Anda di halaman 1dari 25

PANDUAN EDUKASI PASIEN DAN KELUARGA

TAHUN 2019
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN 1
BAB Il RUANG LINGKUP . .3
BAB III TATALAKSANA .4
A. PEMBERIAN INFORMASI/PENDIDIKAN KESEHATAN PASIEN/KELUARGA
INTERDISIPLIN Dl RAWAT JALAN DAN RAWAT INAP..
B. PEMBERIAN EDUKASI TENTANG KONDISI PENYAKIT...
.7
c. PEMBERIAN EDUKASI OBAT. .8 D.
PEMBERIAN EDUKASI TENTANG DIET/NUTRISI. .9
E. PEMBERIAN EDUKASI ALAT BANTUKESEHATAN..
.10
F. PEMBERIAN EDUKASI TENTANG REHABILITASI MEDIK.. .1
1
G. PEMBERIAN EDUKASI MANAJEMEN NYERI..
.12
H. PEMBERIAN EDUKASI INFORMED CONSENT..
.13
PEMERIAN EDUKASI TENTANG TINDAKAN BEDAH.. .16
BAB IV RIJJUKAN KOMUNITAS .
18
BAB V PENUTUP .20
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
Rumah Sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan tingkat rujukan mempunyai tugas
memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang meliputi promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Pelayanan promotif dan preventif di Rumah Sakit dapat
diwujudkan melalui penyelenggaraan PKRS. Untuk itu Rumah Sakit berperan penting dalam
melakukan Promosi Kesehatan baik untuk Pasien, Keluarga Pasien, SDM Rumah Sakit,
Pengunjung Rumah Sakit, maupun Masyarakat Sekitar Rumah Sakit.
Penyelenggaraan PKRS telah diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 44
Tahun 2018 tentang Penyelenggaraan Promosi Kesehatan Rumah Sakit. Seiring dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan kebutuhan hukum serta kebutuhan masyarakat dalam
memperoleh pelayanan PKRS yang efektif, efisen, dan berkualitas serta yang berdampak
pada terjadinya perilaku hidup sehat pada Pasien, Keluarga Pasien, Sumber Daya Manusia
Rumah Sakit, Pengunjung Rumah Sakit, dan Masyarakat Sekitar Rumah Sakit, maka perlu di
selenggarakan Promosi Kesehatan Rumah Sakit.
Berdasarkan kebijakan nasional Promosi Kesehatan yang tertuang dalam Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 74 tahun 2015 tentang Upaya Peningkatan Kesehatan dan
Pencegahan Penyakit, Promosi Kesehatan dilaksanakan dalam bentuk pengembangan
kebijakan publik yang berwawasan kesehatan, penciptaan lingkungan yang kondusif,
penguatan gerakan masyarakat, pengembangan kemampuan individu, dan penataan
kembali arah pelayanan kesehatan. Promosi Kesehatan dilakukan dengan strategi
pemberdayaan masyarakat, advokasi, dan kemitraan serta didukung dengan metode dan
media yang tepat, data dan informasi yang valid/akurat, serta sumber daya yang optimal,
termasuk sumber daya manusia yang profesional.
Penyelenggaraan PKRS dilaksanakan pada 5 (lima) tingkat pencegahan yang meliputi
Promosi Kesehatan pada kelompok masyarakat yang sehat sehingga mampu meningkatkan
kesehatan, Promosi Kesehatan tingkat preventif pada kelompok berisiko tinggi (high risk)
untuk mencegah agar tidak jatuh sakit (specific protection), Promosi Kesehatan tingkat
kuratif agar Pasien cepat sembuh atau tidak menjadi lebih parah (early diagnosis and
prompt treatment), Promosi Kesehatan pada tingkat rehabilitatif untuk membatasi atau
mengurangi kecacatan (disability limitation), dan Promosi Kesehatan pada Pasien baru
sembuh (recovety) dan pemulihan akibat penyakit (rehabilitation).
Dengan terselenggaranya Promosi Kesehatan di Rumah Sakit dapat mewujudkan
Rumah Sakit yang berkualitas yang memenuhi standar akreditasi Rumah Sakit baik nasional
maupun internasional. Integrasi Promosi Kesehatan dalam asuhan pasien melalui
peningkatan komunikasi dan edukasi yang efektif juga dapat mewujudkan peningkatan
mutu dan keselamatan Pasien. Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan Oleh lembaga
akreditasi Rumah Sakit, menunjukan bahwa sebagian besar kejadian sentinel disebabkan
karena ketidakefektifan dalam berkomunikasi, baik antar Profesional Pemberi Asuhan (PPA),
maupun antara PPA dengan Pasien. Selain itu, penyelenggaraan PKRS yang baik dan
berkesinambungan dapat menciptakan perubahan perilaku dan lingkungan berdasarkan
kebutuhan Pasien.
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan lebih difokuskan pada peningkatan,
pemeliharaan dan perlindungan kesehatan, sehingga tidak hanya berfokus pada pemulihan
atau penyembuhan penyakit. Rumah Sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan tingkat
rujukan berperan penting mendorong seluruh pemangku kepentingan untuk berkomitmen
dalam upaya promotif dan preventif dalam mencegah dan mengurangi resiko kesehatan
Yang di hadapi pasien, keluarga pasien, SDM Rumah Sakit, Pengunjung RS dan masyarakat
sekitar serta menjaga agar tetap dalam keadaan sehat. Penyelenggaraan PKRS
Panduan PPK
mengedepankan upaya — upaya promotif dan preventif, dengan tidak mengesampingkan
tindakan kuratif dan

II
rehabilitatif, sehingga seluruh aspek pelayanan kesehatan dapat terlaksana secara efektif
dan efisien dan dapat menciptakan pelayanan yang berkualitas sesuai dengan standar.
Penyelenggaraan PKRS sangat membutuhkan komitmen dari seluruh pemangku
kepentingan dalam rangka merubah perilaku pasien, keluarga pasien, SDM Rumah Sakit,
Pengunjung RS dan masyarakat sekitar Rumah Sakit untuk mencegah terjadinya penyakit
berulang karena perilaku yang sama, mencegah dan mengurangi risiko terjadinya penyakit,
serta menjaga agar tetap dalam keadaan sehat dengan berperilaku hidup bersih dan sehat.
Oleh karena itu penyelenggaraan PKRS perlu didukung dengan regulasi, kebijakan,
kelembagaan, tenaga, sumber dana, sarana dan prasarana yang memadai sehingga
penyelenggaraan PKRS akan berdampak pada peningkatan kualitas pelayanan Rumah Sakit,
patient safety dan terpenuhinya hak — hak pasien dan menciptakan Rumah Sakit sebagai
tempat kerja yang sehat.
Penyelenggaraan PKRS dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan, mudah diakses, dan
memberikan kesempatan yang sama kepada seluruh sasaran. Penyelenggaraan PKRS harus
dapat menjangkau seluruh sasaran dengan tidak membeda-bedakan baik akses dan mutu
pelayanan. Promosi Kesehatan harus dapat memberi akses terhadap seluruh sasaran
sebagaimana amanat Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan bahwa
setiap orang berhak untuk mendapatkan informasi dan edukasi tentang kesehatan yang
seimbang dan bertanggung jawab.
Penyelenggaraan PKRS mendorong Pasien, Keluarga Pasien, SDM Rumah Sakit,
Pengunjung Rumah Sakit, dan Masyarakat Sekitar Rumah Sakit untuk berperilaku hidup
bersih dan sehat secara mandiri sehingga tidak mengalami sakit berulang karena perilaku
yang sama serta mampu mencegah dan mengelola risiko terjadinya penyakit.
Penyelenggaraan Promosi Kesehatan dalam rangka memandirikan individu, Keluarga
Pasien, dan masyarakat agar mampu menghadapi masalah-masalah kesehatan potensial
(yang mengancam) yaitu dengan cara mencegahnya dan mengatasi masalah-masalah
kesehatan yang sudah terjadi dengan cara menanganinya secara efektif dan efisien. Dengan
kata Iain, mampu berperilaku hidup bersih dan sehat dalam rangka memecahkan
masalahmasalah kesehatan yang dihadapinya (prob/em solving), baik masalah-masalah
kesehatan yang sudah diderita maupun yang potensial (mengancam), secara mandiri (dalam
batas-batas tertentu). Dengan demikian dapat terwujudnya tujuan dari pembangunan
kesehatan yaitu untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat
bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya,
sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia Yang produktif secara sosial dan
ekonomis.
Penyelenggaraan PKRS dilakukan secara terpadu dan berkesinambungan dengan
melibatkan multi profesi/multi disiplin yang ada di unit/instalasi pelayanan kesehatan di
Rumah Sakit dan unit terkait Iainnya. Penyelenggaraan PKRS dilaksanakan dalam rangka
perubahan perilaku sasaran, yang berulang sehingga menyebabkan terjadinya permasalahan
kesehatan. Untuk itu dalam pelaksanaanya diperlukan kerjasama unit fungsional, lintas
program dan lintas sektor, dan kelompok masyarakat yang peduli kesehatan, serta
pemangku kepentingan terkait. Pelaksanaan pomosi kesehatan Rumah Sakit tidak terbatas
pada Pasien dan Keluarga Pasien di Rumah Sakit, melainkan sampai pada saat pasien pulang

