Tentang
PEDOMAN PKRS RSIA PURI BUNDA
BAB I
DEFINISI
1
media yang tepat, data dan informasi yang valid/akurat, serta sumber daya yang optimal,
termasuk sumber daya manusia yang profesional.
Penyelenggaraan PKRS dilaksanakan pada 5 (lima) tingkat pencegahan yang meliputi
Promosi Kesehatan pada kelompok masyarakat yang sehat sehingga mampu
meningkatkan kesehatan, Promosi Kesehatan tingkat preventif pada kelompok berisiko
tinggi (high risk) untuk mencegah agar tidak jatuh sakit (specific protection), Promosi
Kesehatan tingkat kuratif agar Pasien cepat sembuh atau tidak menjadi lebih parah (early
diagnosis and prompt treatment), Promosi Kesehatan pada tingkat rehabilitatif
untuk membatasi atau mengurangi kecacatan (disability limitation), dan Promosi
Kesehatan pada Pasien baru sembuh (recovery) dan pemulihan akibat penyakit
(rehabilitation).
Pedoman pelayanan promosi kesehatan rumah sakit adalah kumpulan ketentuan dasar
yang memberi arah dalam pelayanan edukasi pada pasien dan keluarga, merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi kepada
keterlibatan pasien dalam pengambilan keputusan terkait masalah kesehatan yang dialami.
a. Kesehatan adalah keadaan sehat baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial
yang memungkinkan setiap orang untuk hidupproduktif secara sosial dan ekonomi.
b. Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang
kesehatan serta memiliki pengertahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan
dibidang kesehatan untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan melakukan upaya
kesehatan.
c. Alat kesehatan adalah instrumen, set paratus, mesin dan atau implan yang tidak
mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan
dan meringankan penyakit, merawat orang sakit, memulihkan kesehatan pada
manusia, danatau membentuk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh.
d. Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan
untukmempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam
rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan
kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia.
e. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan dan atau serangkaian kegiatan yang
dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan untuk memelihara
untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk
pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit, dan pemulihan
kesehatan oleh pemerintahdan atau masyarakat.
2
f. Pelayanan kesehatan promotif adalah suatu kegiatan dan atau serangkaian kegiatan
pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan kegiatan yang bersifat promosi
kesehatan.
3
BAB II
RUANG LINGKUP
Pada dasarnya banyak tersedia peluang untuk melaksanakan promosi kesehatan di RS.
Secara umum peluang itu dapat dikategorikan sebagai berikut:
a. Di dalam gedung
Di dalam gedung RS, PKRS dilaksanakan seiring dengan pelayanan yangdiselenggarakan
rumah sakit.
Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa didalam gedung, terdapat peluang-peluang:
- Di ruang pendaftaran/adminsitrasi, yaitu di ruang dimana pasien/klien harus
melapor/mendaftar sebelum mendapatkan pelayanan RS.
- PKRS dalam pelayanan Rawat Jalan bagi pasien, yaitu di poliklinik-poliklinik seperti
poliklinik kebidanan dan kandungan, poliklinik anak, poliklinik bedah, poliklinik penyakit
dalam dan lain-lain.
- PKRS dalam pelayanan Rawat Inap bagi pasien, yaitu di ruang-ruang gawat darurat, rawat
intensif dan rawat inap.
- PKRS dalam pelayanan Penunjang Medik bagi pasien yaitu pelayanan obat/apotik dan
pelayanan laboratorium.
- PKRS dalam pelayanan bagi klien (orang sehat), yaitu seperti di pelayanan KB, konseling
gizi, bimbingan senam dan lain-lain.
- PKRS di ruang pembayaran rawat inap, yaitu di ruang di mana pasien rawat inapharus
menyelesaikan pembayaran rawat inap, sebelum meninggalkan RS.
b. Di luar gedung
Kawasan luar gedung RS yang dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk PKRS, yaitu:
- PKRS di tempat parkir, yaitu pemanfaatan ruang yang ada di lapangan/gedung parkir sejak
dari bangunan gardu parkir sampai ke sudut-sudut lapangan/ gedungparkir.
- PKRS di taman RS, yaitu baik taman-taman yang ada di depan, samping/sekitar maupun di
dalam/halaman dalam RS.
- PKRS di kelompok-kelompok masyarakat, komunitas dan perusahaan swastasekitar
lingkungan rumah sakit.
