Anda di halaman 1dari 19

PEDOMAN PENGORGANISASIAN

PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT

(PKRS)

RUMAH SAKIT BUKIT LEWOLEBA

RUMAH SAKIT BUKIT LEWOLEBA

2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Di masa yang lampau sistem kesehatan lebih banyak berorientasi pada


panyakit yaitu hanya menunggu sampai ada yang sakit, barulah kemudian yang
bersangkutan diberi pengobatan. Dalam keadaaan yang memerlukan, pasien dirawat di
rumah sakit. Sesudah sembuh dipulangkan, lalu kambuh dengan penyakit yang sama
sehingga yang bersangkutan dirawat kembali di rumah sakit. Demikian siklus ini
berlangsung terus, kemudian disadari, bahwa untuk memelihara kesehatan masyarakat
diperlukan sesuatu rangkaian usaha yang lebih luas, dimana perawatan dan pengobatan
rumah sakit hanyalah salah satu bagian kecil dari rangkaian usaha tersebut.
Efektivitas suatu pengobatan, selain dipengaruhi oleh pola pelayanan
kesehatan yang ada serta sikap dan keterampilan para pelaksanannya, juga sangat
dipengaruhi oleh lingkungan, sikap, pola hidup pasien dan keluarganya. Selain itu,
tergantung juga pada kerjasama yang positif antara petugas kesehatan dengan pasien
dan keluarganya. Kalau pasien dan keluarganya memiliki pengetahuan tentang cara-
cara penyembuhan dan pencegahan penyakitnya, serta keluarga pasien mampu dan mau
berpartisipasi secara positif, maka hal ini akan membantu peningkatan kualitas
kesahatan masyarakat pada umumnya.
Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) berusaha mengembangkan
pengertian pasien, keluarga, dan pengunjung rumah sakit tentang penyakit dan
pencegahannya. Selain itu, PKRS juga berusaha menggugah kesadaran dan minat
pasien, keluarga, dan pengunjung rumah sakit untuk berperan secara aktif dan positif
dalam berusaha penyembuhan dan pencegahan penyakit. Oleh karena itu, PKRS
merupakan bagian yang tidak terpisah dari program pelayanan kesehatan rumah sakit.

B. Isu Strategis
Promosi kesehatan di rumah sakit telah diselanggarakan sejak tahun
1994 dengan nama Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit (PKMRS). Seiring
dengan pengembangannya, pada tahun 2003, istilah PKMRS berubah menjadi promosi
Kesehatan Rumah Sakit (PKRS). Berbagai kegiatan telah dilakukan untuk
mengembangkan PKRS seperti penyusunan pedoman PKRS, advokasi dan sosialisasi
PKRS kepada Direktur rumah sakit pemerintah, pelatihan PKRS, pengembangan dan
distribusi media serta pengembangan model PKRS. Namun pelaksanaan PKRS dalam
kurun waktu lebih dari 15 tahun belum memberikan hasil yang maksimal dan
kesinambungannya di rumah sakit tidak terjaga dengan baik tergantung pada kuat
tidaknya komitmen Direktur rumah sakit.
Berdasarkan hal tersebut, beberapa isu strategis yang muncul dalam
promosi kesehatan di rumah sakit, yaitu:
1. Sebagian besar rumah sakit belum menjadikan PKRS sebagai salah satu
kebijakan upaya pelayanan kesehatan di rumah sakit.
2. Sebagian besar rumah sakit belum memberikan hak pasien untuk mendapatkan
informasi tentang pencegahan dan pengobatan yang berhubungan dengan
penyakitnya.
3. Sebagian besar rumah sakit belum mewujudkan tempat kerja yang aman, bersih
dan sehat.
4. Sebagian besar rumah sakit kurang menggalang kemitraan untuk meningkatkan
upaya pelayanan yang bersifat preventif dan promotif.
Keputusan menteri kesehatan Republik Indonesia nomor
574/MENKES/SK/ VI/2000 tentang Kebijakan Pembangunan Kesehatan Menuju
Indonesia Sehat 2010, pemberian promosi kesehatan yang menyeluruh kepada pasien
mengenai merupakan hak pasien dan kewajiban rumah sakit dan seluruh tim medis
rumah sakit. Informasi yang diberikan dapat mencakup upaya peningkatan kesehatan
(promotif), pencegahan kesehatan (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan
pemulihan kesehatan (rehabilitative). Promosi kesehatan harus dilaksanakan secara
menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan, serta dilaksanakan bersama antara unit-
unit rumah sakit yang terkait sesuai dengan keputusan menteri kesehatan Republik
Indonesia nomor 1426/MENKES/SK/XII/2006 tentang Petunjuk Teknis Promosi
Kesehatan Rumah Sakit.
Pemberian informasi medis yang menyeluruh juga dapat membantu
pasien untuk menentukan pilihan diagnostik, terapi maupun rehabilitasi yang nantinya
akan mempengaruhi prognosisnya, sehingga sejalan dengan etika kedokteran mengenai
autonomi pasien. Hal ini juga diharapkan akan membangun hubungan dokter dan rumah
sakit kepada pasien, meningkatkan mutu pelayanan serta menimbulkan rasa percaya dan
aman sehingga komplians pasien juga diharapkan akan lebih baik. Berdasarkan hal
tersebut diatas dan dalam rangka peningkatan mutu pelayanan medis rumah sakit, maka
dibentuklah panitia Promosi Kesehatan oleh Rumah Sakit (PKRS).
C. Dasar Hukum

