CHECK UP
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan medical check up adalah salah satu bentuk dari pelayanan kedokteran.
Karena tingginya biaya perawatan pasien yang kompleks maka diperlukan suatu fasilitas
yang bisa memberikan pengobatan yang adekuat dengan biaya yang lebih sedikit dan
lebih sedikit intervensi. Bentuk pelayanan ini akan mengurangi pengeluaran biaya rumah
sakit pasien dengan adanya diagnosis awal dan pengobatan dini.
Tujuan dari pelayanan medical check up adalah untuk mengetahui kondisi kesehatan
pasien secara berkala melalui prosedur dan tindakan yang dapat dipertanggung jawabkan.
(Standart Pelayanan Rumah sakit, dirjen yanmed depkes RI thn 1999). Sedangkan Fungsi
dari pelayanan medical check up adalah sebagai tempat konsultasi, pemeriksaan fisik
maupun penunjang (laboratorium dan radiologi) oleh dokter yang disediakan untuk
pasien agar dapat dilakukan pencegahan untuk penyakit atau memutuskan rantai
perjalanan penyakit sampai dilakukannya suatu pengobatan. Medical check up juga
berfungsi sebagai tempat untuk penemuan diagosis dini, yaitu tempat pemeriksaan pasien
pertama dalam rangka pemeriksaan lebih lanjut dalam tahap pengobatan penyakit.
B. Tujuan
a. Memberikan pelayanan Medical Check Up yang efektif, dan memuaskan bagi pasien
yang menjalani pemeriksaan.
b. Mengetahui sedini mungkin kondisi kesehatan pada pasien serta mencegah
berkembangnya suatu kelainan atau penyakit.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pelayanan Unit Medical Check Up Rumah Sakit Umum Daerah Poso
meliputi:
1. Unit laboratorium
2. Unit radiologi
3. Unit rekam medis
4. Pendaftaran
5. Kasir
D. Batasan Operasional
Untuk lebih mengarahkan pemahaman dibuat batasan istilah penting yang terkait dengan
kerangka pelayanan Unit Medical Check Up.
1. Rumah Sakit adalah sebuah institusi perawatan kesehatan profesional yang
pelayanannya disediakan oleh dokter, perawat, dan tenaga ahli kesehatan lainnya.
2. Rumah sakit Tipe C adalah rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan
kedokteran spesialis terbatas.
3. Unit Medical Check Up adalah bagian pelayanan di rumah sakit yang memberikan
pelayanan pencegahan, konseling dan pengobatan terhadap pasien sesuai dengan jam
pelayanan medical check dimana dalam pelayanannya terkait dengan kegiatan
penunjang lain seperti laboratorium, radiologi dan farmasi.
E. Landasan Hukum
Penyelenggaraan pelayanan Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Daerah Poso sesuai
dengan:
1. UU. No. 1 th 1970 tentang Keselamatan Kerja.
2. Undang Undang Nomor 32 tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Nomor Per.02/Men/1980 Tahun
1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja Dalam Penyelenggaraan
Keselamatan Kerja.
5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor
Per.03/Men/1982 Tahun 1982 tentang Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja.
6. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 Tentang Kewenangan Pemerintah Dan
Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom
7. Keputusan Menteri Kesehatan No. 228/2002 Tentang Pedoman Penyusunan Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit Yang Wajib Dilaksanakan di Daerah
8. Keputusan Menteri Kesehatan No. 1457/2003 tentang standar pelayanan minimal
bidang kesehatan di Kabupaten/Kotamadya
9. Keputusan Menteri Kesehatan No. 1091/2004 Tentang Petunjuk Teknis Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan Di Kabupaten/Kota
10. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2012 Tentang Penerapan
Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
B. Distribusi Ketenagaan
Dalam pelayanan Medical Check Up perlu menyediakan sumber daya manusia yang
kompeten, cekatan dan mempunyai kemampuan sesuai dengan perkembangan teknologi
sehingga dapat memberikan pelayanan yang optimal, efektif, dan efisien. Atas dasar
tersebut di atas, maka perlu kiranya menyediakan, mempersiapkan dan mendayagunakan
sumber-sumber yang ada. Untuk menunjang pelayanan Rawat Jalan di unit Medical
Check Up, maka dibutuhkan tenaga dokter umum, dokter gigi, dokter spesialis, dan
perawat yang mempunyai pengalaman, keterampilan dan pengetahuan yang sesuai.
