Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
(PKRS)
Tahun 2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di masa yang lampau sistem kesehatan lebih banyak berorientasi pada panyakit
yaitu hanya menunggu sampai ada yang sakit, barulah kemudian yang bersangkutan
diberi pengobatan. Dalam keadaaan yang memerlukan, si sakit dirawat di rumah sakit.
Sesudah sembuh dipulangkan, lalu kambuh dengan penyakit yang sama sehingga yang
bersangkutan dirawat kembali di rumah sakit. Demikian siklus ini berlangsung terus,
kemudian disadari, bahwa untuk memelihara kesehatan masyarakat diperlukan sesuatu
rangkaian usahayang lebih luas, dimana perawatan dan pengobatan rumah sakit
hanyalah salah satu bagina kecil dari rangkaian usaha tersebut.
Efektivitas suatu pengobatan, selain dipengaruhi oleh pola pelayanan kesehatan
yang ada serta sikap dan keterampilan para pelaksanannya, juga sangat dipengaruhi
oleh lingkungan, sikap, pola hidup pasien dankeluarganya. Selain itu, tergantung juga
pada kerjasama yang positif antara petugas kesehatan dengan pasien dan keluarganya.
Kalau pasien dan keluarganya memiliki pengetahuan tentang cara-cara penyembuhan
dan pencegahan penyakitnya, serta keluarga pasien mampu dan mau berpartisipasi
secara positif, maka hal ini akan membantu peningkatan kualitas kesahatan masyarakat
pada umumnya.
Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) berusaha mengembangkan pengertian
pasien, keluarga, dan pengunjung rumah sakit tentang penyakit dan pencegahannya.
Selain itu, PKRS juga berusaha menggugah kesadaran dan minat pasien, keluarga, dan
pengunjung rumah sakit untuk berperan secara aktif dan positif dalam berusaha
penyembuhan dan pencegahan penyakit. Oleh karena itu, PKRS merupakan bagian
yang tidak terpisah dari program pelayanan kesehatan rumah sakit.
B. Isu Strategis
Promosi kesehatan di rumah sakit telah diselanggarakan sejak tahun 1994 dengan
nama Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit (PKMRS). Seiring dengan
pengembangannya, pada tahun 2003, istilah PKMRS berubah menjadi Promosi
Kesehatan Rumah Sakit (PKMRS). Seiring dengan pengembangannya, pada tahun
2003, istilah PKMRS berubah menjadi promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS).
Berbagai kegiatan telah dilakukan untuk mengembangkan PKRS seperti penyusunan
pedoman PKRS, advokasi dan sosialisasi PKRS kepada Direktur rumah sakit
pemerintah, pelatihan PKRS, pengembangan dan distribusi media serta pengembangan
model PKRS antara lain di Rumah Sakit Pasar Rebo di Jakarta dan Rumah Sakit
Syamsuddin, SH di Sukabumi. Namun pelaksanaan PKRS dalam kurun waktu lebih
dari 15 tahun belum memberikan hasil yang maksimal dan kesinambungannyadi rumah
sakit tidak terjaga dengan baik tergantung pada kuat tidaknya komitmen Direktur rumah
sakit.
Berdasarkan hal tersebut, beberapa isu strategis yang muncul dalam promosi
kesehatan di rumah sakit, yaitu:
1. Sebagian besar rumah sakit belum menjadikan PKRS sebagai salah satu
kebijakan upaya pelayanan kesahatan di rumah sakit.
2. Sebagian besar rumah sakit belum memberikan hak pasien untuk mendapatkan
informasi tentang pencegahan dan pengobatan yang berhubungan dengan
penyakitnya.
3. Sebagian besar rumah sakit belum mewujudkan tempat kerjayang aman, bersih
dan sehat.
4. Sebagian besar rumah sakit kurang manggalang kemitraan untuk meningkatkan
upaya pelayanan yang bersifat preventif dan promotif.
