Anda di halaman 1dari 33

Lampiran

Peraturan Direktur Rumah Sakit Ibu dan Anak Puri Bunda


Nomor ....../DIR/..../......

Tentang
PEDOMAN PKRS RSIA PURI BUNDA

BAB I
DEFINISI

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menyatakan bahwa


setiap orang berhak untuk mendapatkan informasi dan edukasi tentang kesehatan yang
seimbang dan bertanggung jawab dan setiap orang berhak memperoleh informasi tentang
data kesehatan dirinya termasuk tindakan dan pengobatan yang telah maupun yang akan
diterimanya dari tenaga kesehatan.
Rumah Sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan tingkat rujukan mempunyai
tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang meliputi
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Pelayanan promotif dan preventif di Rumah
Sakit dapat diwujudkan melalui penyelenggaraan PKRS. Untuk itu Rumah Sakit berperan
penting dalam melakukan Promosi Kesehatan baik untuk Pasien, Keluarga Pasien, SDM
Rumah Sakit, Pengunjung Rumah Sakit, maupun Masyarakat Sekitar Rumah Sakit.
Penyelenggaraan PKRS telah diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
004 Tahun 2012 tentang Petunjuk Teknis Promosi Kesehatan Rumah Sakit. Namun
seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan kebutuhan hukum serta kebutuhan
masyarakat dalam memperoleh PKRS yang efektif, efisen, dan berkualitas serta yang
berdampak pada terjadinya perilaku hidup sehat pada Pasien, Keluarga Pasien, sumber
daya manusia Rumah Sakit, Pengunjung Rumah Sakit, dan Masyarakat Sekitar Rumah
Sakit, maka perlu dilakukan revisi terhadap Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 004
Tahun 2012 tentang Petunjuk Teknis Promosi Kesehatan Rumah Sakit.
Berdasarkan kebijakan nasional Promosi Kesehatan yang tertuang dalam Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 74 tahun 2015 tentang Upaya Peningkatan Kesehatan dan
Pencegahan Penyakit, Promosi Kesehatan dilaksanakan dalam bentuk pengembangan
kebijakan publik yang berwawasan kesehatan, penciptaan lingkungan yang kondusif,
penguatan gerakan masyarakat, pengembangan kemampuan individu, dan penataan
kembali arah pelayanan kesehatan. Promosi Kesehatan dilakukan dengan strategi
pemberdayaan masyarakat, advokasi, dan kemitraan serta didukung dengan metode dan

1
media yang tepat, data dan informasi yang valid/akurat, serta sumber daya yang optimal,
termasuk sumber daya manusia yang profesional.
Penyelenggaraan PKRS dilaksanakan pada 5 (lima) tingkat pencegahan yang meliputi
Promosi Kesehatan pada kelompok masyarakat yang sehat sehingga mampu
meningkatkan kesehatan, Promosi Kesehatan tingkat preventif pada kelompok berisiko
tinggi (high risk) untuk mencegah agar tidak jatuh sakit (specific protection), Promosi
Kesehatan tingkat kuratif agar Pasien cepat sembuh atau tidak menjadi lebih parah (early
diagnosis and prompt treatment), Promosi Kesehatan pada tingkat rehabilitatif
untuk membatasi atau mengurangi kecacatan (disability limitation), dan Promosi
Kesehatan pada Pasien baru sembuh (recovery) dan pemulihan akibat penyakit
(rehabilitation).

Pedoman pelayanan promosi kesehatan rumah sakit adalah kumpulan ketentuan dasar
yang memberi arah dalam pelayanan edukasi pada pasien dan keluarga, merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi kepada
keterlibatan pasien dalam pengambilan keputusan terkait masalah kesehatan yang dialami.
a. Kesehatan adalah keadaan sehat baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial
yang memungkinkan setiap orang untuk hidupproduktif secara sosial dan ekonomi.
b. Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang
kesehatan serta memiliki pengertahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan
dibidang kesehatan untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan melakukan upaya
kesehatan.
c. Alat kesehatan adalah instrumen, set paratus, mesin dan atau implan yang tidak
mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan
dan meringankan penyakit, merawat orang sakit, memulihkan kesehatan pada
manusia, danatau membentuk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh.
d. Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan
untukmempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam
rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan
kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia.
e. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan dan atau serangkaian kegiatan yang
dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan untuk memelihara
untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk
pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit, dan pemulihan
kesehatan oleh pemerintahdan atau masyarakat.

2
f. Pelayanan kesehatan promotif adalah suatu kegiatan dan atau serangkaian kegiatan
pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan kegiatan yang bersifat promosi
kesehatan.

g. Pelayanan kesehatan preventif adalah suatu kegiatan pencegahan terhadap suatu


masalah kesehatan/penyakit.
h. Pelayanan kesehatan kuratif adalah suatu kegiatan dan atau serangkaian kegiatan
pengobatan yang ditujukan untuk penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan
akibat penyakit, pengendalian penyakit, atau pengendalian kecacatan agar kualitas
penderita dapat terjaga seoptimal mungkin.
i. Pelayanan kesehatan rehabilitatif adalah kegiatan dan atau serangkaian kegiatan
untuk mengembalikan bekas penderita ke dalam masyarakat sehingga dapat
berfungsi lagi sebagai anggota masyarakat yang berguna untuk dirinya dan
masyarakat semaksimal mungkin sesuai denga kemampuannya.
j. Pendidikan kesehatan pada pasien dan kelarga adalah pemberian informasi keehatan
kepada pasien dan keluarga sesuai informasi yang dibutuhkan pasien dan keluarga
agar pasien dapat mengambil keputusan yang tepat dalam mengatasi masalah
kesehatan yang dialami.
Dengan terselenggaranya Promosi Kesehatan di Rumah Sakit dapat mewujudkan
Rumah Sakit yang berkualitas yang memenuhi standar akreditasi Rumah Sakit baik
nasional maupun internasional. Integrasi Promosi Kesehatan dalam asuhan Pasien melalui
peningkatan komunikasi dan edukasi yang efektif juga dapat mewujudkan peningkatan
mutu dan keselamatan Pasien. Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan oleh lembaga
akreditasi Rumah Sakit, menunjukan bahwa sebagian besar kejadian sentinel disebabkan
karena ketidakefektifan dalam berkomunikasi, baik antar Profesional Pemberi Asuhan
(PPA), maupun antara PPA dengan Pasien. Selain itu, penyelenggaraan PKRS yang baik
dan berkesinambungan dapat menciptakan perubahan perilaku dan lingkungan
berdasarkan kebutuhan Pasien.
Berdasarkan hal tersebut diatas, untuk menjamin pemenuhan hak setiap orang dalam
memperoleh informasi dan edukasi tentang kesehatan dan untuk menjamin terlaksananya
pelayanan kesehatan yang paripurna di Rumah Sakit, diperlukan adanya PKRS melalui
pelaksanaan manajemen PKRS dan pemenuhan standar PKRS sebagaimana diatur dalam
Peraturan Menteri ini.

3
BAB II
RUANG LINGKUP

Pada dasarnya banyak tersedia peluang untuk melaksanakan promosi kesehatan di RS.
Secara umum peluang itu dapat dikategorikan sebagai berikut:
a. Di dalam gedung
Di dalam gedung RS, PKRS dilaksanakan seiring dengan pelayanan yangdiselenggarakan
rumah sakit.
Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa didalam gedung, terdapat peluang-peluang:
- Di ruang pendaftaran/adminsitrasi, yaitu di ruang dimana pasien/klien harus
melapor/mendaftar sebelum mendapatkan pelayanan RS.
- PKRS dalam pelayanan Rawat Jalan bagi pasien, yaitu di poliklinik-poliklinik seperti
poliklinik kebidanan dan kandungan, poliklinik anak, poliklinik bedah, poliklinik penyakit
dalam dan lain-lain.
- PKRS dalam pelayanan Rawat Inap bagi pasien, yaitu di ruang-ruang gawat darurat, rawat
intensif dan rawat inap.
- PKRS dalam pelayanan Penunjang Medik bagi pasien yaitu pelayanan obat/apotik dan
pelayanan laboratorium.
- PKRS dalam pelayanan bagi klien (orang sehat), yaitu seperti di pelayanan KB, konseling
gizi, bimbingan senam dan lain-lain.
- PKRS di ruang pembayaran rawat inap, yaitu di ruang di mana pasien rawat inapharus
menyelesaikan pembayaran rawat inap, sebelum meninggalkan RS.
b. Di luar gedung
Kawasan luar gedung RS yang dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk PKRS, yaitu:
- PKRS di tempat parkir, yaitu pemanfaatan ruang yang ada di lapangan/gedung parkir sejak
dari bangunan gardu parkir sampai ke sudut-sudut lapangan/ gedungparkir.
- PKRS di taman RS, yaitu baik taman-taman yang ada di depan, samping/sekitar maupun di
dalam/halaman dalam RS.
- PKRS di kelompok-kelompok masyarakat, komunitas dan perusahaan swastasekitar
lingkungan rumah sakit.
- Dinding luar rumah sakit.
- Kantin.
- Tempat ibadah.