Panduan PPK |2
dan berkumpul dengan komunitas di masyarakat. Untuk itu penyelenggaraan PKRS terpadu
dan terintegrasi dengan upaya Promosi Kesehatan di puskesmas sehingga Promosi
Kesehatan yang dilaksanakan Rumah Sakit dan puskesmas dapat bersinergi secara
berkelanjutan. Didalam masyarakat sendiri tersedia berbagai kelompok komunitas peduli
kesehatan/komunitas penderita penyakit tertentu yang dapat dijadikan mitra PKRS untuk
mendapatkan dukungan dan tukar informasi kesehatan antar sesama penderita maupun dari
tenaga kesehatan.

Panduan PPK
BAB II
RUANG LINGKUP
A. Umum
Sesuai dengan SNARS edişil tahun 2017, pemberian edukasi dan informasi kepada pasien dan
keluarga berdasarkan pada komunikasi efktif agar mereka memahami kondisi kesehatannya
sehingga dapat berpadisipasi lebih baik dalam asuhan yang diberikan dan mendapatkan
informasi dalam mengambil keputusan untuk asuhannya. Edukasi kepada pasien dan keluarga
diberikan oleh staf klinis terutama PPA yang sudah terlatih.
Pemberian edukasi (pendidikan kesehatan) yang efektif harus diawali dengan assesmen
kebutuhan edukasi pasien dan keluarganya. Adapun ruang lingkup informasi dan edukasi
pasien dan keluarga meliputi
a. Informasi bagi pasien dan keluarga pasien tentang asuhan dan pelayanan yang disediakan
Rumah Sakit termasuk akses terhadap layanan, informasi alternative asuhan dan pelayanan
di tempat lain apabila rumah sakit tidak dapat menyediakan asuhan dan pelayanan yang
dibutuhkan pasien.
b. Edukasi kesehatan berfokus pada pengetahuan dan ketrampilan spesifik yang di butuhkan
pasien dan keluarga dalam rangka pengambilan keputusan seda berpartisipasi dalam
asuhan dan asuhan berkelanjutan di rumah.
c. Pedidikan dan pelatihan pasien dan keluarga untuk pemenuhan kebutuhan kesehatan
berkelanjutan, yaitu pendidikan kesehatan dan pelatihan bagi pasien dan keluarga,agar
mereka dapat memenuhi kebutuhan kesehatan selanjutnya setelah pulang perawatan,
seperti mereka harus kontrol kemana, bagaimana merawat luka sendiri atau keluarga,
ataupun informasi dimana komunitasnya untuk bisa saling bertukar informasi dan lain-lain.
d, Verifikasi hasil edukasi, yaitu edukasi yang sudah diberikan, diverifikasi apakah pasien dan
keluarga mengerti dan memahami pendidikan kesehatan yang telah diberikan.
e. Pemberian pendidikan kesehatan secara kolaboratif, yaitu bila ada indikasi pemberian
pendidikan kesehatan oleh beberapa disiplin ilmu atau bagian terhadap pasien yang sama,
maka pendidikan kesehatan diberikan secara kolaboratif agar pengetahuan yang didapat
pasien dan keluarga lebih komprehensif, konsisten dan efektif

Sebelum pendidikan kesehatan diberikan, di lakukan asesmen kebutuhan pendidikan


kesehatan, materi pendidikan kesehatan dan tingkat kemampuan serta kemauan belajar
mereka, agar tujuan pendidikan kesehatan tersebut tercapai. Untuk melaksanakan pendidikan
pasien dan keluarga pasien diperlukan mekanisme dan sistem pencatatan yang sama di semua
unit pelayanan rumah sakit.

B Rencana Pendidikan pasien dan keluarga Pasien


Setiap pasien dan keluarga yang mengakses layanan di RSUD baik di instalasi ravvat plan
maupun instalasi rawat inap harus mendapatkan pendidikan kesehatan. Adapun materi
pendidikan kesehatan disesuaikan dengan kondisi dan penyakitnya serta jenis dan tipe
pelayanan kesehatan yang akan diberikan. Sebelum diberikan pendidikan kesehatan, dilakukan
assesmen kebutuhan pendidikan kesehatan untuk mengetahui pendidikan kesehatan yang
dibutuhkan oleh pasien dan keluarganya. Selain itü juga dilakukan assesmen kemampuan dan
kemauan belajar , keyakinan dan nilai-nilai, kemampuan membaca, tingkat pedidikan dan
bahasa yang digunakan, hambatan emosional dan motivasi, keterbatasan fisik dan kognitif serta
kesediaan pasien dan keluarga untuk menerima informasi. Data ini digunakan dalam
merencanakan teknik apa yang akan digunakan dalam memberikan edukasi kepada pasien dan
keluarga, agar tujuan pendidikan kesehatan dapat dicapai,