C. Dasar Hukum
b. Pasal 8
Setiap orang berhak memperoleh informasi tentang data kesehatan dirinya
termasuk tindakan dan pengobatan yang telah maupun yang akan
diterimanya dari tenaga kesehatan.
c. Pasal 10
Setiap orang berkewajiban menghormati hak orang lain dalam upara
memperoleh lingkungan yang sehat baik fisik, biologi, maupun sosial.
d. Pasal 11
Setiap orang berkewajiban berperilaku hidup sehat untuk mewujudkan,
mempertahankan, dan memajukan kesehatan yang setinggi-tingginya.
e. Pasal 17
Pemerintah bertanggungjawab atas ketersediaan akses terhadap informasi,
edukasi, dan fasilitas pelayanan kesehatan untuk meningkatkan dan
memelihara derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
f. Pasal 18
Pemerintah bertanggungjawab memberdayakan dan mendorong peran aktif
masyarakat dalam segala bentuk upaya kesehatan.
g. Pasal 47
Upaya kesehatan diselenggarakan dalam bentuk kegiatan dengan pendekatan
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara
terpadu, meyeluruh dan berkesinambungan.
h. Pasal 55
1. Pemerintah wajib menentapkan standar mutu pelayanan kesehatan.
2. Standar mutu pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksudkan pada ayat
(1) diatur dengan peraturan peraturan pemerintah.
i. Pasal 62
1. Peningkatan kesehatan merupakan segala bentuk upaya yang dilakukan
oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat untuk
mengoptimalkan kesehatan melalui kegiatan penyuluhan,
penyebarluasan informasi, atau kegiatan lain untuk menunjang
tercapainya hidup sehat.
2. Pencegahan penyakit merupakan segala bentuk upaya uang dilakukan
oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan atau masyarakat untuk
menghindari atau mengurangi resiko, masalah dan dampak buruk akibat
penyakit.
3. Pemerintah kota maupun pemerintah daerah menjamin dan menyediakan
fasilitas untuk kelangsungan upaya peningkatan kesehatan dan
pencegahan penyakit
4. Ketentuan berlanjut tentang upaya peningkatan kesehatan dan
pencegahan penyakit diatur dengan peraturan Menteri.
j. Pasal 115
1. Kawasan Tanpa Rokok (KTR) pada fasilitas pelayanan kesehatan.
2. Pemerintah Daerah wajib menetapkan Kawasan Tanpa Rokok di
wilayahnya.
k. Pasal 168
1. Untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang efektif dan efesien
diperlukan informasi kesehatan.
2. Informasi kesehatan sebagaimana dimaksudkan ayat (1) dilakukan
melalui sistem informasi dan melalui lintas sektor.
3. Ketentuan lebih lanjut mengenai sistem informasi sebagaimana
dimaskudkan pada ayat (2) diatur oleh Peraturan Pemerintah.
b. Pasal 4
Rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan
secara paripurna.
d. Pasal 29
Setiap Rumah Sakit mempunyai kewajiban; butir a) memberikan informasi
yang benar tentang pelayanan Rumah sakit kepada masyarakat.
e. Pasal 32
Setiap pasien mempunyai hak, butir d) memperoleh pelayanan kesehatan
yang bermutu sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur
operasional.
3. Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 267/MENKES/SK/II/2010 tentang
Penetapan Road Map Reformasi Kesehatan Masyarakat, dimana hal ini tidak
terpisahkan dengan rencana strategis (renstra) kementerian kesehatan tahun 2010-
2014. Salah satu prioritas reformasi kesehatan yang dimaksud adalah rumah sakit
Indonesia kelas dunia (World Class Hospital).
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 004 tahun 2012 tentang
Pedoman Teknis Promosi Kesehatan Rumah Sakit.
BAB II
GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT
B. Tugas Pokok dan Fungsi RSUD RSUD Dr. Muhammad Zein Painan
RSUD RSUD Dr. Muhammad Zein Painan sebagai salah satu Lembaga Teknis
Daerah mempunyai tugas pokok dan fungsi sebagai berikut :
TUGAS
Tugas Pokok RSUD Dr. Muhammad Zein Painan mempunyai tugas
membantu Bupati dalam melaksanakan tugas pelayanan kesehatan secara
berdaya guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan dan pemulihan
yang dilaksanakan secara serasi dan tepadu seiring dengan upaya
peningkatan pelaksanaan pencegahan dan upaya melaksanakan rujukan.
FUNGSI
Untuk menyelenggarakan tugas pokoknya RSUD Dr. Muhammad Zein Painan
mempunyai fungsi :
1. Mengadakan koordinasi dengan dinas terkait dalam penyusunan
perencanaan dan pelayanan teknis di bidang kesehatan.