4
BAB III
KEBIJAKAN

Dasar hukum yang digunakan dalam penyusunan pedoman ini adalah sebagai berikut :
1 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan

2 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit

3 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik


Kedokteran
4 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 004 tahun 2012 tentang Petunjuk
Teknis Promosi Kesehatan Rumah Sakit

5 Permenkes Nomor 24 tahun 2022 tentang Rekam Medis

6 Permenkes 290 / Menkes / Per / 2008 tentang Tindakan Kedokteran

7 Keputusan menteri kesehatan 1426 / Menkes / SK / XII / 2006 tentang Petunjuk Teknis
Promosi Kesehatan Rumah Sakit

8 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 47 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan


Bidang Perumahsakitan

9 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 tahun 2020 tentang Klasifikasi dan
Perizinan Rumah Sakit

5
BAB IV
TATA LAKSANA

4.1 Jenis Informasi


Pemberian promosi kesehatan dapat dilaksanakan di setiap instalasi rumah sakit oleh personel
medis yang berkompetensi di bidangtersebut terutama rawat inap, rawat jalan, penunjang medis,
farmasi, gizi dan lain-lain. Informasi disampaikan secara lisan oleh Tim PKRS yang berhubungan
dengan unitnya masing-masing baik dilakukan secara langsung kepada pasien maupun di ruang
konseling kepada keluarga pasien.
Selain pemberian informasi secara lisan, juga dapat diberikan informasi secara tertulis. Baik dalam
bentuk leaflet maupun berkas Informed Consent. Informasi medis tertulis yang meliputi materi yang berkaitan
dengan kesehatan maternal, neonatus, anak, penyakit kronis, dan pola hidup sehat bersih.

4.2 Petugas Pemberi Informasi


Promosi Kesehatan Rumah Sakit adalah suatu tim rumah sakit yang terdiri dari tim medis dan
non medis yang berperan dalam menyediakan, menyampaikan informasi medis serta mengedukasi
pasien rumah sakit mengenai kondisi yang berhubungan dengan penyakit pasiendi area rumah sakit
yaitu rawat inap (saat dirawat dan sebelum pasien pulang), rawat jalan, IGD dan penunjang medis. Tim
tersebut merupakan titik akhir pelayanan tim medis RSIA Puri Bunda. Pelayanan panitia PKRS terdiri
dari pelayanan promosi kesehatan dan informasi yang berhubungan dengan pasien dari tujuh subunit
panitia PKRS yang terintegrasi. Pelayanan PKRS juga dapat diberikan oleh Dokter Umum, Ahli Gizi,
Keperawatan (perawatan dan bidan), Customer Service Officer, Petugas Instalasi Farmasi, Tim
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI), serta Petugas Rekam Medis (RM).

4.3 Tujuan Pelaksanaan PKRS


Memberikan edukasi dan informasi kepada pasien yang perlu penjelasan lebih dalam
tentang penyakitnya secara holistik
4.3.1 Tujuan Khusus
 Rawat inap: memberikan edukasi dan informasi kepada pasien yang perlu
penjelasan lebih dalam mengenai penyakitnya pada saat awal perawatan, selama
perawatan dan ketika pasien akan pulang

 Rawat jalan:
- Memberikan edukasi dan informasi kepada pasien mengenai kondisi
penyakitnya dan memberikan saran medis dan pemeriksaan diagnostik
(laboratorium atau radiologi) yang menunjang ketepatan diagnosa pada pasien
tersebut
6
- Mengarahkan pasien kepada dokter spesialis yang berkompeten menangani
penyakit pasien tersebut
4.3.2 Rawat inap
1. Apabila pasien baru masuk kedalam kategori diagnosa yang ditemukan di ruang
rawat inap RSIA Puri Bunda, perawat mengidentifikasi kebutuhan informasi dan
edukasi yang dibutuhkan oleh pasien sebagai edukasi kolaboratif yaitu pemberian
edukasi kepada pasien yang membutuhkan informasi dari lebih dari satu sub-unit
PKRS yaitu medical information, customer service officer, farmasi, keperawatan,
PPI dan gizi. Hal ini dimaksudkan untuk memastikan informasi dan edukasi yang
diberikan kepada pasien baik di rawat inap maupun rawat jalan, sesuai dengan
kondisi penyakitnya dan diberikan secara holistik. Maka perawat memberikan
edukasi sesuai SPO pemberian edukasi kolaboratif.
2. Apabila pasien baru tidak masuk kedalam kategori diagnosa yang belum ada maka
edukasi diserahkan kepada DPJP atau DPJP dapat mendelegasikan ke medical
information atau sub-unit PKRS yang terkait.
3. Apabila pasien dan/keluarga yang sedang dirawat di ruang rawat inap
membutuhkan informasi yang lebih dalam mengenai perjalanan penyakit, evaluasi,
rencana terapi dan lain-lain, maka perawat dapat meminta bantuan DPJP/dokter
ruangan atau sub-unit panitia PKRS yang terkait.
4. Apabila pasien sudah diperbolehkan pulang oleh DPJP, maka pemberian informasi
akan diberikan sesuai dengan poin 1-3 diatas (apabila masih membutuhkan).
5. Pemberi informasi medis dan edukasi yang berhubungan dengan clinical pathway
adalah dokter ruangan/DPJP dan informasi pulang pasien dapat diberikan oleh
perawat.
6. Setiap pasien yang diedukasi WAJIB di catat nama, nomor rekam medik, DPJP,
diagnosa dan kode leaflet pemberian edukasi (bila tersedia) atau ringkasan poin-
poin edukasi secara tertulis apabila tidak terdapat dalam leaflet yang tersedia.
7. Pemberian edukasi dan informasi dilaksanakan sesuai dengan SPO Pemberian
Edukasi dan SPO Pemberian Edukasi Kolaboratif.
8. Pencatatan pasien yang teredukasi sesuai dengan SPO Pencatatan Logbook.

7
9. Pemberian edukasi harus dilakukan selambat-lambatnya 1x24 jam dari waktu DPJP
mendiagnosa pasien.
10. Apabila ada pertanyaan pasien yang tidak dapat dijawab saat itu juga oleh DPJP,
dokter ruangan atau sub-unit panitia PKRS terkait, maka jawaban standard yang
akan diberikan adalah sebagai berikut: “Saya belum ada jawaban mengenai
pertanyaan tersebut namun akan saya konfirmasikan kepada dokter spesialis yang
merawat anda dan akan saya sampaikan jawaban pertanyaan anda secepatnya.
Mohon memberikan nomor telepon yang dapat dihubungi”.
11. Disetiap unit terkait akan disediakan 1 (satu) folder berisi lembar edukasi dari unit
yang bersangkutan, dijaga agar tetap tersedia.

