GADJAH
MADA Community and Family Health Care with Interprofessional Education Program (CFHC-IPE)
SEKRETARIAT CFHC-IPE
Gd. Radiopoetro Lt.1, Sayap Selatan
Fakultas Kedokteran
Universitas Gadjah Mada
Jl.Farmako, Sekip Utara, Depok Sleman, Yogyakarta
Ph/Fax: (62) 274 5306089
1
KONTRIBUTOR
dr. Mora Claramita, MHPE, Ph.D Dra. RA Yayi Suryo Prabandari, M.Si, Ph.D
Department of Medical Education Department of Health Behavior, Social
Department of Family, Community Medicine Medicine, and Environment
and Bioethics Faculty of Medicine UGM
Faculty of Medicine UGM
Ko-Kontributor
dr. Hikmawati Nurrakhmanti, MSc – Department of Family Medicine, Community Medicine and Bioethics,
Faculty of Medicine UGM
dr.Aghnaa Gayatri, MSc.PHC – Departement of Family Medicine, Community Medicine and Bioethics,
Faculty of Medicine UGM
Tim Tahun 2
Editor
2
MATRIK CFHC-IPE
TAHUN 1
- Contoh studi kasus: air dan sanitasi
Keluarga Sehat - Mahasiswa memperkenalkan diri ke dalam lingkungan penugasan
TAHUN 2
- Contoh studi kasus: bahaya merokok
- Mahasiswa mengidentifikasi risiko kesehatan dalam keluarga dan
Keluarga Tanggap Kesehatan masyarakat
- Mahasiswa dapat melakukan promosi kesehatan sederhana
TAHUN 3
- Contoh studi kasus: kesehatan ibu dan anak
- Mahasiswa menilai masalah lain secara individual
Keluarga Siaga - Merencanakan konseling dan evaluasi kesehatan individual yang
sederhana
TAHUN 4
- Mahasiswa mengidentifikasi masalah-masalah yang dapat muncul
Mitigasi Bencana pada saat bencana terjadi
(Desa Tanggap Bencana) - Mahasiswa merencanakan simulasi bencana dan pelatihan
masyarakat
3
KATA PENGANTAR
4
DAFTAR ISI
KONTRIBUTOR .......................................................................................................................... 2
MATRIK CFHC-IPE ................................................................................................................... 3
KATA PENGANTAR ................................................................................................................... 4
DAFTAR ISI.................................................................................................................................. 5
BAB 1. LATAR BELAKANG ..................................................................................................... 6
LAMPIRAN................................................................................................................................. 29
LAMPIRAN 1. Checklist Kompetensi CFHC-IPE ................................................................... 29
LAMPIRAN 2. Checklist Penilaian IPE (CFHC-IPE Tahun II) ............................................... 30
LAMPIRAN 3. Format Refleksi Diri ........................................................................................ 32
LAMPIRAN 4. Penilaian Refleksi Diri/ Portofolio .................................................................. 33
LAMPIRAN 5. Form Penilaian Hasil Observasi ...................................................................... 36
LAMPIRAN 6. Formulir/ Kartu Umpan Balik dan Kartu Kontrol Kunjungan ........................ 37
LAMPIRAN 7. Tools Integrasi IPE .......................................................................................... 39
LAMPIRAN 8. Panduan Alur Pelaksanaan Kegiatan CFHC-IPE Tahun II ............................. 46
Tabel 7. Panduan Pelaksanaan Kegiatan CFHC-IPE Tahun II/Semester 3 ........................... 46
Tabel 8. Panduan Pelaksanaan Kegiatan CFHC-IPE Tahun II/Semester 4 ........................... 49
REFERENSI ................................................................................................................................ 53
5
BAB 1. LATAR BELAKANG
Fitriana
Pembangunan kesehatan merupakan upaya memenuhi salah satu hak dasar masyarakat,
yaitu hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945
pasal 28 H ayat 1 dan Undang-Undang Nomor 25 tahun 1992 tentang kesehatan. Pembangunan
kesehatan haruslah dipandang sebagai suatu investasi untuk meningkatkan kualitas sumber daya
manusia yang merupakan salah satu komponen utama untuk pendidikan dan ekonomi serta
kesehatan yang juga memiliki peran dalam penanggulangan kemiskinan. Keberhasilan upaya
pembangunan kesehatan dapat diukur dengan menurunnya angka kesakitan ,angka kematian
umum, ibu, dan bayi serta meningkatnya Umur Harapan Hidup (UHH).
Pada akhir abad 20 prevalensi penyakit menular mengalami penurunan, sedangkan
penyakit tidak menular cenderung mengalami peningkatan. Penyakit tidak menular (PTM) dapat
digolongkan menjadi satu kelompok utama dengan faktor risiko yang sama (common underlying
risk factor) (Kemkes, 2012).
Untuk itu dibutuhkan peran yang besar dari kolaborasi tenaga kesehatan untuk
melakukan promosi kesehatan dalam pencegahan maupun Pengendalian Penyakit Tidak Menular
cukup besar terutama dalam upaya memberdayakan masyarakat untuk memiliki Perilaku Hidup
6
Bersi Sehat (PHBS) yang terkait dengan faktor risiko bersama Penyakit Tidak Menular. Oleh
karena itu, Fakultas Kedokteran UGM yang memiliki lulusan 3 profesi yang berbeda yakni
lulusan pendidikan dokter, ilmu keperawatan dan gizi kesehatan di bawah bimbingan Dosen
Pembimbing Fakultas dan Dosen Pembimbing Lapangan dalam hal ini adalah dokter Puskesmas
yang diharapkan mampu mengemban tanggung jawab untuk melaksanakan pendidikan sesuai
dengan kompetensinya untuk mendapatkan pengalaman pada mahasiswa untuk mempraktekkan
ketrampilan profesinya secara lebih nyata, karena langsung berinteraksi dengan
keluarga/masyarakat, serta bekerja sama dengan profesi yang berlainan.
7
BAB 2. MATRIKS KOMPETENSI YANG AKAN DICAPAI
A. Learning Objectives
a. Semester III
Mampu mengobservasi masalah unhealthy lifestyle yang dimiliki oleh keluarga
mitra (unobstrusive observation)
Mampu melakukan wawancara (interview) mengenai faktor risiko kesehatan yang
dimiliki oleh anggota-anggota keluarga
b. Semester IV
Mampu melakukan engagement individu dan atau keluarga yang memiliki masalah
unhealty life style (komunikasi awal dari pemberdayaan individu dan keluarga)
SEMESTER 3
Mengenal dan menghormati budaya dan adat
istiadat dalam suatu daerah, semakin terampil
dalam berkomunikasi dengan anggota-anggota
keluarga mitradan tokoh-tokoh masyarakat.
Keterampilan wawancara (interview)
Melihat dan mengamati anggota keluarga yang
merokok untuk merokok di luar rumah, pola
makan, aktivitas, lingkungan rumah.
SEMESTER 4
Mampu melakukan engagement individu dan
atau keluarga yang memiliki masalah unhealty
life style (komunikasi awal dari pemberdayaan
individu dan keluarga)
Mampu melakukan edukasi
8
B. Learning Activities
Mata kuliah CFHC-IPE semester 3 akan diajarkan dengan metode:
1) Ceramah tanya jawab,
2) Diskusi dan tutorial dengan dosen pembimbing lapangan (DPL) dan dosen pembimbing
fakultas (DPF), serta lebih banyak
3) Praktikum di keluarga mitra dan masyarakat serta belajar mandiri
4) Diskusi IPE secara mandiri
C. Aktivitas Pembelajaran
Aktivitas-aktivitas pembelajaran yang perlu dilakukan oleh mahasiswa semester 3adalah:
1. Mempersiapkan komunikasi awal dengan individu dan anggota keluarga mitra tentang
fokus unhealthy lifestyle, dengan mempertimbangkan:
a. Lifestyle yang dimiliki keluarga mitra
b. Budaya di sekeliling keluarga mitra
c. Pandangan dari individu atau keluarga yang bersangkutan
d. Pandangan dari berbagai profesi kesehatan
2. Bertukar pikiran sesuai prinsip kolaborasi antar profesi untuk memahami pendekatan
masalah unhealthy lifestyle menurut profesi yang berbeda
9
b. Budaya di sekeliling keluarga mitra
c. Pandangan dari individu atau keluarga yang bersangkutan
d. Pandangan dari berbagai profesi kesehatan
3. Bertukar pikiran sesuai prinsip kolaborasi antar profesi untuk memahami pendekatan
masalah unhealthy lifestyle menurut profesi yang berbeda
E. Outcome Pembelajaran
Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa diharapkan:
1. Terjalinnya hubungan baik dengan tokoh masyarakat setempat, mahasiswa menjalin
hubungan baik dengan keluarga mitra dan masyarakat di sekitar keluarga yang dibina.
