PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Rumah Sakit merupakan salah satu tatanan institusi kesehatan yang perkembangannya
sangat pesat sebagai sarana pelayanan kesehatan, maka di Rumah Sakit terjadi interaksi
antara penderita, petugas dan keluarganya serta lingkungan Rumah Sakit yang cukup
komplek dan akan memberikan andil terhadap citra Rumah Sakit di Masyrakat. Perubahan
cara pandang arah pembangunan kesehatan menuju paradigma kesehatan menjadi kebijakan
semua tatanan kesehatan termasuk Rumah Sakit dalam memberikan pelayanan kesehatan
kepada masyarakat.
Promosi Kesehatan di Rumah Sakit atau lebih di kenal dengan istilah penyuluhan
kesehatan masyarakat Rumah Sakit disingkat PKRS merupakan salah satu bentuk pelayanan
yang sejalan mendukung arah pembangunan kesehatan. Promosi kesehatan di Rumah Sakit
berdasarkan arus pasien meliputi lingkup promosi kesehatan di luar Rumah Sakit dan
promosi Rumah Sakit itu sendiri. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat keluarga di Rumah Sakit
dapat meningkatkan mutu layanan Rumah Sakit melalui pencegahan dan pengendalian
infeksi (Pusat Promosi Kesehatan Departemen Kesehatan RI,2007)
Salah satu kunci keberhasilan dari pelaksanaan promosi kesehatan Rumah Sakit (PKRS)
adalah penampilan kepribadian petugas untuk menjalin hubungan antar manusia dalam
melakukan interaksi sosial baik dengan klien atau keluarga. Masyarakat yang menerima
pelayanan medis dan kesehatan di Rumah Sakit diharapkan kepada risiko terinfeksi kecuali
kalau dilakukan kewaspadaan untuk mencegah terjadinya infeksi. Infeksi Rumah Sakit
(Nosokomial) merupakan masalah yang penting diseluruh dunia dan terus meningkat.
Di masa lalu sistem kesehatan hanya berorientasi pada penyakit, apabila telah sakit,
barulah dilakukan pengobatan. Mereka yang sakit akan dirawat di rumah sakit, setelah
dinyatakan sembuh dipulangkan kembali, dan jika mereka kembali diterpa oleh penyakit
yang sama, mereka akan dirawat kembali. Hal ini berlangsung secara terus menerus, hingga
akhirnya masyarakat sadar bahwa diperlukan suatu rangkaian usaha untuk memelihara
kesehatan mereka, di mana perawatan dan pengobatan di rumah sakit hanyalah bagian kecil
dari rangkaian usaha tersebut.
Efektivnya suatu pengobatan juga dipengaruhi oleh pola pelayanan kesehatan yang
ada, serta sikap dan keterampilan para pelaksananya, juga dipengaruhi oleh lingkungan,
sikap, pola hidup pasien dan keluarganya. Selan itu juga dibutuhkan kerjasama yang positif
antara tenaga pelaksana dengan keluarga pasien. Jika pasien dan keluarganya memiliki
pengetahuan dan partisipasi yang baik dalam upaya pencegaha dan pengobatan yang baik,
tentunya hal ini akan membantu dalam upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat.
Menurut Sedyaningsih (2011), kasus infeksi nosokomial atau infeksi yang terjadi
ketika pasien dirawat di Rumah Sakit di seluruh dunia rata-rata sembilan persen dari 1,4 juta
pasien rawat inap. Meski di Indonesia, data akurat tentang angka kejadian infeksi nosokomial
di Rumah Sakit belum ada, tetapi, kasus ini menjadi masalah serius. "Infeksi nosokomial
persoalan serius yang bisa menyebabkan langsung maupun tidak langsung kematian pasien.