2. Menyusun perencanaan teknis dalam peningkatan status rumah sakit.
3. Menyelenggarakan pelayanan medis.
4. Menyelenggarakan pelayanan prima.
5. Menyelenggarakan pelayanan asuhan keperawatan.
6. Menyelenggarakan pelayanan rujukan.
7. Menyelenggarakan pelayanan penunjang medis.
8. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan medis, keperawatan, non
keperawatan, non medis dan penunjang lain.
9. Menggali potensi dan melaksanakan pemungutan pendapatan daerah
sesuai dengan Peraturan dan Perundang-undangan yang berlaku.
10.Melakukan pengendalian dan evaluasi.
11.Melaksanakan administrasi dan tata usaha RSUD Dr. M. Zein Painan.
12.Melaksanakan tugas - tugas lain yang diperintahkan oleh Bupati.
BAB III
VISI, MISI, TUJUAN, FALSAFAH, NILAI KERJA, MOTTO
RSUD Dr. MUHAMMAD ZEIN PAINAN
A. Visi
Visi RSUD RSUD Dr. Muhammad Zein Painan adalah gambaran arah
pembangunan atau kondisi masa depan yang ingin dicapai RSUD Dr. Muhammad Zein
Painan melalui penyelenggaraan tugas dan fungsi dalam kurun waktu 5 (lima) tahun
yang akan datang. Visi dan misi RSUD Dr. Muhammad Zein Painan menunjukkan apa
yang menjadi cita-cita layanan terbaik RSUD Dr. Muhammad Zein Painan baik dalam
upaya mewujudkan visi dan misi Bupati Pesisir Selatan maupun dalam upaya mencapai
kinerja pembangunan daerah pada aspek kesejahteraan, layanan, dan peningkatan daya
saing daerah dengan mempertimbangkan permasalahan dan isu strategis yang relevan.
Sebagai gambaran tentang apa yang ingin diwujudkan di akhir periode perencanaan
yang menggambarkan tujuan utama penyelenggaraan Tugas Pokok dan Fungsi,
perumusan Visi RSUD Dr. Muhammad Zein Painan tahun 2016-2021 adalah :
Menjadi Rumah Sakit Idola Dan Pilihan Bagi Masyarakat Pesisir Selatan Dan
Sekitarnya Untuk Pelayanan Kesehatan Menuju Masyarakat Pesisir Selatan
Sehat.
B. Misi
Misi RSUD Dr. Muhammad Zein Painan adalah rumusan umum mengenai
upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi
RSUD Dr. Muhammad Zein Painan. Rumusan berfungsi membantu lebih jelas
penggambaran visi RSUD Dr. Muhammad Zein Painan yang ingin dicapai, serta
menguraikan upaya-upaya apa yang harus dilakukan oleh RSUD Dr. Muhammad Zein
Painan. Dalam suatu dokumen perencanaan, rumusan misi menjadi penting untuk
memberikan kerangka bagi tujuan dan sasaran yang ingin dicapai, dan menentukan
jalan yang akan ditempuh untuk mencapai visi.
Rumusan misi dalam dokumen Renstra SKPD dikembangkan dengan
memperhatikan faktor-faktor lingkungan strategis, baik eksternal dan internal yang
mempengaruhi (kekuatan, kelemahan, peluang, dan tantangan) pembangunan daerah.
Misi disusun untuk memperjelas jalan, atau langkah yang akan dilakukan dalam rangka
mencapai perwujudan visi RSUD Dr. Muhammad Zein Painan.
Dalam upaya perwujudan visi RSUD Dr. Muhammad Zein Painan, maka
dirumuskan misi untuk memberikan arah dan batasan pencapaian tujuan dan sasaran
sebagai berikut :
1. Melaksanakan pelayanan prima sesuai dengan kode etik Rumah Sakit dan
Kode Etik Profesi.
2. Melaksanakan upaya peningkatan penyembuhan dan pemulihan kesehatan secara
profesional, terjangkau dengan didukung oleh sarana fisik dan prasarana yang
memadai.