Nama Pendidikan Sertifikat Jumlah Tenaga Keterangan
Jabatan Kebutuhan Yang Ada
Koordinator Dokter Sertifikat
MCu Umum Hiperkes
Dokter Dokter Sertifikat
Pelaksana Umum Hiperkes
MCU
Perawat S.Kep + Ners Minimal S1
MCU D-III Kep Keperawatan
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruangan
B. Standar Fasilitas
No Nama Ruangan Fungsi Ruangan Luas Ruangan Kebutuhan fasilitas
1. R.Tunggu Ruang dimana keluarga TV, meja, kursi
atau pengantar pasien
menunggu , dengan jumlah
kursi sesuai dengan
aktivitas pelayanan
2. R. VIP Ruang dimana pasien VIP TV, sofa, dispenser,
menunggu wastafel, meja tamu
3. R.Nurse Station Ruang untuk melakukan Sesuai Meja, kursi,
perencanaan, kebutuhan telepon/intercom,
pengorganisasian dan komputer,
pelayanan keperawatan, tensimeter,
pengaturan alur dan stetoskop,
evaluasi pasien. timbangan,
pengukur tinggi
badan, wastafel,
printer dll.
1. Pasien medical check up diharuskan menunjukkan KTP yang masih berlaku di bagian
administrasi pendaftaran / Loket rawat jalan dan memilih paket medical check up sesuai
dengan keinginan pasien.
2. Pasien yang menggunakan jaminan/asuransi perusahaan diharuskan menunjukkan kartu
kesertaan / surat jaminan.
3. Setelah pendaftaran di administrasi, pasien membayar ke kasir kemudian melakukan
pemeriksaan penunjang medis (laboratorium, radiologi, dll) sesuai dengan paket yang
dipilih.
4. Setelah melakukan pemeriksaan penunjang medis, pasien akan diantar ke unit medical
check up untuk menunggu hasil dari pemeriksaan penunjang medis yang telah dilakukan.
5. Setelah semua hasil medical check up sudah ada, pasien akan berkonsultasi ke dokter
medical check up untuk dilakukan pemeriksaan fisik serta penjelasan tentang hasil dari
medical check up.
6. Setelah semua selesai, hasil akan diketik dan diserahkan kepada pasien dalam bentuk
laporan medical check up.
LOGISTIK
A. PENGERTIAN
Logistik adalah suatu ilmu pengetahuan/seni yang disertai dengan sebuah proses
mengenai penyimpanan, penyaluran, dan pemeliharaan serta penghapusan terhadap
barang-barang atau alat-alat tertentu.
Logistik pada unit MCU meliputi alat kesehatan, bahan habis pakai, linen, formulir rekam
medis dan alat tulis. Dengan adanya logistik ini diharapkan tidak adanya hambatan dalam
pelayanan pasien dan pelayanan dapat berkesinambungan secara terus menerus.
B. TUJUAN
1. Terciptanya pelayanan yang berkesinambungan.
2. Meningkatnya efisiensi dan efektifitas pelayanan pasien.
3. Tersedianya logistik yang tertata rapi dan dapat dipertanggungjawabkan.
C. TATA LAKSANA
Penatalaksaan logistik sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh rumah sakit
berupa :
1. Prosedur pemesanan logistik.
1) Koordinator unit MCU melakukan pemesanan melalui sistem informasi terpadu
atau melalui formulir pemesanan barang.