Panduan PPK |4
BAB lil TATA LAKSANA

A. PEMBERIAN INFOMASI/PENDIDIKAN KESEHATAN PASIEN/KELUARGA INTERDISIPLIN


Dl RAWAT JALAN DAN RAWAT INAP
1. Latar Belakang
Pemberian pelayanan kesehatan di Rumah Sakit saat ini difokuskan pada pasien (patient
centre care). Pemberian informasi/edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai berbagai
hal yang berhubungan dengan pelayanan asuhan kesehatan sangatlah penting agar pasien
dan keluarga memahami secara jelas sehingga dapat berpartisipasi mendukung proses
penyembuhan pasien.
2. Definisi
Pemberian informasi dan pendidikan kesehatan adalah penyampaian informasi dan materi
tentang hal — hal yang berkaitan dengan kondisi kesehatan pasien yang diberikan dalam
bentuk pendidikan kesehatan sebagai bagian dari proses asuhan kesehatan oleh Profesional
Pemberi Asuhan (PPA) kepada pasien dan atau keluarga pasie. Pemberian informasi dan
pendidikan kesehatan dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga
tentang proses asuhan, kondisi penyakit, proses pengobatan dan hal-hal Iain untuk
mendorong keterlibatan pasien dan atau keluarga dalam proses asuhan yang sedang
diberikan.
3. Tujuan
Pemberian informasi/pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga bertujuan untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterlibatan mereka dalam proses asuhan
a. Mampu memahami informasi yang telah diberikan kepadanya dengan cara yang jelas,
menggunakan bahasa yang sederhana dan tanpa istilah yang terlalu teknis.
b. Mampu mempercayai informasi yang telah diberikan.
c. Mampu mempertahankan pemahaman informasi tersebut untuk waktu yang cukup lama
dan mampu menganalisisnya dan menggunakannya untuk membuat keputusan secara
bebas.
4. Pemberian informasi dan pendidikan kesehatan dilakukan diseluruh tempat pelayanan yang
memungkinkan interaksi antara petugas kesehatan dengan pasien/keluarga. Yaitu di rawat
jalan dan rawat inap.
5. Materi edukasi
a. Edukasi yang diberikan oleh Dokter spesialis/ dokter umum/ dokter penanggung jawab
pasien:
1) Dokter atau tim dokter yang merawat.
2) Penjelasan penyakit/diagnosa, penyebab, tanda, gejala, prognosis.
3) Hasil pemeriksaan dan rencana pengobatan. 4) Tindakan medis (pembedahan,
prosedur invasif) 5) Perkiraan hari rawat.
6) Hasil pelayanan dan pengobatan, kemungkinan pengobatan yang tidak terduga 7)
Komplikasi yang mungkin terjadi.
8) Kemungkinan penundaan pelayanan/keterlambatan
pelayanan, alasan, alternatif layanan;
9) Manajemen nyeri (sedang, berat). 10) Berhenti merokok.
b. Edukasi yang diberikan oleh perawat/bidan
Perawat PK I
1) Pemasangan gelang pasien;
2) Informasi pasien baru•
3) Penggunaan alat bantu kesehatan;

Panduan PPK |5
4) Manajemen nyeri (ringan);
5) Perawatan luka derajat I
6) Resiko Jatuh
7) Keamanan tempat bermain
Perawat PK Il
1) Persiapan pasien pulang, penanganan pasien
pulang
2) Luka Derajat Il 3) Alat bantu kesehatan
4) Posisi menyusui
5) Keterlibatan pasien dan keluarga dalam proses perawatan. Perawat PK III
1) Alat —alat yang digunakan di ruangan khusus
2) Luka derajat III
3) IMD
4) KMC
Perawat PK IV
1) Edukasi kolaborasi
2) Luka derajat IV c. Edukasi nutrisi yang diberikan oleh Ahli gizi .
1) Diet dan nutrisi;
2) Penyuluhan nutrisi.
d. Edukasi pengobatan yang diberikan oleh apoteker .
1) Nama Obat dan kegunaan Obat
2) Aturan dan cara pemakaian
Obat
3) Interaksi Obat dengan Obat;
4) Interaksi obat dengan makanan,
5) Efek samping Obat
e. Edukasi tentang Rehabilitasi medik I)
Fisioterapi
2) Okupasi terapi (OT)
3) Terapi wicara (TW)
4) Orthotik prosthetik (OP)
6. Pemberi edukasi
a. Dokter/dokter gigi/dokter spesialis
b. Perawat/bidan
c. Apoteker
d. Ahli gizi
e. Terapis
7. Penerima edukasi
a. Pasien
b. Suami/istri, Orangtua kandung, Anak kandung, dll
8. Waktu edukasi
a. Edukasi dilakukan secepat mungkin setelah pasien masuk RS
b. Edukasi di rawat jalan dilakukan ketika pasien di diagnosa pertama kali, ada tambahan
Obat, perubahan hasil laboratorium, perubahan rencana terapi dan sesuai kebutuhan

Panduan PPK |6
c. Edukasi dirawat inap pertama kali dilakukan ketika pasien masuk rawat inap,selama
perawatan dan ketika pasien mau pulang
9. Proses komunikasi saat memberikan edukasi
a. Tahap pengumpulan informasi pasien (assesmens pasien)
Sebelum melakukan edukasi. petugas menilai dulu kebutuhan edukasi pasien dan
keluarga berdasarkan.
a) Keyakinan dan nilai-nilai pasien dan keluarga
b) Kemampuan membaca, tingkat pendidikan kesehatan dan bahasa yang digunakan.
c) Hambatan emosional dan motivasi
d) Keterbatasan fisik dan kognitif
e) Kesediaan pasien untuk menerima informasi.
f) Tahap penyampaian informasi dan edukasi yang efektif
g) Setelah melalui tahap assessment pasien, kemungkinan ditemukan:
h) Pasien dalam kondisi fisik dan emosionalnya baik, maka proses komunikasinya
mudah disampaikan.
1) Jika pada tahap assessment pasien ditemukan hambatan fisik (tuna rungu dan
tuna wicara), maka komunikasi yang efektif adalah memberikan leaflet kepada
pasien dan keluarga sekandung (istri, anak, ayah, ibu, atau saudara sekandung)
dan menjelaskannya kepada mereka.
2) Jika pada tahap assessment pasien ditemukan hambatan emosional pasien
(pasien marah atau depresi), maka komunikasi yang efektif adalan memberikan
materi edukasi dan menyarankan pasien membaca leaflet. Apabila pasien tidak
mengerti materi edukasi. pasien bisa menghubungi edukator yang berkaitan
dengan informasi dan edukasi yang diperlukan
3) Jika pada tahap assessment pasien ditemukan kendala bahasa, maka
segera menghubungi Kepala Perawat. Kepala Perawat akan menghubungi
penerjemah b. Tahap Verifikasi
Tahap verifikasi dilakukan untuk memastikan pasien dan keluarganya menerima edukasi
yang diberikan
a) Apabila pasien dalam kondisi pasien baik dan dapat menerima informasi dan
edukasi, maka veriflkasi yang dilakukan adalah menanyakan kembali edukasi yang
telah diberikan. (Pertanyaannya adalah: "Dari materi yang telah disampaikan,
kirakira apa yang bapak atau ibu bisa pelajari?")
b) Apabila pasien mengalami hambatan fisik, maka verifikasinya adalah dengan pihak
keluarganya dengan pertanyaan yang sama: "Dan materi yang telah disampaikan,
kira-kira apa yang bapak atau ibu bisa pelajari"
c) Apabila pasien mempunyai hambatan emosional (marah atau depresi), maka
verifikasinya adalah dengan tanyakan kembali sejauh mana pasiennya mengerti
tentang materi edukasi yang diberikan dan pahami. Proses pertanyaan ini bisa
datang langsung ke kamar pasien setelah pasien tenang.
d) Apabila pasien dan/atau keluarga telah memahami informasi dan edukasi yang
disampaikan, maka tahap pemberian informasi dan edukasi dapat dilakukan
kembali untuk menilai kebutuhan edukasi yang lainnya. Apabila pasien dan/atau
keluarga belum memahami materi edukasi yang diberikan, maka pemberian
edukasi dapat dilakukan pada waktu lain sambil mengkaji hambatan yang ada.
e) Dengan diberikannya informasi dan edukasi pasien, diharapkan komunikasi yang
disampaikan dapat dimengerti dan diterapkan oleh pasien. Dengan pasien