1. Undang-undang RI nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan:


a. Pasal 7
Setiap orang berhak untuk mendapatkan informasi dan edukasi tentang
kesehatan yang seimbang dan bertanggungjawab.

b. Pasal 8
Setiap orang berhak memperoleh informasi tentang data kesehatan dirinya
termasuk tindakan dan pengobatan yang telah maupun yang akan
diterimanya dari tenaga kesehatan.

c. Pasal 10
Setiap orang berkewajiban menghormati hak orang lain dalam usaha
memperoleh lingkungan yang sehat baik fisik, biologi, maupun sosial.

d. Pasal 11
Setiap orang berkewajiban berperilaku hidup sehat untuk mewujudkan,
mempertahankan, dan memajukan kesehatan yang setinggi-tingginya.

e. Pasal 17
Pemerintah bertanggungjawab atas ketersediaan akses terhadap informasi,
edukasi, dan fasilitas pelayanan kesehatan untuk meningkatkan dan
memelihara derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

f. Pasal 18
Pemerintah bertanggungjawab memberdayakan dan mendorong peran aktif
masyarakat dalam segala bentuk upaya kesehatan.

g. Pasal 47
Upaya kesehatan diselenggarakan dalam bentuk kegiatan dengan pendekatan
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara
terpadu, meyeluruh dan berkesinambungan.
h. Pasal 55
1. Pemerintah wajib menentapkan standar mutu pelayanan kesehatan.
2. Standar mutu pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksudkan pada ayat
(1) diatur dengan peraturan peraturan pemerintah.

i. Pasal 62
1. Peningkatan kesehatan merupakan segala bentuk upaya yang dilakukan
oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat untuk
mengoptimalkan kesehatan melalui kegiatan penyuluhan,
penyebarluasan informasi, atau kegiatan lain untuk menunjang
tercapainya hidup sehat.
2. Pencegahan penyakit merupakan segala bentuk upaya uang dilakukan
oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan atau masyarakat untuk
menghindari atau mengurangi resiko, masalah dan dampak buruk akibat
penyakit.
3. Pemerintah kota maupun pemerintah daerah menjamin dan menyediakan
fasilitas untuk kelangsungan upaya peningkatan kesehatan dan
pencegahan penyakit
4. Ketentuan berlanjut tentang upaya peningkatan kesehatan dan
pencegahan penyakit diatur dengan peraturan Menteri.
j. Pasal 115
1. Kawasan Tanpa Rokok (KTR) pada fasilitas pelayanan kesehatan.
2. Pemerintah Daerah wajib menetapkan Kawasan Tanpa Rokok di
wilayahnya.

k. Pasal 168
1. Untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang efektif dan efesien
diperlukan informasi kesehatan.
2. Informasi kesehatan sebagaimana dimaksudkan ayat (1) dilakukan
melalui sistem informasi dan melalui lintas sektor.
3. Ketentuan lebih lanjut mengenai sistem informasi sebagaimana
dimaskudkan pada ayat (2) diatur oleh Peraturan Pemerintah.