2. Meningkatkan keterampilan pengamatan unobstrusive pada keluarga mitra dan
masyarakat untuk mengamati kondisi normal dan berisiko kesehatan.
3. Merekam dalam log book:
Unhealthy lifestyle keluarga mitra
Proses pendekatan pada individu dan keluarga
Pandangan unhealthy lifestyle dari profesi yang berbeda
10
BAB 3. Rencana Kegiatan Belajar (RKB) CFHC-IPE Tahun II
12
Melakukan penggalian permasalahan dalam (dengan DPL)
masyarakat atau komunitas (dapat
menggunakan metode FGD, memanfaatkan
kegiatan MMD/ Musyawarah Masyarakat
Desa, survei mawas diri, forum dalam
masyarakat, dll)
6. Feedback 1: Praktikum 50
Penggalian permasalahan dalam masyarakat (dengan DPF)
atau komunitas (dapat menggunakan metode
FGD, memanfaatkan kegiatan MMD/
Musyawarah Masyarakat Desa, survei
mawas diri, forum dalam masyarakat, dll)
7. Pembekalan 2: Praktikum 100
Presentasi “Rencana Pengabdian (diskusi mandiri
Masyarakat” dengan absensi)
Kegiatan “Pengabdian Masyarakat”
disarankan dapat memaksimalkan kegiatan-
kegiatan yang sudah ada dalam masyarakat,
dengan tujuan membantu memecahkan
masalah yang didapat dari kegiatan poin 4
sekaligus meningkatkan kualitas dan atau
kuantitas kegiatan yang sudah ada di
masyarakat tersebut.
Kegiatan pengabmas dapat dilakukan dengan
cara sit in/ turut serta dalam kegiatan yang
sudah ada di masyarakat
8. Praktikum lapangan 2: Lapangan 400
Pelaksanaan “Pengabdian Masyarakat” (dengan DPL)
9. Feedback 2: Praktikum 50
Pelaporan hasil“Pengabdian Masyarakat” (dengan DPF)
10. Kajian IPE on Campus: Praktikum 100
Diskusi IPE (diskusi mandiri
Pembuatan laporan dan poster pengabdian dengan absensi)
masyarakat secara kelompok
11. Pengumpulan tugas refleksi diri selama kegiatan Pengumpulan ke DPF 100
CFHC-IPE Semester 3 dan upload GAMEL
12. Presentasi Poster Pengabdian Masyarakat dan Dengan DPL, DPF, 100
pengumpulan nilai refleksi diri oleh DPF Tokoh masyarakat,
keluarga mitra
13
Tabel 4. Pedoman Gadjah Mada untuk Komunikasi Dokter-Pasien di Pelayanan Kesehatan Primer di Indonesia 2010
(Diambil dari disertasi Claramita, M., 2013)
Struktur Isi Keterampilan Penjelasan Isi Keterampilan Latar belakang karakter pasien Keterampilan komunikasi dokter yang
Komunikasi Komunikasi Indonesia yang mempengaruhi harus ditingkatkan yang sesuai untuk
komunikasi dokter-pasien pasien di Indonesia
(Diadaptasi dari Konsil (Diadaptasi dari struktur (Diadaptasi dari struktur panduan (Diadaptasi dari Claramita, Nugrahaeni, (Diadaptasi dari Claramita, Prabandari,
Kedokteran Indonesia, panduan Rider, 2007 dan Rider, 2007 dan Kurtz, 2002) et.al, 2010) et.al, 2010 dan dari proses validasi
2006, Boyle 2008, dan Kurtz, 2002) pedoman ini selama Juli 2010 dengan
Dewantara, 1936) cara 4 kali FGD dengan 10 ahli penyakit
dalam dan 10 dokter pelayanan primer)
SAPA Kemampuan membina 1. Menyapa dan menyambut pasien Pasien di Indonesia baik dari kalangan Kemampuan untuk menyapa dan
sambung rasa dan dengan hangat yang pendidikan tinggi maupun rendah, menyambut pasien seperti anggota
hubungan interpersonal menunjukkan perhatian terhadap secara umum mengharapkan kedudukan keluarga sendiri (dengan memperhatikan
Among yang dilandasi perhatian masalah kesehatannya yang setara dengan dokter. hubungan antar keluarga sesuai masing-
dan keinginan untuk 2. Menggunakan kata-kata yang masing budaya daerah) dengan harapan
menolong masalah memperlihatkan perhatian secara Prinsip berikut dianut: agar lebih akrab dengan pasien. Dokter
Kepercayaan dan rasa kesehatan pasien - selama verbal perlu bersikap Semanak (“Friendly” -
nyaman dari pasien yang proses konsultasi 3. Menunjukkan sikap dan bahasa - Kesetaraan disesuaikan budaya setempat)
didapatkan dari proses kesehatan berlangsung tubuh alamiah yang - Kepercayaan :
sambung rasa dan memperlihatkan perhatian secara - Komunikasi dua arah
pemberian perhatian oleh non-verbal “Ibu, Bapak, Mas, Dik, “ (Iragiliati,
dokter, akan mendorong 4. Melakukan obervasi dan Meskipun demikian, pasien di 2006)
pasien untuk menceritakan merespon pernyataan pasien Indonesia sering bersikap Non-verbal
keluhannya secara terbuka (verbal dan non-verbal) (daripada mengutarakan maksudnya Nama panggilan sesuai yang diinginkan
sehingga dokter mengenai perasaannya dan dalam bahasa verbal yang rinci). pasien perlu disebutkan sebagai
mendapatkan kepercayaan harapannya. Hal ini dilakukan Sehingga, kemampuan observasi dan klarifikasi tetapi tidak perlu disebutkan
pasien (berupa data yang sebagai kontrak awal agenda refleksi penting dilakukan dokter berkali-kali.
tepat dan akurat bagi pertemuan hari ini. semaksimal mungkin
penegakkan diagnosis dan 5. Melakukan refleksi atas harapan Di konteks Indonesia, sebutan sebagai
kepatuhan akan rencana pasien (Misal menggunakan seluruh panca anggota keluarga lebih diminati daripada
penatalaksanaan) indera untuk mengetahui gerak-gerik panggilan nama secara langsung.
halus/ perubahan ekpresi dari pasien
yang menyimpan maksud tertentu -
seperti ingin bertanya, ketidak-setujuan, Selain itu, dokter di Indonesia sebaiknya
ingin berpikir dahulu, ingin berdiskusi, mampu memperjelas maksudnya untuk
dan sungkan – dan merespon gerakan menolong dan untuk menunjukkan
tersebut dengan tepat). kedudukan yang setara dengan pasien
dengan cara:
14
Misal: Daripada berdiri di balik meja
dan menyapa pasien, lebih baik berjalan
kearah datang pasien dan
menyambutnya. Sehingga usaha dokter
memberi perhatian terlihat jelas
Angon Ulat
(Selalu berusaha mempertimbangkan
non verbal pasien)
AJAK BICARA Kemampuan memulai dan 1. Mempersilakah dan Biasakan menggali keluhan pasien dari Eksplorasi yang baik dapat menggali
menstruktur pembicaraan memfasilitasi pasien sudut pandangnya dulu (termasuk seluruh riwayat penyakit – hanya dengan
Momong tentang masalah mengutarakan keluhannya mengekplorasi latar belakang pasien, satu-dua pertanyaan terbuka.
kesehatan pasien sampai selesai (ekplorasi keluarga, lingkungan, dan budaya),
Ekplorasi dan observasi penyakit dari sudut pandang kemudian baru dilakukan penggalian Salah satu contoh ekplorasi keluhan
yang adekuat oleh dokter pasien) keluhan dari sudut pandang medis pasien: illnes—perspective (Open
terhadap masalah kesehatan 2. Menggunakan pertanyaan untuk klarifikasi (e.g. Identitas, question).
pasien dan latar terbuka di awal keluhan utama, RPS, RPD, RPK,
belakangnya akan 3. Menggunakan pertanyaan RPSosial, Ax sistem) ”Gimana, pak ..(tunggu respon
membantu proses tertutup untuk mengklarifikasi Waspadai perbedaan hierarki antara pasien)....?”
penegakkan diagnosis dan sesuatu pasien dengan dokter, bahwa dokter ”Gimana, Pak (ceritanya)...?”
rencana penatalaksanaan 4. Menyimpulkan apa yang biasanya dipandang lebih tahu tentang ”Ada keluhan apa, Bu?”
