Anda di halaman 1dari 13

PROGRAM KERJA

UNIT KERJA PROMOSI KESEHATAN


RUMAH SAKIT (PKRS)

2017-
2019

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK SITI HAWA


JL. Parak Gadang Raya No 35 B Padang Tel*. (0751) +41633-+41251

KATA PENGANTAR

Sehubungan dengan telah dikembangkannya Pendekatan Rumah Sakit Proaktif

sejak 1997 dimana salah satu esensinya adalah Rumah Sakit Proaktif harus dapat
berfungsi sebagai Rumah Sakit Promotor Kesehatan (Health Promoting Hospital)
yang juga melaksanakan kegiatan Promotif maupun preventif bagi kesehatan pasien
staf Rumah Sakit dan masyarakat di wilayah cakupannya serta pengembangan
organisasi Rumah Sakit menjadi organisasi yang sehat. Gerakan menjadi Rumah Sakit
Promotor Kesehatan akan menghasilkan reorientasi pelayanan Rumah Sakit dimana

klien Rumah Sakit adalah pasien dan orang sehat.


Sejalan dengan hal tersebut diatas telah disusun program kerja unit kerja PKRS
RSI& Siti Hawa Periode 2017*2019 sebagai acuan dalam menjalankan promosi
kesehatan di tingkat Rumah Sakit.

Padang +ebruari 2017

(&nnisa Mirdhatillah &md. Keb)


Ka. Unit PKRS

Program Kerja Unit Kerja Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS)

PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Pendidikan pasien dan keluarga di rumah sakit khususnya untuk individu*
individu yang sedang memerlukan pengobatan atau perawatan. Selain itu promosi
kesehatan ditujukan kepada pengunjung rumah sakit baik pasien rawat jalan maupun
keluarga pasien yang mengantar atau menemani pasien di rumah sakit karena keluarga
pasien diharapkan dapat membantu menunjang proses penyembuhan dan pemulihan
pasien.
Pasien dan keluarganya harus mengetahui hal*hal yang terkait dengan penyakit
yang dideritanya seperti: penyebab penyakit cara penularannya (bila penyakit
menular) cara pencegahannya proses pengobatan yang tepat dan sebagainya.
&pabila
pasien dan keluarganya memahami penyakit yang dideritanya diharapkan akan
membantu mempercepat proses penyembuhan dan tidak akan terserang oleh penyakit
yang sama.
Pemberdayaan pasien dan keluarganya dalam kesehatan dimaksudkan apabila
pasien sudah sembuh dan kembali ke rumahnya mereka mampu melakukan upaya*
upaya preventif dan promotif kesehatannya terutama terkait dengan penyakit yang
telah dialaminya. Penerapan proses belajar kesehatan di rumah sakit berarti semua
pengunjung rumah sakit baik pasien melalui informasi dari para petugas rumah
sakit
tetapi dari apa yang dialami didengar dan dilihat di rumah sakit.
Pendidikan yang efektif diawali dengan asesmen kebutuhan pembelajaran pasien
dan keluarganya. &sesmen ini menjelaskan bukan hanya kebutuhan akan
pembelajaran tetapi juga bagaimana pembelajaran dapat dilaksanakan dengan baik.
Pembelajaran akan lebih efektif ketika disesuaikan dengan keyakinan  pilihan
pembelajaran yang tepat agama nilai budaya dan kemampuan membaca serta bahasa.
Demikian juga ketika ditemukan hal yang dibutuhkan dalam proses pelayanan pasien.
Pendidikan termasuk baik kebutuhan pengetahuan pasien selama proses pemberian
pelayanan maupun kebutuhan pasien setelah pulanguntuk di rujuk ke pelayanan
kesehatan lain atau pulang ke rumah. Sehingga pendidikan mencakup informasi
sumber*sumber di komunitas untuk tambahan pelayanan dan tindak lanjut pelayanan
apabila diperlukan serta bagaimana akses ke pelayanan emergensi bila diperlukan.
Pendidikan efektif dalam satu rumah sakit hendaknya disediakan format visual dan
elektronik serta berbagi pembelajaran jarak jauh san teknik lainnya.
Undang*undang no 06 tahun 2009 tentang kesehatan dalam pasal 0 menyatakan
bahwa pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran
kemauan

