2017-
2019
KATA PENGANTAR
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Pendidikan pasien dan keluarga di rumah sakit khususnya untuk individu-
individu yang sedang memerlukan pengobatan atau perawatan. Selain itu promosi
kesehatan ditujukan kepada pengunjung rumah sakit, baik pasien rawat jalan maupun
keluarga pasien yang mengantar atau menemani pasien di rumah sakit karena keluarga
pasien diharapkan dapat membantu menunjang proses penyembuhan dan pemulihan
pasien.
Pasien dan keluarganya harus mengetahui hal-hal yang terkait dengan penyakit
yang dideritanya seperti: penyebab penyakit, cara penularannya (bila penyakit
menular), cara pencegahannya, proses pengobatan yang tepat dan sebagainya. Apabila
pasien dan keluarganya memahami penyakit yang dideritanya diharapkan akan
membantu mempercepat proses penyembuhan dan tidak akan terserang oleh penyakit
yang sama.
Pemberdayaan pasien dan keluarganya dalam kesehatan dimaksudkan apabila
pasien sudah sembuh dan kembali ke rumahnya, mereka mampu melakukan upaya-
upaya preventif dan promotif kesehatannya, terutama terkait dengan penyakit yang
telah dialaminya. Penerapan proses belajar kesehatan di rumah sakit berarti semua
pengunjung rumah sakit, baik pasien melalui informasi dari para petugas rumah sakit,
tetapi dari apa yang dialami, didengar, dan dilihat di rumah sakit.
Pendidikan yang efektif diawali dengan asesmen kebutuhan pembelajaran pasien
dan keluarganya. Asesmen ini menjelaskan bukan hanya kebutuhan akan
pembelajaran, tetapi juga bagaimana pembelajaran dapat dilaksanakan dengan baik.
Pembelajaran akan lebih efektif ketika disesuaikan dengan keyakinan, pilihan
pembelajaran yang tepat, agama, nilai budaya dan kemampuan membaca serta bahasa.
Demikian juga ketika ditemukan hal yang dibutuhkan dalam proses pelayanan pasien.
Pendidikan termasuk baik kebutuhan pengetahuan pasien selama proses pemberian
pelayanan maupun kebutuhan pasien setelah pulanguntuk di rujuk ke pelayanan
kesehatan lain atau pulang ke rumah. Sehingga, pendidikan mencakup informasi
sumber-sumber di komunitas untuk tambahan pelayanan dan tindak lanjut pelayanan
apabila diperlukan, serta bagaimana akses ke pelayanan emergensi bila diperlukan.
Pendidikan efektif dalam satu rumah sakit hendaknya disediakan format visual dan
elektronik, serta berbagi pembelajaran jarak jauh san teknik lainnya.
Undang-undang no 36 tahun 2009 tentang kesehatan dalam pasal 3 menyatakan
bahwa pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan,
dan kemapuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya, sehingga investasi bagi pemabangunan sumber
daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Selanjutnya dalam pasal 46
dinyatakan bahwa untuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi
masyarakat, diselenggarakan upya kesehatan yang terpadu dan menyeluruh dalam
bentuk kegiatan dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative
yang dilaksankan secara terpadu menyeluruh dan berkesinambungan. Upaya
kesehatan diutamakan pada berbagi upaya yang mempunyai daya ungkit tinggi dalam
pencapaian sasaran pembangunan kesehtan utamanya penduduk rentan antara lain ibu,
bayi dan anak.
Undang-undang no 44 tahun 2009 tentang rumah sakit dalam pasal (1)
menyebutkan pengertian rumah sakit yaitu institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatn perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Selanjutnya,
dikaitkan bahwa pelayanan kesehatan paripurna adalah pelayanan kesehatan yang
meliputi promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
Promosi Kesehatan oleh Rumah Sakit (PKRS) adalah upaya rumah sakit untuk
meningkatkan kemampuan pasien, klien, dan kelompok-kelompok masyarakat, agar
pasien dapat mandiri dalam mempercepat kesembuhan dan rehabilitasnya, klien dan
kelompok-kelompok masyarakat dapat mandiri dalam meningkatkan kesehatan,
mencegah masalah-masalah kesehatan, mengembangkan upaya kesehatan bersumber
daya masyarakat, melalui pembelajran diri, oleh, untuk, dan bersama mereka, sesuai
social budaya mereka, serta didukung kebijakan public yang berwawasan kesehatan.
Untuk dapat terarahnya promosi kesehatan di Rumah Sakit Ibu dan Anak Siti
Hawa telah disusun program kerja unit kerja Promosi Kesehatan Rumah Sakit
(PKRS).
II. Tujuan
a. Tujuan Umum
Kegiatan pendidikan kesehatan sebagai bagian dari sasaran keselamatan
pasien di rumah sakit melalui perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku
pasien/klien rumah sakit serta pemeliharaan lingkungan rumah sakit sehingga
dapat dimanfaatkan dengan baik semua pelayanan yang disediakan rumah
sakit.
b. Tujuan Khusus
1. Bagi Pasien
Mengembangkan perilaku kesehatan, khusunya yang berkaitan dengan
maslah atau penyakit yang diderita oleh pasien yang bersangkutan.