(terapi/ edukasi) menjadi permasalahan pasien suatu penyakit daripada pasien. ”Apa yang bisa saya bantu?”
dan mengecek kembali ”Rasanya bagaimana hari ini, Pak?”
pengertian/ persepsi sakit Hierarki sosial di Indonesia sangat ”Datang sendiri atau ada yang
dengan pasien kental. Pasien secara umum merasa mengantar, Bu?”
5. Menggunakan pertanyaan lebih ”rendah kedudukannya daripada ( masuk ke eksplorasi keluarga)
15
tambahan secara efektif dokter”. Baik pasien berpendidikan ”Di rumah sehari-hari..?” (masuk ke
6. Menanyakan adakah masalah tinggi maupun rendah. Hierarki sosial ekplorasi daily activity)
lain yang ingin disampaikan di Indonesia sudah sangat menghambat ”Oh, mengapa kira-kira bisa seperti itu,
7. Meminta persetujuan lisan/ usaha ekplorasi. Perlu kepekaan dokter Bu? Apa ada perubahan aktivitas?
tertulis akan agenda konsultasi untuk mendengarkan keluhan pasien (tunggu respon), Perubahan pola makan?
hari ini (sudah tersebut di dari sudut pandang pasien. (tunggu respon),..” (masuk ke ekplorasi
SAPA tapi bisa diulangi untuk RPS,RPD,RPK dari sudut pandang
hal yang spesifik). pasien)
16
mengeluh pusing, disertai bla-bla-bla.
Sehingga rencana kita hari ini kita
adalah mencari tahu mengenai pusing
tersebut, dan seandainya ada
pemeriksaan lanjutan yang diperlukan
Ibu akan kembali di lain waktu yang kita
sepakati, bagaimana? ” (menunggu
reaksi dan persetujuan pasien).
Memahami sudut pandang 1. Menanyakan peristiwa hidup, Pasien di Indonesia mempunyai sikap Penghargaan dokter diperlukan terhadap
pasien terhadap lingkungan, dan komunitas di yang sangat khas yang membutuhkan latar belakang/ situasi pasien yang
penyakitnya mana pasien tinggal yang fasilitasi dan bukan diabaikan oleh mungkin berbeda-beda secara individual
mungkin mempengaruhi dokter: (Biopsikososial)
kesehatannya
2. Menanggapi harapan pasien a. Keterlibatan keluarga/ masyarakat ”Oh, jadi putri Ibu ada tiga ya...yang
terhadap penyakit dan akibat sekitar pasien amat berperan satu kuliah? Yang satu...SMA?...”
dari penyakitnya terhadap (Dengan catatan: bila pasien setuju
kehidupannya sehari-hari akan keterlibatan mereka dan bila (tunggu reaksi pasien, melalui ekplorasi
pasien dianggap cukup dewasa semacam ini diharapkan masalah pasien-
memberikan informasi – Bukan misal masalah keluarga akan tergali
anak dibawah 5 tahun dan dengan sendirinya).
penderita dengan gangguan bicara/
pendengaran/ gangguan jiwa berat) Salah satu contoh penghargaan terhadap
b. Pasien di Indonesia secara umum persepsi pasien (mitos/ stigma kental
ingin bersikap sesopan dan dalam budaya Indonesia):
sehormat mungkin pada dokter. Ini
bukan berarti pernyataan ”Ya” ”Saya bisa mengikuti pendapat Ibu
berarti setuju. bahwa diare itu mengeluarkan semua
c. Penggunaan obat/jamu tradisional racun dan dianggap ’ngentheng-
atau pengobatan alternatif menjadi ngentheni,’ (membuat ringan), sehingga
suatu kebiasaan yang sulit biasanya setelah itu anak menjadi tumbuh
dihindarkan baik di kalangan lebih besar....
pendidikan tinggi maupun rendah
(Ikuti alur berpikir pasien terlebih dahulu,
baru kemudian memasuki fase pemberian
informasi sesuai pengetahuan dokter yang
tertinggi)
17
”Masalah akan timbul kalau saat dire
tidak hanya racun yang keluar tapi
termasuk cairan tubuh yang amat
berguna...Ibaratnya seperti tanaman yang
kehabisan air bisa layu, kekeringan...
(tunggu respon pasien).
18
Bapak sebagai satpam terganggu
(Gunakan jeda waktu, berhenti sejenak,
untuk mengamati respon pasien). Ada
lagi informasi yang ingin disampaikan
atau kita perlu mendengar cerita dari Ibu
(istrinya)? ”
19
BAB 4. RESOURCES
Fitriana Murriya E
A. Eksplorasi Unobstrusive
Eksplorasi unobstrusive adalah sebuah prinsip eksplorasi terhadap pendapat
seseorang atau pasien yang dilakukan dengan mengaplikasikan pertanyaan/ interupsi yang
seminimal mungkin. Penggunaan eksplorasi ini penting ketika seorang dokter atau peneliti
harus memberikan kesempatan sebesar-besarnya kepada pasien untuk menceritakan
keluhannya. Eksplorasi ini juga bermanfaat untuk mengeksplore sebanyak-banyaknya
pengalaman pasien yang akan menjalani konsultasi motivasi.
Dalam praktek eksplorasi yang unobstrusive, penanya akan memberikan pertanyaan
terbuka kepada pasien. Setelah itu pasien akan menjawab dan dokter sebagai penanya hanya
akan mengikuti alur dari jawaban pasien saja. Beberapa pertanyaan terbuka yang bisa
digunakan antara lain:
1. Mohon Bapak ceritakan bagaimana kebiasaan Bapak merokok selama ini?
2. Apa yang Ibu rasakan ketika ada yang merokok?
3. Bagaimana pendapat Bapak tentang rokok?
Kemungkinan besar pada pasien yang ditanya pertanyaan diatas akan menjawab
dengan jawaban yang berupa kalimat dan dengan jawaban yang lebih panjang. Sebagai
perbandingan, kita dapat membandingkan bila dokter menanyakan, Bapak sudah berapa
lama merokok?Sehari merokok berapa banyak? Dengan dua kalimat tersebut, maka
kemungkinan jawwaban adalah satu atau dua kalimat saja, seperti sepulih tahun, lima
bungkus atau saya tidak suka jika ada yang merokok. Ketika pasien mendapatkan
kesempatan untuk menjawab dengan jawaban yang lebih panjang, maka akan memudahkan
dokter nantinya untuk mencari celah dari apa yang sudah diketahui pasien, dan konsultasi
akan menjadi lebih efektif Hubungan yang diciptakan diatara keduanya akan lebih setara
karena pasien juga akan merasa didengarkan dan dihargai pendapatnya.
Langkah berikutnya setelah apsien menjawab pertanyaan pembuka, penanya /
dokter dapat menanyakan hal yang lebih dalam (probes/prompts). Masih dengan prinsip yang
sama, pertanyaan berikutnya tetap pada interupsi minimal. Misalnya pada pertanyaan
pertama di atas tadi.
20
X: Mohon ceritakan bagaimana kebiasaan merokok Bapak selama ini?
Y: Saya merokok sudah 11 tahun, sejak saya SMP, waktu itu saya diajak teman saya, lama
lama kok enak ya, saya merasa aneh kalua sehari tidak merokok.
Apabila dokter ingin menanyakan lebih lanjut, bisa ditanyakan dengan kalimat
berikut?Mungkin Bapak bisa menjelaskan aneh seperti apa?Atau mohon ceritakan kepada
saya tentang perasaan aneh tersebut.Sehingga memebri kesempatan pasien untuk bisa
menjawab lebih banyak lagi. Beberapa tips lain adalah dengan mengulang kata kata kunci,
seperti: aneh?Atau oh ya? Atau o. Dapat pula, probes/prompts dilakukan dengan bersikap
diam sejenak untuk dapat menunggu jawaban lebih lanjut dari pasien atau hanya dengan
anggukan kepala, sehingga pasien akan berkesempatan untuk bercerita lebih banyak
kembali.