Panduan PPK |7
mengikuti semua arahan dari rumah sakit, diharapkan mempercepat proses
penyembuhan pasien.
1 0 Metode
Metode pendidikan kesehatan mempertimbangkan nilai-nilai dan pilihan pasien dan
keluarga, dan memperkenankan interaksi yang memadai antara pasien, keluarga dan staf
agar pembelajaran dapat dilaksanakan. Pembelajaran akan terlaksana apabila
memperhatikan metode yang digunakan untuk mendidik pasien dan keluarga. Metode
penyampaian pendidikan pasien dan keluarga melalui audio, demontrasi, lisan, tulisan
atau visual
1 1 . Media
a. Buku pedoman pelayanan PKRS
b. Leaflet, banner, poster
12. Reassesmen
Pengkajian kebutuhan edukasi dilakukan ketika ada perubahan kondisi pasien.
13. Dokumentasi
Pemberian informasi/edukasi kepada pasien rawat jalan maupun rawat inap
didokumentasikan dan disimpan dalam rekam medis pasien, menggunakan: form
pemberian informasi/pendidikan kesehatan pasien/keluarga interdisiplin dan juga form
informasi/pendidikan kesehatan Lanjutan (lampiran I ,2,3,4)
B. PEMBERIAN EDUKASI TENTANG KONDISI PENYAKIT
1 . Latar Belakang
Pemberian edukasi tentang kondisi penyakit kepada pasien dan kelurga pasien sangat
penting dilakukan agar pasien dan keluarga memahami secara jelas seperti apa kondisi
pasien saat ini sehingga pasien dan keluarga pasien dapat berpartisipasi mendukung
proses penyembuhan pasien.
2 Definisi
a. Kondisi penyakit adalah keadaan yang menjelaskan tentang keadaan tubuh pasien yang
abnormal yang menyebabkan hilangnya kondisi normal yang sehat.
b. Pemberian edukasi kondisi penyakit adalah pemberian edukasi kepada pasien dan
keluarga mengenai kondisi penyakit meliputi pengertian, penyebab, tanda dan gejala
faktor resiko, cara pengobatan, komplikasi, dan pencegahan, Hasil pemeriksaan dan
rencana pengobatan, tindakan medis (pembedahan, prosedur invasif),perkiraan hari
rawat, Hasil pelayanan dan pengobatan, kemungkinan pengobatan yang tidak terduga,
Komplikasi yang mungkin terjadi, Kemungkinan penundaan pelayanan/keterlambatan
pelayanan, alasan, alternatif layanan, Manajemen nyeri (sedang, berat), berhenti
merokok.
3 Ruang lingkup
Pemberian edukasi tentang kondisi penyakit dilakukan diseluruh tempat pelayanan yang
memungkinkan interaksi antara petugas kesehatan (PPA) dengan pasien/keluarga. Yaitu di
rawat jalan dan rawat inap oleh dokter/dokter gigi, dokter spesialis.
4 Tata laksana
a. Pemberian edukasi pasien di rawat jalan
Pemberian edukasi kondisi penyakit kepada pasien rawat jalan dilakukan oleh
dokter/dokter gigi/dokter spesialis ketika memberikan asuhan pelayanan di rawat jalan.
b. Pemberian edukasi pasien di rawat inap
Pemberian edukasi kondisi peyakit kepada pasien rawat inap dilakukan oleh
dokter/dokter gigi/dokter spesialis ketika pasien dirawat inap dibangsal perawatan.

Panduan PPK |8
c. Materi edukasi pasien rawat jalan dan rawat inap
Materi edukasi tentang kondisi penyakit kepada pasien rawat jalan dan rawat inap
mencakup pengertian, penyebab, tanda dan gejala, faktor resiko, cara pengobatan,
komplikasi, dan pencegahan, Hasil pemeriksaan dan rencana pengobatan, tindakan
medis (pembedahan, prosedur invasif), perkiraan hari rawat, Hasil pelayanan dan
pengobatan, kemungkinan pengobatan yang tidak terduga,Komplikasi yang mungkin
terjadi, Kemungkinan penundaan pelayanan/keterlambatan pelayanan, alasan, alternatif
layanan, Manajemen nyeri (sedang, berat), Berhenti merokok;(Materi lengkap
menggunakan buku SPM (Standar Pelayanan Minimal).
5 Proses Pemberian edukasi kondisi penyakit
a. Dokter/dokter gigi/dokter spesialis menjelaskan kepada pasien/ keluarga tentang
pengertian
b. Dokter/dokter gigi/dokter spesialis menjelaskan kepada pasien/ keluarga tentang
penyebab
c. Dokter/dokter gigi/dokter spesialis menjelaskan kepada pasien/ keluarga tentang tanda
dan gejala
d. Dokter/dokter gigi/dokter spesialis menjelaskan kepada pasien/ keluarga tentang faktor
resiko
e. Dokter/dokter gigi/dokter spesialis menjelaskan kepada pasien/ keluarga tentang cara
pengobatan
f. Dokter/dokter gigi/dokter spesialis menjelaskan tentang komplikasi penyakit yang
mungkin terjadi g Dokter/dokter gigi/dokter spesialis menjelaskan tentang hasil
pemeriksaan dan rencana pengobatan,
h. Dokter/dokter gigi/dokter spesialis menjelaskan tentang tindakan medis (pembedahan,
prosedur invasif)
Dokter/dokter gigi/dokter spesialis menjelaskan tentang perkiraan hari rawat
j. Dokter/dokter gigi/dokter spesialis menjelaskan tentang hasil pelayanan dan pengobatan,
k. Dokter/dokter gigi/dokter spesialis menjelaskan tentang kemungkinan pengobatan yang
tidak terduga, Komplikasi yang mungkin terjadi, Kemungkinan penundaan
pelayanan/keterlambatan pelayanan, alasan, alternatif layanan,
Dokter/dokter gigi/dokter spesialis menjelaskan tentang Manajemen nyeri (sedang, berat)
(jika diperlukan)
m. Dokter/dokter gigi/dokter spesialis menjelaskan tentang Berhenti merokok (jika
diperlukan)
n. Dokter/dokter gigi/dokter spesialis meminta pasien/keluarga menjelaskan kembali
tentang penjelaskan yang telah diberikan.
o. Dokter/dokter gigi/dokter spesialis mendokumentasikan pemberian edukasi dalam form
rekam medis.
p. Dokter/doktergigi/dokter spesialis meminta pasien/ keluarga untuk menandatangani
formulir bukti pemberian edukasi
q. Dokter/dokter gigi/dokter spesialis menandatangani kolom tanda tangan pemberi
edukasi.
6 Media
Media yang di gunakan menggunakan leaflet sesuai dengan kebutuhan edukasi
7 Dokumentasi
Pemberian edukasi kondisi penyakit kepada pasien rawat jalan maupun rawat inap
didokumentasikan dalam form informasi/pendidikan kesehatan pasien/keluarga interdisiplin
dan catatan perkembangan terintegrasi dan disimpan dalam rekam medis pasien.

Panduan PPK |9
c. PEMBERIAN EDUKASI OBAT
1 . Latar Belakang
Pada pelayanan pasien yang berfokus pada pasien, pemberian edukasi kepada agar pasien
dan keluarga untuk mengetahui tentang penggunaan obat yang aman yang mendukung
proses penyembuhan pasien sangatlah penting agar pasien dan keluarga memahami secara
jelas sehingga dapat berpartisipasi mendukung proses penyembuhan pasien.
2 Definisi
Pemberian edukasi penggunaan obat yang aman adalah pemberian edukasi kepada pasien
dan keluarga mengenai penjelasan penggunaan obat yang aman meliputi nama obat dan
kegunaan obat, aturan dan cara pemakaian obat, interaksi obat dengan obat, interaksi obat
dengan makanan, dan efek samping obat
3 Ruang lingkup
Pemberian edukasi tentang penggunaan obat yang aman dilakukan diseluruh tempat
pelayanan yang memungkinkan interaksi antara petugas kesehatan dengan pasien/keluarga.
Yaitu di rawat jalan dan rawat inap oleh farmasis.
4 Tata laksana
a. Pemberian edukasi pasien di rawat jalan
Pemberian edukasi penggunaan obat yang aman kepada pasien rawat jalan dilakukan
oleh petugas farmasi ketika pasien mengambil obat di farmasi. Bukti edukasi
didokumentasikan menggunakan lembar resep obat.
b. Pemberian edukasi pasien di rawat inap
Pemberian edukasi penggunaan Obat yang aman kepada pasien rawat inap dilakukan
Oleh petugas farmasi ketika pasien dirawat inap dibangsal perawatan. Pemberian
edukasi penggunaan Obat yang aman kepada pasien/keluarga dirawat inap dilakukan
minimal 3 kali ketika pasien mendapat Obat pertama kali, ketika ada perubahan
pemberian Obat dan ketika pasien mau pulang
c. Materi edukasi pasien rawat jalan dan rawat inap
Materi edukasi tentang penggunaan Obat yang aman kepada pasien rawat jalan dan
rawat inap mencakup semua jenis Obat yang diresepkan oleh dokter meliputi nama
obat dan kegunaan Obat, aturan dan cara pemakaian Obat, interaksi Obat dengan Obat,
interaksi
Obat dengan makanan, dan efek samping Obat d Proses
Pemberian edukasi penggunaan Obat yang aman:
a) Farmasis menjelaskan kepada pasien/ keluarga tentang nama dan kegunaan
Obat
b) Farmasis menjelaskan kepada pasien/ keluarga tentang aturan dan cara pemakaian
obat
c) Farmasis menjelaskan kepada pasien/ keluarga tentang interaksi Obat dengan Obat
d) Farmasis menjelaskan kepada pasien/ keluarga tentang interaksi obat dengan
makanan
e) Farmasis menjelaskan kepada pasien/ keluarga tentang efek samping Obat
f) Farmasis menanyakan apakah pasien/keluarga paham tentang penjelasan yang
diberikan
g) Farmasis meminta pasien/keluarga menjelaskan kembali tentang penjelaskan yang
telah diberikan
h) Farmasis mendokumentasikan pemberian edukasi dalam form rekam medis dan
lembar resep (khusus rawat jalan)