2. Undang-undang RI nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit:


a. Pasal 1
Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan
pelayana rawat inap, rawat jalan, dan pelayanan gawat darurat.

b. Pasal 4
Rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan
secara paripurna.

c. Pasal 10, ayat 2


Bangunan rumah sakit paling sedikit terdiri atas ruang , butir m) ruang
penyuluhan kesehatan masyarakat rumah sakit.

d. Pasal 29
Setiap Rumah Sakit mempunyai kewajiban; butir a) memberikan informasi
yang benar tentang pelayanan Rumah sakit kepada masyarakat.

e. Pasal 32
Setiap pasien mempunyai hak, butir d) memperoleh pelayanan kesehatan
yang bermutu sesuai dengan stadar profesi dan standar prosedur operasional.

3. Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 267/MENKES/SK/II/2010 tentang


Penetapan Road Map Reformasi Kesehatan Masyarakat, dimana hal ini tidak
terpisahkan dengan rencana strategis (renstra)kementerian kesehatan tahun 2010-
2014. Salah satu prioritas reformasi kesehatan yang dimaksud adalah rumah sakit
Indonesia kelas dunia (World Class Hospital).
4. Peraturan Meneteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 004 tahun 2012 tentang
Pedoman Teknis Promosi Kesehatan Rumah Sakit.

BAB II
GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT

Sejarah Singkat Rumah Sakit Bukit Lewoleba

Pada pertengahan tahun 1962, bermula dari keprihatinan Mgr. Antonius Thijssen,
SVD Bapak Uskup Larantuka saat itu sekaligus sebagai pimpinan Yayasan Pengurus
Gereja Katolik dan Papa Miskin Reinha Rosari Di Wilayah Gereja Vikariat Apostolik
Larantuka, terhadap tingkat kematian di Flores Timur yang masih sangat tinggi akibat dari
rendahnya tingkat kesehatan masyarakat. Beliau menyadari bahwa pelayanan kesehatan
merupakan prioritas yang harus diutamakan untuk meningkatkan kualitas hidup
masyarakat.
Melihat belum adanya satupun rumah sakit di Flores Timur, Mgr. Antonius Thijssen,
SVD bersama Pater Ben Brabander, Deken Dekenat Lembata menyatakan gagasan mereka
untuk mendirikan sebuah rumah sakit swasta Katolik di pulau Lembata, yang berlokasi di
Lewoleba.
Dengan berbagai usaha, akhirnya pada tanggal 15 Mei 1962, Mgr. A.H. Thijssen,
SVD memperoleh Surat Keputusan Pengawas Kepala Dinas Kesehatan Nusa Tenggara
Timur No. 2/1962 tentang Ijin untuk membangun dan membuka Rumah sakit Pembantu di
Lewoleba (pulau Lomblen) dan Rumah Sakit di Kiwangona (Pulau Adonara). Maka
dipilihlah lokasi tempat akan dibangunnya rumah sakit di Lewoleba. Berbagai pilihan
lokasi diajukan, lengkap dengan argumen masing-masing. Pilhan akhirnya jatuh pada
sebuah lokasi perbukitan, kira-kira 3 km jaraknya dari pusat kota Lewoleba. Pada tanggal
01 Februari 1967, sebagian bangunan rumah sakit sudah bisa diselesaikan dan pada tanggal
09 September 1967, Rumah Sakit tersebut resmi dibuka. Dan karena letaknya di daerah
perbukitan maka rumah sakit tersebut diberi nama Rumah Sakit Bukit.
Pada September 1967 Menteri Kesehatan Republik Indonesia mengeluarkan Ijin
Mendirikan Rumah Sakit Nomor :
Selanjutnya izin operasional tetap Rumah Sakit Bukit Lewoleba ditetapkan dengan SK
Bupati Lembata Nomor : 414 Tahun 2015 pada tanggal 12 Desember 2015 untuk jangka
waktu 5 tahun.
Sebagai Rumah Sakit Swasta Katolik, Rumah Sakit Bukit Lewoleba selalu berupaya
meningkatkan mutu pelayanan, baik pelayanan kesehatan maupun pelayanan kerohanian.
Ciri khas kekatolikan senantiasa dipertahankan dalam proses pelayanannya, salah satunya
dengan melibatkan suster - suster komunitas Carolus Boromeus dalam pelayanan di Rumah
Sakit Bukit Lewoleba. Karya pelayanan suster - suster serikat Carolus Boromeus di Rumah
Sakit Bukit, kemudian berakhir pada tahun 2002. Selanjutnya untuk menggantikan
pelayanan pastoral di dalam komunitas Rumah Sakit Bukit, Uskup Larantuka kemudian
memberikan peran tersebut kepada suster – suster tarekat Putri Reinha Rosari