- Dinding luar rumah sakit.
- Kantin.
- Tempat ibadah.
4
BAB III
KEBIJAKAN
Dasar hukum yang digunakan dalam penyusunan pedoman ini adalah sebagai berikut :
1 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
7 Keputusan menteri kesehatan 1426 / Menkes / SK / XII / 2006 tentang Petunjuk Teknis
Promosi Kesehatan Rumah Sakit
9 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 tahun 2020 tentang Klasifikasi dan
Perizinan Rumah Sakit
5
BAB IV
TATA LAKSANA
Rawat jalan:
- Memberikan edukasi dan informasi kepada pasien mengenai kondisi
penyakitnya dan memberikan saran medis dan pemeriksaan diagnostik
(laboratorium atau radiologi) yang menunjang ketepatan diagnosa pada pasien
tersebut
6
- Mengarahkan pasien kepada dokter spesialis yang berkompeten menangani
penyakit pasien tersebut
4.3.2 Rawat inap
1. Apabila pasien baru masuk kedalam kategori diagnosa yang ditemukan di ruang
rawat inap RSIA Puri Bunda, perawat mengidentifikasi kebutuhan informasi dan
edukasi yang dibutuhkan oleh pasien sebagai edukasi kolaboratif yaitu pemberian
edukasi kepada pasien yang membutuhkan informasi dari lebih dari satu sub-unit
PKRS yaitu medical information, customer service officer, farmasi, keperawatan,
PPI dan gizi. Hal ini dimaksudkan untuk memastikan informasi dan edukasi yang
diberikan kepada pasien baik di rawat inap maupun rawat jalan, sesuai dengan
kondisi penyakitnya dan diberikan secara holistik. Maka perawat memberikan
edukasi sesuai SPO pemberian edukasi kolaboratif.
2. Apabila pasien baru tidak masuk kedalam kategori diagnosa yang belum ada maka
edukasi diserahkan kepada DPJP atau DPJP dapat mendelegasikan ke medical
information atau sub-unit PKRS yang terkait.
3. Apabila pasien dan/keluarga yang sedang dirawat di ruang rawat inap
membutuhkan informasi yang lebih dalam mengenai perjalanan penyakit, evaluasi,
rencana terapi dan lain-lain, maka perawat dapat meminta bantuan DPJP/dokter
ruangan atau sub-unit panitia PKRS yang terkait.
4. Apabila pasien sudah diperbolehkan pulang oleh DPJP, maka pemberian informasi
akan diberikan sesuai dengan poin 1-3 diatas (apabila masih membutuhkan).
5. Pemberi informasi medis dan edukasi yang berhubungan dengan clinical pathway
adalah dokter ruangan/DPJP dan informasi pulang pasien dapat diberikan oleh
perawat.
6. Setiap pasien yang diedukasi WAJIB di catat nama, nomor rekam medik, DPJP,
diagnosa dan kode leaflet pemberian edukasi (bila tersedia) atau ringkasan poin-
poin edukasi secara tertulis apabila tidak terdapat dalam leaflet yang tersedia.
7. Pemberian edukasi dan informasi dilaksanakan sesuai dengan SPO Pemberian
Edukasi dan SPO Pemberian Edukasi Kolaboratif.
8. Pencatatan pasien yang teredukasi sesuai dengan SPO Pencatatan Logbook.
7
9. Pemberian edukasi harus dilakukan selambat-lambatnya 1x24 jam dari waktu DPJP
mendiagnosa pasien.
10. Apabila ada pertanyaan pasien yang tidak dapat dijawab saat itu juga oleh DPJP,
dokter ruangan atau sub-unit panitia PKRS terkait, maka jawaban standard yang
akan diberikan adalah sebagai berikut: “Saya belum ada jawaban mengenai
pertanyaan tersebut namun akan saya konfirmasikan kepada dokter spesialis yang
merawat anda dan akan saya sampaikan jawaban pertanyaan anda secepatnya.
Mohon memberikan nomor telepon yang dapat dihubungi”.
11. Disetiap unit terkait akan disediakan 1 (satu) folder berisi lembar edukasi dari unit
yang bersangkutan, dijaga agar tetap tersedia.