3. Menyelenggarakan pelayanan rujukan berjenjang dengan prosedur sederhana.
4. Menciptakan rumah sakit yang berwawasan lingkungan.
C. Tujuan
Tujuan adalah pernyataan-pernyataan tentang hal-hal yang perlu dilakukan untuk
mencapai visi, melaksanakan misi, memecahkan permasalahan, dan menangani isu
strategis yang dihadapi, sedangkan sasaran adalah hasil yang diharapkan dari suatu
tujuan yang diformulasikan secara terukur, spesifik, mudah dicapai, rasional, untuk
dapat dilaksanakan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun ke depan. Tujuan dan sasaran
pada hakekatnya merupakan arahan bagi pelaksanaan setiap pelaksanaan tugas pokok
dan fungsi organisasi dalam mendukung pelaksanaan misi, untuk mewujudkan visi
RSUD Dr. Muhammad Zein Painan selama kurun waktu 2016-2021.
Tujuan Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Muhammad Zein Painan yaitu :
1. Melaksanakan pelayanan kesehatan yang berorientasi pada kepuasan konsumen
serta mengacu pada Standar Operasional Pelayanan (SOP).
2. Pengembangan dan meningkatkan profesionalisme SDM dalam mendukung
program unggulan RSUD Dr. Muhammad Zein Painan.
3. Pengembangan fasilitas kesehatan.
4. Evaluasi, pengawasan, pengendalian system pelayanan secara periodik guna
perbaikan manajemen pelayanan RSUD;
D. Nilai Kerja
Nilai Budaya Kerja menuju Profesional, Akurat, Integritas, Nyaman, Amanah,
Nan Iklas.
1. Profesional merupakan sikap yang selalu memberikan
pelayanan terbaik sesuai dengan ilmu dan prosedur yang berlaku .
2. Akurat merupakan Sikap yang selalu memberikan
pelayanan yang teliti, seksama, cermat dan tepat.
3. Integritas merupakan sikap yang selalu konsistensi
tindakan, nilai-nilai, metode, langkah-langkah, prinsip, harapan, dan
hasil yang terbaik untuk peningkatan pelayanan.
4. Nyaman merupakan sikap mengutamakan suatu keadaan
terpenuhinya kebutuhan dasar manusia (pasien) yaitu kebutuhan akan
ketentraman (suatu kepuasan yang meningkatkan penampilan sehari-
hari), kelegaan (kebutuhan telah terpenuhi), dan transenden.
5. Amanah merupakan sikap yang berkaitan erat dengan
tanggung jawab, yaitu rasa tanggungjawab terhadap pekerjaan yang
diembannya.
6. Nan elok merupakan sikap kepekaan terhadap perasaan
kebajikan diri sendiri dan orang lain dengan memberikan bantuan dan
sokongan moral secara tulus dan ikhlas.
E. Motto
Motto RSUD. Dr. Muhammad Zein Painan adalah Motto kesembuhan,
keselamatan, kenyamanan dan kepuasan pasien adalah Tujuan
kami.
BAB IV
STRUKTUR ORGANISASI
RSUD Dr. MUHAMMAD ZEIN PAINAN
DIREKTUR
SEKRETARIAT
KA. INSTALASI
PKRS
B. Unit Informasi
1. Tanggung Jawab : secara administratif dan fungsional bertanggung jawab kepada
Kepala Instalasi PKRS dalam pelaksanaan informasi kepada pengunjung rumah
sakit.
2. Tugas Pokok : membantu pelaksanaan semua kegiatan informasi pada program
kerja PKRS
3. Uraian Tugas :
a. Mengidentifikasi kebutuhan informasi yang ada di unit kerja masing - masing
b. Melaporkan kebutuhan unit informasi yang ada di unit kerja masing masing
c. Melakukan survey pelaksanaan program kerja di unit kerja masing masing.
d. Mengadakan koordinasi dengan SMF /Intalasi /Unit terkait
4. Uraian Wewenang : berdiri secara mandiri dan aktif untuk memberikan saran dan
masukan mengenai informasi yang dibutuhkan pada program kerja PKRS.
5. Hasil Kerja:
a. Identifikasi kebutuhan informasi per unit kerja
b. Pelaksanaan program kerja PKRS di masing-masing unit
c. Penerapan pedoman PKRS kebutuhan pemberian informasi
d. Penerapan SPO PKRS kebutuhan pemberian informasi
e. Laporan evaluasi kerja
D. Unit Komplain
6. Tanggung Jawab : secara administratif dan fungsional bertanggung jawab kepada
Kepala Instalasi PKRS dalam pelaksanaan penanganan komplain pada program
kerja PKRS.