Prinsip ketiga adalah hindari pertanyaan pertanyaan yang bersifat leading, atau
mendahului jawaban pasien. Hal ini penting karena penanya mendahului jawaban pasien,
maka pasien akan cenderung mengamini pertanyaan dari dokter tersebut atau justru akan
menyanggahnya.. Misalnya: Bapak tahu kan merokok itu berbahaya? .pada jawabannya
pasien akan terjebak dengan jawaban, Ya/tidak. Kalimat ini lebih baik diganti dengan
Apakah yang bapak ketahui dengan rokok?.Penting pula untuk menghindari pertanyaan
yang bersifat menghakimi, misalnya mengapa? Atau dalam Bahasa inggris dikenal dengan
why? Why, akan berkesan menghakimi dan seolah memposisikan pasien dalam keadaan
yang salah. Misalnya, Mengapa bapak masih tetap merokok? Coba bedakan bila dokter
menggunakan kalimat berikut: mungkin bapak punya alasan yang melatarbelakangi
keputusan bapak ini, coba ceritakan kepada kami?
Keterampilan menggunakan bahasa yang unobstrusive ini memang membutuhkan
latihan,namun bukan berarti adalah suatu hal yang tidak mugkin dilakukan oleh dokter.
Terlebih, keterampilan berkomunikasi dokter selama ini sering kali bersifat pertanyaan yang
tertutup, dimana yang sakit? Sudah berapa lama?. Adalah hal yang wajar karena dokter
dengan kesibukannya sering terburu buru untuk menterjemahkan kata sakit menjadi
diagnosis yang dia kenal dalam ilmu kedokteran. Padahal tidak selamanya hal ini benar.
Sebagai dokter seharusnya dapar menterjemahkan illness versi pasien untuk menciptakan
hubungan yang lebih terpusat pada pasien tersebut (person centred).
21
Sebuah tulisan menarik berasal dari Mechanic (5). Pada mulanya Mechanic
melakukan sebuah studi observasi di China untuk melihat perkembangan hubungan antara
dokter dan pasien di layanan primer. Akan tetapi, Mechanic merasa terkejut karena di sana
banyak sekali dia jumpai pasien pasien dengan diagnosis yang tidak jelas seperti nyeri kaki
yang berkepanjangan. Sang dokter kemudian memberikan serial dosis obat obatan anti nyeri.
. Mechanic kemudian berusaha mendengarkan keluhan pasien – pasien tersebut dengan lebih
mendalam.Betapa terkejutnya dokter di China kala itu bahwa sebenarnya diantara pasien
pasien dengan nyeri kaki yang lama ini ternyata menderita kecemasan dan depresi karena
faktor sosioekonomi.Bagaimana bila dokter yang lebih dahulu dapat mendengarkan pasien
lebih lama?Tentunya penggunaan NSAID dapat diminimalisir dan terapi yang lebih
bijaksana dapat diberikan pada pasien.
22
wawancara. Wawancara dilakukan sebisa mungkin di tempat dengan gangguan yang
minimal, misalnya: ruangan kosong, atau ruangan kantor peneliti. Akan lebih baik
menghindari tempat tempat dengan kebisingan yang mengganggu, misalnya, ruang tunggu
pasien ketika pasien banyak yang mengantri.
Sama seperti in-depth interview, FGD sering dilakukan maksimal 1 jam untuk
menghindari kebosanan selama proses pengambilan data. Focus Group dilakukan secara
berkelompok.Pada FGD tidak membutuhkan jawaban yang sangat mendalam seperti in-
depth interview, namun FGD menitik beratkan pada perbedaan jawaban/variasi jawaban dari
peserta diskusi. Bila interview membutuhkan keterampilan mendengarkan yang cukup dari
pewawancara, FGD membutuhkan tidak hanya keterampilan tersebut namun juga
keterampilan moderator untuk memberikan kesempatan yang sama kepada peserta diskusi,
sehingga diskusi tidak terdominasi oleh salah satu peserta saja, dan peserta lain merasa
sebagai minoritas.
Kelebihan dari in-depth interview adalah kesempatan pewawancara untuk dapat
mendapatkan informasi yang sedalam mungkin dari pasien/peserta wawancara.Kelebihan
lainnya adalah interview dapat dilakukan secara mudah dan murah.Tidak membutuhkan
waktu yang lama untuk mengorganisasi wawancara.Modal utama yang dibutuhkan hanya
mendengarkan jawaban peserta dengan prinsip interview yang unobstrusive (Lihat Bab
Interview Unobstrusive).Rahasia pasienpun dapat terjamin.Pasien bisa dengan leluasa
menceritakan jawabannya tanpa interupsi dan pengaruh dari pihak ketiga.Kekurangan
metode ini adalah pada keterampilan mendengarkan pewawancara. Pewawancara yang baik
akan mendapatkan banyak informasi dan kedekatan dengan pasien, namun bagi
pewawancara yang belum berpengalaman, kualitas wawancara akan bergantung pada
pertanyaan pertanyaan yang dia berikan.
C. Focus Group
Focus group sering dilakukan karena kesempatan untuk mendapatkan informasi
yang bervariasi dapat dilakukan dalam waktu yang bersamaan. Akan tetapi, tidak
sedemikian singkatnya proses tersebut karena moderator FGD sebelumnya harus mampu
mengkoordinasikan peserta diskusi untuk dapat bertemu di waktu dan tempat yang telah
disepakati bersama. Moderator FGD harus mampu memimpin jalannya diskusi agar semua
23
peserta mendapatkan waktu dan kesempatan yang sama untuk mengemukakan pendapatnya.
Hal yang riskan dalam FGD adalah adanya pendapat mayoritas versus minoritas yang justru
menjadi tantangan diperolehnya varisasi jawaban yang berkualitas.
Peran moderator menjadi sangat penting dalam proses diskusi untuk merangsang
peserta yang diam untuk mengemukakan pendapatnya. Peserta ini dapat dirangsang dengan
kalimat yang memacunya mengeluarkan pendapat, misalnya: Mungkin Bapak X memiliki
pengalaman mengenai rokok?Atau mungkin Bapak Y ingin menambahkan sesuatu?
Dalam FGD peserta diskusi mengemukanan pendapat di depan peserta yang lain.
FGD menjadi tidak cocok apabila moderator mengharapkan jawaban yang mendalam atau
rahasia dari peserta diskusi. Hal ini dikarenakan terdapat bias (keenganan) untuk
mengemukakan hal hal yang bersifat sangat pribadi di depan peserta yang lain. Kerahasiaan
(8) jawaban peserta FGD kurang dapat dijaga dibandingkan dengan indepth interview. Bisa
jadi kualitas pendapat yang dikemukakan selama proses diskusi tidak mencerminkan
jawaban individu yang sebenarnya. Hal ini bisa disebabkan oleh pengaruh individu individu
dalam kelompok diskusi.Misal, ketua RT mengemukakan pendapat yang sangat ideal karena
ketua RW berada di dalam diskusi.Hal ini juga menjadi tantangan tersendiri pada moderator
karena dia harus dapat menjaring peserta diskusi dengan perbedaan latar belakang hirarkial
seminimal mungkin.
Isu etik adalah hal yang penting dalam melakukan indept interview dan FGD. Isu
isu etik tersebut meliputi penjaminan kerahasiaan dan antisipasi resiko yang bisa terjadi pada
proses interview dan FGD. Apabila ingin menggunakan perekam moderator/pewawancara
harus mendapatkan informed consent dari peserta wawancara dan upaya perekaman ini
harus diyakinkan untuk tidak membahayakan atas jawaban peserta. Apabila menggunakan
alat perekam audio visual, moderator FGD harus berupaya sebaik mungkin agar alat
perekam tersebut tidak mempengaruhi dinamisasi diskusi.
Beberapa resiko yang tidak diinginkan juga terkadang muncul selama FGD atau
indepth interview misal pasien menarik diri dari proses tersebut atau pasien merasa sedih
karena teringat suatu pengalaman buruk di masa lalu. Apabila peserta memutuskan untuk
keluar dari proses itu adalah hak peserta sepenuhnya. Namun, apabila pasien merasa sedih
atau depresi maka yang bisa dilakukan oleh moderator adalah menawarkan contact person
24
ahli yang dirujuk (psikolog atau dokter yang lain). Moderator/ pewawancara tidak etis untuk
memberikan konsultasi langsung kepada peserta diskusinya.