8
Pelaksanaan PKRS di rawat inap kepada pasien dapat dijelaskan sesuai bagan berikut:

ALUR PELAYANAN PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT

Pasien masuk

Diagnosa tunggal Diagnosa kombinasi

Diagnosa DPJP Diagnosa DPJP

PROMOSI KESEHATAN

DPJP Dokter Jaga Tim


Dokter Tim PKRS PKRS
terkait
terkait

Clinical Materi Edukasi Formulir pemberian


pathway Edukasi/Leaflet pulang edukasi

Formulir edukasi
kolaboratif

LAPORAN PROGRAM PKRS


(Gambar 4.1)

4.3.3 Rawat jalan


1. Apabila pasien rawat jalan yang datang berobat masuk kedalam kategori diagnosa
penyakit yang ada, maka di ruang rawat jalan RSIA Puri Bunda, perawat
mengidentifikasi kebutuhan informasi dan edukasi yang dibutuhkan oleh pasien
sebagai edukasi kolaboratif yaitu pemberian edukasi kepada pasien yang
membutuhkan informasi dari lebih dari satu sub-unit PKRS yaitu Customer Service
9
Officer, Dokter Umum, petugas instalasi farmasi, keperawatan, Tim PPI dan Ahli
Gizi. Hal ini dimaksudkan untuk memastikan informasi dan edukasi yang diberikan
kepada pasien baik di rawat inap maupun rawat jalan, sesuai dengan kondisi
penyakitnya dan diberikan secara holistik. Maka perawat memberikan edukasi
sesuai SPO pemberian edukasi kolaboratif.
2. Apabila pasien datang pada saat jam kerja (Senin-Sabtu, pkl 08.00-16.00) maka
pasien dapat dijelaskan verbal dan diberikan leaflet edukasi sesuai dengan
penyakitnya oleh sub-unit PKRS terkait.
3. Apabila pasien datang diluar jam kerja seperti tertera diatas, maka pasien akan
mendapatkan informasi tertulis (leaflet) dan verbal oleh perawat unit terkait.
4. Apabila pasien ini dijelaskan lebih dalam mengenai informasi terkait penyakitnya
oleh sub-unit tertentu, maka pasien diharuskan membuat perjanjian pada hasil kerja
berikutnya.
5. Apabila pasien tidak masuk kedalam kategori diagnosa penyakit yang ada maka
informasi akan diberikan oleh DPJP terkait / medical information (pada jam kerja)
6. Apabila pasien rawat jalan datang untuk menanyakan rencana diagnosa atau
konsultasi awal mengenai kondisi penyakitnya tanpa berobat, maka informasi akan
diberikan oleh dokter medical information sesuai dengan SPO pemberian edukasi.
4.3.4 Instalasi Terkait Promosi Kesehatan RS
1. Apabila pasien rawat jalan yang datang berobat masuk kedalam kategori diagnosa
penyakit yang ada, maka di ruang rawat jalan RSIA Puri Bunda, perawat
mengidentifikasi kebutuhan informasi dan edukasi yang dibutuhkan oleh pasien
sebagai edukasi kolaboratif yaitu pemberian edukasi kepada pasien yang
membutuhkan informasi lebih dari satu sub-unit PKRS yaitu Customer service officer,
Dokter Umum, petugas instalasi farmasi, keperawatan, Tim PPI dan Ahli Gizi. Hal ini
dimaksudkan untuk memastikan informasi dan edukasi yang diberikan kepada pasien
baik di rawat inap maupun rawat jalan, sesuai dengan kondisi penyakitnya dan
diberikan secara holistik. Maka perawat memberikan edukasi sesuai SPO pemberian
edukasi kolaboratif.

10
7. Apabila pasien datang pada saat jam kerja (Senin-Sabtu, pkl 08.00-15.00) maka
pasien dapat dijelaskan verbal dan diberikan leaflet edukasi sesuai dengan
penyakitnya oleh sub-unit PKRS terkait.
8. Apabila pasien datang diluar jam kerja seperti tertera diatas, maka pasien akan
mendapatkan informasi tertulis (leaflet) dan verbal oleh perawat unit terkait.
9. Apabila pasien ini dijelaskan lebih dalam mengenai informasi terkait penyakitnya
oleh sub-unit tertentu, maka pasien diharuskan membuat perjanjian pada hasil kerja
berikutnya.
10. Apabila pasien tidak masuk kedalam kategori diagnosa penyakit yang ada maka
informasi akan diberikan oleh DPJP terkait/ medical information (pada jam kerja)
11. Apabila pasien rawat jalan datang untuk menanyakan rencana diagnosa atau
konsultasi awal mengenai kondisi penyakitnya tanpa berobat, maka informasi akan
diberikan oleh dokter medical information sesuai dengan SPO pemberian edukasi.
4.3.5 Unit Lain Yang Terkait
1 Apabila pasien rawat jalan yang datang berobat masuk kedalam kategori diagnosa
penyakit yang ada, maka di ruang rawat jalan RSIA Puri Bunda, perawat
mengidentifikasi kebutuhan informasi dan edukasi yang dibutuhkan oleh pasien sebagai
edukasi kolaboratif yaitu pemberian edukasi kepada pasien yang membutuhkan
informasi lebih dari satu sub-unit PKRS yaitu Customer service officer, Medical
Informasi, farmasi, keperawatan, PPI dan Gizi. Hal ini dimaksudkan untukmemastikan
informasi dan edukasi yang diberikan kepada pasien baik di rawat inap maupun rawat
jalan, sesuai dengan kondisi penyakitnya dan diberikan secara holistik. Maka perawat
memberikan edukasi sesuai SPO pemberian edukasi kolaboratif.

2 Apabila pasien datang pada saat jam kerja (Senin-Sabtu, pkl 08.00-15.00) maka pasien
dapat dijelaskan verbal dan diberikan leaflet edukasi sesuai dengan penyakitnya oleh
sub-unit PKRS terkait.
3 Apabila pasien datang diluar jam kerja seperti tertera diatas, maka pasien akan
mendapatkan informasi tertulis (leaflet) dan verbal oleh perawat unit terkait.
4 Apabila pasien ini dijelaskan lebih dalam mengenai informasi terkait penyakitnya oleh
sub-unit tertentu, maka pasien diharuskan membuat perjanjian pada hasil kerja
berikutnya.
5 Apabila pasien tidak masuk kedalam kategori diagnosa penyakit yang ada maka
informasi akan diberikan oleh DPJP terkait/ medical information (pada jam kerja)
6 Apabila pasien rawat jalan datang untuk menanyakan rencana diagnosa atau konsultasi
awal mengenai kondisi penyakitnya tanpa berobat, maka informasi akan diberikan oleh
11
dokter medical information sesuai dengan SPO pemberian edukasi.
4.4 Peran MIPC dalam PKRS
Medical information for patient care (informasi medis) adalah suatu tim medis / dokter
ruangan yang berperan dalam menyediakan, menyampaikan informasi medis sertamengedukasi
pasien rawat inap mengenai kondisi yang berhubungan dengan penyakit pasien (awal dirawat,
selama perawatan dan sebelum pasien pulang. Tim tersebut merupakan titik akhir pelayanan
tim medis RSIA Puri Bunda.

Ruang lingkup:
Instalasi Rawat Inap, Instalasi rawat jalan, IGD, dan penunjang.

Tujuan:
Memberikan edukasi dan informasi kepada pasien rawat jalan dan pasien rawat inap
yang perlu penjelasan lebih dalam tentang penyakitnya dan pada saat pasien akan pulang
tentang tata cara perawatan dirumah seperti: apa yang harus dilakukan, apa yang harus
dihindari, jadwal kontrol kembali, tata cara minum obat, perubahan perilaku dan gaya
hidup, dll.

Informasi yang disediakan oleh MIPC dan dapat berikan oleh DPJP/dokter jaga kepada
pasien sebagai contoh :
1. Informasi tentang demam thypoid
2. Informasi tentang demam berdarah dengue/demam dengue
3. Informasi tentang gastroenteritis
4. Informasi tentang mioma uteri
5. Informasi tentang cystoma ovarii
6. Informasi tentang appendisitis akut
7. Informasi tentang sectio caesaria

Informasi yang disediakan oleh medical information dan dapat berikan oleh perawat
kepada pasien adalah sebagai berikut:
1. Edukasi pasien pulang post perawatan demam thypoid
2. Panduan edukasi pasien pulang post perawatan demam dengue/demam berdarah
dengue
3. Panduan pasien pulang post perawatan diare
4. Panduan edukasi pasien pulang post operasi myomectomy, cystectomy,
hysterectomy.