dan kemapuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi*tingginya sehingga investasi bagi pemabangunan
sumber
daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Selanjutnya dalam pasal 26
dinyatakan bahwa untuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi*tingginya bagi
masyarakat diselenggarakan upya kesehatan yang terpadu dan menyeluruh dalam
bentuk kegiatan dengan pendekatan promotif preventif  kuratif dan rehabilitative
yang dilaksankan secara terpadu menyeluruh dan berkesinambungan. Upaya
kesehatan diutamakan pada berbagi upaya yang mempunyai daya ungkit tinggi dalam
pencapaian sasaran pembangunan kesehtan utamanya penduduk rentan antara lain
ibu

bayi dan anak.


Undang*undang no 22 tahun 2009 tentang rumah sakit dalam pasal (1)
menyebutkan pengertian rumah sakit yaitu institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatn perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap rawat jalan dan gawat darurat. Selanjutnya
dikaitkan bahwa pelayanan kesehatan paripurna adalah pelayanan kesehatan yang
meliputi promotif preventif kuratif dan rehabilitatif.
Promosi Kesehatan oleh Rumah Sakit (PKRS) adalah upaya rumah sakit untuk
meningkatkan kemampuan pasien klien dan kelompok*kelompok masyarakat
agar pasien dapat mandiri dalam mempercepat kesembuhan dan rehabilitasnya
klien dan kelompok*kelompok masyarakat dapat mandiri dalam meningkatkan
kesehatan mencegah masalah*masalah kesehatan mengembangkan upaya
kesehatan bersumber daya masyarakat melalui pembelajran diri  oleh  untuk 
dan bersama mereka sesuai
social budaya mereka serta didukung kebijakan public yang berwawasan kesehatan.
Untuk dapat terarahnya promosi kesehatan di Rumah Sakit Ibu dan &nak Siti
Hawa telah disusun program kerja unit kerja Promosi Kesehatan Rumah Sakit
(PKRS).

II. Tujuan
a. 3ujuan Umum
Kegiatan pendidikan kesehatan sebagai bagian dari sasaran keselamatan
pasien di rumah sakit melalui perubahan pengetahuan  sikap dan perilaku
pasien4klien rumah sakit serta pemeliharaan lingkungan rumah sakit sehingga
dapat dimanfaatkan dengan baik semua pelayanan yang disediakan rumah
sakit.
b. 3ujuan Khusus
1. 5agi Pasien
Mengembangkan perilaku kesehatan khusunya yang berkaitan dengan

maslah atau penyakit yang diderita oleh pasien yang bersangkutan.


2. 5agi Keluarga
• Membantu mempercepat proses penyembuhan pasien
Dalam proses penyembuhan penyakit bukan hanya faktor obat saja
tetap factor psikologis dari pasien. Dalam mewujudkan lingkungan
psikososial ini maka peran kelurga sangat penting. 6leh karena itu
promosi kesehatan perlu dilakukan juga bagi keluarga pasien.
• Keluarga tidak terserang atau tertular penyakit
Dengan melakukan pendidikan kesehatan kepada keluarga pasien
mereka akan mengetahui dan mengenal penyakit yang diderita oleh
pasien (anggota keluarganya) cara penularannya dan cara
pencegahannya. Keluarga pasien tentu akan berusaha untuk
menghindar agar tidak terkena atau tertular penyakit seperti yang
diderita oleh anggota keluarga yang sakit tersebut.
• Membantu agar tidak menularkan penyakitnya kepada orang lain
Keluarga pasien yang telah memperoleh pengetahuan dan cara*cara
penularannya maka keluarga tersebut diharapkan dapat membantu
pasien atau keluarganya yang sakit untuk tidak menularkan
penyakitnya kepada orang lain terutama kepada tetangga atau
teman
dekatnya.
0. 5agi Rumah Sakit
• Meningkatakan mutu pelayanan rumah sakit
• Meningkatkan citra rumah sakit
Penerapan promosi kesehatan di rumah sakit diwujudkan dalam
memberikan informasi*informasi tentang berbagai masalah kesehatan
atau penyakit dengan masing*masing jenis pelayanannya.dimasing*
masing titik pelayanan rumah sakit disediakan atau diinformasikan
tentang hal*hal yang berkaitan dengan proses penyembuhan pasien.