2. Bagi Keluarga
Membantu mempercepat proses penyembuhan pasien
Dalam proses penyembuhan penyakit, bukan hanya faktor obat saja,
tetap factor psikologis dari pasien. Dalam mewujudkan lingkungan
psikososial ini maka peran kelurga sangat penting. Oleh karena itu
promosi kesehatan perlu dilakukan juga bagi keluarga pasien.
Keluarga tidak terserang atau tertular penyakit
Dengan melakukan pendidikan kesehatan kepada keluarga pasien
mereka akan mengetahui dan mengenal penyakit yang diderita oleh
pasien (anggota keluarganya), cara penularannya, dan cara
pencegahannya. Keluarga pasien tentu akan berusaha untuk
menghindar agar tidak terkena atau tertular penyakit seperti yang
diderita oleh anggota keluarga yang sakit tersebut.
Membantu agar tidak menularkan penyakitnya kepada orang lain
Keluarga pasien yang telah memperoleh pengetahuan dan cara-cara
penularannya, maka keluarga tersebut diharapkan dapat membantu
pasien atau keluarganya yang sakit untuk tidak menularkan
penyakitnya kepada orang lain, terutama kepada tetangga atau teman
dekatnya.
3. Bagi Rumah Sakit
Meningkatakan mutu pelayanan rumah sakit
Meningkatkan citra rumah sakit
Penerapan promosi kesehatan di rumah sakit diwujudkan dalam
memberikan informasi-informasi tentang berbagai masalah kesehatan
atau penyakit dengan masing-masing jenis pelayanannya.dimasing-
masing titik pelayanan rumah sakit disediakan atau diinformasikan
tentang hal-hal yang berkaitan dengan proses penyembuhan pasien.
Di tempat loket pendaftaran, di ruang perawatan dan sebagainya,
selalu dilakukan penjelasan atau pemberian informasi terkait dengan
apa yang harus diketahui dan dilakukan oleh pasien.
Meningkatkan angka hunian rumah sakit
Dari pengalaman di rumah sakit yang telah melaksanakan promosi
kesehatan, menyatakan bahwa kesembuhan pasien lebih pendek dari
sebelumnya. Hal ini beerarti dapat memperpendek hari rawat pasien,
yang akhirnya membawa dampak bahwa rumah sakit bersangkutan
baik karena pasien yang dirawat cepat sembuh.
III. Strategi Promosi Kesehatan
1. Pemberdayaan
Pemberdaya bertujuan membantu dan memfasilitasi pasien/klien
sehingga memiliki pengetahuan, kemauan, kemampuan untuk mencegah dan
atu mengatasi masalah kesehatan yang dihadapinya ( to facilitate problem
solving).
Dalam pelaksanaannya, berbentuk pelayanan konseling. Bagi klien rawat
jalan dapat dibuka klinik konseling (misalnya: klinik konseling KIA, klinik
konseling kespro,klinik konseling giz, klinik konseling KB). Bagi klien yang
sehat dapat pula dibuka kelompok-kelompok diskusi, kelompok-kelompok
senam, dan lain-lain. Sedangkan bagi pasien rawat inap dapat dilakukan
beberapa kegiatan misalnya : konseling tempat tidur (bedside health
promotion), konseling kelompok (bagi yang bisa meninggalkan tempat
tidur), biblioterapi (membacakan bahan bacaan kepada pasein).
Ada beberapa prinsip konseling yang perlu diperhatikan dan
dipraktikkan oleh petugas RS selama pelaksanaan konseling adalah:
Memberikan kabar gembira dan kegairahan hidup
Menghargai pasien/klien tanpa syarat
Melihat pasien/klien sebagai subjek dan sesama hamba Tuhan
Mengembangkan dialog yang menyentuh perasaan
Memberikan keteladanan
2. Bina Suasana
Pemberdayaan akan lebih cepat berhasil bila didukung dengan kegiatan
menciptakan suasana atau lingkungan yang kondusif, yaitu lingkungan yang
memiliki pengaruh terhadap pasien/klien yang sedang diberdayakan.
3. Advokasi
Advokasi perlu dilakukan, bila dalam upaya memberdayakan pasien
dan klien, RS membutuhkan dukungan dari pihak-pihak lain. Saran advokasi
hendaknya diarahkan/dipadukan untuk menempuh tahapan-tahapan:
1. Memahami/menyadari persoalan yang diajukan
2. Tertarik untuk berperan dalam persoalan yang diajukan
3. Mempertimbangkan sejumlah pilihan kemungkinan dalam berperan
4. Menyepakati satu pilihan kemungkinan dalam berperan
5. Menyampaikan langkah tindak lanjut.
Kata kunci dalam menyikapi bahan advokasi adalah “Tepat, Lengkap,
Akurat dan Menarik”. Artinya bahan advokasi harus dibuat :
1. Sesuai dengan sasaran (latar belakang pendidikannya, jabatannya,
budayanya, kesukaannya, dan lain-lain)
2. Sesuai dengan lama waktu yang disediakan untuk advokasi
3. Mencakup unsur-unsur pokok, yaitu Apa, Mengapa, Dimana,
Bilamana, Siapa, Melakukan, dan bagaimana lakukannya (5W +
1H)
4. Membuat masalah dan pilihan-pilihan kemungkinan untuk
memecahkan masalah
5. Membuat peran yang diharapkan dari sasaran advokasi
6. Membuat data pendukung, bila mungkin juga bagan, gambar dan
lain-lain
7. Dalam kemasan yang menarik (tidak menjemukan), ringkas, tetapi
jelas, sehingga perbincangan tidak bertele-tele.