25
mengantri untuk mendapatkan obat, bila dokter belum memberikan komunikasi yang baik,
maka pasien akan pulang dengan bertanya tanya, ini obat apa ya? Saya hanya butuh untuk
flu?Berarti bila sudah baik mungkin saya tidak perlu lagi mengonsumsi obatnya?
Dari ilustrasi pemberian obat diatas, sebagian besar pasien akan merasa sembuh
dari sakitnya, namun sebagian lain tidak dan membutuhkan terapi yang terus menerus (misal
pada penyakit kronis). Pasien yang sudah baik akan merasa, oh berarti saya harus minta
obat seperti yang ini tadi bila saya sakit. Sedangkan pada pasien penyakit kronis seperti
diabetes, pasien akan sering mengira hanya obat yang dapat menyembuhkannya. Padahal
ada banyak pilar untuk terapi diabetes, dan konseling kepada pasien adalah hal yang utama
(12). Namun yang terjadi, kedua jenis pasien ini tetap datang ke layanan primer, dan sama
sama mengantri untuk mendapatkan obat. Hal ini tentunya bukanlah hal ideal.Obat mungkin
disatu sisi dibutuhkan, namun pola edukasi kepada pasien yang baik dan membantu
perubahan pemberdayaan dirinya adalah hal yang utama.
Edukasi pasien yang baik juga akan membantu pasien secara lebih mandiri dan
mendapatkan perawatan yang bijaksana untuk dirinya. Di Australia misalnya, setiap ibu
yang mengandung dan pasca melahirkan akan mendapatkan konsultasi intensive dengan
bidan di community health service terdekat. Konsultasi ini dijadwalkan secara teratur hingga
ibu merasa dapat beradaptasi dengan kehidupan barunya sebagai seorang ibu. Beberapa
program pemerintah, seperti di Victoria, memberikan konsultasi secara gratis hingga anak
usia empat tahun. Dalam konsultasi ini ibu akan mendapatkan penjelasan dan apa saja yang
bisa dilakukan di rumah ketika anak sakit dan sebelum ke dokter. Ibu dan ayah baru juga
akan mendapatkan perhatian apabila menemui masalah kesehatan fisik dan mental dengan
transisi waktu perubahan menjadi orang tua. Dari program tersebut, dengan model edukasi
intensif dan comprehensive kepada ibu dan keluarganya, angka kunjungan ke rumah sakit
untuk kesehatan ibu dan anak yang tidak perlu dapat dihindari. Ibu dan keluarganya juga
menjadi semakin mandiri dan tiddak mudah panic akan kesehatan anaknya (15, 16).
26
BAB 5. BLUE PRINT ASSESSMENT
Total 100%
27
TUGAS MAHASISWA I:
Kegiatan “Kajian Masalah Kesehatan Antar Profesi” merupakan kegiatan mahasiswa dalam
kelompok kecil terjadwal untuk mendiskusikan secara mandiri setiap masalah kesehatan individu
yang ada di keluarga binaan. Peraturan untuk kegiatan “Kajian Masalah Kesehatan Antar
Profesi”:
Terjadwal diskusi mandiri tanpa tutor dan ada absensi (Kajian IPE on Campus).
Diskusi berlangsung selama minimal 2 jam.
Hasil diskusi ditulis dalam format: diketik dengan TNR font 11 spasi 1.5 dalam sebuah
tabel yang rapi.
Tabel dibawah ini hanya sebuah contoh, isinya dapat lebih dari 1 halaman per masalah
pasien.
Tabel 6. Contoh Format Kajian Masalah Kesehatan Antar Profesi
Kelompok
Kasus dalam Pandangan Pandangan Pandangan Gizi
Kecil (5
Kelompok Kedokteran Keperawatan Kesehatan
Mahasiswa)
Mahasiswa 1 Berikan narasi Calon dokter Calon perawat Calon ahli gizi
singkat & menyampaikan menyampaikan menyampaikan
padat tentang pandangannya pandangannya pandangannya
masalah terkait terhadap masalah terhadap masalah terhadap masalah
dengan anggota keluarga anggota keluarga anggota keluarga
kesehatan tersebut berdasar tersebut berdasar tersebut berdasar
anggota referensi literatur referensi literatur referensi literatur
keluarga (1 s.d. terkait terkait ‘ASUHAN terkait persoalan
5 anggota KEPERAWATAN status gizi pada
keluarga) ’ – berdasarkan pasien/klien
panduan
pasien/klien Nanda
Mahasiswa 2
Mahasiswa 3
Mahasiswa 4
Mahasiswa 5
28
LAMPIRAN
Kompetensi-kompetensi tersebut akan dinilai baik oleh pembimbing maupun oleh rekan satu tim
melalui penilaian berbagai aktivitas lapangan. Umpan balik disampaikan dalam lembar umpan
balik yang menjadi bagian dari portfolio. Seluruh kompetensi merupakan bagian dari refleksi
dalam portfolio mahasiswa.
29
LAMPIRAN 2. Checklist Penilaian IPE
NILAI I :
Checklist ini akan digunakan oleh DPL dan DPF dan dengan penilaian formatif untuk
Semester 3-4/ Tahun II. Penilaian dilakukan dengan cara memberikan tanda √ Pada kolom
“Skor”.
Skor Penilaian
No Kompetensi Penilaian Kemampuan Mahasiswa (Kolom 7)
0 1 2 3
1. Menempatkan kepentingan pasien dan populasi di
pusat pelayanan kesehatan interprofessional.
Nilai atau etika
2. Mengelola dilema etik yang terkait dengan situasi
untuk praktek
1 pelayanan kesehatan yang berpusat pada
IPE
pasien/masyarakat interprofesional.
3. Mempertahankan kompetensi dalam profesinya
sendiri yang tepat untuk
1. Menggunakan lingkup pengetahuan
sepenuhnya,keterampilan,dan kemampuan
Peran dan profesional kesehatan yang tersedia dan petugas
tanggung kesehatan untuk memberikan perawatan yang
2
jawab aman, tepat waktu, efisien, efektif, dan adil.
2. Terlibat dalam pengembangan profesional dan
interprofessional yang keberlanjutan untuk
meningkatkan kinerja tim.
1. Menerapkan ketrampilan komunikasi
biopsikososial spiritual.
Komunikasi
3 2. Menggunakan bahasa yang sopan untuk situasi
IPE
sulit, percakapan penting, atau konflik antar
profesi.
1. Mengintegrasikan pengetahuan dan pengalaman
profesi lainnya untuk perawatan situasi khusus
untuk menginformasikan keputusan perawatan,
sementara menghormati pasien dan nilai-nilai
Tim dan kerja
4 dalam masyarakat dan prioritas / preferensi untuk
tim
perawatan.
2. Menunjukkan strandard yang tinggi dalam aspek
etis dan kualitas pelayanan kontribusi masing-
masing anggota ke dalam pelayanan berbasis tim.
1. Mengidentifikasi dan menganalisis permasalahan
kesehatan dalam komunitas
2. Menilai masalah kesehatan individu, keluarga dan
Kompetensi masyarakat di daerah binaan.
5
komunitas 3. Menegakkan diagnosis hipothesis pada tingkat
individu, keluarga dan masyarakat
4. Memberikan usulan pemecahan masalah(misalnya
edukasi, pendampingan management kasus,
30
advokasi dan promosi dan pencegahan)
Keterangan :
0 = tidak memiliki kemampuan
1 = kemampuan rendah
2 = kemampuan menengah
3 = kemampuan baik (mencakup semua kolom 7)
Mengetahui DPL/DPF,
Yogyakarta,............................................