BAB III
VISI, MISI, TUJUAN, FALSAFAH, NILAI KERJA, MOTTO
RUMAH SAKIT BUKIT LEWOLEBA

A. Visi
Visi Rumah Sakit Bukit Lewoleba adalah gambaran arah
pembangunan atau kondisi masa depan yang ingin dicapai Rumah Sakit Bukit melalui
penyelenggaraan tugas dan fungsi dalam kurun waktu 5 (lima) tahun yang akan
datang.Visi dan Misi Rumah Sakit Bukit menunjukkan apa yang menjadi cita-cita
layanan terbaik Rumah Sakit Bukit baik dalam upaya mewujudkan visi dan misi
maupun dalam upaya mencapai kinerja pembangunan daerah pada aspek
kesejahteraan, layanan, dan peningkatan daya saing daerah dengan
mempertimbangkan permasalahan dan isu strategis yang relevan.
Sebagai gambaran tentang apa yang ingin diwujudkan di akhir periode
perencanaan yang menggambarkan tujuan utama penyelenggaraan Tugas Pokok dan
Fungsi, perumusan Visi Rumah Sakit Bukit tahun 2017-2022 adalah :

“Menjadi Rumah Sakit yang bermutu dan unggul dalam pelayanan


berlandaskan nilai - nilai kristiani”

B. Misi
Misi Rumah Sakit Bukit Lewoleba adalah rumusan umum mengenai
upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi
Rumah Sakit Bukit. Rumusan berfungsi membantu lebih jelas penggambaran visi
Rumah Sakit Bukit Lewoleba yang ingin dicapai, serta menguraikan upaya-upaya
yang harus dilakukan oleh Rimah Sakit Bukit.
Dalam suatu dokumen perencanaan, rumusan misi menjadi penting
untuk memberikan kerangka bagi tujuan dan sasaran yang ingin dicapai, dan
menentukan jalan yang akan ditempuh untuk mencapai visi.
Dalam upaya perwujudan visi Rumah Sakit Bukit, maka dirumuskan
misi untuk memberikan arah dan batasan pencapaian tujuan dan sasaran sebagai
berikut :
1. Meningkatkan standar pelayanan yang berfokus pada pasien
2. Meningkatkan kualitas SDM
3. Melakukan penguatan lembaga
4. Membangun system keuangan yang berimbang, stansparan dan akuntable
5. Membangun jejaring dengan semua stakeholder

C. Nilai –nilai dasar


Bela rasa
Unggul
Kekeluargaan
Ikhlas
Tanggung jawab
Kepedulian
Adil
Sistem
Integritas
Hormat

D. Motto
Motto Rumah Sakit Bukit “Melayani dengan Kasih”

BAB IV
STRUKTUR ORGANISASI
RUMAH SAKIT BUKIT

A. Struktur Organisasi Rumah Sakit Bukit

BAB V
STRUKTUR ORGANISASI
TIM PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT (PKRS)