Di tempat loket pendaftaran di ruang perawatan dan sebagainya 


selalu dilakukan penjelasan atau pemberian informasi terkait dengan
apa yang harus diketahui dan dilakukan oleh pasien.
• Meningkatkan angka hunian rumah sakit
Dari pengalaman di rumah sakit yang telah melaksanakan promosi
kesehatan menyatakan bahwa kesembuhan pasien lebih pendek dari
sebelumnya. Hal ini beerarti dapat memperpendek hari rawat pasien
yang akhirnya membawa dampak bahwa rumah sakit bersangkutan
baik karena pasien yang dirawat cepat sembuh.
III. Strategi Promosi Kesehatan

1. P e m b ePr edma ybaear nd a y a bertujuan membantu dan memfasilitasi


pasien4klien sehingga memiliki pengetahuan kemauan kemampuan untuk
mencegah dan atu mengatasi masalah kesehatan yang dihadapinya ( to facilitate
problem solving).
Dalam pelaksanaannya berbentuk pelayanan konseling. 5agi klien rawat
jalan dapat dibuka klinik konseling (misalnya: klinik konseling KI&  klinik
konseling kesproklinik konseling giz klinik konseling K5). 5agi klien yang
sehat dapat pula dibuka kelompok*kelompok diskusi kelompok*kelompok
senam dan lain*lain. Sedangkan bagi pasien rawat inap dapat
dilakukan

beberapa kegiatan misalnya : konseling tempat tidur (bedside health


promotion), konseling kelompok (bagi yang bisa meninggalkan tempat
tidur), biblioterapi (membacakan bahan bacaan kepada pasein).
Ada beberapa prinsip konseling yang perlu diperhatikan dan
dipraktikkan oleh petugas RS selama pelaksanaan konseling adalah:
• Memberikan kabar gembira dan kegairahan hidup
• Menghargai pasien/klien tanpa syarat


Melnigheamt
pbaasniegnk/aknlideniasloegbaygaanigsumbejenkyednatnuhsepsearma
saahanamba Tuhan
• Memberikan keteladanan

2.
Bina Suasana
Pemberdayaan akan lebih cepat berhasil bila didukung dengan kegiatan
menciptakan suasana atau lingkungan yang kondusif, yaitu lingkungan yang
memiliki pengaruh terhadap pasien/klien yang sedang diberdayakan.

3.
Advokasi
Advokasi perlu dilakukan, bila dalam upaya memberdayakan pasien
dan klien, RS membutuhkan dukungan dari pihak-pihak lain. Saran advokasi

hendaknya diarahkan/dipadukan untuk menempuh tahapan-tahapan:


1. Memahami/menyadari persoalan yang diajukan
2. Tertarik untuk berperan dalam persoalan yang diajukan
3. Mempertimbangkan sejumlah pilihan kemungkinan dalam berperan
4. Menyepakati satu pilihan kemungkinan dalam berperan
5. Menyampaikan langkah tindak lanjut.
Kata kunci dalam menyikapi bahan advokasi adalah “Tepat, Lengkap,
Akurat dan Menarik”. Artinya bahan advokasi harus dibuat :
1. Sesuai dengan sasaran (latar belakang pendidikannya, jabatannya,
budayanya, kesukaannya, dan lain-lain)
2. Sesuai dengan lama waktu yang disediakan untuk advokasi
3. Mencakup unsur-unsur pokok, yaitu Apa, Mengapa, Dimana,

Bilamana, Siapa, Melakukan, dan bagaimana lakukannya (5W +


1H)
4. Membuat masalah dan pilihan-pilihan kemungkinan untuk
memecahkan masalah
5. Membuat peran yang diharapkan dari sasaran advokasi
6. Membuat data pendukung, bila mungkin juga bagan, gambar dan
lain-lain
7. Dalam kemasan yang menarik (tidak menjemukan), ringkas, tetapi
jelas, sehingga perbincangan tidak bertele-tele.