Kasus infeksi ini terjadi karena masih rendahnya standar pelayanan Rumah Sakit atau
puskesmas (Kemenkes, 2011)
Data survei Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Instansi Kesehatan setiap
provinsi tahun 2004 menunjukkan masih di bawah 50% dari instansi kesehatan di provinsi
yang sudah baik pelaksanaan PHBS-nya (DepKes, 2004). Perlunya pembinaan PHBS di
Rumah Sakit sangat diperlukan sebagai salah satu upaya untuk mencegah penularan penyakit
dan mewujudkan Instansi Kesehatan Sehat. Untuk melaksanakan hal tersebut diatas promosi
kesehatan di Rumah Sakit (PKRS) sangat diperlukan. PKRS berusaha mengembangkan
pengertian pasien, keluarga, dan pengunjung Rumah Sakit tentang penyakit dan
pencegahannya. Selain itu, promosi kesehatan di Rumah Sakit juga berusaha menggugah
kesadaran dan minat pasien, keluarga, dan pengunjung Rumah Sakit untuk berperan secara
positif dalam usaha penyembuhan dan pencegahan penyakit. Oleh karena itu, promosi
kesehatan di Rumah Sakit merupakan bagian yang tidak terpisah dari program pelayanan
kesehatan di Rumah Sakit (Kemenkes RI, 2010).
Metode promosi kesehatan seperti kegiatan penyuluhan, penyebaran leaflet,
pembuatan poster-poster terbukti cukup berpengaruh terhadap perubahan perilaku seseorang
dalam menjaga kesehatan pribadi dan lingkungannya. Penelitian Suci Hati (2008) di
Patumbak, Deli Serdang menunjukkan ada pengaruh strategi promosi kesehatan terhadap
tingkat PHBS pada tatanan rumah tangga. Faktor yang paling berpengaruh dalam penelitian
ini adalah pemberdayaan masyarakat. Penelitian ini menunjukkan, jika sebuah kelompok
diberdayakan dengan baik, akan lebih memudahkan tujuan pencapaian dari promosi
kesehatan tersebut
Di Rumah Sakit PHBS dilakukan dengan cara membuang sampah pada tempatnya
serta tidak meludah dilantai (Karkhi, 2011). Strategi promosi kesehatan di Rumah Sakit atau
PKRS seperti telah dijelaskan diatas, berusaha mengembangkan pengertian pasien, keluarga,
dan pengunjung Rumah Sakit tentang penyakit dan pencegahannya. Selain itu, promosi
kesehatan di Rumah Sakit juga berusaha menggugah kesadaran dan minat pasien, keluarga,
dan pengunjung Rumah Sakit untuk berperan secara positif dalam usaha penyembuhan dan
pencegahan penyakit. Dengan melaksanakan promosi kesehatan di Rumah Sakit, berarti
keluarga pasien ataupun pengunjung telah diajak berperan serta secara aktif dan diberdayakan
untuk meningkatkan PHBSnya. Kesadaran akan perilaku hidup bersih dan sehat yang rendah
dapat berakibat meningkatnya angka kejadian infeksi nosokomial. Untuk memperbaiki
tingkat PHBS ini diperlukan program kerja yang baik oleh PKRS. Selama ini belum pernah
dilakukan evaluasi terhadap kegiatan/program yang dilaksanakan PKRS terhadap
peningkatan PHBS keluarga pasien di Rumah Sakit.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Rumah Sakit
Rumah sakit dalam bahasa inggris disebut hospital. Kata hospital berasal dari kata
bahasa latin hospital yang berarti tamu. Secara lebih luas kata itu bermakna menjamu para
tamu. Memang menurut sejarahnya, hospital atau rumah sakit adalah suatu lembaga yang
bersifat kedermawanan (Charitable), untuk merawat pengungsi atau memberikan pendidikan
bagi orang-orang yang kurang beruntung atau miskin, berusia lanjut, cacat, atau para pemuda.
Rumah sakit adalah sarana kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
secara merata dengan mengutamakan upaya penyembuhan penyakit dan pemulihan
kesehatan, yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan kesehatan
dan pencegahan penyakit dalam suatu tatanan rujukan, serta dapat dimanfaatkan untuk
pendidikan tenaga dan penelitian. Rumah Sakit juga merupakan institusi yang dapat memberi
keteladan dalam budaya hidup bersih dan sehat serta kebersihan lingkungan (Depkes RI,
2003).
2.1.1 Fungsi Rumah Sakit
Pada umumnya sebuah rumah sakit adalah suatu bentuk organisasi yang bergerak di
bidang jasa dan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat, namun di samping itu sebuah
rumah sakit juga harus berusaha mencari profit atau laba guna berlangsung dan tetap
berjalannya sebuah rumah sakit tersebut.