8
Pelaksanaan PKRS di rawat inap kepada pasien dapat dijelaskan sesuai bagan berikut:
Pasien masuk
PROMOSI KESEHATAN
Formulir edukasi
kolaboratif
10
7. Apabila pasien datang pada saat jam kerja (Senin-Sabtu, pkl 08.00-15.00) maka
pasien dapat dijelaskan verbal dan diberikan leaflet edukasi sesuai dengan
penyakitnya oleh sub-unit PKRS terkait.
8. Apabila pasien datang diluar jam kerja seperti tertera diatas, maka pasien akan
mendapatkan informasi tertulis (leaflet) dan verbal oleh perawat unit terkait.
9. Apabila pasien ini dijelaskan lebih dalam mengenai informasi terkait penyakitnya
oleh sub-unit tertentu, maka pasien diharuskan membuat perjanjian pada hasil kerja
berikutnya.
10. Apabila pasien tidak masuk kedalam kategori diagnosa penyakit yang ada maka
informasi akan diberikan oleh DPJP terkait/ medical information (pada jam kerja)
11. Apabila pasien rawat jalan datang untuk menanyakan rencana diagnosa atau
konsultasi awal mengenai kondisi penyakitnya tanpa berobat, maka informasi akan
diberikan oleh dokter medical information sesuai dengan SPO pemberian edukasi.
4.3.5 Unit Lain Yang Terkait
1 Apabila pasien rawat jalan yang datang berobat masuk kedalam kategori diagnosa
penyakit yang ada, maka di ruang rawat jalan RSIA Puri Bunda, perawat
mengidentifikasi kebutuhan informasi dan edukasi yang dibutuhkan oleh pasien sebagai
edukasi kolaboratif yaitu pemberian edukasi kepada pasien yang membutuhkan
informasi lebih dari satu sub-unit PKRS yaitu Customer service officer, Medical
Informasi, farmasi, keperawatan, PPI dan Gizi. Hal ini dimaksudkan untukmemastikan
informasi dan edukasi yang diberikan kepada pasien baik di rawat inap maupun rawat
jalan, sesuai dengan kondisi penyakitnya dan diberikan secara holistik. Maka perawat
memberikan edukasi sesuai SPO pemberian edukasi kolaboratif.
2 Apabila pasien datang pada saat jam kerja (Senin-Sabtu, pkl 08.00-15.00) maka pasien
dapat dijelaskan verbal dan diberikan leaflet edukasi sesuai dengan penyakitnya oleh
sub-unit PKRS terkait.
3 Apabila pasien datang diluar jam kerja seperti tertera diatas, maka pasien akan
mendapatkan informasi tertulis (leaflet) dan verbal oleh perawat unit terkait.
4 Apabila pasien ini dijelaskan lebih dalam mengenai informasi terkait penyakitnya oleh
sub-unit tertentu, maka pasien diharuskan membuat perjanjian pada hasil kerja
berikutnya.
5 Apabila pasien tidak masuk kedalam kategori diagnosa penyakit yang ada maka
informasi akan diberikan oleh DPJP terkait/ medical information (pada jam kerja)
6 Apabila pasien rawat jalan datang untuk menanyakan rencana diagnosa atau konsultasi
awal mengenai kondisi penyakitnya tanpa berobat, maka informasi akan diberikan oleh
11
dokter medical information sesuai dengan SPO pemberian edukasi.
4.4 Peran MIPC dalam PKRS
Medical information for patient care (informasi medis) adalah suatu tim medis / dokter
ruangan yang berperan dalam menyediakan, menyampaikan informasi medis sertamengedukasi
pasien rawat inap mengenai kondisi yang berhubungan dengan penyakit pasien (awal dirawat,
selama perawatan dan sebelum pasien pulang. Tim tersebut merupakan titik akhir pelayanan
tim medis RSIA Puri Bunda.
Ruang lingkup:
Instalasi Rawat Inap, Instalasi rawat jalan, IGD, dan penunjang.
Tujuan:
Memberikan edukasi dan informasi kepada pasien rawat jalan dan pasien rawat inap
yang perlu penjelasan lebih dalam tentang penyakitnya dan pada saat pasien akan pulang
tentang tata cara perawatan dirumah seperti: apa yang harus dilakukan, apa yang harus
dihindari, jadwal kontrol kembali, tata cara minum obat, perubahan perilaku dan gaya
hidup, dll.