4. Kemitraan

Baik dalam pemberdayaan, maupun dalam bina suasana dan advokasi,


prinsip-prinsip kemitraan harus ditegakkan. .
Tiga prinsip dasar kemitraan yang harus diperhatikan :
1. Kesetaraan
Kesetaraan menghendaki tidak diciptakannya hubungan yang
bersifat hirarkhis (atas-bawah). Semua harus diawali dengan
ketersediaan bahwa masing-masing berada dalam kedudukan yang
sederajat. Keadaan ini dapat dicapai bila semua pihak bersedia
mengembangkan hubungan kekeluargaan, yaitu yang dilandasi
kebersamaan atau kepentingan bersama.
2. Keterbukaan
Dalam setiap langkah menjalin kerjasama dibutuhkan kejujuran dai
masing-masing pihak. Setiap usul/saran/komentar harus disertai
dengan itikad yang jujur, sesuai fakta dan tidak menutup-tutupi
sesuatu.
3. Saling Menguntungkan
Solusi yang diajukan hendaknya selalu menguntungkan disemua
pihak (win-win solution).
Terdapat tujuh landasan yang harus dipraktikkan dalam
mengembangkan kemitraan yaitu:
1. Saling memahami kedudukan, tugas dan fungsi masing-masing,
2. Saling mengakui kapasitas dan kemampuan masing-msing,
3. Saling berupaya untuk membangan hubungan,
4. Saling berupaya mendekati,
5. Saling terbuka terhadap kritik/saran serta mau membantu dan
dibantu,
6. Saling mendukung upaya masing-masing,
7. Saling menghargai upaya masing-masing.

I. Cara Pelaksanaan Promosi Kesehatan Bagi Pasien


1. Promosi Kesehatan di Ruangan Pendaftaran
Begitu pasien masuk ke gedung RS, maka yang pertama kali yang
harus dikunjunginya adalah ruang/tempat pendaftaran. Kontak awal dengan
RS ini perlu disambut dengan promosi kesehatan. Sambutan itu dapat berupa
salam hangat yang dapat membuat mereka merasa tentram berada di RS.

2. Promosi Kesehatan Bagi Pasien Rawat >alan


Promosi kesehatan bagi pasien rawat jalan berpegang kepada strategi
promosi kesehatan yaitu:
a. Pemberdayaan
Pemberdayaan dilakukan terhadap seluruh pasien, yaitu dimana setiap
petugas RS yang melayani pasien. Tetapi jika hal ini belum mungkin
dilaksanakan, maka dapat disediakan satu ruangan khusus bagi para pasien
rawat jalan yang memerlukan konsultasi atau ingin memdapatkan
informasi.
Ruang konsultasi ini disediakan di setiap poliklnik dan dilayani oleh
setiap dokter atau perawat yang mahir sesuai dengan poliklinik yang
bersangkutan. Ruang konsultasi sebaiknya dilengkapi dengan berbagai
media komunikasi atau alat peraga yang sesuai dengan kebutuhan.
b. Bina suasana
Pihak yang berpengaruh terhadap pasien rawat jalan adalah orang yang
mengantarkan ke RS. Mereka ini tidak dalam keadaan sakit, sehingga
memungkinkan untuk mendapatkan informasi dari berbagai media
komunikasi yang tersedia di poliklinik.
c. Advokasi
Melakukan pendekatan pada pemegang kebijakan agar Rumah Sakit
Ibu dan Anak Siti Hawa dapat diikut ssertakan dalam program KPRS

3. Promosi Kesehatan Bagi Pasien Rawat Inap


Terdapat tiga kategori pasien rawat inap yaitu:

Pasien yang sedang sakit akut
Pada pasien ini semua perhatian dan tenaga pasien serta petugas Rs
dipusatkan pada upaya penyelamatkan pasien dari ancaman maut dan
dari penderitaan.
• Pasien dalam penyembuhan
Pada pasien ini, umumnya pasien sangat ingin mengetahui seluk-beluk
tentang penyakitnya. Walaupun ada juga pasien yang acuh tak acuh.
Terhadap mereka antusias, pemberian informasi dapat dilakukan.
Tetapi bagi mereka yang acuh tak acuh, proses pemberdayaan harus
dimulai dari awal, yaitu fase meyakini adanya masalah.