Suatu usaha penjualan produk maupun jasa tidak terlepas dari sebuah persaingan,
dengan melihat hal seperti ini bisa dikatakan rumah sakit juga sangat membutuhkan adanya
pemasaran, karena rumah sakit adalah usaha yang bergerak di bidang kesehatan maka
pemasaran yang dilakukan harus sesuai dengan etika yang telah di tentukan.
Dengan adanya hal ini pemasaran yang di lakukan rumah sakit memiliki perbedaan
dengan usaha- usaha lain yang hanya mencari profit semata.
Dalam pemasaran rumah sakit yang baru, banyak strategi yang bisa di gunakan, salah
satunya adalah strategi 10 P.
1. Produk
Produk rumah sakit layanan dari rumah sakit itu sendiri,dalam pelayanannya rumah
sakit harus dapat memuaskan konsumen yang dalam hal ini adalah pasien.
Pelayanan yang dapat memuaskan pasien akan membuat penilaian pasien terhadap
rumah sakit akan baik, dan pasien tidak akan ragu –ragu untuk mengunjungi atau datang lagi
ke rumah sakit terebut pada saat memerlukan pelayanan dari sebuah rumah sakit.
2. Price
Price atau tarif yang di berikan oleh rumah sakit harus rasional yaitu sesuai antara
pengeluaran pasien dan pelayanan yang di dapat. Dengan hal demikian pasien tidak akan
merasa di rugikan oleh rumah sakit, dan dapat meningkatkan kepuasan pasien terhadap
pelayanan rumah sakit.
3. Place
Sebuah rumah sakit juga harus lebih memperhatikan masalah place atau tempat,
misalnya dalam awal pembangunan sebuah rumah harus memilih tempat / lokasi yang
strategis dan mudah di jangkau oleh konsumen atau pasien.
Tidak hanya lokasi, pihak rumah sakit juga harus memperhatikan tempat- tempat lain
yang dapat menunjang pelayanan dalam rumah sakit selain tempat- untuk pelayan medis,
seperti tempat parkir yang luas dan aman, ruang tunggu, kamar kecil. Hal hal seperti ini juga
dapat mempengaruhi kepuasan pasien.
4. Promotion
Rumah sakit dapat berpromosi namun harus sesuai dengan kode etik karna rumah
sakit adalah organisasi yang bergerak dalam bidang jasa, dan sangat berbeda dengan
organisasi lain yang mengutamakan profit.
Dengan prpmosi konsumen atau pasien dapat mengenal rumah sakit itu sendiri,
seperti mangadakan pengobatan gratis, menjadi sponsor sebuah evant- evant, mengadakan
seminar dan bentuk- bentuk promosi lain namun masih dalam batasan kode etik berpromosi.
5. Profesional
Profesional yang di maksud adalah bagaimana karyawan atau SDM yang ada di
rumah sakit dapat bekerja dengan baik sesuai dengan ilmu yang didapatkan dan sesuai
bidangnya masing – masing agar dalam pelayanan terhadap pasien tidak terjadi
kesalahan,dan dengan keprofesionalan karyawan atau SDM tersebut kepuasan pasien
terhadap pelayanan dapat terjamin.
6. People
People adalah bagaimana SDM atau seorang karyawan dapat bekerja dengan baik
sesuai dengan tugasnya dan memiliki pribadi atau prilaku yang baik sebagai seorang
karyawan seperti disiplin, dan mengikuti aturan kerja di rumah sakit. People atau SDM pula
harus memiliki kesadaran sosial yang tinggi sesuai fungsi utama rumah sakit.
7. Publik
Rumah sakit harus dapat berhubungan baik dan memiliki kepedulian sosial terhadap
masyarakat serta memiliki tanggung jawab sosial terhadap lingkungan sekitar, seperti
pengelolaan limbah yang baik dan aman agar tidak mencemari .lingkungan sekitar, baik
limbah medis maupun non medis.
Rumah sakit juga dapat merekrut masyarakat sekitar untuk menjadi seseorang
karyawan dan penempatannya disesuaikan dengan pendidikan dan kemampuannya.
