganjurkan orang lain untuk merespons, (d) Bertanggung jawab (responsible)
(responsible),,
merupakan sikap yang paling tinggi tingkatannya. Seseorang yang telah mengambil
resiko sikap tertentu berdasarkan keyakinannya dia harus mengambil resiko bila ada
orang lain yang mencemoohkan atau adanya resiko
resik o lain (Notoatmodjo, 2010).
Menurut Allport (1954), yang dikutip dari Notoatmodjo (2010), sikap mempunyai
me mpunyai tiga
komponen pokok yaitu :
1) Kepercayaan (Keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek artinya bagaimana
keyakinan dan pendapat atau pemikiran seseorang terhadap objek. Sikap orang
terhadap penyakit kusta misalnya, berarti bagaimana pendapat atau keyakinan orang
tersebut terhadap penyakit kusta.
2) Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek, artinya
bagaimana penilaian (terkandung di dalamnya faktor emosi) orang tersebut terhadap
objek.
Dalam menentukan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi
memegang peranan penting. Sikap dapat diukur secara langsung dan tidak langsung.
Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pertanyaan responden
terhadap suatu objek. Menurut Newcomb dalam Notoatmodjo (2010), sikap merupakan
kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif
tertentu. Dengan kata lain, fungsi sikap belum merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau
aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi perilaku (tindakan) atau reaksi tertutup.
Hubungan pengetahuan, sikap dan tindakan dapat dilihat pada diagram
dia gram dibawah ini :
REAKSI
TERTUTUP
(Penetahuan dan
sikap)
20
21
pengkuat (Reinforcing)
(Reinforcing)..
1. Faktor Predisposisi (Pr edi spo
sposing
si ng F act
cto
or s)
Mengacu kepada landasan teori diatas peneliti fokus kepada peningkatan kepada
pengetahuan tidak selalu menyebabkan perubahan perilaku. Pengetahuan tertentu tentang
kesehatan mungkin perlu sebelum suatu tindakan kesehatan pribadi terjadi, tetapi tindakan
kesehatan yang diharapkan mungkin tidak akan terjadi kecuali apabila seseorang mendapat
isyarat yang cukup kuat untuk memotivasinya bertindak atas dasar pengetahuan yang dimilikinya.
Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek. Sikap diperoleh
dari pengalaman sendiri atau orang lain yang paling dekat. Sikap membuat seseorang mendekati
atau menjauhi orang lain atau objek lain. Sikap positif terhadap nilai-nilai kesehatan tidak selalu
terwujud dalam suatu tindakan nyata.
Tradisi dan nilai masyarakat juga dapat mendorong atau menghambat ibu untuk periksa
kehamilan. Misalnya, orang hamil tidak boleh disuntik (periksa kehamilan termasuk memperoleh
suntikan anti tetanus), karena suntikan bisa menyebabkan anak cacat.
Keyakinan adalah pendirian bahwa suatu fenomena atau objek benar atau nyata.
Kepercayaan, kebenaran adalah kata-kata yang sering digunakan untuk mengungkapkan atau
menyiratkan keyakinan.
2. Faktor Pemungkin (E nab
nabling
li ng F acto
ctor s)
Faktor pemungkin mencakup berbagai keterampilan dan sumber daya yang perlu untuk
melakukan perilaku kesehatan. Sumber daya meliputi sumber daya meliputi fasilitas
22
pelayanan kesehatan, personalia, sekolah, klinik, atau sumber daya lain. Faktor pemungkin
ini juga menyangkut keterjangkauan berbagai sumber daya biaya, jarak, ketersediaan
transfortasi, jam buka, dan sebagainya.
3. Faktor Penguat (R ei nfo
nforr cing F acto
ctor s)
Faktor penguat adalah faktor yang menentukan tindakan kesehatan memperoleh
dukungan atau tidak. Sumber penguat tentu saja bergantung pada tujuan dan jenis program.
Penguat dapat diberikan oleh sejawat kerja, pemimpin, keluarga. Didalam pendidikan pasien
penguat mungkin berasal dari perawat, dokter, pasien lain, keluarga. Penguat itu positif atau
negatif tergantung pada sikap dan perilaku orang yang berkaitan sehingga dapat
mempengaruhi perilaku.
23
BAB III
PENUTUP
3.1 SIMPULAN
Banyak pihak yang bertanggung jawab dalam usaha peningkatan derajat kesehatan
masyarakat, salah satunya rumah sakit. Sebagai lembaga penyedia pelayanan kesehatan, baik
secara preventif, kuratif, rehabilitatif, dan promotif. Atas dasar alasan tersebut, di rumah sakit
perlu diadakan promosi kesehatan, untuk memberi pemahaman yang mendalam kepada
masyarakat rumah sakit mengenai pencegahan dan pengobatan suatu penyakit. Tujuan akhir
dari kegiatan ini adalah untuk memberdayakan masyarakat dalam hal meningkatkan status
kesehatan mereka.
3.2 SARAN
24
DAFTAR PUSTAKA
http://dokumen.tips/documents/promosi-kesehatan-rumah-sakit.html
http://dokumen.tips/documents/promosi-kesehatan-rumah-sakit.html
repository.usu.ac.id/bitstrea
.ac.id/bitstream/12345678
m/123456789/48031/4/
9/48031/4/Chapter%2
Chapter%20II.pdf
0II.pdf
25