Panduan PPK | 10
i) Farmasis meminta pasien/ keluarga untuk menandatangani formulir bukti
pernberian edukasi
j) Farmasis menandatangani kolom tanda tangan pemberi edukasi.
5 Media
a. Leaflet
b. Poster.
c. Video kesehatan tentang penyimpanan obat yang aman.
6 Dokumentasi
Pemberian edukasi penggunaan Obat yang aman kepada pasien rawat jalan
didokumantasikan dalam lembar balik resep sedangkan pemberian edukasi penggunaan
Obat yang aman dirawat inap didokumentasikan dalam form informasi/pendidikan
kesehatan pasien/keluarga interdisiplin, catatan perkembangan terintegrasi dan disimpan
dalam rekam medis pasien.
D. PEMBERIAN EDUKASI TENTANG DIE-TINUTRISI
1 . Latar Belakang
Pada pelayanan pasien yang berfokus pada pasien, pemberian edukasi kepada agar
pasien dan keluarga untuk mengetahui tentang diet dan nutrisi sangatlah penting
agar pasien dan keluarga memahami secara jelas sehingga dapat berpartisipasi
mendukung proses penyembuhan pasien.
2 Definisi
Diet adalah pengaturan pola makan, baik porsi , ukuran maupun akndungan gizinya.
Nutrisi adalah zat-zat gizi atau zat Iain yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit,
termasuk keseluruhan proses pemasukan dan pengolahan zat makanan Oleh tubuh manusia
yang bertujuan menghasilkan energi yang nantinya akan digunakan untuk aktivitas tubuh
serta mengeluarkan zat sisanya (hasil metabolisme).
Edukasi diet dan nutrisi adalah pemberian edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai
mengenai pengertian, tujuan, standar diet, pembagian makanan sehari dan hal-hal yang perlu
diperhatikan Oleh pasien/keluarga mengenai diet dan nutrisi pasien yang berhubungan
dengan kondisi pasien dan keluarga
3 Ruang lingkup
Pemberian edukasi tentang diet dan nutrisi dilakukan diseluruh tempat pelayanan yang
memungkinkan interaksi antara petugas kesehatan dengan pasien/keluarga. Yaitu di rawat
jalan dan rawat inap Oleh ahli gizi
4 Tata Iaksana
a. Pemberian edukasi pasien di rawat jalan
Pemberian edukasi diet dan nutrisi kepada pasien rawat jalan dilakukan Oleh ahli gizi
ketika memberikan asuhan pelayanan di rawat jalan. Ketika pasien rawat jalan
memerlukan edukasi tentang gizi maka edukasi dilakukan di instalasi gizi Oleh ahli gizi.
b. Pemberian edukasi pasien di rawat inap
Pemberian edukasi diet dan nutrisi kepada pasien rawat inap dilakukan Oleh ahli gizi
ketika pasien dirawat inap dibangsal perawatan.
c. Materi edukasi pasien rawat jalan dan rawat inap
Materi edukasi tentang diet da nutrisi yang aman kepada pasien rawat jalan dan rawat
inap mencakup pengertian, tujuan, standar diet, pembagian makanan sehari dan hal-hal
yang perlu diperhatikan oleh pasien/keluarga mengenai diet dan nutrisi pasien.
d. Proses Pemberian edukasi diet nutrisi
a. Ahli gizi menjelaskan kepada pasien/ keluarga tentang pengertian diet

Panduan PPK | 11
b. Ahli gizi menjelaskan kepada pasien/ keluarga tentang tujuan diet
c. Ahli gizi menjelaskan kepada pasien/ keluarga tentang standar diet d Ahli gizi
menjelaskan kepada pasien/ keluarga tentang pembagian makanan sehari
e. Ahli gizi menjelaskan kepada pasien/ keluarga tentang hal-hal yang perlu
diperhatikan mengenai diet dan nutrisi pasien
f. Ahli gizi meminta pasien/keluarga menjelaskan kembali tentang penjelaskan yang
telah diberikan
g. Ahli gizi mendokumentasikan pemberian edukasi dalam form rekam medis.
h. Ahli gizi meminta pasien/ keluarga untuk menandatangani formulir bukti pemberian
edukasi diet nutrisi
Ahli gizi menandatangani kolom tanda tangan pemberi edukasi.
5 Media
Media yang di gunakan berupa Leaflet sesuai dengan kebutuhan edukasi
6 Dokumentasi
Pemberian edukasi diet nutrisi kepada pasien rawat jalan maupun rawat inap
didokumentasikan dalam form informasi/pendidikan kesehatan pasien/keluarga
interdisiplin, catatan perkembangan terintegrasi dan disimpan dalam rekam medis pasien.
E. PEMBERIAN EDUKASI ALAT BANTU KESEHATAN
1 Latar Belakang
Pada pelayanan pasien yang berfokus pada pasien, pemberian edukasi kepada agar pasien
dan keluarga untuk mengetahui tentang alat bantu kesehatan yang mendukung proses
penyembuhan pasien sangatlah penting agar pasien dan keluarga memahami penggunaan
alat bantu kesehatan secara jelas sehingga dapat berpartisipasi mendukung proses
penyembuhan pasien.
2 Definisi
Alat bantu kesehatan adalah alat-alat yag digunakan oleh pasien untuk mendukung proses
penyembuhan pasien.
Pemberian edukasi alat bantu kesehatan adalah pemberian edukasi kepada pasien dan
keluarga mengenai penjelasan alat bantu kesehatan meliputi pengertian,
tujuan/keuntungan, indikasi, kontraindikasi,dan perhatian.
3 Ruang lingkup