.................................................
i
g
n
31
LAMPIRAN 3. Format Refleksi Diri
Penilaian Diri:
1. Rincian atas apa yang telah saya lakukan:
1. ………………………………………………………………………………………
…………………………………
2. ………………………………………………………………………………………
…………………………………
2. Pembelajaran yang saya ambil dari kegiatan-kegiatan tersebut:
1. ………………………………………………………………………………………
…………………………………
2. ………………………………………………………………………………………
…………………………………
3. Masalah-masalah yang saya jumpai dalam kegiatan tersebut:
1. ………………………………………………………………………………………
…………………………………
2. ………………………………………………………………………………………
…………………………………
Rencana Aksi:
4. Perencanaan saya untuk mencapai kemajuan (berdasar masalah-masalah di atas):
1. ………………………………………………………………………………………
…………………………………
2. ………………………………………………………………………………………
…………………………………
32
LAMPIRAN 4. Penilaian Refleksi Diri/ Portofolio
NILAI III :
Portfolio adalah suatu metode penilaian berkelanjutan di mana mahasiswa menganalisis proses
pembelajarannya melalui panduan dan umpan balik penilaian-diri dan rencana-aksi. Dalam
modul ini, mahasiswa harus mengisi portfolio masing- masing dan menyusunnya dalam suatu
binder. Penilaian akan dilakukan oleh DPFdengan menitikberatkan pada kuantitas dan kualitas
performa mahasiswa (masing-masing berkisar antara 1-6)
Kuantitas portfolio meliputi lama studi, jumlah halaman dan sumber pembelajaran. Sedangkan
penilaiain kualitas meliputi refleksi yang disusun oleh mahasiswa dan rencana aksi individual.
Makna skala 1-6 dari penilai yang akan menjadi nilai akhir
Skala 1: Performa buruk : E (Fail)
Scale 2: Jauh dari apa yang diharapkan : D
Skala 3: Hampir mencapai apa yang diharapkan : C
Skala 4: Sesuai harapan : B
Skala 5: Melebihi dari yang diharapkan : A/B
Skala 6: Sempurna : A
Kuantitas (Sumber pembelajaran yang tepat dan kompilasi dokumen oleh mahasiswa)
Skala 1: Hanya menyajikan 1 variasi dokumentasi* proses pembelajaran
Skala 2: Menyajikan 1 variasi dokumentasi* proses pembelajarandan 1 variasi sumber pembelajaran**
(artikel/jurnal/buku pegangan)
Skala 3: Menyajikan 1 variasi dokumentasi* proses pembelajarandan 2 variasi sumber pembelajaran**
(artikel/jurnal/buku pegangan)
Skala 4: Menyajikan 1 variasi dokumentasi* proses pembelajarandan 3 variasi sumber pembelajaran**
(artikel/jurnal/buku pegangan)
Skala 5: Menyajikan 2 variasi dokumentasi* (foto/wawancara/observasi/artifak*) proses
pembelajarandan 3 variasi sumber pembelajaran** (artikel/jurnal/buku pegangan)
Skala 6: Menyajikan 3 variasi dokumentasi* proses pembelajarandan 3 variasi sumber pembelajaran**
33
(artikel/jurnal/buku pegangan)
*Variasi dokumen
Foto
Hasil observasi
Hasil wawancara
Lampiran (formulir, panduan wawancara)
**Variasi sumber
Artikel
Buku ajar
Jurnal
34
FORM PENILAIAN REFLEKSI DIRI/ PORTOFOLIO
CFHC-IPE SEMESTER 3-4/ TAHUN II
(………………………………………………)
35
LAMPIRAN 5. Form Penilaian Hasil Observasi
NILAI II :
Formulir ini akan digunakan oleh DPL dan DPF dan dengan penilaian formatif untuk
Semester 3-4/ Tahun II.
DPF/DPL :
Kelompok :
Kunjungan :
36
LAMPIRAN 6. Formulir/ Kartu Umpan Balik dan Kartu Kontrol Kunjungan
Formulir/kartu umpan balik wajib diisi oleh mahasiswa terkait masalah yang didiskusikan
dengan DPL dan DPF.
Formulir/kartu umpan balik dan kartu kontrol kunjungan wajib dibawa oleh mahasiswa
saat kunjungan ke keluarga mitra dan ditandatangani oleh DPL ketika presentasi/laporan
setiap kunjungan.
Formulir/kartu umpan balik dibawa setiap umpan balik (feedback) dan ditandatangani
oleh DPF
Formulir/kartu kontrol kunjungan keluarga mitra wajib ditunjukan mahasiswa ketika
umpan balik (feedback) kepada DPF/DPL
NB :
- Silahkan mahasiswa memperbanyak formulir sendiri sesuai kebutuhan masing-masing.
- Fotokopi-an kartu wajib dilampirkan oleh mahasiswa pada laporan hasil observasi yang
dikumpulkan ke DPF setiap kali umpan balik (TUGAS II, Halaman 28).
- Fotokopi-an kartu wajib dilampirkan oleh mahasiswa pada lembar refleksi diri
(TUGAS III, Halaman 32).
37
FORMULIR/KARTU UMPAN BALIK
Semester 3
No. Penilaian
Kegiatan(Semester…../tahun……): Verifikasi
Umpan Balik Saran DPL/DPF*
1.
Nama :…………
Kegiatan(Semester…../tahun……): Verifikasi
Umpan Balik Saran DPL/DPF*
2.
Nama :…………
Kegiatan(Semester…../tahun……): Verifikasi
Umpan Balik Saran DPL/DPF*
3.
Nama :…………
Kegiatan(Semester…../tahun……): Verifikasi
Umpan Balik Saran DPL/DPF*
4.
Nama :…………
Kegiatan(Semester…../tahun……): Verifikasi
Umpan Balik Saran DPL/DPF*
5.
38
Nama :…………
Nama mahasiswa :
Kelompok :
Prodi :
No. Kunjungan
Kunjungan 1: Verifikasi
Deskripsi kunjungan Tanggal kunjungan: Keluarga mitra*
1.
Nama :…………
Kunjungan 2: Verifikasi
Deskripsi kunjungan Tanggal kunjungan: Keluarga mitra*
2.
Nama :…………
Kunjungan 3: Verifikasi
Deskripsi kunjungan Tanggal kunjungan: Keluarga mitra*
3.
Nama :…………
39
FORMULIR/KARTU UMPAN BALIK
Semester 4
No. Penilaian
Kegiatan(Semester…../tahun……): Verifikasi
Umpan Balik Saran DPL/DPF*
1.
Nama :…………
Kegiatan(Semester…../tahun……): Verifikasi
Umpan Balik Saran DPL/DPF*
2.
Nama :…………
Kegiatan(Semester…../tahun……): Verifikasi
Umpan Balik Saran DPL/DPF*
3.
Nama :…………
Kegiatan(Semester…../tahun……): Verifikasi
Umpan Balik Saran DPL/DPF*
4.
Nama :…………
Kegiatan(Semester…../tahun……): Verifikasi
Umpan Balik Saran DPL/DPF*
5.
Nama :…………
40
FORMULIR/KARTU KONTROL KUNJUNGAN
Semester 4
Nama mahasiswa :
Kelompok :
Prodi :
No. Kunjungan
Kunjungan 1: Verifikasi
Deskripsi kunjungan Tanggal kunjungan: Keluarga mitra*
1.
Nama :…………
Kunjungan 2: Verifikasi
Deskripsi kunjungan Tanggal kunjungan: Keluarga mitra*
2.
Nama :…………
Kunjungan 3: Verifikasi
Deskripsi kunjungan Tanggal kunjungan: Keluarga mitra*
3.
Nama :…………
41
LAMPIRAN 7. Tools Integrasi IPE
Bagian 1.Anamnesis
1. Hasil Anamnesis
Resume anamnesis yang terkait dengan keluhan utama, anamnesis riwayat penyakit
sekarang, dahulu dan keluarga; penggali factor-faktor resiko yang terkait dengan
keluhan utama. Kesimpulan anamnesis yang memuat pola pikir yang mampu
mengarahkan kepada diagnosis banding serta identifikasi masalah aktif dan pasif
pada pasien perlu dituliskan.
2. Pembahasan Anamnesis
Bagian ini merupakan telaah kritis yang menjelaskan pola pikir mengapa alur
anamnesis berlangsung demikian.Mengapa pola dan sudah berapa hari panas yang
diderita pasien anak perlu dieksplorasi sangat detail.Mengapa pula perlu ditanyakan
apakah anak tersebut diare, muntah, dan sebagainya.Di akhir pembahasan anamnesis
ini perlu dituliskan mengapa beberapa diagnosis banding diajukan dan mengapa
suatu masalah dipilih sebagai masalah aktifnya.