Informasi yang disediakan oleh MIPC dan dapat berikan oleh DPJP/dokter jaga kepada
pasien sebagai contoh :
1. Informasi tentang demam thypoid
2. Informasi tentang demam berdarah dengue/demam dengue
3. Informasi tentang gastroenteritis
4. Informasi tentang mioma uteri
5. Informasi tentang cystoma ovarii
6. Informasi tentang appendisitis akut
7. Informasi tentang sectio caesaria
Informasi yang disediakan oleh medical information dan dapat berikan oleh perawat
kepada pasien adalah sebagai berikut:
1. Edukasi pasien pulang post perawatan demam thypoid
2. Panduan edukasi pasien pulang post perawatan demam dengue/demam berdarah
dengue
3. Panduan pasien pulang post perawatan diare
4. Panduan edukasi pasien pulang post operasi myomectomy, cystectomy,
hysterectomy.
12
5. Panduan edukasi pasien pulang post operasi appendictomy.
6. Panduan pasien pulang post operasi hernitomy.
7. Panduan edukasi pasien pulang post operasi sesar.
8. Panduan pasien pulang post perawatan hipertensi.
Medical information for patient care berperan sebagai perencana program promosi
kesehatan serta memonitor dan mengevaluasi pelaksanaannya.
13
Gambar 4.2
Oh saya
Dia Mengerti… mengerti..
Umpan Balik
gangguan
Gambar 4.3
Dalam menuliskan kalimat yang sulit, maka komunikan harus menjabarkan hurufnya
satu persatu dengan menggunakan alfabet yaitu kode alfabet internasional.
4.5.10 Komunikasi saat memberikan edukasi kepada pasien & keluarganya berkaitan
dengan kondisi kesehatannya
Prosesnya
16
Tahap cara penyampaian informasi dan edukasi yang efektif
Setelah melalui tahap asesmen pasien, ditemukan :
1. Pasien dalam kondisi baik semua dan emosionalnya senang, maka proses
komunikasinya mudah disampaikan.
2. Jika pada tahap assesmen pasien di temukan hambatan fisik (tuna rungu dan tuna
wicara), maka komunikasi yang efektif adalah memberikan leaflet kepada pasien dan
keluarga sekandung (istri, anak, ayah, ibu, atau saudara sekandung) dan menjelaskannya
kepada mereka.
3. Jika pada tahap assesmen pasien ditemukan hambatan emosional pasien (pasien marah
atau depresi), maka komunikasi yang efektif adalah memberikan materi edukasi dan
menyarankan pasien membaca leaflet. Apabila pasien tidak mengerti materi edukasi,
pasien bisa menghubungi medical information.
17
atau keluarga pasien. Hal ini dilakukan sebagai bukti bahwa pasien dan keluarga pasien sudah
diberikan edukasi dan informasi yang benar.
Proses belajar mengajar yang efisien dan efektif yang dilakukan dipengaruhi
oleh metode yang digunakan. Pemilihan metode dalam pelaksanaan promosi kesehatan
harus dipertimbangkan secara cermat dengan memperhatikan materi atau informasi
yang akan disampaikan, keadaan penerima informasi (termasuk sosial budaya) atau
sasaran, dan hal-hal lain yang merupakan lingkungan komunikasi seperti ruang dan
waktu. Masing – masing metode memiliki keunggulan dan kelemahan, sehingga
penggunaan gabungan beberapa metode sering dilakukan untuk mamaksimalkan hasil.
1. Pengertian Metode
Metode diartikan sebagai cara atau pendekatan tertentu. Pemberdayaan dapat
dilakukan dengan melihat metode: ceramah dan tanya jawab, dialog, debat, seminar,
kampanye, petisi/resolusi, dan lain-lain. Sedangkan advokasi, dapat dilakukan dengan
19
pilihan metode: seminar, lobi dialog, negosiasi, debat, petisi/resolusi, mobilisasi, dan
lain-lain.
2. Jenis – Jenis Metode Promkes
Secara garis besar, metode dibagi menjadi dua, yaitu metode didaktif dan
metode sokratik.
a. Metode Didaktif
Metode ini didasarkan atau dilakukan secara satu arah. Tingkat keberhasilan
metode didaktif sulit dievaluasi karena peserta didik bersifat pasif dan hanya pendidik
yang aktif. Misalnya: ceramah, film, leaflet, booklet, poster dan siaran radio.
b. Metode Sokratif
Metode ini dilakukan secara dua arah. Dengan metode ini, kemungkinan antara
pendidik dan peserta didik bersikap aktif dan kreatif. Misalnya: diskusi kelompok,
debat, panel, forum, seminar, bermain peran, curah pendapat, demonstrasi, studi kasus,
lokakarya dan penugasan perorangan.