8. Power
Rumah sakit harus dapat membentuk atau memiliki suatu kekuatan agar dapat bekerja
sama dengan instansi – instansi lain yang dapat menjadi pendukung penyebarluasan ,dan
pengembangan rumah sakit. Seperti bekerja sama dengan instansi – instansi pendidikan, dan
instansi – instansi lain yang di anggap dapat menjadi pendukung rumah sakit.
9. Pressure
Yang di maksud pressure adalah sebuah rumah sakit harus memiliki tekanan terhadap
pihak – pihak, instansi – instansi maupun perusahaan, contonya dengan mengikat para
karyawan rumah sakit apabila keluarga dari karyawan rumah sakit membutuhkan layanan
kesehatan diharapkan agar mendatangi rumah sakit tersebut. Kemudian menjalin kerjasama
dengan pihak perusahaan agar apabila karyawan dari perusahaan tersebut membutuhkan
layanan kesehatan dapat mendatangi rumah sakit tersebut. Serta bekerjasama dengan pihak
asuransi.
10. Performance
Yang di maksud performance adalah hasil kerja rumah sakit dalam hal memuaskan pasien,
dan ada kegiatan – kegiatan khusus yang mempunyai nilai publisitas.
Misalnya mendapat sertifikat ISO, AKREDITASI, maupun citra yang baik yang di
dapatkan dalam hal pelayanan terhadap pasien.
a. Di ruang tunggu
Di ruang tunggu adalah tempat yang baik untuk melakukan promosi dan penyuluhan
kesehatan. Karena pada umumnya, di ruang itulah pasien atau para pengantar
berkumpul dalam waktu yang ralatif lama untuk menunggu giliran pemeriksaan atau
memperoleh obat. Di ruang ini dapat dilakukan penyuluhan kesehatan langsung atau
ceramah kesehatan, ataupun penyuluhan kesehatan tidak langsung misalnya
menggunakan rekaman radio kaset atau video kaset. Pasien atau para pengantar pasien
umumnya merasa jenuh pada saat menunggu giliran, sehingga waktu tersebut sangat
baik bila digunakan untuk memberikan informasi-informasi atau pesan-pesan
kesehatan agar mencegah kegelisahan dan kejenuhan pasien atau keluarga pasien.
Di samping itu, di ruang tunggu juga disediakan leaflet-leaflet atau selebaran-
selebaran yang dapat dibaca oleh pasien atau keluarga pasien. Leaflet atau selebaran
berisikan pesan-pesan atau informasi-informasi terkait dengan penyakit-penyakit
tertentu. Demikian pula dinding-dinding ruang tunggu perlu ditempel poster-poster
yang berisikan pesan-pesan kesehatan.
b. Di kamar periksa
Di kamar periksa dokter, dokter gigi atau bidan, merupakan tempat dan kesempatan
yang baik memberikan pesan-pesan kesehatan, khususnya yang terkait dengan
masalah kesehatan ataupun penyakit pasien. Sambil memeriksa pasien atau setelah
selesai memeriksa pasien, petugas kesehatan atau dokter dapat menjelaskan tentang
penyakit yang diderita pasien, penyebabnya, perjalanan penyakitnya, cara
penularannya, cara pencegahannya, dan pengobatan yang diberikan. Pasien dalam
kondisi sakit dan ingin segera sembuh dari penyakitnya, apabila diberikan pesan-
pesan, informasi-informasi, atau anjuran-anjuran yang berkaitan dengan penyakitnya,
akan lebih mudah mematuhi atau menjalankannya dibanding mereka yang dalam
keadaan sehat.
Untuk menunjang promosi dan penyuluhan kesehatan pada kesempatan-kesempatan
tersebut, seyogyanya ruang periksa dilengkapi dengan alat-alat peraga atau gambar-
gambar terkait dengan penyakit tertentu. Misalnya: kerangka manusia, pantom,
gambar-gambar anatomi tubuh, gambar jenis-jenis makanan bergizi, skema perjalanan
suatu penyakit, dan sebagainya.
c. Di ruang perawatan
Di ruang perawatan peran perawat sangat penting karena di tempat ini, perawat
mempunyai waktu yang relatif banyak untuk berkomunikasi dengan pasien, dibanding
dengan petugas yang lain. Perawat di ruang rawat berkewajiban untuk memberikan
obat, melayani kebutuhan pasien yang lain seperti makan, minum, membantu ke
kamar mandi, dan sebagainya. Pada kesempatan-kesempatan itulah, perawat dapat
menyampaikan pesan-pesan dan atau anjuran-anjuran yang harus dipatuhi oleh pasien
dalam rangka penyembuhannya.