42
Bagian 4. Diagnosis
1. Diagnosis
Tuliskan diagnosis akhir yang telah ditegakkan. Tuliskan juga jika masih ada
kemungkinan diagnosis banding, namun usahakan sesedikit mungkin (maksimal 2)
2. Pembahasan Diagnosis
Pembahasan diagnosis merupakan penjelasan secara konseptual patofisiology suatu
penyakit yang menjadi diagnosis kerja secara keseluruhan dikaitkan dengan clinical
findings yang ada.Mahasiswa pendidikan dokter, keperawatan dan gizi kesehatan
harus menjelaskan dari aspek teori dan konsep yang dijadikan dasar penegakan
diagnosis kerja.
Jika kemudian diagnosis kerja masih disertai dengan diagnosis banding, maka perlu
dijelaskan argument teoritis mengapa masih diperlukan diagnosis banding tersebut.
Analisis data:
Data Diagnosa Keperawatan Sifat Masalah
Data Subyektif
Data Obyektif
Data Subyektif
Data Obyektif
Data Subyektif
Data Obyektif
43
C. Pelaporan Kasus Klinis Gizi
IDENTITAS PASIEN
DATA SUBYEKTIF
1. Riwayat Penyakit
2. Berkaitan Dengan Riwayat Gizi
Data Sosio ekonomi Penghasilan:
Suku:
Jumlah anggota keluarga:
Aktifitas fisik Jenis pekerjaan:
Jumlah jam kerja:
Jenis olahraga:
Frekuensi:
Jumlah jam tidur sehari:
Mempersiapkan makanan Fasilitas memasak :
Fasilitas menyimpan makanan:
Alergi makanan Makanan:
Penyebab:
Jenis diet khusus:
Alasan:
Yang Menganjurkan:
Masalah gastrointestinal Nyeri uluhati (ya/tidak)
Mual (ya/tidak)
Muntah (ya/tidak)
Diare (ya/tidak)
Konstipasi (ya/tidak)
Anoreksia (ya/tidak)
Perubahan
pengecapan/penciuman (ya/tidak)
Penyakit kronik Jenis Penyakit
Modifikasi Diet
Jenis dan lama pengobatan
Kesehatan mulut/menelan Sulit menelan (ya/tidak)
Stomatitis (ya/tidak)
Gigi lengkap (ya/tidak)
Pengobatan Vitamin/mineral/suplemen gizi lain
Frekuensi dan Jumlah
Perubahan BB Bertambah/berkurang, lamanya
Disengaja/tidak
Riwayat/Pola makan
DATA OBYEKTIF
3. Antropometri :
BBkg TB LLA TSF TL
cm mm
44
PB LK LD LPinggul LPinggang
cm cm cm
5. Pemeriksaan penunjang :
ASSESMENT GIZI
8. Antropometri
9. Biokimia
10. Fisik dan Klinis
11. Dietary
IMPLEMENTASI
1. Kajian Terapi Diet puskesmas (Rawat Inap)
2. Jenis Diet/Bentuk Makanan?Cara Pemberian, Nilai Gizi
3. Rekomendasi Diet :
a. Standar diet dan Pemesanan Diet:
b. Konseling Gizi
c. (rawat jalan dan rawat inap)
45
LAMPIRAN 8. Panduan Alur Pelaksanaan Kegiatan CFHC-IPE Tahun II
46
Hal.27, Poin 2) Form nilai dan absensi
Membawa KARTU UMPAN dikumpulkan kembali ke
BALIK dan KONTROL sekretariat.
KUNJUNGAN DPF menandatangaini
KARTU UMPAN BALIK
Pembekalan 2: Mahasiswa mengikuti DPF memberikan arahan dan
Interview dengan skenario pembekalan sebelum turun bimbingan untuk persiapan
-
lapangan di kelas, dibimbing turun lapangan
oleh DPF
6. Praktikum lapangan 2: Mahasiswa melakukan DPL memberikan
Pengamatan unobstrusive kunjungan ke keluarga mitra feedbackdan
pada keluarga mitra dan (dokumentasikan dan menandatangaini KARTU
tetangga sekitar mengisi KARTU KONTROL UMPAN BALIK
Interview pada keluarga KUNJUNGAN). Memberi penilaian individu
mitra Melaporkan hasil dari (NILAI II – Kunjungan 2)
-
kunjungan 2 ke DPL (Lihat menggunakan Lampiran 5
Tabel 5, Hal. 27, Poin 2). (Lihat Table 5, Hal. 27, Poin
Membawa KARTU UMPAN 2)
BALIK. Penilaian dikumpul ke
Sekretariat di akhir kegiatan
Semester 3
7. Feedback 2: Mahasiswa melaporkan hasil DPF memberi penilaian
Interview pada keluarga dari kunjungan 2 individu (NILAI II)
mitra Membawa TUGAS II hasil menggunakan Lampiran 5
Identifikasi faktor risiko kunjungan 2 (Lihat Tabel 5, (Lihat Table 5, Hal.27, Poin
tetangga sekitar keluarga Hal.27, Poin 2) 2).
-
mitra Membawa KARTU UMPAN Form nilai dan absensi
BALIK dan KONTROL dikumpulkan kembali ke
KUNJUNGAN sekretariat.
DPF menandatangaini
KARTU UMPAN BALIK
Pembekalan 3: Mahasiswa mengikuti DPF memberikan arahan dan
-
Interview dengan tetangga pembekalan sebelum turun bimbingan untuk persiapan
47
sekitar (identifikasi faktor lapangan di kelas, dibimbing turun lapangan
risiko tetangga sekitar) oleh DPF
8. Praktikum lapangan 3: Mahasiswa melakukan DPL memberikan feedback
Pengamatan unobstrusive kunjungan ke keluarga mitra dan menandatangaini KARTU
pada keluarga mitra dan (dokumentasikan dan UMPAN BALIK
tetangga sekitar mengisi KARTU KONTROL Memberi penilaian individu
Interview pada tetangga KUNJUNGAN). menggunakan (NILAI II –
sekitar (identifikasi faktor Melaporkan hasil dari - Kunjungan 3) Lampiran 5
risiko tetangga sekitar) kunjungan 1 ke DPL (Lihat (Lihat Table 5, Hal. 27, Poin
Tabel 5, Hal. 27, Poin 2). 2)
Membawa KARTU UMPAN Penilaian dikumpul ke
BALIK. Sekretariat di akhir kegiatan
Semester 3
9. Feedback 3: Mahasiswa melaporkan hasil DPF memberi penilaian
Pengamatan unobstrusive dari kunjungan 3. individu (NILAI II)
pada keluarga mitra dan Membawa TUGAS II hasil menggunakan Lampiran 5
tetangga sekitar kunjungan 1-3 (Lihat Tabel (Lihat Table 5, Hal.27, Poin
Interview dengan tetangga 5, Hal.27, Poin 2). 2).
sekitar (identifikasi faktor TUGAS laporan kunjungan Form nilai dan absensi -
risiko tetangga sekitar) 1-3 sudah digabung jadi satu. dikumpulkan kembali ke
Penugasan untuk pembuatan Membawa KARTU UMPAN sekretariat.
refleksi diri BALIK dan KONTROL DPF menandatangaini
KUNJUNGAN. KARTU UMPAN BALIK
48
Laporan kelompok
dikumpulkan ke DPF dan
DPL
11. Pengumpulan tugas refleksi Mahasiswa membuat refleksi DPF memberikan penilaian
diri selama kegiatan CFHC- diri TUGAS III (Lihat Tabel IPE NILAI III (Lihat
IPE Semester 3 5, Hal.27, Poin 3). Tabel 5, Hal.27, Poin 3).
Refleksi diri
-
digabung/dibendel 1
kelompok untuk
dikumpulkan ke DPF
upload GAMEL
12. Penilaian Kajian IPE dan Presentasi kelompok hasil DPF memberikan penilaian DPL memberikan penilaian
pengumpulan nilai refleksi dari kajian IPE ke DPF/DPL IPE NILAI I (Lihat Tabel IPE NILAI I (Lihat Tabel 5,
diri oleh DPF (Presentasi TUGAS I) 5, Hal.27, Poin 1). Hal.27, Poin 1).