12
5. Panduan edukasi pasien pulang post operasi appendictomy.
6. Panduan pasien pulang post operasi hernitomy.
7. Panduan edukasi pasien pulang post operasi sesar.
8. Panduan pasien pulang post perawatan hipertensi.
Medical information for patient care berperan sebagai perencana program promosi
kesehatan serta memonitor dan mengevaluasi pelaksanaannya.

4.5 Komunikasi efektif


4.5.1 Pengertian Komunikasi
Sebuah proses penyampaian pikiran atau informasi dari seseorang kepada orang lain
melalui suatu cara tertentu sehingga orang lain tersebut mengerti betul apa yang dimaksud oleh
penyampai pikiran-pikiran atau informasi”. (Komaruddin, 1994;Schermerhorn, Hunt &
Osborn, 1994; Koontz & Weihrich, 1988).
4.5.2 Proses komunikasi
Komunikasi dapat efektif apabila pesan diterima dan dimengerti sebagaimana dimaksud
oleh pengirim pesan, pesan ditindaklanjuti dengan sebuah perbuatan oleh penerima pesan dan
tidak ada hambatan untuk hal itu (Hardjana, 2003)

13
Gambar 4.2
Oh saya
Dia Mengerti… mengerti..
Umpan Balik

gangguan

Komunikator Pesan Saluran Komunikan

4.5.3 Unsur komunikasi


1. Sumber/komunikator (dokter, perawat, admission, Adm.Irna, Kasir,dll).
2. Isi pesan.
3. Media/saluran (Elektronik, Lisan, dan Tulisan).
4. Penerima/komunikan (pasien, keluarga pasien, perawat, dokter, admission,
Adm.Irna).
4.5.4 Sumber / komunikator
Sumber (yang menyampaikan informasi): adalah orang yang menyampaikan isi
pernyataannya kepada penerima. Hal-hal yang menjadi tanggung jawab pengirim pesan adalah
mengirim pesan dengan jelas, memilih media yang sesuai, dan meminta kejelasan apakah pesan
tersebut sudah di terima dengan baik. (konsil kedokteran Indonesia, hal.8)
Komunikator yang baik adalah komunikator yang menguasai materi, pengetahuannya
luas dan dalam tentang informasi yang yang disampaikan, cara berbicaranya nya jelas dan
menjadi pendengar yang baik saat dikonfirmasi oleh si penerima pesan (komunikan)
4.5.5 Isi Pesan (apa yang disampaikan)
Panjang pendeknya, kelengkapannya perlu disesuaikan dengan tujuan komunikasi,
media penyampaian, penerimanya.
4.5.6 Penerima / komunikan
Penerima berfungsi sebagai penerima berita. Dalam komunikasi, peran pengirim dan
penerima bergantian sepanjang pembicaraan. Tanggung jawab penerima adalah berkonsentrasi
untuk menerima pesan dengan baik dan memberikan umpan balik kepada pengirim. Umpan
balik sangat penting sehingga proses komunkasi berlangsung dua arah. (konsil kedokteran
Indonesia, hal.8).
14
4.5.7 Pemberi/komunikator yang baik
Pada saat melakukan proses umpan balik, diperlukan kemampuan dalam hal-hal berikut
(Konsil Kedokteran Indonesia, hal 42):
1. Cara berbicara (talking), termasuk cara bertanya (kapan menggunakan pertanyaan
tertutup dan kapan memakai pertanyaan terbuka), menjelaskan, klarifikasi, paraphrase,
intonasi.
2. Mendengar (listening), termasuk memotong kalimat.
3. Cara mengamati (observation) agar dapat memahami yang tersirat di balik yang tersurat
(bahasa non verbal di balik ungkapan kata/kalimatnya, gerak tubuh).
4. Menjaga sikap selama berkomunikasi dengan komunikan (bahasa tubuh) agar tidak
menggangu komunikasi, misalnya karena komunikan keliru mengartikan gerak tubuh,
raut tubuh, raut muka, dan sikap komunikator.
4.5.8 Sifat Komunikasi
Komunikasi itu bisa bersifat informasi (asuhan) dan edukasi (Pelayanan promosi).
1. Komunikasi yang bersifat infomasi asuhan didalam rumah sakit adalah:
a) Jam pelayanan
b) Pelayanan yang tersedia
c) Cara mendapatkan pelayanan
d) Sumber alternatif mengenai asuhan dan pelayanan yang diberikan ketika
kebutuhan asuhan pasien melebihi kemampuan rumah sakit.
Akses informasi ini dapat di peroleh melalui Customer service,
Admission, Social Media dan Website.
2. Komunikasi yang bersifat Edukasi (Pelayanan Promosi):
a) Edukasi tentang penyakit. (Lihat PPK/Leaflet)
b) Edukasi tentang obat (Lihat pedoman pelayanan farmasi)
c) Edukasi tentang Gizi (Lihat Pedoman Gizi).
d) Edukasi tentang manajemen nyeri (Lihat Panduan Pedoman Nyeri)
e) Edukasi tentang keamanan & efektivitas penggunaan peralatan medis.
f) Edukasi tentang apa yang harus dilakukan pasien untuk meningkatkan
kualitas hidupnya pasca dari rumah sakit. (Lihat Edukasi pulang)
Akses untuk mendapatkan edukasi ini bisa melalui medical information dan nantinya
akan menjadi sebuah unit PKRS.
4.5.9 Komunikasi yang efektif dalam pelaporan antar pemberi layanan
Komunikasi efektif adalah: tepat waktu, akurat, jelas, dan mudah dipahami oleh
penerima, sehingga dapat mengurangi tingkat kesalahan (kesalahpahaman).
15
Prinsip dari komunikasi efektif adalah adanya read back
process.Prosesnya adalah:
1. Pemberi pesan secara lisan memberikan pesan, setelah itu dituliskan secara lengkap isi
pesan tersebut oleh si penerima pesan.
2. Isi pesan dibacakan kembali (Read Back) secara lengkap oleh penerima pesan.
3. Penerima pesan mengkonfirmasi isi pesan kepada pemberi pesan.

Gambar 4.3

Yah.. benar. Jadi isi pesannya ini


Dikonfirmasikan yah pak…

Isi pesan Ditulis Dibacakan


Komunikator Komunikasikan

Dalam menuliskan kalimat yang sulit, maka komunikan harus menjabarkan hurufnya
satu persatu dengan menggunakan alfabet yaitu kode alfabet internasional.

4.5.10 Komunikasi saat memberikan edukasi kepada pasien & keluarganya berkaitan
dengan kondisi kesehatannya

Prosesnya

Tahap assesmen pasien


Sebelum melakukan edukasi, petugas menilai dulu kebutuhan edukasi pasien & keluarga
berdasarkan (data berikut ini diperoleh dari rekam medik):
1. Keyakinan dan nilai-nilai pasien dan keluarga.
2. Kemampuan membaca, tingkat pendidikan dan bahasa yang digunakan.
3. Hambatan emosional dan motivasi (emosional: depresi, senang dan marah).
4. Keterbatasan fisik dan kognitif.
5. Ketersediaan pasien untuk menerima informasi.

16
Tahap cara penyampaian informasi dan edukasi yang efektif
Setelah melalui tahap asesmen pasien, ditemukan :
1. Pasien dalam kondisi baik semua dan emosionalnya senang, maka proses
komunikasinya mudah disampaikan.
2. Jika pada tahap assesmen pasien di temukan hambatan fisik (tuna rungu dan tuna
wicara), maka komunikasi yang efektif adalah memberikan leaflet kepada pasien dan
keluarga sekandung (istri, anak, ayah, ibu, atau saudara sekandung) dan menjelaskannya
kepada mereka.
3. Jika pada tahap assesmen pasien ditemukan hambatan emosional pasien (pasien marah
atau depresi), maka komunikasi yang efektif adalah memberikan materi edukasi dan
menyarankan pasien membaca leaflet. Apabila pasien tidak mengerti materi edukasi,
pasien bisa menghubungi medical information.