7. Tugas Pokok : membantu pelaksanaan semua kegiatan penanganan komplain pada
program kerja PKRS
8. Uraian Tugas :
a. Mengidentifikasi kebutuhan penanganan komplain yang ada di unit kerja
masing masing.
b. Melaporkan kebutuhan penanganan komplain yang ada di unit kerja masing
masing.
c. Melakukan survey pelaksanaan program kerja di unit kerja masing masing.
d. Mengadakan koordinasi dengan SMF /Intalasi /Unit terkait.
9. Uraian Wewenang : berdiri secara mandiri dan aktif untuk memberikan saran dan
masukan mengenai penanganan komplain pada program kerja PKRS.
10. Hasil Kerja:
a. Identifikasi kebutuhan penanganan komplain per unit kerja.
b. Pelaksanaan program kerja PKRS di masing-masing unit.
c. Penerapan pedoman PKRS kebutuhan penanganan komplain.
d. Penerapan SPO PKRS kebutuhan penanganan komplain.
e. Laporan evaluasi kerja
BAB VII
POLA KETENAGAAN DAN KUALIFIKASI PERSONIL
TIM PKRS
B. Unit Penyuluhan
1. Nama Jabatan : Koordinator penyuluhan anggota PKRS
2. Pengertian : seseorang yang diberi tugas oleh Kepala Instalasi PKRS dalam
mengidentifikasi kebutuhan promosi kesehatan yang terkait dan memfollow up
pelaksanaan dan penerapaan program kerja PKRS dalam masing masing bagian
atau unit kerja.
3. Persyaratan dan Kualifikasi :
a. Pendidikan Formal : berijazah D3 atau persamaannya dalam bidangnya
masing masing dan memiliki minat dan bakat dalam penyuluhan kesehatan.
b. Pendidikan Non Formal : memiliki sertifikat kursus sesuai unit kerja masing -
masing
c. Pengalaman Kerja : pengalaman kerja di rumah sakit dalam unit masing-
masing.
d. Ketrampilan : memiliki bakat dan minat serta dedikasi tinggi, berkepribadian
mantap dan emosional yang stabil
e. Berbadan sehat jasmani dan rohani.
4. Tanggung Jawab : secara administratif dan fungsional bertanggung jawab kepada
Kepala Instalasi PKRS dalam pelaksanaan program kerja PKRS di setiap unitnya
masing-masing.
5. Tugas Pokok : membantu pelaksanaan semua kegiatan PKRS di unit masing-
masing.
6. Uraian Tugas :
a. Mengidentifikasi kebutuhan penyuluhan kesehatan yang ada di
unit kerja masing masing.
b. Melaporkan kebutuhan penyuluhan kesehatan yang ada di unit
kerja masing masing.
c. Melakukan survey pelaksanaan program kerja di unit kerja
masing masing.
7. Uraian Wewenang : berdiri secara mandiri dan aktif untuk memberikan saran dan
masukan mengenai penyuluhan kesehatan yang dibutuhkan per unit masing-masing.
8. Hasil Kerja:
a. Identifikasi kebutuhan penyuluhan kesehatan per unit kerja
b. Pelaksanaan program kerja PKRS di masing-masing unit
c. Penerapan pedoman PKRS kebutuhan penyuluhan kesehatan
d. Penerapan SPO PKRS kebutuhan penyuluhan kesehatan
e. Laporan evaluasi kerja
BAB VIII
TATA HUBUNGAN KERJA TIM PKRS
Wakil Direktur
Pelayanan
Sekretaris
Rehabilitas Farmasi
Medis
Keterangan :
Tim PKRS langsung dibawahi oleh Wakil Direktur Pelayanan rumah sakit.
Ketua PKRS bertanggung jawab langsung kepada Wakil Direktur pelayanan Rumah
sakit.
Wakil ketua PKRS PKRS bertanggung jawab langsung kepada Ketua PKRS dan
berlaku sebagai mitra.