Panduan PPK | 12
Pemberian edukasi tentang alat bantu kesehatan dilakukan diseluruh tempat pelayanan yang
memungkinkan interaksi antara petugas kesehatan dengan pasien/keluarga.
4 Tata laksana
a. Materi edukasi alat bantu kesehatan meliputi pengertian, tujuan penggunaan, indikasi,
hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan alat bantu kesehatan.
b. Proses Pemberian edukasi alat bantu kesehatan
a) Perawat menjelaskan kepada pasien/ keluarga tentang pengertian alat bantu
kesehatan b) Perawat menjelaskan kepada pasien/ keluarga tentang tujuan/kegunaan
alat bantu kesehatan c) Perawat menjelaskan kepada pasien/ keluarga tentang tentang
indikasi alat bantu kesehatan d) Perawat menjelaskan kepada pasien/ keluarga tentang
kontraindikasi alat bantu kesehatan
e) Perawat menjelaskan kepada pasien/ keluarga tentang perhatian penggunaan alat
bantu kesehatan
f) Perawat meminta pasien/keluarga menjelaskan kembali tentang penjelaskan yang
telah diberikan
g) Perawat mendokumentasikan pemberian edukasi dalam form rekam medis.
h) Perawat meminta pasien/ keluarga untuk menandatangani formulir bukti pemberian
edukasi alat bantu kesehatan
i) Perawat menandatangani kolom tanda tangan pemberi edukasi.
5 Media
a. Leaflet.
b. Buku Panduan Edukasi Alat Bantu Kesehatan
6 Dokumentasi
Pemberian edukasi alat bantu kesehatan didokumentasikan dalam form
informasi/pendidikan kesehatan pasien/keluarga interdisiplin dan lembar implementasi
perawat dan disimpan dalam rekam medis pasien.
F. PEMBERIAN EDUKASI TENTANG REHABILITASI MEDIK 1 Latar Belakang
Pada pelayanan pasien yang berfokus pada pasien, pemberian edukasi kepada agar pasien
dan keluarga untuk mengetahui tentang rehabilitasi medik sangatlah penting agar pasien dan
keluarga memahami secara jelas sehingga dapat berpartisipasi mendukung proses
penyembuhan pasien
2 Definisi
Rehabilitasi medik adalah pelayanan rehabilitasi medis yang komprehensif, berkualitas dan
terjangkau (dengan cara mencegah, mengurangi impairment atau kelainan, dissability /
ketidakmampuan dan handicap / ketunaan).
Pemberian edukasi rehabilitasi medik meliputi : Tujuan diberikannya treatment,persiapan
sebelum treatment, selama intervensi/treatment dilaksanakan, maupun setelah treatment
selesai dilaksanakan yang berhubungan dengan kondisi pasien dan keluarga, teknik
pencegahan terhadap cedera atau keluhan berulang yang kemungkinan setiap saat dapat
muncul seiring dengan aktifitas yang dilakukan serta teknik teknik latihan ataupun treatment
sederhana dan mudah dilaksanakan oleh pasien guna membantu meningkatkan ataupun
mempercepat perbaikan kondisi mereka.
3. Ruang lingkup
Pemberian edukasi tentang rehabilitasi medik dilakukan diseluruh tempat pelayanan yang
memungkinkan interaksi antara petugas kesehatan dengan pasien/keluarga. Yaitu di rawat
jalan dan rawat inap oleh terapis.
4. Tata laksana
1. Pemberian edukasi pasien di rawat jalan

Panduan PPK
I II
Pemberian edukasi rehabilitasi medik kepada pasien rawat jalan dilakukan oleh terapis
ketika memberikan asuhan pelayanan di rawat jalan dan dilakukan di instalasi
rehabilitasi medik.
2. Pemberian edukasi pasien di rawat inap
Pemberian edukasi rehabilitasi medik kepada pasien rawat inap dilakukan oleh terapis
ketika pasien dirawat inap dibangsal perawatan.
3. Materi edukasi pasien rawat jalan dan rawat inap
Materi edukasi tentang Tujuan diberikannya treatment,persiapan sebelum treatment,
selama intervensi/treatment dilaksanakan, maupun setelah treatment selesai
dilaksanakan yang berhubungan dengan kondisi pasien dan keluarga, teknik pencegahan
terhadap cedera atau keluhan berulang yang kemungkinan setiap saat dapat muncul
seiring dengan aktifitas yang dilakukan serta teknik teknik latihan ataupun treatment
sederhana dan mudah dilaksanakan oleh pasien guna membantu meningkatkan ataupun
mempercepat perbaikan kondisi mereka.
4. Proses Pemberian edukasi rehabilitasi medik
a. Terapis menjelaskan kepada pasien/ keluarga tentang tujuan treatment
b. Terapis menjelaskan kepada pasien/ keluarga tentang persiapan sebelum treatment
c. Terapis menjelaskan kepada pasien/ keluarga tentang selama intervensi/treatment
dilaksanakan d Terapis menjelaskan kepada pasien/ keluarga tentang setelah treatment
dilakukan
e. Terapis menjelaskan kepada pasien/ keluarga tentang teknik pencehagan terhadap
cedera atau keluhan berulang untuk dilakukan dirumah
f. Terapis meminta pasien/keluarga menjelaskan kembali tentang penjelaskan yang
telah diberikan
g. Terapis mendokumentasikan pemberian edukasi dalam form rekam medis.
h. Terapis meminta pasien/ keluarga untuk menandatangani formulir bukti pemberian
edukasi
Terapis menandatangani kolom tanda tangan pemberi edukasi.
5. Media
Menggunakan media leaflet sesuai dengan kebutuhan edukasi
6. Dokumentasi
Pemberian edukasi rehabilitasi medik kepada pasien rawat jalan maupun rawat inap
didokumentasikan dalam form informasi/pendidikan kesehatan pasien/keluarga interdisiplin,
catatan perkembangan terintegrasi dan disimpan dalam rekam medis pasien.
G PEMBERIAN EDUKASI MANAJEMEN NYERI
1 . Latar Belakang
Pada pelayanan pasien yang berfokus pada pasien, pemberian edukasi kepada agar pasien
dan keluarga untuk mengetahui tentang manajemen nyeri yang menyertai kondisi kesehatan
pasien sangatlah penting agar pasien dan keluarga memahami secara jelas sehingga dapat
berpartisipasi mendukung proses penyembuhan pasien.
2 Definisi
Pemberian edukasi manajemen nyeri adalah pemberian edukasi kepada pasien dan keluarga
mengenai manajemen nyeri meliputi pengertian, macam-macam, nyeri sebagai tanda bahaya
penyakit, dampak nyeri, pengukuran nyeri, cara mengatasi nyeri, efek samping obat-obatan
anti nyeri, dan pemantauan nyeri. Selain itu juga penjelasan nyeri sebagai kondisi fisiologis
pada ibu melahirkan.