DIREKTUR RS BUKIT

KETUA TIM PKRS

SEKRETARIS

WAKIL KETUA TIM


PKRS

ANGGOTA
ANGGOTA
ANGGOTA

BAB VI
URAIAN JABATAN
TIM PKRS RUMAH SAKIT BUKIT

A. Ketua PKRS
1. Nama Jabatan : Ketua
2. Pengertian : seorang professional yang diberi tugas dan wewenang untuk dapat
memimpin dalam menjalankan pelaksanaan kegiatan PKRS Rumah Sakit Bukit.
3. Tanggung jawab : secara administratif dan fungsional bertanggungjawab seluruhnya
terhadap pelaksanaan kegiatan PKRS di Rumah Sakit Bukit.
4. Tugas pokok : mengkoordinasikan semua pelaksanaan kegiatan PKRS di Rumah
Sakit Bukit
5. Uraian tugas :
a. Menyusun dan merencanakan pelaksanaan program kerja kegiatan PKRS.
b. Memimpin, mengkoordinir dan mengevaluasi pelaksanaan operasional
kegiatan PKRS secara efektif , efisien dan bermutu.
c. Bertanggung jawab terhadap koordinasi dengan bagian unit kerja terkait.
d. Memberikan pembinaan terhadap anggota PKRS.
e. Membuat daftar inspeksi ke semua unit terkait.
f. Memimpin pertemuan rutin setiap bulan dengan anggota PKRS untuk
membahas dan menginformasikan hal – hal penting yang berkaitan dengan
PKRS.
g. Menghadiri pertemuan manajemen, bila dibutuhkan.
h. Menjalin kerjasama antar unit terkait.
i. Meningkatkan pengetahuan anggota, membuat dan memperbaiki cara kerja
dan pedoman kerja yang aman dan efektif.
6. Wewenang:
a. Memberikan penilaian kinerja anggota PKRS.
b. Membuat dan menetapkan prgram kerja PKRS.
7. Hasil Kerja
a. Daftar tugas untuk anggota PKRS.
b. Usulan perencanaan ketenagaan dan fasilitas yang dibutuhkan pada PKRS.
c. Program Kerja PKRS
d. Bahan materi edukasi

B. Wakil Ketua PKRS


1. Nama Jabatan : Wakil Ketua PKRS.
2. Pengertian : seseorang yang ahli dalam bidang PKRS dan mampu dalam
menjalankan pelaksanaan kegiatan PKRS.
3. Tanggung Jawab : secara administratif dan fungsional bertanggung jawab kepada
ketua PKRS serta mewakilkan Ketua PKRS apabila Ketua PKRS berhalangan.
4. Tugas Pokok : ikut berperan serta dalam pelaksanaan kegiatan PKRS.
5. Uraian Tugas :
a. Menjadi mitra Ketua PKRS untuk memimpin, mengkoordinir dan
mengevaluasi pelaksanaan operasional PKRS secara efektif, efisien dan
bermutu.
b. Menjadi mitra Ketua PKRS untuk bertanggung jawab terhadap koordinasi
dengan bagian unit kerja terkait.
c. Menjadi mitra Ketua PKRS untuk memberikan pembinaan terhadap anggota
PKRS.
d. Menjadi mitra Ketua PKRS untuk membuat daftar inspeksi ke semua unit
terkait membuat dan menanda tangani surat keluar serta melakukan pekerjaan
administrasi termasuk pengarsipannya.
e. Menjadi mitra Ketua PKRS untuk meningkatkan pengetahuan anggota,
membuat dan memperbaiki cara kerja dan pedoman kerja yang aman dan
efektif.
f. Memberikan pertimbangan atau saran pada perencanaan, pengembangan
program dan memfasilitasi kegiatan PKRS.
g. Membuat analisa kinerja PKRS.
6. Uraian Wewenang : menjadi mitra ketua PKRS
7. Hasil Kerja :
a. Usulan perencanaan ketenagaan dan fasilitas yang dibutuhkan pada kegiatan
PKRS
b. Laporan evaluasi dan monitoring pelaksanaan Program Kerja PKRS secara
menyeluruh

C. Sekretaris
1. Tanggung Jawab : secara administratif dan fungsional bertanggung jawab kepada
ketua PKRS
2. Tugas Pokok : ikut berperan serta dalam pelaksanaan kegiatan program PKRS