4. Kemitraan
Baik dalam pemberdayaan, maupun dalam bina suasana dan advokasi,
prinsip-prinsip kemitraan harus ditegakkan. .
Tiga prinsip dasar kemitraan yang harus diperhatikan :
1. Kesetaraan
Kesetaraan menghendaki tidak diciptakannya hubungan yang
bersifat hirarkhis (atas-bawah). Semua harus diawali dengan
ketersediaan bahwa masing-masing berada dalam kedudukan yang
sederajat. Keadaan ini dapat dicapai bila semua pihak bersedia
mengembangkan hubungan kekeluargaan, yaitu yang dilandasi
kebersamaan atau kepentingan bersama.
2. Keterbukaan
Dalam setiap langkah menjalin kerjasama dibutuhkan kejujuran dai
masing-masing pihak. Setiap usul/saran/komentar harus disertai
dengan itikad yang jujur, sesuai fakta dan tidak menutup-tutupi
sesuatu.
3. Saling Menguntungkan
Solusi yang diajukan hendaknya selalu menguntungkan disemua
pihak (win-win solution).
Terdapat tujuh landasan yang harus dipraktikkan dalam
mengembangkan kemitraan yaitu:
1. Saling memahami kedudukan, tugas dan fungsi masing-masing,
2. Saling mengakui kapasitas dan kemampuan masing-msing,
3. Saling berupaya untuk membangan hubungan,
4. Saling berupaya mendekati,
5. Saling terbuka terhadap kritik/saran serta mau membantu dan
dibantu,
6. Saling mendukung upaya masing-masing,
7. Saling menghargai upaya masing-masing.
a. Pemberdayaan
Ada beberapa cara pemberdayaan atau konseling yang dapat dilakukan
untuk fase tahap penyembuhan terhadap pasien rawat inap yaitu:
Konseling di tempat tidur
Biblioterapi
Biblioterapi adalah penggunaan bahan-bahan bacaan sebagai
sarana untu kembantu proses penyembuhan penyakit yang
diderita pasien RS.
Konseling berkelompok
b. Bina Suasana
Lingkungan yang besar pengaruhnya terhadap rawat inap adalah para
penjenguk (pembesuk).
c. Advokasi
d. Promosi Kesehatan di Tempat Pembayaran
V. Sasaran PKRS
Sasaran Promosi Kesehatan di Rumah Sakit adalah masyarakat di Rumah Sakit,
yang terdiri dari :
Petugas
Pasien
Keluarga Pasien
Pengunjung
Masyarakat yang tinggal/berada di sekitar Rumah Sakit.
2. Sumber Daya
Sumber daya utama yang diperlukan untuk menyelenggarakan PKRS
adalah tenaga (Sumber Daya Manusia atau SDM), sasaran/ peralatan termasuk
media komunikasi, dan dana atau anggaran.
SDM utama untuk PKRS meliputi :
1. Semua petugas RS yang melayani pasien/klien (dokter, perawat,
bidan dan lain-lain)
2. Tenaga khusus promosi kesehatan (yaitu para pejabat fungsional
Penyuluh Kesehatan Masyarakat)
Standar Sarana/Peralatan Promosi Kesehatan Rumah Sakit Ibu dan Anak Siti
Hawa 2016 sebagai berikut:
b. Indikator Proses
Proses yang dipantau adalah proses pelaksanaan PKRS yang meliputi
PKRS pasien (rawat jalan, rawat inap, pelayanan penunjang), PKRS untuk
Klien Sehat dan PKRS di luar gedung RS. Indikator yang digunakan adalah :
Sudah/sebelum dilaksanakannya kegiatan (pemasangan poster,
konseling, dan lain-lain) dan atau frekuensinya.
Kondisi media komunikasi yang digunakankan (poster, leaflet, giant
banner, spanduk, neon box, dan lain-lain) yaitu masih bagus at0au
sudah rusak.
c. Indikator Keluaran
Keluaran yang dipantau adalah keluaran dari kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan, baik secara umum maupun secara khusus. Oleh karena itu,
indikator yang digunakan disini adlah berupa cakupan kegiatan, yaitu
misalnya:
d. Indikator Dampak
Indikator dampak mengacu kepada tujuan pelaksanaannya PKRS, yaitu
berubahnya pengetahuan, sikap, dan perilaku pasien/klien RS serta
terpeliharanya lingkungan RS dan dimanfaatannya dengan baik semua
pelayanan yang disediakan di RS. Oleh sebab itu, kondisi ini sebaiknya dinilai
setelah PKRS berjalan beberapa lama melalui upaya evaluasi.