20
1) Bimbingan dan penyuluhan (Guidence and counceling)
Perubahan perilaku terjadi karena adanya kontak yang intensif antara klien
dengan petugas dan setiap masalahnya dapat diteliti dan dibantu penyelesainnya.
2) Wawancara(interview)
Untuk mengetahui apakah klien memiliki kesadaran dan pengertian yang kuat
tentang informasi yang diberikan (perubahan perilaku ynag diharapkan).
b. Metode Pendidikan Kelompok
Dalam memilih metode pada kelompok,yang harus diperhatikan adalah
besarnya kelompok sasaran dan tingkat pendidikan formalnya. Besarnya kelompok
sasaran mempengaruhi efektifitas metode yang digunakan.
1) Kelompok besar
a) Ceramah
Sasaran dapat berpendidikan tinggi maupun rendah. Penceramah
harus menyiapkan dan menguasai materi serta mempersiapkan media.
Metode dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan.
Metode ini mudah dilaksanakan tetapi penerima informasi menjadi
pasif dan kegiatan menjadi membosankan jika terlalu lama.
b) Seminar
Metode seminar hanya cocok untuk sasaran kelompok besar
dengan pendidikan formal menengah ke atas. Seminar adalah suatu
penyajian (presentasi) dari suatu ahli atau beberapa ahli tentang suatu
topik yang dianggap penting dan biasanya dianggap hangat di
masyarakat.
2) Kelompok kecil
a) Diskusi Kelompok
Metode yang dilaksanakan dalam bentuk diskusi antara pemberi dan
penerima informasi, biasanya untuk mengatasi masalah. Metode ini
mendorong penerima informasi berpikir kritis, mengekspresikan
pendapatnya secara bebas, menyumbangkan pikirannya untuk
memecahkan masalah bersama, mengambil satu alternatif jawaban atau
beberapa alternatif jawaban untuk memecahkan masalah berdasarkan
pertimbangan yang seksama.
Kelemahan metode diskusi sebagai berikut :
- Tidak dapat dipakai dalam kelompok yang besar.
- Peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas.
21
- Dapat dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara.
- Biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formal
b) Curah pendapat (Brain Storming)
Adalah suatu pemecahan masalah ketika setiap anggota mengusulkan dengan
cepat semua kemungkinan pemecahan yang dipikirkan. Kritik evaluasi atas semua
pendapat tadi dilakukan setelah semua anggota kelompok mencurahkan pendapatnya.
Metode ini cocok digunakan untuk membangkitkan pikiran yang kreatif, merangsang,
partisipasi, mencari kemungkinan pemecahan masalah, mendahului metode lainnya,
mencari pendapat-pendapat baru dan menciptakan suasana yang menyenangkan dalam
kelompok.
c) Bola salju (Snow Balling)
Metode ini dilakukan dengan membagi secara berpasangan (satu pasang - dua
orang). Setelah pasangan terbentuk, dilontarkan suatu pernyataaan atau masalah, setelah
kurang lebih 5 menit setiap 2 pasangan bergabung menjadi satu. Mereka tetap
mendiskusikan masalah yang sama dan mencari kesimpulannya. Selanjutnya, setiap 2
pasang yang sudah beranggotakan 4 orang ini bergabung lagi dengan pasangan lainnya,
demikian seterusnya akhirnya terjadi diskusi seluruh kelas.
d) Kelompok-kelompok kecil (Buzz Group)
Kelompok dibagi menjadi kelompok kecil untuk mendiskusikan masalah
kemudian kesepakatan di kelompok kecil disampaikan oleh tiap kelompok dan
kemudian di diskusikan untuk diambil kesimpulan.
e) Memainkan peranan (Role Play).
Dalam metode ini beberapa anggota kelompok ditunjuk sebagai pemegang peran
tertentu untuk memainkan peranan.
f) Permainan simulasi (Simulation Game)
Merupakan gabungan antara role play dan diskusi kelompok. Pesan-pesan
kesehatan disajikan dalam beberapa bentuk permainan seperti permainan monopoli,
menggunakan dadu, petunjuk arah dan papan monopoli. Beberapa orang menjadi
pemain dan sebagian lainnya berperan sebagai narasumber.