Tahap cara verifikasi


Bahwa pasien dan keluarga menerima dan memahami edukasi yang diberikan:
1. Apabila pasien pada tahap cara memberikan edukasi dan informasi, kondisi pasien baik
dan senang, maka verifikasi yang dilakukan adalah: menanyakan kembali edukasi yang
telah diberikan.
Pertanyaannya adalah: “Dari materi edukasi yang telah disampaikan, kira-kira apa yang
Bapak/Ibu bisa pelajari?”.
2. Apabila pasien pada tahap cara memberikan edukasi dan informasi, pasiennya
mengalami hambatan fisik, maka verifikasinya adalah dengan pihak keluarganya
dengan pertanyaan yang sama: “Dari materi edukasi yang telah disampaikan, kira-kira
apa yang Bapak/Ibu bisa pelajari?”.
3. Apabila pasien pada tahap cara memberikan edukasi dan informasi, ada hambatan
emosional (marah atau depresi), maka verifikasinya adalah dengan tanyakan kembali
sejauh mana pasiennya mengerti tentang materi edukasi yang diberikan dan pahami.
Proses pertanyaan ini bisa via telepon atau datang langsung ke kamar pasien setelah
pasien tenang.
Dengan diberikannya informasi dan edukasi pasien, diharapkan komunikasi yang
disampaikan dapat dimengerti dan diterapkan oleh pasien. Dengan pasien mengikuti semua
arahan dari rumah sakit, diharapkan mempercepat proses penyembuhan pasien.
Setiap petugas dalam memberikan informasi dan edukasi pasien, wajib untuk mengisi
formulir edukasi dan informasi, dan ditandatangani kedua belah pihak antara dokter dan pasien

17
atau keluarga pasien. Hal ini dilakukan sebagai bukti bahwa pasien dan keluarga pasien sudah
diberikan edukasi dan informasi yang benar.

Komunikasi Melalui Telepon Antara Pemberi Asuhan( perawat dengan dokter)


Dalam memberikan komunikasi antara pemberi layananan di RSIA Puri Bunda menggunakan
SBAR. Apa yang dimaksud dengan SBAR itu?
SBAR merupakan kerangka acuan dalam pelaporan kondisi pasien yang memerlukan perhatian
dan tindakan segera:
 SITUATION, yaitu kondisi terkini yang terjadi pada pasien.
 BACKGROUND, informasi penting apa yang berhubungan dengan kondisi pasien terkini.
 ASSESSMENT, hasil pengkajian kondisi pasien terkini.
 RECOMMENDATION, apa yang perlu dilakukan untuk mengatasi masalah pasien saat
ini.
Berikut ini merupakan salah satu contoh dalam pertanyaan SBAR:
 Situation misalnya; Jelaskan dengan singkat masalah kesehatan pasien atau keluhan utama
termasuk skor nyeri.
 Background misalnya; Sebutkan riwayat alergi obat-obatan termasuk cairan infus yang
digunakan. Jelaskan hasil pemeriksaan yang mendukung dan pemeriksaan laboratorium.
 Assesment misalnya; Sampaikan diagnosa sementara.
 Recommendation misalnya; Meminta pada dokter penanggung jawab langkah selanjutnya
yang akan dilakukan.

4.6 Strategi promosi kesehatan


Berdasarkan rumusan yang dibuat oleh WHO (1994), strategi promosi kesehatan
secara global dibagi menjadi tiga yang akan dibentuk dalam intervensi, yaitu :
1. Advokasi (Advocacy)
Advokasi adalah kegiatan dimana untuk meyakinkan orang lain agar orang lain
tersebut membantu atau mendukung terhadap apa yang diinginkan. Pendekatan
advokasi ialah sasaran kepada para pembuat keputusan atau penentu keputusan sesuai
sektornya. Intinya adalah strategi advokasi kesehatan merupakan pendekatam yang
dilakukan dengan pimpinan atau pejabat dengan tujuan mengembangkan kebijakan
publik yang berwawasan kesehatan Kegiatan advokasi ini ada dalam bentuk formal dan
informal. Advokasi dalam bentuk formal misalnya: penyajian presentasi, seminar, atau
suatu usulan yang dilakukan oleh para pejabat terkait. Advokasi informal misalnya :
Suatu kegiatan untuk meminta dana, atau dukungan dalam bentuk kebijakan kepada
para pejabat yang relevan dengan kebijakan yang diusulkan. Intervensi yang dapat
18
dilakukan secara perseorangan kepada pejabat ialah dengan : lobi, dialog, negosiasi dan
debat. Sehingga diharapkan mendapatkan hasil adanya tindakan yang nyata, kepedulian,
serta pemahaman atau kesadaran dari pejabat sehingga terjadi kelanjutan kegiatan.
2. Dukungan sosial (Social Support)
Dukungan sosial adalah suatu strategi yang digunakan untuk mencari dukungan
sosial melalui tokoh-tokoh masyarakat. Dimana tujuannya dengan menggunakan tokoh
masyarakat sebagai jembatan antara sektor kesehatan atau pengembang kesehatan
dengan masyarakat. Intervensi keperawatan yang diberikan dalam stretegi dukungan
sosial ialah : pelatihan bagi para tokoh masyarakat, lokakarya, bimbingan bagi para
tokoh masyarakat, sehingga hasil yang diharapkan adalah adanya peningkatan jumlah
para tokoh masyarakat yang berperan aktif dalam pelayanan kesehatan, jumlah individu
dan keluarga dimana meningkat pengetahuannya tentang kesehatan, adanya
pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada misalnya posyandu.
3. Pemberdayaan Masyarakat (Empowerment)
Pemberdayaan adalah strategi promosi kesehatan yang langsung kepada
masyarakat. Pemberdayaan ini bertujuan untuk mewujudkan kemampuan masyarakat
dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat itu sendiri. Intervensi
keperawatan dalam pemberdayaan masyarakat adalah dengan kegiatan pemberdayaan
masyarakat ini dapat berupa : penyuluhan kesehatan, posyandu, pos obat desa, dan lain
sebagainya. Hasil yang diharapkan adalah sumber daya manusia yang berperan dalam
peningkatan dan pemeliharaan kesehatan.

4.6.1 Metode Promkes

Proses belajar mengajar yang efisien dan efektif yang dilakukan dipengaruhi
oleh metode yang digunakan. Pemilihan metode dalam pelaksanaan promosi kesehatan
harus dipertimbangkan secara cermat dengan memperhatikan materi atau informasi
yang akan disampaikan, keadaan penerima informasi (termasuk sosial budaya) atau
sasaran, dan hal-hal lain yang merupakan lingkungan komunikasi seperti ruang dan
waktu. Masing – masing metode memiliki keunggulan dan kelemahan, sehingga
penggunaan gabungan beberapa metode sering dilakukan untuk mamaksimalkan hasil.
1. Pengertian Metode
Metode diartikan sebagai cara atau pendekatan tertentu. Pemberdayaan dapat
dilakukan dengan melihat metode: ceramah dan tanya jawab, dialog, debat, seminar,
kampanye, petisi/resolusi, dan lain-lain. Sedangkan advokasi, dapat dilakukan dengan

19
pilihan metode: seminar, lobi dialog, negosiasi, debat, petisi/resolusi, mobilisasi, dan
lain-lain.
2. Jenis – Jenis Metode Promkes
Secara garis besar, metode dibagi menjadi dua, yaitu metode didaktif dan
metode sokratik.
a. Metode Didaktif
Metode ini didasarkan atau dilakukan secara satu arah. Tingkat keberhasilan
metode didaktif sulit dievaluasi karena peserta didik bersifat pasif dan hanya pendidik
yang aktif. Misalnya: ceramah, film, leaflet, booklet, poster dan siaran radio.
b. Metode Sokratif
Metode ini dilakukan secara dua arah. Dengan metode ini, kemungkinan antara
pendidik dan peserta didik bersikap aktif dan kreatif. Misalnya: diskusi kelompok,
debat, panel, forum, seminar, bermain peran, curah pendapat, demonstrasi, studi kasus,
lokakarya dan penugasan perorangan.