Ketua dan wakil ketua PKRS bermitra untuk mengkoordinasikan setiap anggota
PKRS
Sekretaris bertanggungjawab langsung kepada ketua PKRS dan diharuskan
menyusun rapat, membuat notulen rapat dan sidang PKRS
Setiap anggota PKRS berdiri mandiri dan aktif untuk membuat, melaksanakan dan
menerapkan program kerja PKRS di bagian/unit masing masing kerja.
Setiap anggota PKRS berkewajiban membuat identifikasi kebutuhan promosi
kesehatan dan menyarankan program kerja yang sesuai serta bertanggungjawab
langsung kepada Ketua PKRS
Hasil dari identifikasi kebutuhan promosi kesehatan dianalisa dan diolah di Tim
PKRS untuk selanjutnya ditindak lanjuti dan diterapkan oleh Tim PKRS, Customer
Service Keperawatan (perawat & bidan), Medical Information, Rekam Medis,
Rehabilitasi Medis, Farmasi, Gizi, Wakil ketua Tim PKRS, Ketua Tim PKRS,
Direktur Pelayanan, Sekretaris.
BAB IX
MONITORING DAN EVALUASI
Monitoring kinerja PKRS dilakukan dengan pemantauan setiap hari oleh setiap PJ
unit terkait, dokumentasi permintaan PKRS di status pasien, pencatatan pasien yang
teredukasi di LOGBOOK (unit dan edukasi kolaboratif) dan formulir pemberian informasi
dan formulir pemberian edukasi kolaboratif. Monitoring jumplah pamflet yang tersedia
dilakukan dengan penyediaan 50 lembar untuk setiap topik materi edukasi disetiap unit
terkait setiap bulannya dan dilakukan refill atau pengisian ulang setiap bulannya. Apabila
pamflet habis sebelum sebulan, maka permintaan pamflet dapat dilakukan ke panitia
PKRS (lihat lembar permintaan pamflet edukasi) Evaluasi kualitas sumberdaya manusia
dan fasilitas dilakukan dengan survey lapangan setiap bulan dan pelatihan mengnai materi
edukasi unit-unit PKRS setiap 6 bulan sekali. Evaluasi kinerja panitia PKRS dilakukan
dengan laporan bulan dari setiap unit PKRS, laporan bulanan panitia PKRS dan survery
kepuasan pelanggan setiap 3 bulan.
BAB X
DOKUMEN BUKTI
Dokumen bukti adalah segala bentuk informasi tertulis dalam rangka promosi kesehatan
yang dibuat oleh dan dari unit-unit PKRS yang meliputi:
1. Materi edukasi
2. Standard prosedur Operasional (SPO)
3. Formulir
4. Lembar permintaan
5. dan lain sebagainya
Semua dokumen ini disertakan dalam appendix dan digunakan untuk meningkatkan
kualitas pelayanan PKRS dan penerapan pelayanan PKRS bagi setiap pasien.
BAB XI
PENUTUP
Pedoman Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) ini disusun agar menjadi acuan
dalam pengembangan kegiatan PKRS dan pengembangan Akreditasi Rumah Sakit yang
berhubungan dengan promosi kesehatan. Pedoman ini merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dengan upaya meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan rumah sakit.
Sebagai penutup kiranya dapat diingatkan kembali bahwa PKRS bukanlah urusan mereka
yang bertugas di unit PKRS saja, PKRS adalah tanggung jawab dari Direksi RS, dan
menjadi urusan (tugas) bagi hampir sleuruh jajaran RS. Yang plaing penting dilaksanakan
dalam rangka PKRS adalah upaya-upaya pemberdayaan, baik pmeberdayaan terhadap
pasien (rawat jalan dan rawat inap) maupun terhadapa klien sehat.
Namun demikian, upaya-upaya pemberdayaan ini akan lebih berhasil, jika didukung
oleh upaya - upaya bina suasana dan advokasi. Bina suasana dilakukan terhadapa mereka
yang paling berpengaruh terhadap pasien/klien. Sedangkan advokasi dilakukan terhadap
mereka yang dapat mendukung.membantu RS dari segi kebijakan (peraturan perundang-
undangan) dan sumber daya, dalam rangka memberdayakan pasien/klien. Banyak sekali
peluang untuk melaksanakan PKRS, dan peluang-peluang tersebut harus dapat
dimanfaatkan dengan baik, sesuai dengan fungsi dari peluang yang bersangkutan.