Pasien dyeanngganmpeemnyilaikit pkernonyiaskit ini dapat


menunjukkan reaksi yang berbeda-beda, seperti misalnya apatis,
agresig, atau menarik diri. Hal ini dikarenakan penyakit kronis
umumnya memberikan pengaruh fisik dan kejiwaan serta dampak sosial
kepada penderitanya.

a. Pemberdayaan
Ada beberapa cara pemberdayaan atau konseling yang dapat dilakukan
untuk fase tahap penyembuhan terhadap pasien rawat inap yaitu:

Konseling di tempat tidur

Biblioterapi

Biblioterapi adalah penggunaan bahan-bahan bacaan sebagai
sarana untu kembantu proses penyembuhan penyakit yang
diderita pasien RS.
Konseling berkelompok

b. Bina Suasana
Lingkungan yang besar pengaruhnya terhadap rawat inap adalah para

penjenguk (pembesuk).
c. Advokasi
d. Promosi Kesehatan di Tempat Pembayaran

4. Promosi Kesehatan Dalam Pelayanan Penunjang Medik


Dalam rangka pelayanan penunjang medic, PKRS terutama dapat
dilaksanakan di:
a. PKRS di Pelayanan Laboratorium
b. PKRS di Pelayanan Obat/Farmasi
c. PKRS di Pelayanan Gizi

5. Pelaksanaan Promosi Kesehatan Bagi Klien Sehat


Sebagaimana telah disebutkan, klien RS adalah mereka yang sehat yang
juga memerlukan pelayanan RS. Strategi PKRS bagi mereka serupa dengan
strategi PKRS bagi pasien yaitu :
a. Pemberdayaan
• Pengelolaan Kelompok Diskusi

Pengelolaan Kelompok Paduan Suara
• Penyelenggaraan Acara Rekreasi

Pengelolaan Kelompok Senam
• Pelayanan Konseling
b. Bina Suasana
c. Advokasi
6. Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Luar Gedung
Peluang PKRS di luar gedung RS pada hakikatnya berupa pemanfaatan
media luar ruang dan pemanfaatan sarana-sarana di luar gedung RS untuk
promosi kesehatan. Pemanfaatan media luar ruang dapat berupa pemasangan
spanduk, pemasangan baliho, pemasangan neon box, dan lain-lain. Sedangkan
sarana-sarana di luar gedung RS dapat berupa kantin, tempat ibadah, yang berda
di kawasan rumah sakit. Umtuk mempromosikan kesehatan di luar gedung RS
dapat dilakukan :
a. PKRS di Tempat Pakir
b. PKRS di Halaman RS
c. PKRS di Dinding Luar RS
d. PKRS di Pagar Pembatas Kawasan RS
e. PKRS di Tempat Ibadah

V. Sasaran PKRS
Sasaran Promosi Kesehatan di Rumah Sakit adalah masyarakat di Rumah Sakit,
yang terdiri dari :
• Petugas
• Pasien
• Keluarga Pasien
• Pengunjung
• Masyarakat yang tinggal/berada di sekitar Rumah Sakit.

VI. Pendukung Dalam Pelaksanaan


1. Metode dan Media
Metode yang dimaksud adalah metode komunikasi. Media atau sarana
informasi juga perlu dipilih dengan cermat mengikuti metode yang telah
ditetapkan. Selain itu harus memperhatikan sasaran atau penerimaan
informasi. Bila penerima informasi tidak dapat membaca maka komunikasi
tidak akan efektif.