Panduan PPK | 14
3 Ruang lingkup
Pemberian edukasi tentang manajemen nyeri dilakukan diseluruh tempat pelayanan yang
memungkinkan interaksi antara petugas kesehatan dengan pasien/keluarga. Yaitu di rawat
jalan dan rawat inap oleh dokter dan perawat.
4 Tata laksana
a. Pemberian edukasi pasien di rawat jalan
Pemberian edukasi manajemen nyeri kepada pasien rawat jalan dilakukan Oleh
dokter/perawat ketika memberikan asuhan pelayanan di rawat jalan. b Pemberian edukasi
pasien di rawat inap
Pemberian edukasi manajemen nyeri kepada pasien rawat inap dilakukan Oleh
dokter/perawat ketika pasien dirawat inap dibangsal perawatan.
c. Materi edukasi pasien rawat jalan dan rawat inap
Materi edukasi tentang manajemen nyeri kepada pasien rawat jalan dan rawat inap
mencakup pengertian, macam-macam nyeri, nyeri sebagai tanda bahaya penyakit,
dampak nyeri, skala nyeri, cara mengatasi nyeri, efek samping obat-obatan anti nyeri,
dan pemantauan nyeri. Selain itu juga penjelasan nyeri sebagai kondisi fisiologis pada
ibu melahirkan
Pemberian edukasi pada pasien/keluarga dengan skala nyeri sedang sampai berat
dilakukan Oleh dokter, sedangkan edukasi pada pasien/keluarga dengan nyeri ringan
dilakukan Oleh perawat.
5 Proses Pemberian edukasi manajemen nyeri
a. Dokter/perawat menjelaskan kepada pasien/ keluarga tentang pengettian nyeri
b. Dokter/perawat menjelaskan kepada pasien/ keluarga tentang macam-macam nyeri
(nyeri akut dan kronis)
c. Dokter/perawat menjelaskan kepada pasien/ keluarga tentang nyeri sebagai tanda
bahaya d Dokter/perawat menjelaskan kepada pasien/ keluarga tentang dampak nyeri
e. Dokter/perawat menjelaskan kepada pasien/ keluarga tentang skala nyeri f
Dokter/perawat menanyakan apakah pasien/keluarga paham tentang cara mengatasi nyeri
(Obat dan tanpa Obat) g Dokter/perawat meminta pasien/keluarga menjelaskan kembali
tentang efek samping obat-obatan anti nyeri h Dokter/perawat menjelaskan kepada pasien/
keluarga tentang pemantauan nyeri Dokter/perawat menanyakan apakah pasien/keluarga
paham tentang penjelasan yang diberikan
j. Dokter/perawat meminta pasien/keluarga menjelaskan kembali tentang penjelaskan
yang telah diberikan
k. Dokter/perawat mendokumentasikan pemberian edukasi dalam form rekam medis.
Dokter/perawat meminta pasien/ keluarga untuk menandatangani formulir bukti
pemberian edukasi
m. Dokter/perawat menandatangani kolom tanda tangan pemberi edukasi.
6 Media
Menggunakan media leaflet yang disesuaikan dengan kebutuhan edukasi
7 Dokumentasi
Pemberian edukasi manajemen nyeri kepada pasien rawat jalan maupun rawat inap
didokumentasikan dalam form informasi/pendidikan kesehatan pasien/keluarga interdisiplin,
catatan perkembangan terintegrasi dan khusus perawat juga menggunakan lernbar
implementasi keperawatan dam semuanya disimpan dalam rekam medis pasien.
H. PEMBERIAN EDUKASI INFORMED CONSENT
1. Latar Belakang

Panduan PPK | 15
Pada pelayanan pasien yang berfokus pada pasien, pemberian edukasi dalam proses
pemberian informed consent kepada agar pasien dan keluarga untuk sangatlah penting agar
pasien dan keluarga mendapatkan pemahaman yang jelas tentang pelayanan kesehatan yang
ditawarkan Oleh dokter/dokter gigi sehingga dapat mengambil keputusan yang tepat untuk
menyetujui ataupun menolak suatu tindakan.
2. Pengertian
a. Informed consent tindakan kedokteran dan kedokteran gigi adalah sebagai pernyataan
sepihak pasien yang kompeten atau yang sah mewakilinya yang dilakukan dengan tanpa
paksaan yang isinya berupa persetujuan atau penolakan atas rencana pelayanan
kesehatan yang ditawarkan oleh dokter atau dokter gigi setelah menerima informasi yang
cukup untuk dapat membuat persetujuan atau penolakan.
b. Tujuan dari dilakukannya informed consent tindakan kedokteran dan kedokteran gigi
adalah:
a) Melindungi pasien, tenaga kesehatan dan rumah sakit dari tuntutan hukum.
b) Menjamin pasien dan keluarga mendapatkan hak untuk diberikan informasi tindakan
kedokteran/ kedokteran gigi yang akan dilakukan kepadanya.
c) Menjamin pasien dan keluarga mendapatkan hak untuk menentukan nasibnya sendiri
terhadap tindakan kedokteran/ kedokteran gigi yang akan dilakukan kepadanya.
3. Ruang lingkup
Pemberian informasi/edukasi dalam proses pemberian informed consent ini dilakukan di
rawat jalan maupun rawat inap.
4. Tata laksana
a. Pemberi informasi/edukasi
a) Pemberi informasi adalah dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP) yang akan
melakukan tindakan medis
b) Apabila berhalangan (misalnya cuti) dan dalam situasi tidak terjadi kegawatan,
dokter dapat mendelegasikan hanya kepada dokter Iain yang setara. Misalnya
Spesialis bedah kepada spesialis bedah. Akan tetapi, tanggung jawab untuk
memastikan bahwa keputusan pasien diperoleh secara benar dan layak ada pada
DPJP pemberi delegasi.
b. Pihak yang menyatakan persetujuan/ penolakan
a) Pasien sendiri, apabila berumur 18 tahun atau sudah menikah.
b) Apabila pasien berumur < 18 tahun, maka persetujuan/ penolakan tindakan medis
diberikan oleh mereka menurut aturan hak sebagai berikut:
c) Ayah/ ibu kandung
d) Saudara kandung yang berumur è 18 tahun.
e) Apabila pasien berumur < 18 tahun dan tidak mempunyai orangtua atau
orangtuanya berhalangan hadir, persetujuan/ penolakan tindakan medis diberikan
oleh mereka menurut aturan hak sebagai berikut 1) Ayah/ ibu adopsi
2) Saudara kandungyang berumur 18 tahun.
3) Induk semang, yang dinyatakan secara tertulis dan bermaterai. f) Pada pasien
dewasa yang mengalami gangguan mental, persetujuan/ penolakan tindakan medis
diberikan oleh mereka menurut hak sebagai berikut:
1) Ayah/ ibu kandung
2) Wali, adalah orang yang secara hukum dianggap sah mewakili kepentingan
orang Iain

Panduan PPK | 16
3) Saudara kandung
g) Pada pasien dewasa yang berada di bawah pengampunan (curatelle), persetujuan/
penolakan tindakan medis diberikan oleh mereka menurut hak sebagai berikut:
1) Wali
2) Curator atau pengampu adalah orang atau badan yang ditetapkan pengadilan
sebagai pihak yang mewakili kepentingan seseorang tertentu (dalam hal ini
pasien) yang dinyatakan dibawah pengampunan (curatelle).
h) Pada pasien dewasa yang telah menikah/ orang tua, persetujuan/ penolakan
tindakan medis diberikan oleh mereka menurut hak sebagai berikut:
1) Suami/ istri
2) Ayah/ ibu kandung
3) Anak-anak kandung
4) Saudara kandung
c. Pemberian Informasi/edukasi:
a) Pemberian informasi/edukasi tentang tindakan kedokteran atau kedokteran gigi
harus diberikan kepada pasien yang kompeten dan/ atau keluarga terdekat.
b) Menyediakan informasi/edukasi yang cukup secara jujur, seimbang, berhati-hati
dalam memberikan informasi, dan dilakukan 2 arah.
c) Informasi/edukasi diberikan secara lengkap dengan bahasa yang mudah dipahami
penerima informasi atau cara lain yang bertujuan untuk mempermudah
pemahaman. d 12 kunci informasi/edukasi yang sebaiknya diberikan
a) Diagnosis dan prognosis secara rinci dan juga prognosis apabila tidak diobati.
b) Informasi tentang prognosis meliputi: prognosis tentang hidup-matinya, prognosis
tentang fungsinya, dan prgnosis tentang kesembuhannya.
c) Ketidakpastian tentang diagnosis (diagnosis kerja dan diagnosis banding) termasuk
pilihan pemeriksaan lanjutan sebelum dilakukan pengobatan.
d) Pilihan pengobatan atau penatalaksanaan terhadap kondisi kesehatannya, termasuk
pilihan untuk tidak diobati.
e) Tujuan dari rencana pemeriksaan atau pengobatan; rincian dari prosedur atau
pengobatan yang dilaksanakan, termasuk tindakan subsider seperti penanganan
nyeri, bagaimana pasien seharusnya mempersiapkan diri, rincian apa yang akan
dialami pasien selama dan sesudah tindakan, termasuk efek samping yang biasa
terjadi dan yang serius.
f) Untuk setiap pilihan tindakan, diperlukan keterangan tentang kelebihan/
keuntungan dan tingkat kemungkinan keberhasilannya, dan diskusi tentang
kemungkinan risiko yang serius atau sering terjadi, dan perubahan gaya hidup
sebagai akibat dari tindakan tersebut.
g) Nyatakan bila rencana pengobatan tersebut adalah upaya yang masih
eksperimental,
h) Bagaimana dan kapan kondisi pasien dan akibat sampingnya akan dimonitor
atau dinilai kembali.
i) Nama dokter yang bertanggung jawab secara keseluruhan untuk pengobatan
tersebut, serta bila mungkin nama-nama anggota tim lainnya.
j) Bila melibatkan dokter yang sedang mengikuti pelatihan atau pendidikan kesehatan,
maka sebaiknya dijelaskan peranannya di dalam rangkaian tindakan yang akan
dilakukan.