Metode Promosi Kesehatan dapat digolongkan berdasarkan Teknik


Komunikasi, Sasaran yang dicapai dan Indera penerima dari sasaran promosi. Metode
berdasarkan tekhnik komunikasi:
a. Metode Penyuluhan Langsung
Dalam hal ini para penyuluh langsung berhadapan atau bertatap muka dengan
sasaran. Termasuk disini antara lain: kunjungan rumah, pertemuan diskusi, pertemuan
di balai desa pertemuan di posyandu, dll.
b. Metode Penyuluhan Tidak Langsung
Dalam hal ini para penyuluh tidak langsung berhadapan secara tatap muka
dengan sasaran, tetapi ia menyampaikan pesannya dengan perantara media. Contohnya,
publikasi dalam bentuk media cetak, melalui pertunjukkan film dan sebagainya
berdasarkan jumlah sasaran yang dicapai.

Metode berdasarkan jumlah sasarannya dibagi menjadi 3 (Menurut Notoatmodjo, 1993


dan WHO, 1992):
a. Metode Pendidikan Individual (Perorangan)
Metode yang bersifat individual digunakan untuk membina perilaku baru atau
membina seseorang yang mulai tertarik kepada suatu perubahan perilaku atau inovasi.
Setiap orang memiliki masalah atau alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan
penerimaan atau perilaku baru tersebut. Bentuk pendekatannya:

20
1) Bimbingan dan penyuluhan (Guidence and counceling)
Perubahan perilaku terjadi karena adanya kontak yang intensif antara klien
dengan petugas dan setiap masalahnya dapat diteliti dan dibantu penyelesainnya.
2) Wawancara(interview)
Untuk mengetahui apakah klien memiliki kesadaran dan pengertian yang kuat
tentang informasi yang diberikan (perubahan perilaku ynag diharapkan).
b. Metode Pendidikan Kelompok
Dalam memilih metode pada kelompok,yang harus diperhatikan adalah
besarnya kelompok sasaran dan tingkat pendidikan formalnya. Besarnya kelompok
sasaran mempengaruhi efektifitas metode yang digunakan.
1) Kelompok besar
a) Ceramah
Sasaran dapat berpendidikan tinggi maupun rendah. Penceramah
harus menyiapkan dan menguasai materi serta mempersiapkan media.
Metode dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan.
Metode ini mudah dilaksanakan tetapi penerima informasi menjadi
pasif dan kegiatan menjadi membosankan jika terlalu lama.
b) Seminar
Metode seminar hanya cocok untuk sasaran kelompok besar
dengan pendidikan formal menengah ke atas. Seminar adalah suatu
penyajian (presentasi) dari suatu ahli atau beberapa ahli tentang suatu
topik yang dianggap penting dan biasanya dianggap hangat di
masyarakat.
2) Kelompok kecil
a) Diskusi Kelompok
Metode yang dilaksanakan dalam bentuk diskusi antara pemberi dan
penerima informasi, biasanya untuk mengatasi masalah. Metode ini
mendorong penerima informasi berpikir kritis, mengekspresikan
pendapatnya secara bebas, menyumbangkan pikirannya untuk
memecahkan masalah bersama, mengambil satu alternatif jawaban atau
beberapa alternatif jawaban untuk memecahkan masalah berdasarkan
pertimbangan yang seksama.
Kelemahan metode diskusi sebagai berikut :
- Tidak dapat dipakai dalam kelompok yang besar.
- Peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas.
21
- Dapat dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara.
- Biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formal
b) Curah pendapat (Brain Storming)
Adalah suatu pemecahan masalah ketika setiap anggota mengusulkan dengan
cepat semua kemungkinan pemecahan yang dipikirkan. Kritik evaluasi atas semua
pendapat tadi dilakukan setelah semua anggota kelompok mencurahkan pendapatnya.
Metode ini cocok digunakan untuk membangkitkan pikiran yang kreatif, merangsang,
partisipasi, mencari kemungkinan pemecahan masalah, mendahului metode lainnya,
mencari pendapat-pendapat baru dan menciptakan suasana yang menyenangkan dalam
kelompok.
c) Bola salju (Snow Balling)
Metode ini dilakukan dengan membagi secara berpasangan (satu pasang - dua
orang). Setelah pasangan terbentuk, dilontarkan suatu pernyataaan atau masalah, setelah
kurang lebih 5 menit setiap 2 pasangan bergabung menjadi satu. Mereka tetap
mendiskusikan masalah yang sama dan mencari kesimpulannya. Selanjutnya, setiap 2
pasang yang sudah beranggotakan 4 orang ini bergabung lagi dengan pasangan lainnya,
demikian seterusnya akhirnya terjadi diskusi seluruh kelas.
d) Kelompok-kelompok kecil (Buzz Group)
Kelompok dibagi menjadi kelompok kecil untuk mendiskusikan masalah
kemudian kesepakatan di kelompok kecil disampaikan oleh tiap kelompok dan
kemudian di diskusikan untuk diambil kesimpulan.
e) Memainkan peranan (Role Play).
Dalam metode ini beberapa anggota kelompok ditunjuk sebagai pemegang peran
tertentu untuk memainkan peranan.
f) Permainan simulasi (Simulation Game)
Merupakan gabungan antara role play dan diskusi kelompok. Pesan-pesan
kesehatan disajikan dalam beberapa bentuk permainan seperti permainan monopoli,
menggunakan dadu, petunjuk arah dan papan monopoli. Beberapa orang menjadi
pemain dan sebagian lainnya berperan sebagai narasumber.

3) Metode pendidikan massa


Metode ini untuk mengomunikasikan pesan-pesan kesehatan yang ditujukan
kepada masyarakat. Sasaran pendidikan pada metode ini bersifat umum tanpa
membedakan umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status sosial, ekonomi dan
sebagainya, sehingga pesan-pesan kesehatan dirancang sedemikian rupa agar dapat

22
ditangkap oleh massa tersebut. Metode ini bertujuan untuk menggugah kesadaran
masyarakat terhadap suatu inovasi. Metode ini biasanya bersifat tidak langsung.
a) Ceramah umum (public speaking)
b) Pidato/diskusi
c) Simulasi
d) Menggunakan media televisi
e) Menggunakan media surat kabar
f) Bill board
Metode berdasarkan Indera Penerima. Metode melihat/memperhatikan. Dalam
hal ini pesan diterima sasaran melalui indera penglihatan, seperti : Penempelan Poster,
Pemasangan Gambar/Photo, Pemasangan Koran dinding, Pemutaran Film
a. Metode pendengaran. Dalam hal ini pesan diterima oleh sasaran melalui indera
pendengar, umpamanya: Penyuluhan lewat radio, Pidato, Ceramah, dll
b. Metode kombinasi. Dalam hal ini termasuk: Demonstrasi cara (dilihat, didengar,
dicium, diraba dan dicoba).

4.7 Peran Ahli Gizi Dalam PKRS


Pelayanan gizi di RSIA Puri Bunda merupakan suatu penyelenggaraan makanan kepada
masyarakat baik pasien, karyawan maupun pengunjung café yang diawali dari perencanaan
menu sampai pendistribusian makanan kepada pasien/konsumen dalam rangka pencapaian
status gizi yang optimal melalui pemberian diet yang tepat. Dalam keterlibatannya di panitia
PKRS, instalasi gizi bertujuan untuk menyampaikan informasi mengenai diet yang sesuai
dengan kondisi penyakit pasien serta mengkomunikasikan informasi pemilihan menu maupun
gizi yang diindikasikan oleh dokter atau ahli gizi. Instalasi gizi juga bertanggungjawab untuk
melakukan assessmen nutrisi pasien dan melaksanakan konsultasi gizi kepada pasien/klien
rumah sakit.
Pelayanan informasi ahli gizi yang tersedia bagi pasien terdiri dari sebagai berikut:
1. Panduan Assesment nutrisi pasien (lihat pedoman assessmen nutrisi pasien).
2. Memberikan Informasi Gizi Kepada Pasien Rawat Inap bahwa penyajian
makanannya adalah makanan nabati. Menawarkan Menu Makanan ke Pasien Rawat
Inap bahwa ada menu pengganti apabila pasien tidak menyukai menu harian.
3. Memberikan Konsultasi Gizi Kepada Pasien Rawat Inap dan Pasien Rawat Jalan.
4. Memberikan Pelayanan Tata Cara Berkonsultasi Gizi Kepada Pasien.
5. Formulir pemberian makanan harian.