Seorang perawat pada waktu mengambil sampel darah, pada waktu mengukur tekanan
darah pasien, dan sebagainya, dapat sekaligus memberikan penyuluhan kesehatan
terkait dengan yang dihadapi oleh pasien tersebut.
a. Pemberian contoh:
Tahap pertama yang diperlukan untuk mengubah kesan rumah sakit yang
menyeramkan tersebut adalah dengan menampilkan bangunan fisik dan fasilitas
rumah sakit itu antara lain sebagai berikut:
1) Bangunan dan lingkungan rumah sakit yang bersih dan rapi. Cat bangunan rumah
sakit tidak harus putih seperti biasanya atau pada umumnya. Ruangan atau kamar
perawatan dapat menggunakan cat yang warna-warni. Dari hasil penelitian
mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat UI, membuktikan bahwa pasien yang
dirawat di ruangan yang dicat berwarna, lebih cepat sembuh dibandingkan pasien
yang dirawat di ruangan yang hanya bercat putih.
2) Kamar mandi dan WC harus bersih dan tidak menimbulkan bau tidak enak, tetapi
justru berbau wangi. Air bersih seharusnya mengalir dengan lancar dan cukup
sebagai sarana untuk kebersihan kamar mandi dan WC.
3) Tersedianya tempat sampah dimana-mana, baik di luar ruangan maupun di dalam
ruangan, rumah sakit yang kurang menyediakan tempat sampah yang cukup,
berarti tidak menjadikan rumah sakit itu kondusif untuk berperilaku bersih bagi
pasien dan pengunjung lainnya.
4) Tersedianya taman hidup atau kebun di sekitar rumah sakit. Taman yang indah
atau kebun bunga di rumah sakit dapat menghilangkan kesan yang kering, sakit,
yang kurang ramah, dan formal seperti perkantoran. Taman di rumah sakit akan
menimbulkan kesan yang sejuk, sehat, senyum, dan ramah.
5) Petugas atau karyawan rumah sakit sangat penting untuk menimbulkan kesan
kesehatan, kebersihan, dan kesan keramahtamahan. Oleh sebab itu, kebersihan
dan cara berpakaian petugas rumah sakit, terutama dokter dan perawat yang secara
langsung berkontak dengan pasien adalah perlu dijaga dan dipertahankan supaya
tetap bersih dan rapi.
b. Penggunaan Media
Media promosi atau penyuluhan kesehatan di rumah sakit merupakan alat bantu
dalam menyampaikan pesan-pesan kesehatan kepada para pasien dan pengunjung
rumah sakit lainnya. Media promosi yang layak digunakan di rumah sakit diantaranya
dalam bentuk cetakan: leaflet, flyer, selebaran, poster, dan spanduk, serta dalam
bentuk media elektronik, yakni radio kaset dan video kaset. Leaflet dan selebaran
didistribusikan atau disediakan di ruang-ruang tunggu, atau di lobi rumah sakit, agar
mudah dijangkau oleh para pengunjung rumah sakit.
Media elektronik, baik radio kaset maupun video kaset yang berisi pesan kesehatan
bagi pasien dan keluarga pasien dapat digunakan di ruang-ruang tunggu atau ruang
rawat inap. Khusus media elektronik yang digunakan di ruang-ruang rawat antara lain
penggunaan sound system yang dikendalikandari ruang tertentu dapat menyampaikan
pesan-pesan dalam rangka proses penyembuhan pasien di ruang rawat. Di samping
itu, melalui media elektronik ini juga dapat digunakan untuk program musik, dan
siraman rohani untuk menghibur dan memperkuat iman para penderita atau pasien.
c. Promosi dan Penyuluhan Langsung
Penyuluhan langsung dapat dilakukan secara terstruktur atau terprogram, tetapi juga
dapat dilakukan secara tidak terstruktur atau terprogram. Penyuluhan langsung secara
terprogram harus direncanakan secara baik, dan ditangani oleh petugas yang khusus
mempunyai kemampuan bidang promosi kesehatan, khususnya media. Bentuk
program promosi langsung tidak terprogram dapat dilakukan oleh para petugas medis
dan paramedis yang langsung berhadapan dengan pasien.