3. Uraian Tugas :
a. Mengatur rapat dan jadwal rapat PKRS
b. Menyiapkan ruang rapat dan perlengkapannya yang diperlukan, termasuk
konsumsi, khususnya bila rapat berlangsung saat waktu makan siang atau sore
c. Membuat dan menanda tangani surat keluar serta melakukan pekerjaan
administrasi termasuk pengarsipannya
d. Menyusun kesimpulan sidang dan notulen rapat
e. Memberikan pertimbangan atau saran pada perencanaan, pengembangan
program dan fasilitasi kegiatan PKRS.
4. Uraian Wewenang : meminta informasi dan arahan dari Ketua PKRS
5. Hasil Kerja: dokumentasi administrasi pelaksanaan kegiatan PKRS

D. ANGGOTA
1. Tanggung Jawab : secara administratif dan fungsional bertanggung jawab kepada
ketua PKRS, Wakil Ketua PKRS dalam pelaksanaan penyuluhan /pendidikan
individu dan kelompok pada program kerja PKRS.
2. Tugas Pokok : ikut berperan serta dalam pelaksanaan kegiatan program PKRS,
membantu pelaksanaan semua kegiatan penyuluhan /pendidikan individu pada
program kerja PKRS
3. Uraian Tugas :
a. Mengelola peralatan penyuluhan & menginventarisasi barang milik PKRS
b. Mempersiapkan sarana perlengkapan kegiatan pelayanan penyuluhan baik
penyuluhan individu maupun kelompok
c. Merekam dan mendokumentasikan kegiatan penyuluhan baik yang disiarkan
melalui TV, radio maupun kegiatan lain yang dipandang perlu
d. Menyampaikan infromasi pelayanan rumah sakit /berita penyuluhan /materi
penyuluhan melalui Intranet /Website ke pelanggan termasuk upload foto yang
diperlukan
e. Menyimpan hasil dokumentasi
f. Mengidentifikasi kebutuhan penyuluhan kesehatan yang ada di rumah sakit
dan masyarakat.
g. Melaporkan kebutuhan penyuluhan kesehatan yang ada di rumah sakit dan
masyarakat.
h. Melakukan survey pelaksanaan program kerja di rumah sakit dan masyarakat.
4. Uraian Wewenang : meminta informasi dan arahan kepada Ketua PKRS, berdiri
secara mandiri dan aktif untuk memberikan saran dan masukan mengenai
penyuluhan /pendidikan individu dan kelompok pada program kerja PKRS.

5. Hasil Kerja:
a. Identifikasi kebutuhan penyuluhan kesehatan per unit kerja
b. Pelaksanaan program kerja PKRS di masing-masing unit
c. Penerapan pedoman PKRS kebutuhan penyuluhan kesehatan
d. Penerapan SPO PKRS kebutuhan penyuluhan kesehatan
e. Laporan evaluasi kerja

BAB VII
POLA KETENAGAAN DAN KUALIFIKASI PERSONIL
TIM PKRS

A. Ketua PKRS
1. Nama Jabatan : Ketua
2. Pengertian : seorang professional yang diberi tugas dan wewenang untuk dapat
memimpin dalam menjalankan pelaksanaan kegiatan PKRS.
3. Persyaratan dan kualifikasi:
a. Pendidikan formal : dokter atau perawat.
b. Pengalaman kerja : pengalaman kerja sebagai dokter atau perawat medical
informasi di rawat inap dan rawat jalan.
c. Ketrampilan : memiliki bakat dan minat, berdedikasi tinggi, berkepribadian
yang menarik, dapat bersosialisasi dengan baik dan profesional.

B. Wakil Ketua PKRS


1. Nama Jabatan : Wakil Ketua PKRS
2. Pengertian : seseorang yang ahli dalam bidang PKRS dan mampu dalam
menjalankan pelaksanaan kegiatan PKRS
3. Persyaratan dan Kualifikasi :
a. Pendidikan Formal : dokter atau perawat
b. Pengalaman Kerja : pengalaman bekerja sebagai dokter atau perawat medical
information di rawat inap dan rawat jalan
c. Ketrampilan : memiliki bakat dan minat serta dedikasi tinggi, berkepribadian
mantap dan emosional yang stabil
d. Berbadan sehat jasmani dan rohani.