22
ditangkap oleh massa tersebut. Metode ini bertujuan untuk menggugah kesadaran
masyarakat terhadap suatu inovasi. Metode ini biasanya bersifat tidak langsung.
a) Ceramah umum (public speaking)
b) Pidato/diskusi
c) Simulasi
d) Menggunakan media televisi
e) Menggunakan media surat kabar
f) Bill board
Metode berdasarkan Indera Penerima. Metode melihat/memperhatikan. Dalam
hal ini pesan diterima sasaran melalui indera penglihatan, seperti : Penempelan Poster,
Pemasangan Gambar/Photo, Pemasangan Koran dinding, Pemutaran Film
a. Metode pendengaran. Dalam hal ini pesan diterima oleh sasaran melalui indera
pendengar, umpamanya: Penyuluhan lewat radio, Pidato, Ceramah, dll
b. Metode kombinasi. Dalam hal ini termasuk: Demonstrasi cara (dilihat, didengar,
dicium, diraba dan dicoba).
23
6. Materi edukasi diet:
a. Diet cair/ SONDE
b. Diet Jantung
c. Diet Rendah Kalori
d. Diet lambung
e. Diet Rendah Protein
f. Perencanaan makan untuk ibu hamil dengan diabetes
g. Diet Diabetes Melitus
h. Diet Nefropati Diabetes
i. Diet Dislipidemia
j. Hidup sehat dengan nabati
k. Diet rendah garam
l. Diet rendah purin
24
(S) Signs/Tanda dan gejala
Yaitu bukti dari adanya masalah dari data objektif (pengukuran) dan dari data subjektif
mengenai apa yang dirasakan oleh pasien.
4.7.3 Intervensi Gizi
Tujuan
Mengatasi atau memperbaiki masalah gizi dengan merencanakan dan mengimplementasikan
intervensi gizi yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan pasien.
Strategi Intervensi Gizi
1. Food and Nutritient Delivery
Menyediakan atau merekomendasikan makanan/gizi sesuai ketentuan, termasuk
makanan, snack, makanan cair dan parenteral maupun suplemen.
2. Edukasi Gizi
Proses formal atau mengajari dan melatih pasien mengenai mengelola/memodifikasi
makanan atau kebiasaan makan sehari-hari.
3. Konsultasi Gizi
Proses dukungan pada pasien untuk menetapkan prioritas, membuat tujuan, rencana
kegiatan yang disetujui serta hendaknya kegiatan tersebut bisa dilaksanakan.
4. Koordinasi Pelayanan Gizi
Merujuk atau mengkonsulkan dengan institusi pemberi layanan kesehatan lainnya yang
dapat mengatasi masalah gizi.
25
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan dalam pemberian informasi bagi pasien dan keluarga
mengenai hak yang dapat diterima dalam pelayanan kesehatan maupun informasi kewajiban
dan tanggung jawab rumah sakit sebagai penyedia pelayanan diantaranya ;
Informasi peraturan yang berlaku di rumah sakit (dalam bahasa yang biasa digunakan)
berupa media tertentu dapat diletakkan di ruang tunggu pasien.
Informasi termasuk perkiraan biaya perawatan.
Materi informasi disediakan dalam beberapa bentuk seperti materi tertulis, informasi
langsung secara lisan, maupundalam bentuk gambar serta dalam beberapa bahasa yang
relevan digunakan.
Customer service juga memberikan informasi dalam pelayanan penerjemah bahasa
bagi tercapainya komunikasi efektif dan keselamatan pasien. Rumah sakit tidak
mengenakan biaya tambahan bagi pasien dalam pelayanan tersebut.
Rumah sakit mengakomodasi segala bentuk kebutuhan akan pelayanan yang
dibutuhkan dalam menunjang hak dan privasi pasien.
Rumah sakit memiliki satu line telepon khusus dalam mengakomodasi segala
kebutuhan pasien selama masa perawatan.
Customer service mengumpulkan data survey kepuasan pasien yang berobat di rumah
sakit dan dilakukan evaluasi dalam upaya perbaikan kualitas rumah sakit dalam
pelayanan maupun penyediaan kebutuhan pasien.