Panduan PPK | 17
k) Mengingatkan kembali bahwa pasien dapat mengubah pendapatnya setiap waktu.
Bila hal itu dilakukan maka pasien bertanggungjawaab penuh atas konsekuensi
pembatalan tersebut.
l) Perkiraan biaya bila perlu.
e. Memastikan pemahaman pasien, dengan cara.
a) Meminta pasien untuk mengulang informasi yang telah diberikan dengan
menggunakan bahasa pasien sendiri atau
b) DPJP bertanya kepada pasien tentang informasi yang telah diberikan atau
c) Memberikan kesempatan bertanya kepada kepada pasien untuk bertanya.
5 Dokumentasi
a. Pada informed consent pembedahan/ prosedur invasif, pemberian darah dan produk
darah, tindakan/ pengobatan berisiko tinggi lainnya didokumentasikan di formulir
informed consent tindakan kedokteran dan kedokteran gigi. (lampiran 7 dan 8)
b. Pada informed consent anestesi didokumentasikan di formulir informed consent
anestesi.
c. Pada informed consent lisan didokumentasikan di Formulir Pemberian Informasi/ Edukasi
Pasien/ Keluarga Interdisiplin.
d Pemberian edukasi inform consent juga di dokumentasika di dalam informasi/pendidikan
kesehatan pasien/keluarga interdisiplin
PEMBERIAN EDUKASI TENTANG TINDAKAN BEDAH

I Latar Belakang
Tindakan Bedah adalah tindakan yang kompleks dan terintegrasi Oleh karenanya akan
memberikan respon pasien baik yang negatif maupun positif. Informasi bedah merupakan
sarana untuk memberikan informasi sejelas jelasnya tentang tindakan atau prosedur Bedah
kepada pasien, sehingga pasien dan keluarganya akan puas dengan informasi tersebut baik
pra operatif, intra operatif, dan pasca operatif.
2. Definsi
Edukasi Bedah adalah penyampaian informasi terkait dengan tindakan pembedahan yang
akan dilakukan kepada pasien. Informasi tersebut disampaikan kepada pasien/keluarganya
untuk menghindari ketidaktahuan atau kesalahpahamanan sehingga pasien dan keluarganya
merasa nyaman dan puas terhadap tindakan bedah yang akan dilakukan.
3. Ruang lingkup
a. Informasi Hak dan Kewajiban Pasien terkait dengan pelayanan bedah Informasi tentang
pengertian, keuntungan, kerugian, teknik bedah, risiko dan komplikasi Bedah, prognosa,
serta tindakan alternatif.
b. Informed Consent Bedah.
c. Informasi Persiapan-persiapan prosedur pra operasi
d. Informasi dan edukasi rencana asuhan medis pasca bedah dan perawatan intensif . (Lihat
Lampiran 6)
4. Tatalaksana
a. Beritahu pasien/ keluarga atas tindakan yang akan dilakukan.
b. Pasien/ Keluarga dipersilahkan untuk membaca modul informasi dan edukasi Bedah.
c. Diskusikan dengan pasien/ keluarganya.
d. Pasien/ Keluarganya dipersilahkan mengisi format-format yang sudah disiapkan.

Panduan PPK | 18
5. Dokumentasi
a. Pada informed consent pembedahan/ prosedur invasif, pemberian darah dan produk
darah, tindakan/ pengobatan berisiko tinggi Iainnya didokumentasikan di formulir
informed consent tindakan kedokteran dan kedokteran gigi. (Lihat Lampiran 9)
b. Pada informed consent lisan didokumentasikan di Formulir Pemberian Informasi/ Edukasi
Pasien/ Keluarga Interdisiplin.

J. PEMBERIAN EDUKASI TENTANG TINDAKAN ANESTESI


1. Latar Belakang
Tindakan anestesi adalah tindakan yang kompleks dan terinterasi dengan tindakan Iain, Oleh
karenanya akan memberikan respon pasien baik yang negatif maupun positif. Informasi
anestsi merupakan sarana untuk memberikan informasi sejelas jelasnya tentang tindakan
atau prosedur anestesi kepada pasien, sehingga pasien dan keluarganya akan puas dengan
informasi tersebut baik pra operatif, intra operatif, dan pasca operatif.
2. Definsi edukasi Anestesi adalah penyampaian informasi terkait dengan tindakan
anestesi yang akan dilakukan kepada pasien.
3. Ruang lingkup
a. Informasi Hak dan Kewajiban Pasien terkait dengan pelayanan anestesi.
b. Informasi tentang pengertian, keuntungan, kerugian, teknik anestesi, risiko dan
komplikasi anestesi, prognosa, serta tindakan alternatif.
c. Informed Consent d Informasi Persiapan-persiapan prosedur pra operasi
e. Informasi dan edukasi tatalaksana nyeri pasca operasi, mual muntah, dan perawatan
intensif bedah
4. Tatalaksana
a. Beritahu pasien/ keluarga atas tindakan yang akan dilakukan.
b. Pasien/ Keluarga dipersilahkan untuk membaca modul informasi dan edukasi anestesi.
c. Diskusikan dengan pasien/ keluarganya.
d. Pasien/ Keluarganya dipersilahkan mengisi format-format yang sudah disiapkan.
5. Dokumentasi
Pada informed consent anestesi didokumentasikan di formulir informed consent anestesi

Panduan PPK | 19
BAB IV
RUJUKAN KOMUNITAS

A.
L atar PENDAHULUAN Belakang pelayanan pasien yang berfokus pada pasien,
I. Pada
kesehatan
pemberian informasi/pendidikan secara berkelanjutan dengan menjadi
anggota suatu kelompok komunitas tertentu sangatlah penting.
kesehatan
Definisi komunitas adalah upaya pemenuhan kebutuhan pelayanan tindak lanjut
2. guna kebutuhan kesehatan berkelanjutan atau untuk mencapai sasaran
Rujukan
kesehatan Informasi kesehatan umum diberikan oleh rumah sakit, atau oleh
memenuhi
sumber di
mereka.
Komunitas HIV/AIDS
(Victory)

Kelompok Pendukung ASI


(KPASI)

Komunitas GERD
Yogyakarta (KOGA YO)

D. DOKUMENTASI
Dokumentasi rujukan komunitas menggunakan form rujukan komunitas, yang terdiri dari
rangkap 3 Lembar : lembar putih untuk pasien, lembar kuning untuk pengurus komunitas,
lembar biru untuk petugas (masuk RM pasien).
Panduan PPK | 19

BAB V PENUTUP
Seperti yang telah diuraikan diatas bahwa Pendidikan pasien dan keluarga untuk dapat
berpartisipasi lebih baik dałam perawatan dan mengambil keputusan-keputusan perawatan.
Pada hakekatnya, upaya pendidikan pasien dan keluarga di rumah sakit baru akan
terselenggara dengan baik apabila pimpinan dan staf rumah sakit yang terkait mempunyai
motivasi dan itikad pengembangan serta penuh kesadaran dan tanggung jawab untuk
melaksanakan semua program yang telah dikembangkan.

Ditetapkan di Yogyakarta
Pada tanggal 2019

DIREKTUR,
Panduan PPK | 20

Anda mungkin juga menyukai