23
6. Materi edukasi diet:
a. Diet cair/ SONDE
b. Diet Jantung
c. Diet Rendah Kalori
d. Diet lambung
e. Diet Rendah Protein
f. Perencanaan makan untuk ibu hamil dengan diabetes
g. Diet Diabetes Melitus
h. Diet Nefropati Diabetes
i. Diet Dislipidemia
j. Hidup sehat dengan nabati
k. Diet rendah garam
l. Diet rendah purin

4.7.1 Assesmen Gizi


Definisi
Proses pengumpulan data, verifikasi dan interprestasi data secara sistematis dalam rangka
membuat keputusan mengenai penyebab masalah gizi.
Komponen Assessmen Gizi
1. Riwayat gizi/makanan
2. Data biokimia, pemeriksaan dan tindakan medik
3. Ukuran antropometri
4. Hasil pemeriksaan fisik
5. Riwayat Pasien

4.7.2 Diagnosa Gizi


Tujuan
Identifikasi masalah gizi yang dapat diatasi atau diperbaiki melalui intervensi gizi oleh seorang
dietisien.
Komponen Diagnosa Gizi
 (P) Problem/Masalah
Yaitu Perubahan meningkat/menurun, kekurangan/kelebihan, tidak seimbang, tidak
tepat, gangguan dan kesulitan.
 (E) Etiology
Yaitu Penyebab atau factor yang berhubungan dengan penyakit.

24
 (S) Signs/Tanda dan gejala
Yaitu bukti dari adanya masalah dari data objektif (pengukuran) dan dari data subjektif
mengenai apa yang dirasakan oleh pasien.
4.7.3 Intervensi Gizi
Tujuan
Mengatasi atau memperbaiki masalah gizi dengan merencanakan dan mengimplementasikan
intervensi gizi yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan pasien.
Strategi Intervensi Gizi
1. Food and Nutritient Delivery
Menyediakan atau merekomendasikan makanan/gizi sesuai ketentuan, termasuk
makanan, snack, makanan cair dan parenteral maupun suplemen.
2. Edukasi Gizi
Proses formal atau mengajari dan melatih pasien mengenai mengelola/memodifikasi
makanan atau kebiasaan makan sehari-hari.
3. Konsultasi Gizi
Proses dukungan pada pasien untuk menetapkan prioritas, membuat tujuan, rencana
kegiatan yang disetujui serta hendaknya kegiatan tersebut bisa dilaksanakan.
4. Koordinasi Pelayanan Gizi
Merujuk atau mengkonsulkan dengan institusi pemberi layanan kesehatan lainnya yang
dapat mengatasi masalah gizi.

4.7.4 Monitoring dan Evaluasi Gizi (MONEV)


Tujuan
Mengetahui seberapa jauh kemajuan serta perkembangan pada penyakit yang diderita , yaitu
dilihat dari :
 Kebiasaan dan kemampuan dari lingkungan yang berpengaruhi asupan gizi.
 Asupan makanan dari semua sumber.
 Tanda dan gejala fisik dari hasil pengukuran antropometri, laboratorium dan fisik.
 Persepsi pasien mengenai intervensi gizi jelas atau tidaknya serta apakah dapat
dijalankan sesuai anjuran.

4.8 Peran Petugas Customer Service Officer (CSO) Dalam PKRS


Sebagai salah satu dari komponen panitia PKRS, peranan customer service adalah
sebagai penyedia dan fasilitator kebutuhan pasien akan informasi mengenai hak dan tanggung
jawab pasien dan keluarga demi terciptanya peningkatan kepuasan dalam pelayanan pasien.

25
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan dalam pemberian informasi bagi pasien dan keluarga
mengenai hak yang dapat diterima dalam pelayanan kesehatan maupun informasi kewajiban
dan tanggung jawab rumah sakit sebagai penyedia pelayanan diantaranya ;

 Informasi peraturan yang berlaku di rumah sakit (dalam bahasa yang biasa digunakan)
berupa media tertentu dapat diletakkan di ruang tunggu pasien.
 Informasi termasuk perkiraan biaya perawatan.
 Materi informasi disediakan dalam beberapa bentuk seperti materi tertulis, informasi
langsung secara lisan, maupundalam bentuk gambar serta dalam beberapa bahasa yang
relevan digunakan.
 Customer service juga memberikan informasi dalam pelayanan penerjemah bahasa
bagi tercapainya komunikasi efektif dan keselamatan pasien. Rumah sakit tidak
mengenakan biaya tambahan bagi pasien dalam pelayanan tersebut.
 Rumah sakit mengakomodasi segala bentuk kebutuhan akan pelayanan yang
dibutuhkan dalam menunjang hak dan privasi pasien.
 Rumah sakit memiliki satu line telepon khusus dalam mengakomodasi segala
kebutuhan pasien selama masa perawatan.
 Customer service mengumpulkan data survey kepuasan pasien yang berobat di rumah
sakit dan dilakukan evaluasi dalam upaya perbaikan kualitas rumah sakit dalam
pelayanan maupun penyediaan kebutuhan pasien.

4.9 Pemberian Informasi Kebidanan

Dalam Panitia PKRS, peranan Kebidanan sangatlah penting untuk meningkatkan standar
mutu pelayanan ibu dan anak di RSIA Puri Bunda melalui promosi kesehatan yang mencakupi:
1. Masalah pada bayi dan solusinya
2. Insisasi Menyusui Dini (IMD)
3. Tatacara pemberian ASI yang benar
4. Informasi rawat gabung / Rooming in
5. Perawatan Metode Kangguru (PMK)
6. Edukasi pasien sebelum pulang
7. Materi kehamilan dan persalinan
8. Materi Penyuluhan Imunisasi
Jadwal pemberian informasi kepada pasien dilaksanakan paling lambat 1 x 24jam atau
mengikuti pedoman pelayanan kebidanan.

26
4.10 Pemberian Informasi Farmasi
Pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem
pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat
yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik yang terjangkau bagi semua lapisan
masyarakat. Sub-unit tersebut bertujuan untuk menyelenggarakan kegiatan pelayanan
profesional berdasarkan prosedur kefarmasian dan etik profesi serta melaksanakan KIE
(Komunikasi Informasi dan Edukasi) mengenai obat.
Pelayanan informasi farmasi terdiri atas:
1. Pelayanan Informasi Obat (PIO) dan konselling tatacara minum obat bagi pasien
2. Informasi pelayanan farmasi pasien rawat inap
3. Informasi pelayanan farmasi pasien akan pulang Informasi pelayanan farmasi
pasien rawat jalan

4.11 Pemberian Informasi Pengendalian dan Pencegahan Infeksi (PPI)


Pelayanan informasi Tim PPI terdiri dari:
1. Informasi pembuangan sampah medis benda tajam
2. Informasi tata cara pembuangan sampah medis
3. Informasi tata cara pembuangan sampah non medis
4. Informasi etika batuk
5. Informasi etika meludah
6. Informasi mencuci tangan dengan air
7. Informasi mencuci tangan dengan hand rub
8. Informasi mengenai kewaspadaan isolasi

4.12 Pemberian Informasi Manajemen Nyeri


Pelayanan manajemen nyeri dalam pelaksanaannya dilakukan untuk mendukung hak
pasien dalam pengelolaan rasa nyeri terhadap penyakit tertentu. Edukasi yang diberikan oleh
unit PKRS berupa asuhan dan edukasi dalam mengurangi rasa nyeri yang dirasakan.
Nyeri yang bersifat subyektif ini hendaknya menjadi tanggung jawab klinisi untuk
mencari penyebabnya sekaligus juga memberikan pengobatan untuk menghilangkan gejala
tersebut. Pengalaman membuktikan bahwa nyeri yang sudah lama terjadi dan tidak teratasi lebih
sulit untuk diobati. Nyeri yang menetap biasanya berhubungan dengan pemakaian analgetik
yang sama dengan dosis tetap. Nyeri hebat yang tidak terkontrol merupakan suatu kondisi
emergensi, hal ini biasanya membutuhkan terapi khusus yang harus menggunakan kombinasi
beberapa obat.