Berdasarkan sasaran promosi kesehatan, bentuk promosi kesehatan dapat
dilaksanakan pada:
1) Individual
Penyuluhan atau promosi kesehatan secara individual dilakukan dalam bentuk
konseling. Konseling dilakukan oleh dokter, perawat, atau petugas gizi terhadap
pasien atau keluarga pasien yang mempunyai masalah kesehatan khusus, atau
penyakit yang dideritanya.
2) Kelompok
Promosi atau penyuluhan langsung dengan sasaran kelompok dilakukan di ruang
tunggu bagi penyakit-penyakit sejenis, misalnya ruang tunggu penyakit dalam,
ruang tunggu penyakit THT, ruang tunggu bagian anak, dan sebagainya.
Penyuluhan langsung kelompok juga dapat dilaksanakan dengan mengumpulkan
pasien dengan kasus sejenis di ruangan tertentu. Metode penyuluhan kelompok,
seperti ceramah, diskusi kelompok, simulasi, dan bermain peran (role play) tepat
digunakan dalam promosi kesehatan ini.
3) Massa
Bagi seluruh pengunjung rumah sakit, baik pasien maupun keluarga pasien dan
tamu rumah sakit, adalah sasaran promosi kesehatan dalam bentuk ini. Promosi
kesehatan dengan sasaran semacam ini perlu penyesuaian bentuk promosi
kesehatannya adalah dengan menggunakan metode penyuluhan massa, seperti
penggunaan poster dan spanduk.
Seperti halnya promosi kesehatan di tatanan-tatanan lainnya, pada umumnya
promosi kesehatan dengan menggunakan metode langsung dan metode tidak
langsung.
1) Secara langsung:
Metode penyuluhan langsung digunakan pada waktu penyuluhan langsung,
yakni apabila antara sasaran (pasien dan keluarga pasien) bertatap muka dengan
petugas kesehatan sebagai promoter kesehatan. Oleh sebab itu, metode yang
digunakan adalah ceramah, diskusi kelompok, simulasi, dan bermain peran.
Google scholar
Jumlah kunjungan pasien Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Gigi dan Mulut Baiturrahmah Padang
pada tahun 2016 yaitu 27.933 kunjungan. Pada tahun 2017 mengalami penurunan (41,7%) yaitu
16.288 kunjungan. Sedangkan, pada tahun 2018 mengalami sedikit peningkatan (3,7%) yaitu 16.884
kunjungan. Setiap rumah sakit harus dapat membuat suatu strategi pemasaran yang tepat untuk
dapat bersaing dimasa sekarang dan akan datang. Salah satu upaya strategi pemasaran adalah
analisis SWOT. Analisis SWOT mengidentifikasi strengths (kekuatan) dan weaknesses (kelemahan)
pada aspek internal serta opportunities (peluang) dan threats (ancaman) pada aspek eksternal
perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi pemasaran yang dapat dilakukan
oleh Rumah Sakit Gigi dan Mulut Baiturrahmah Padang berdasarkan analisis SWOT. Jenis penelitian
adalah kualitatif. Informan terdiri dari Pemilik, Direktur, Wakil Direktur, Karyawan, Mahasiswa,
Pasien dan Masyarakat yang tinggal di sekitar Rumah Sakit Gigi dan Mulut Baiturrahmah Padang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi SO (Strengths Opportunities): meningkatkan kualitas
kesehatan pelayanan gigi dan mulut, menjalin kerja sama dengan instansi di bidang kesehatan,
menggunakan alat dan bahan terbaru dan menjadi pusat rujukan pelayanan kesehatan gigi dan
mulut. Strategi WO (Weaknesses Opportunities): menyelesaikan proses akreditasi, pengaturan
jadwal dan tarif dokter, melakukan promosi melalui berbagai media dan menambah jumlah SDM
untuk kegiatan pemasaran. Strategi ST (Strengths Threats): meningkatkan pelayanan unggulan di
bidang periodonsia dengan pelatihan kepada karyawan dan membuat pendaftaran online.
Sedangkan, strategi WT (Weaknesses Threats): membentuk bagian pemasaran untuk meningkatkan
kegiatan promosi.