C. Sekretariat
1. Nama Jabatan : Sekretaris PKRS
2. Pengertian : seseorang yang ahli dalam bidang administrasi kegiatan PKRS dan
mampu dalam menjalankan pelaksanaan Kegiatan PKRS
3. Persyaratan dan Kualifikasi :
a. Pendidikan Formal : berijazah D3 dari unit terkait
b. Pendidikan Non Formal : -
c. Pengalaman Kerja : memiliki pengalaman sebagai tenaga administrasi
kegiatan.
d. Ketrampilan : memiliki bakat dan minat serta dedikasi tinggi, berkepribadian
mantap dan emosional yang stabil
e. Berbadan sehat jasmani dan rohani.

D. ANGGOTA
1. Nama Jabatan : Anggota
1. Pengertian : seseorang yang ahli dalam bidang penyediaan sarana dan prasarana
pelaksanaan kegiatan PKRS dan mampu bekerjasama dengan unti kerja terkait
untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan PKRS. Dan mampu mengidentifikasi
kebutuhan promosi kesehatan yang terkait dan memfollow up pelaksanaan dan
penerapaan program kerja PKRS dalam masing – masing bagian atau unit kerja

2. Persyaratan dan Kualifikasi :


a. Pendidikan Formal : berijazah D3 dari unit terkait
b. Pendidikan Non Formal : -
c. Pengalaman Kerja : memiliki pengalaman sebagai staf sarana dan prasarana
kegiatan di rumah sakit .
d. Ketrampilan : memiliki bakat dan minat serta dedikasi tinggi, berkepribadian
mantap dan emosional yang stabil
e. Berbadan sehat jasmani dan rohani.
3. Tanggung Jawab : secara administratif dan fungsional bertanggung jawab kepada
Ketua dan Wakil Ketua PKRS dalam pelaksanaan program kerja PKRS di setiap
unitnya masing-masing.
4. Tugas Pokok : membantu pelaksanaan semua kegiatan PKRS di unit masing-
masing.
5. Uraian Tugas :
a. Mengidentifikasi kebutuhan penyuluhan kesehatan yang ada di unit kerja
masing – masing.
b. Melaporkan kebutuhan penyuluhan kesehatan yang ada di unit kerja masing
– masing.
c. Melakukan survey pelaksanaan program kerja di unit kerja masing – masing.
6. Uraian Wewenang : berdiri secara mandiri dan aktif untuk memberikan saran dan
masukan mengenai penyuluhan kesehatan yang dibutuhkan per unit masing-
masing.Hasil Kerja:
a. Identifikasi kebutuhan penyuluhan kesehatan per unit kerja
b. Pelaksanaan program kerja PKRS di masing-masing unit
c. Penerapan pedoman PKRS kebutuhan penyuluhan kesehatan
d. Penerapan SPO PKRS kebutuhan penyuluhan kesehatan
e. Laporan evaluasi kerja

BAB VIII
TATA HUBUNGAN KERJA TIM PKRS

Wakil Direktur
Pelayanan

Ketua Panitia PKRS Wakil Ketua Panitia


PKRS

Sekretaris

Customer Keperawatan Medical Rekam Medis Gizi


Service (Perawat & Information
Bidan)