27
Ada beberapa kondisi dimana rasa nyeri tidak harus dikurangi dengan obat- obatan,nyeri
yang berhubungan dengan masalah psikologis dan emosional dapat dikurangi dengan perhatian
dan kepedulian para klinisi.Untuk pasien dengan kebutuhan khusus seperti pada bayi,anak-anak
dan orang tua yang bermasalah tidak bisa mengkomunikasikan letak nyeri maka digunakan
pengukuran kombinasi anatara penilaian wajah, gerakan ekstremitas yang gelisah, aktifitas,
menangis dan mengerang.
Assesmen dengan sistem PQRST ceklist

P = Provocation and Palliation


• Adakah penyebab dan pemicu nyeri ?
• Adakah hal-hal yang membuat nyeri berkurang ?
• Hal-hal apa sajakah yang membuat nyeri bertambah ?
Q = Quality and Quantity
• Bagaimana kondisinya saat dilakukan perabaan, pengamatan dan pendengaran ?
• Seberapa kuat rasa nyerinya ?
R = Region and Radiation
• Dimanakah pusat nyerinya ?
• Apakah nyeri tersebut menyebar ?
S = Severity and Scale
• Apakah nyeri berhubungan saat melakukan aktifitas ?
• Dapatkah rasa nyeri tersebut diukur dengan skala 1 hingga 10 ?
T = Timing and Type of Onset
• Kapan pertama kali nyeri muncul ?
• Seberapa sering nyeri tersebut timbul ?
• Apakah nyeri timbul secara tiba-tiba atau perlahan ?

Penatalaksanaan nyeri dibedakan menjadi 3 :

1. Tatalaksana nyeri dengan obat-obatan farmakologik


2. Tatalaksana nyeri dengan non obat
3. Tatalaksana nyeri dengan pendekatan psikologis

4.13 Pemberian Informasi Oleh Petugas Rekam Medis


Pelayanan instalasi Rekam medis dalam kepanitiaan PKRS bergerak sebagai penunjang
dalam bidang penyediaan data dan informasi tertulis yang berhubungan dengan pelayanan dan
pendidikan pasien yang termasuk dalam insiatif peningkatan promosi kesehatan pasien/klien
pasien.
28
Data dan informasi yang diberikan oleh instalasi rekam medis termasuk memfasiliasi
pembuatan dan penyediaan formulir rumah sakit seperti formulir pemberian edukasi, formulir
edukasi kolaboratif, formulir persetujuan tindakan medis, penyusunan rekam medis yang
meliputi data pengetahuan dan ketrampilan yang menjadi kekuatan dan kekurangan
diidentifikasi dan digunakan untuk membuat perencanaan pendidikan. Variabel yang
menentukan apakah pasien dan keluarga mau dan mampu untuk belajar di-asses dengan
menyertakan: a) keyakinan dan nilai-nilai pasien dan keluarga, b) kemampuan membaca,
tingkat pendidikan dan bahasa yang digunakan, c) hambatan emosional dan motivasi, d)
keterbatasan fisik dan kognitif, dan e) kesediaan pasien untuk menerima informasi.
Adapun dalam hal ini beberapa pelayanan yang berupa informasi edukasi di admisi
antara lain ;
 Memberikan informasi macam pelayanan yang tersedia di rumah sakit.
 Mengakomodasi bahasa yang dapat dimengerti pasien.
 Petugas admisi mengidentifikasi pasien dengan kebutuhan khususnya ( seperti
penerjemah, pendamping dalam mengisi formulir, kursi roda, brankar dan lain
sebagainya ).

29
BAB V
DOKUMENTASI

Dokumentasi adalah segala bentuk informasi kegiatan Tim PKRS tertulis dalam rangka
promosi kesehatan yang dibuat oleh dan dari unit-unit PKRS yang meliputi:
1. Leaflet
Berikut alur permintaan leaflet habis dan permintaan membuat leaflet baru

a. Leaflet habis b. Leaflet baru


UNIT TERKAIT UNIT/POKJA
TERKAIT

CSO
TIM PKRS

MENGISI BUKU DISTRIBUSI


LEAFLET DI CSO Mengisi buku permintaan leaflet baru,
Dan memberikan materi dalam bentuk word

LEAFLET TERSEDIA Bila Tidak Tersedia,


Bisa langsung diambil di cso Bisa menunggu maks. 2x24 Leaflet baru akan diproses dan
jam untuk proses cetak, dicetak dalam waktu ±7 hari
Untuk pengambilan akan
dihubungi oleh pihak cso

2. Banner
3. Papan informasi
4. Poster
5. Layar monitor ruang tunggu
Dan segala kegiatan Tim PKRS akan dilakukan pelaporan yang berisi antara lain:
1. Undangan
2. Materi
3. Absensi
4. Notulensi
5. Dokumentasi foto kegiatan
6. Laporan kegiatan
7. Laporan triwulan
8. Laporan tahunan
9. Jika ada rapat maka Tim PKRS membuat UMAND
Semua dokumen ini digunakan untuk meningkatkan kualitas pelayanan PKRS dan
penerapan pelayanan PKRS bagi setiap pasien.

30
BAB VI

PENUTUP

Pedoman Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) ini disusun agar menjadi acuan
dalam pengembangan kegiatan PKRS dan pengembangan akreditasi Rumah Sakit yang
berhubungan dengan promosi kesehatan. Pedoman ini merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dengan upaya meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan Rumah sakit.
Sebagai penutup kiranya dapat diingatkan kembali bahwa PKRS bukanlah urusan
mereka yang bertugas di Tim PKRS saja, PKRS adalah tanggung jawab dari Direksi RS, dan
menjadi urusan (tugas) bagi hampir seluruh jajaran RS. Yang paling penting dilaksanakan
dalam rangka PKRS adalah upaya-upaya pemberdayaan, baik pemberdayaan terhadap pasien
(rawat jalan dan rawat inap) maupun terhadapa klien sehat.
Namun demikian, upaya-upaya pemberdayaan ini akan lebih berhasil jika didukung
oleh upaya-upaya bina suasana dan advokasi. Bina suasana dilakukan terhadapa mereka yang
paling berpengaruh terhadap pasien/klien. Sedangkan advokasi dilakukan terhadap mereka
yang dapat mendukung dan membantu RS dari segi kebijakan (peraturan perundang-undangan)
dan sumber daya, dalam rangka memberdayakan pasien/klien.
Banyak sekali peluang untuk melaksanakan PKRS, dan peluang-peluang tersebut harus
dapat dimanfaatkan dengan baik, sesuai dengan fungsi dari peluang yang bersangkutan.

31
TINJAUAN PUSTAKA

1. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


1114/MENKES/SK/VII/2005, tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di
Daerah. Pusat Promosi Kesehatan Departemen Kesehatan RI. Tahun 2005.
2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1426/MENKES/SK/XII/2006, Petunjuk Teknis Promosi Kesehatan Rumah Sakit
(PKRS). Pusat Promosi Kesehatan Departemen Kesehatan RI. Tahun 2006.
3. Pedoman Etika Promosi Rumah Sakit. Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia.
Tahun 2006.
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 004 Tahun 2012, tentang
Petunjuk Teknis Promosi Kesehatan Rumah Sakit. Pusat Promosi Kesehatan
Departemen Kesehatan RI. Tahun 2012.
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
269/MENKES/PER/III/2008, tentang Rekam Medis. Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia. Tahun 2008.
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
290/MENKES/PER/III/2008, tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran. Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia. Tahun 2008.
7. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004, tentang Praktik
Kedokteran. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Tahun 2004.
8. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009, tentang Kesehatan.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Tahun 2009.
9. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009, tentang Rumah Sakit.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Tahun 2009.
10. Standar Promosi Kesehatan Rumah Sakit. Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. September 2011.
11. Advancing Effective Communication, Cultural Competence, and Patiet-and Family
Centered Care, Roadmap for hospitl, JCI 2

32
33

Anda mungkin juga menyukai