Mengumpulkan NILAI Menghasilkan penilaian
III (refleksi diri) kelompok
49
Kuliah Focus Group perkuliahan di kampus dengan
Discussion (FGD) absensi
Penggalian permasalahan
dalam masyarakat atau
komunitas
4. Pembekalan 1: Mahasiswa mengikuti DPF memberikan arahan dan
Pembekalan untuk penggalian pembekalan sebelum turun bimbingan untuk persiapan
permasalahan dalam lapangan di kelas, dibimbing turun lapangan
masyarakat atau komunitas oleh DPF
(dapat menggunakan metode
-
FGD, memanfaatkan kegiatan
MMD/ Musyawarah
Masyarakat Desa, survei
mawas diri, forum dalam
masyarakat, dll)
5. Praktikum lapangan 1: Mahasiswa melakukan DPL memberikan feedback
Melakukan penggalian penggalian permasalahan dan menandatangaini KARTU
permasalahan dalam dalam masyarakat atau UMPAN BALIK
masyarakat atau komunitas komunitas dengan metode Memberi penilaian individu
yang sesuai (dokumentasikan menggunakan Lampiran 5
dan mengisi KARTU (Lihat Table 5, Hal. 27, Poin
-
KONTROL KUNJUNGAN). 2)
Melaporkan hasil dari Penilaian dikumpul ke
kunjungan 1 ke DPL (Lihat Sekretariat di akhir kegiatan
Tabel 5, Hal. 27, Poin 2). Semester 3
Membawa KARTU UMPAN
BALIK..
6. Feedback 1: Mahasiswa melaporkan hasil DPFmemberi penilaian
Penggalian permasalahan dari lapangan1 individu menggunakan
dalam masyarakat atau Membawa TUGAS hasil Lampiran 5 (Lihat Tabel 5,
komunitas -
lapangan 1(Lihat Tabel 5, Hal.27, Poin 2).
Hal.27, Poin 2) Form nilai dan absensi
Membawa KARTU UMPAN dikumpulkan kembali ke
50
BALIK dan KONTROL sekretariat.
KUNJUNGAN DPF menandatangaini
KARTU UMPAN BALIK
7. Pembekalan 2: Mahasiswa mengikuti DPF memberikan arahan dan
Presentasi “Rencana pembekalan sebelum turun bimbingan untuk persiapan
Pengabdian Masyarakat” lapangan di kelas, dibimbing turun lapangan
Kegiatan “pengabmas” oleh DPF
disarankan dapat
memaksimalkan kegiatan-
kegiatan yang sudah ada
dalam masyarakat, dengan -
tujuan membantu
memecahkan masalah
yang didapat dari kegiatan
poin 4 sekaligus
meningkatkan kualitas dan
atau kuantitas kegiatan
yang sudah ada di
masyarakat tersebut.
8. Praktikum lapangan 2: Mahasiswasecara DPF turut serta untuk hadir DPL memberikan
Pelaksanaan “Pengabdian berkelompok melaksanakan dalam kegiatan “Pengabmas” feedbackdan
Masyarakat” “Pengabmas” sebagai bentuk supervisi menandatangaini KARTU
Kegiatan pengabmas dapat (dokumentasikan). UMPAN BALIK
dilakukan dengan cara sit Melaporkan hasil dari Memberi penilaian individu
in/ turut serta dalam kunjungan 3 ke DPL (Lihat menggunakan Lampiran 5
kegiatan yang sudah ada di Tabel 5, Hal. 27, Poin 2). (Lihat Table 5, Hal. 27, Poin
masyarakat Membawa KARTU UMPAN 2)
BALIK. Penilaian dikumpul ke
Sekretariat di akhir kegiatan
Semester 3
DPF turut serta untuk hadir
dalam kegiatan “Pengabmas”
sebagai bentuk supervisi
51
9. Feedback 2: Mahasiswa melaporkan hasil DPFmemberi
Pelaporan hasil “Pengabdian dari kunjungan 3. penilaianindividu
Masyarakat” Membawa TUGAS laporan menggunakan Lampiran 5
lapangan 1-2(Lihat Tabel 5, (Lihat Table 5, Hal.27, Poin
Hal.27, Poin 2). 2).
TUGAS laporan lapangan 1- Form nilai dan absensi -
2 sudah digabung jadi satu. dikumpulkan kembali ke
Membawa KARTU UMPAN sekretariat.
BALIK dan KONTROL DPF menandatangaini
KUNJUNGAN KARTU UMPAN BALIK
10. Kajian IPE on Campus : Diskusi kelompok secara DPF menerima laporan DPF menerima laporan
Diskusi IPE dan pembuatan mandiri dan terjadwal kelompok kelompok
poster pengabdian masyarakat Pembuatan laporan kelompok DPF memberikan penilaian DPL memberikan penilaian
secara kelompok dan poster “Pengabmas” IPE (Lihat Tabel 5, Hal.27, IPE (Lihat Tabel 5, Hal.27,
Laporan kelompok Poin 1). Poin 1).
dikumpulkan ke DPF dan Menghasilakan penilaian Menghasilakan penilaian
DPL kelompok kelompok
11. Refleksi diri selama kegiatan Mahasiswa membuat refleksi Penilaian dijadwalkan dan
CFHC-IPE Semester 4/ Tahun diri (Lihat Tabel 5, Hal.27, dilakukan serentak.
II dan penilaian Poin 3). Menghasilkan penilaian
Refleksi diri individu (Lihat Tabel 5, -
digabung/dibendel 1 Hal.27, Poin 3).
kelompok untuk
dikumpulkan ke Sekretariat
12. Presentasi Poster Pengabdian Presentasi “Pengabmas” kepada Memberi kritik dan saran Memberi kritik dan saran
Masyarakat DPF, DPL dan tokoh masyarakat
52
REFERENSI
Claramita, M., Nugraheni, M., van Dalen, J., & van der Vleuten, C., 2013, Doctor-patient
Communication in Southeast Asia: A Different Culture?, Adv in Health Sci Educ,18, 15-
31.
Claramita M, Susilo AP, Kharismayekti M, van Dalen J, van der Vleuten C. Introducing a
Partnership Doctor-Patient Communication Guide for Teachers in the Culturally
Hierarchical Context of Indonesia. Education for Health: Change in Learning & Practice
(Medknow Publications & Media Pvt Ltd). 2013;26(3):147.
van Weel C. Person-centred medicine in the context of primary care: a view from the World
Organization of Family Doctors (Wonca). Journal of Evaluation in Clinical Practice.
2011;17(2):337.
Mechanic D. Health and illness behavior and patient-practitioner relationships.Social Science &
Medicine. 1992(12):1345.
Claramita M, Susilo AP, Kharismayekti M, van Dalen J, van der Vleuten C. Introducing a
Partnership Doctor-Patient Communication Guide for Teachers in the Culturally
Hierarchical Context of Indonesia. Education for Health: Change in Learning & Practice
(Medknow Publications & Media Pvt Ltd). 2013;26(3):147.
53
van Weel C. Person-centred medicine in the context of primary care: a view from the World
Organization of Family Doctors (Wonca). Journal of Evaluation in Clinical Practice.
2011;17(2):337.
Mechanic D. Health and illness behavior and patient-practitioner relationships.Social Science &
Medicine. 1992(12):1345.
Patton MQ. Qualitative research & evaluation methods / Michael Quinn Patton: Thousand Oaks,
Calif. : Sage Publications, c2002. 3rd ed.; 2002.
Strauss AL, Corbin JM. Basics of qualitative research : grounded theory procedures and
techniques / Anselm Strauss, Juliet Corbin: Newbury Park, Calif. : Sage Publications,
c1990.; 1990.
Claramita M, Dalen JV, Van Der Vleuten CP. Doctors in a Southeast Asian country
communicate sub-optimally regardless of patients' educational background. Patient
Education And Counseling. 2011;85(3):e169-e74.
Heath I. The mystery of general practice: London : Nuffield Provincial Hospitals Trust, c1995.;
1995.
Ekawati FM, Gunn JM, Furler J, Hort K, Liqurish S. Patients experience of using primary care in
the context of universal health coverage implementation: an interpretative
phenomenological analysis. Melbourne: University of Melbourne; 2015.
Omole OB, Ayo-Yusuf OA, Ngobale KNW. Implementing tobacco dependence treatment during
clinical consultations: a qualitative study of clinicians' experiences, perceptions and
behaviours in a South African primary health care setting.BMC Family Practice.
2014;15(1):1-18.
Henderson-Smart DJ, Rieger ID. A neonatal early discharge and home support programme:
shifting care into the community. Journal of Paediatrics & Child Health. 1995;31(1):33-7.
Clark EC, Saultz J, Buckley DI, Rdesinski R, Goldberg B, Gill JM. The association of family
continuity with infant health service use. Journal Of The American Board Of Family
Medicine: JABFM. 2008;21(5):385-91.
54