Rehabilitas Farmasi
Medis

Keterangan :
 Tim PKRS langsung dibawahi oleh Wakil Direktur Pelayanan rumah sakit.
 Ketua PKRS bertanggung jawab langsung kepada Wakil Direktur pelayanan Rumah
sakit.
 Wakil ketua PKRS PKRS bertanggung jawab langsung kepada Ketua PKRS dan
berlaku sebagai mitra.
 Ketua dan wakil ketua PKRS bermitra untuk mengkoordinasikan setiap anggota
PKRS
 Sekretaris bertanggungjawab langsung kepada ketua PKRS dan diharuskan
menyusun rapat, membuat notulen rapat dan sidang PKRS
 Setiap anggota PKRS berdiri mandiri dan aktif untuk membuat, melaksanakan dan
menerapkan program kerja PKRS di bagian/unit masing – masing kerja.
 Setiap anggota PKRS berkewajiban membuat identifikasi kebutuhan promosi
kesehatan dan menyarankan program kerja yang sesuai serta bertanggungjawab
langsung kepada Ketua PKRS
 Hasil dari identifikasi kebutuhan promosi kesehatan dianalisa dan diolah di Tim
PKRS untuk selanjutnya ditindak lanjuti dan diterapkan oleh Tim PKRS, Customer
Service Keperawatan (perawat & bidan), Medical Information, Rekam Medis,
Rehabilitasi Medis, Farmasi, Gizi, Wakil ketua Tim PKRS, Ketua Tim PKRS,
Direktur Pelayanan, Sekretaris.

BAB IX
MONITORING DAN EVALUASI

Monitoring kinerja PKRS dilakukan dengan pemantauan setiap hari oleh setiap PJ
unit terkait, dokumentasi permintaan PKRS di status pasien, pencatatan pasien yang
teredukasi di LOGBOOK (unit dan edukasi kolaboratif) dan formulir pemberian informasi
dan formulir pemberian edukasi kolaboratif. Monitoring jumplah pamflet yang tersedia
dilakukan dengan penyediaan 50 lembar untuk setiap topik materi edukasi disetiap unit
terkait setiap bulannya dan dilakukan refill atau pengisian ulang setiap bulannya. Apabila
pamflet habis sebelum sebulan, maka permintaan pamflet dapat dilakukan ke panitia
PKRS (lihat lembar permintaan pamflet edukasi) Evaluasi kualitas sumberdaya manusia
dan fasilitas dilakukan dengan survey lapangan setiap bulan dan pelatihan mengnai materi
edukasi unit-unit PKRS setiap 6 bulan sekali. Evaluasi kinerja panitia PKRS dilakukan
dengan laporan bulan dari setiap unit PKRS, laporan bulanan panitia PKRS dan survery
kepuasan pelanggan setiap 3 bulan.

BAB X
DOKUMEN BUKTI
Dokumen bukti adalah segala bentuk informasi tertulis dalam rangka promosi kesehatan
yang dibuat oleh dan dari unit-unit PKRS yang meliputi:
1. Materi edukasi
2. Standard prosedur Operasional (SPO)
3. Formulir
4. Lembar permintaan
5. dan lain sebagainya
Semua dokumen ini disertakan dalam appendix dan digunakan untuk meningkatkan
kualitas pelayanan PKRS dan penerapan pelayanan PKRS bagi setiap pasien.

BAB XI
PENUTUP

Pedoman Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) ini disusun agar menjadi acuan
dalam pengembangan kegiatan PKRS dan pengembangan Akreditasi Rumah Sakit yang
berhubungan dengan promosi kesehatan. Pedoman ini merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dengan upaya meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan rumah sakit.
Sebagai penutup kiranya dapat diingatkan kembali bahwa PKRS bukanlah urusan mereka
yang bertugas di unit PKRS saja, PKRS adalah tanggung jawab dari Direksi RS, dan
menjadi urusan (tugas) bagi hampir sleuruh jajaran RS. Yang plaing penting dilaksanakan
dalam rangka PKRS adalah upaya-upaya pemberdayaan, baik pmeberdayaan terhadap
pasien (rawat jalan dan rawat inap) maupun terhadapa klien sehat.
Namun demikian, upaya-upaya pemberdayaan ini akan lebih berhasil, jika didukung
oleh upaya - upaya bina suasana dan advokasi. Bina suasana dilakukan terhadapa mereka
yang paling berpengaruh terhadap pasien/klien. Sedangkan advokasi dilakukan terhadap
mereka yang dapat mendukung.membantu RS dari segi kebijakan (peraturan perundang-
undangan) dan sumber daya, dalam rangka memberdayakan pasien/klien. Banyak sekali
peluang untuk melaksanakan PKRS, dan peluang-peluang tersebut harus dapat
dimanfaatkan dengan baik, sesuai dengan fungsi dari peluang yang bersangkutan.

Anda mungkin juga menyukai