2. Sumber Daya
Sumber daya utama yang diperlukan untuk menyelenggarakan PKRS
adalah tenaga (Sumber Daya Manusia atau SDM), sasaran/ peralatan termasuk
media komunikasi, dan dana atau anggaran.
SDM utama untuk PKRS meliputi :
1. Semua petugas RS yang melayani pasien/klien (dokter, perawat,
bidan dan lain-lain)
2. Tenaga khusus promosi kesehatan (yaitu para pejabat fungsional
Penyuluh Kesehatan Masyarakat)

Standar Sarana/Peralatan Promosi Kesehatan Rumah Sakit Ibu dan Anak Siti
Hawa 2016 sebagai berikut:

@o >enis Sarana/Peralatan >umlah


1 TA di tiap ruang tunggu B ruang promosi kesehatan 11 buah
VII.
2 Over Head Projector (OHP) 1 buah
3 Amplifier & wireless microphone 1 set
4 Layar yang dapat digulung 1 buah
5 Whiteboard 1 buah
5 Kamera foto 1 buah
6 Computer & Printer 2 set
7 Laptop 1 buah
Langkah-langkah Pengembangan PKRS
PKRS hendaknya tidak dipandang sebagai tugas dari unit PKRS belaka,
melainkan sebagai tugas Direksi RS dalam mewujudkan keberhasilan pelayanan
RS kepada masyarakat.
a. Rencana dan Komitmen Direksi
b. Komitmen Jajaran Rumah Sakit
c. Pembentukan Unit Koordinasi PKRS
d. Pelatihan Petugas Unit Koordinasi PKRS

e. Penyusunan Rencana Operasional


f. Pelatihan Petugas RS
g. Pengadaan Media dan Sarana Komunikasi
h. Pelaksanaan PKRS
i. Pemantauan dan Evaluasi

VIII. Indikator Keberhasilan


a. Indikator Masukan
Indikator ini mencakup :
• Ada/tidaknya komitmen Direksi yang tercermin dalam Rencana Umum
PKRS
• Ada/tidaknya komitmen seluruh jajaran yang tercermin dalam Rencana
Operasional PKRS
• Ada/tidaknya Unit dan petugas RS yang ditunjukkan sebagai
koordinator PKRS dan mengacu kepada standar.
• Ada/tidaknya petugas koordinator PKRS dan petugas lain yang sudah
dilatih
• Ada/tidaknya sarana dan peralatan promosi kesehatan yang mengacu
kepada standar
• Ada/tidaknya dana yang mencukupi untuk penyelenggaraan PKRS

b. Indikator Proses
Proses yang dipantau adalah proses pelaksanaan PKRS yang meliputi
PKRS pasien (rawat jalan, rawat inap, pelayanan penunjang), PKRS untuk
Klien Sehat dan PKRS di luar gedung RS. Indikator yang digunakan adalah :
• Sudah/sebelum dilaksanakannya kegiatan (pemasangan poster,
konseling, dan lain-lain) dan atau frekuensinya.
• Kondisi media komunikasi yang digunakankan (poster, leaflet, giant
banner, spanduk, neon box, dan lain-lain) yaitu masih bagus at0au
sudah rusak.

c. Indikator Keluaran
Keluaran yang dipantau adalah keluaran dari kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan, baik secara umum maupun secara khusus. Oleh karena itu,
indikator yang digunakan disini adlah berupa cakupan kegiatan, yaitu
misalnya:

• Apakah semua bagian dari RS sudah tercakup PKRS


• Berapa pasien/klien yang sudah terlayani oleh sebagian kegiatan PKRS
(konseling, biblioterapi, senam, dan lain-lain)

d. Indikator Dampak
Indikator dampak mengacu kepada tujuan pelaksanaannya PKRS, yaitu
berubahnya pengetahuan, sikap, dan perilaku pasien/klien RS serta
terpeliharanya lingkungan RS dan dimanfaatannya dengan baik semua
pelayanan yang disediakan di RS. Oleh sebab itu, kondisi ini sebaiknya dinilai
setelah PKRS berjalan beberapa lama melalui upaya evaluasi.

Anda mungkin juga menyukai