Dalam Panitia PKRS, peranan Kebidanan sangatlah penting untuk meningkatkan standar
mutu pelayanan ibu dan anak di RSIA Puri Bunda melalui promosi kesehatan yang mencakupi:
1. Masalah pada bayi dan solusinya
2. Insisasi Menyusui Dini (IMD)
3. Tatacara pemberian ASI yang benar
4. Informasi rawat gabung / Rooming in
5. Perawatan Metode Kangguru (PMK)
6. Edukasi pasien sebelum pulang
7. Materi kehamilan dan persalinan
8. Materi Penyuluhan Imunisasi
Jadwal pemberian informasi kepada pasien dilaksanakan paling lambat 1 x 24jam atau
mengikuti pedoman pelayanan kebidanan.
26
4.10 Pemberian Informasi Farmasi
Pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem
pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat
yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik yang terjangkau bagi semua lapisan
masyarakat. Sub-unit tersebut bertujuan untuk menyelenggarakan kegiatan pelayanan
profesional berdasarkan prosedur kefarmasian dan etik profesi serta melaksanakan KIE
(Komunikasi Informasi dan Edukasi) mengenai obat.
Pelayanan informasi farmasi terdiri atas:
1. Pelayanan Informasi Obat (PIO) dan konselling tatacara minum obat bagi pasien
2. Informasi pelayanan farmasi pasien rawat inap
3. Informasi pelayanan farmasi pasien akan pulang Informasi pelayanan farmasi
pasien rawat jalan
27
Ada beberapa kondisi dimana rasa nyeri tidak harus dikurangi dengan obat- obatan,nyeri
yang berhubungan dengan masalah psikologis dan emosional dapat dikurangi dengan perhatian
dan kepedulian para klinisi.Untuk pasien dengan kebutuhan khusus seperti pada bayi,anak-anak
dan orang tua yang bermasalah tidak bisa mengkomunikasikan letak nyeri maka digunakan
pengukuran kombinasi anatara penilaian wajah, gerakan ekstremitas yang gelisah, aktifitas,
menangis dan mengerang.
Assesmen dengan sistem PQRST ceklist
29
BAB V
DOKUMENTASI
Dokumentasi adalah segala bentuk informasi kegiatan Tim PKRS tertulis dalam rangka
promosi kesehatan yang dibuat oleh dan dari unit-unit PKRS yang meliputi:
1. Leaflet
Berikut alur permintaan leaflet habis dan permintaan membuat leaflet baru
CSO
TIM PKRS
2. Banner
3. Papan informasi
4. Poster
5. Layar monitor ruang tunggu
Dan segala kegiatan Tim PKRS akan dilakukan pelaporan yang berisi antara lain:
1. Undangan
2. Materi
3. Absensi
4. Notulensi
5. Dokumentasi foto kegiatan
6. Laporan kegiatan
7. Laporan triwulan
8. Laporan tahunan
9. Jika ada rapat maka Tim PKRS membuat UMAND
Semua dokumen ini digunakan untuk meningkatkan kualitas pelayanan PKRS dan
penerapan pelayanan PKRS bagi setiap pasien.
30
BAB VI
PENUTUP
Pedoman Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) ini disusun agar menjadi acuan
dalam pengembangan kegiatan PKRS dan pengembangan akreditasi Rumah Sakit yang
berhubungan dengan promosi kesehatan. Pedoman ini merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dengan upaya meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan Rumah sakit.
Sebagai penutup kiranya dapat diingatkan kembali bahwa PKRS bukanlah urusan
mereka yang bertugas di Tim PKRS saja, PKRS adalah tanggung jawab dari Direksi RS, dan
menjadi urusan (tugas) bagi hampir seluruh jajaran RS. Yang paling penting dilaksanakan
dalam rangka PKRS adalah upaya-upaya pemberdayaan, baik pemberdayaan terhadap pasien
(rawat jalan dan rawat inap) maupun terhadapa klien sehat.
Namun demikian, upaya-upaya pemberdayaan ini akan lebih berhasil jika didukung
oleh upaya-upaya bina suasana dan advokasi. Bina suasana dilakukan terhadapa mereka yang
paling berpengaruh terhadap pasien/klien. Sedangkan advokasi dilakukan terhadap mereka
yang dapat mendukung dan membantu RS dari segi kebijakan (peraturan perundang-undangan)
dan sumber daya, dalam rangka memberdayakan pasien/klien.
Banyak sekali peluang untuk melaksanakan PKRS, dan peluang-peluang tersebut harus
dapat dimanfaatkan dengan baik, sesuai dengan fungsi dari peluang yang bersangkutan.
31
TINJAUAN PUSTAKA
32
33