2) Pihak logistik melakukan verifikasi dan menyetujui pemesanan, kemudian
menghubungi unit terkait pemesanan (gudang farmasi, logisitik, dan purchasing)
3) Unit terkait pemesanan menghubungi ruang MCU bila barang telah tersedia.
2. Pengambilan logistik.
1) Admin MCU mengambil barang-barang yang telah dipesan pada hari yang telah
dijadwalkan oleh RSUD Poso sesuai dengan unit yang terkait.
2) Alat kesehatan yang melewati purchasing akan diantar oleh petugas purchasing ke
unit MCU untuk selanjutnya diserah terimakan ke koordinator unit MCU.
3. Penyimpanan logistik.
1) Bahan habis pakai disimpan di lemari yang terletak di gudang unit MCU.
2) Linen diletakkan di lemari.
3) Alat kesehatan diletakkan sesuai dengan tempat yang telah disediakan sesuai
dengan kegunannya.
4) Formulir rekam medis diletakkan di rak susun di nurse station.
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian
Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi : assessmen risiko,
identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan
analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi
solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah
terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan
B. Tujuan
Program keselamatan pasien (patient safety) dikelola oleh Panitia KPRS (Keselamatan
Pasien Rumah Sakit). Sesuai sistematika program yang telah ditetapkan oleh panitia
KPRS, maka tatalaksana bidang Keselamatan Pasien mengacu pada hal tersebut dengan
1. Hak pasien;
1. Perhatikan nama obat, rupa dan ucapan mirip ( Look-alike, Sound-alike medication
names);
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
Pengelolaan sistem Keselamatan Kerja di Unit MCU RSUD Poso mengacu pada buku
“Pedoman Umum Keselamatan Kerja, Kebakaran, dan Kewaspadaan Bencana“ yang disusun
oleh K3 (Keselamatan Kerja Karyawan) RSUD Poso sedangkan uraian hal dimaksud adalah
sebagai berikut :
pelaksanaan tentang Keselamatan Kerja itu sendiri, Keselamatan Kerja dan Keselamatan
Rumah Sakit.
A. Keselamatan Kerja
lingkungan kerja yang bersumber dari bahan-bahan yang dipergunakan dalam suatu
proses produksi, hasil produksi, sisa produksi serta peralatan dan sarana dalam
Faktor-faktor lingkungan kerja di RSUD Poso terdiri dari faktor fisik, faktor
lingkungan kerja yang nilainya melampaui Nilai Ambang Batas (NAB), maka
Faktor-faktor fisik yang biasanya terjadi di lingkungan kerja rumah sakit adalah ;
1) Iklim kerja
kecepatan gerakan udara dan panas metabolisme sebagai hasil aktivitas dari
April 1999 dan Keputusan Dirjen PPM & PLP No.HK.00.06.64.44, maka
sumber panas
kerja
(1) Memberikan air minum dekat tempat kerja yang memenuhi syarat
vasculer
aktivitas
2) Kebisingan
No.HK.00.06.64.44.
seperti :
a)Gangguan Fisiologis
b) Gangguan Tidur
c)Gangguan Komunikasi
d) Gangguan Psikologis
e)Gangguan Pendengaran
tingkat dan atau lamanya pemaparan, secara garis besar usaha-usaha yang
(3) Fondasi mesin harus baik, dijaga agar baut dan sambungan tidak ada
yang goyang
3) Pencahayaan
Intensitas pencahayaan yang cukup dan distribusinya merata serta tidak
“Lux” yaitu satuan penerangan atau pencahayaan per m2 nya jatuh arus
jendela tempat jalannya masuk sinar matahari tidak terhalang atau tertutup
4) Getaran
Getaran adalah merupakan salah satu faktor fisik dan biasanya terjadi karena
Dirjen PPM & PLP No. HK.00.06.64.44 dan menurut Internasional Standar
c) Membahayakan kesehatan
getaran
5) Gelombang Radiasi
terdiri dari radiasi yang mengion dan radiasi yang tidak mengion, seperti
a) Menyebabkan kemandulan
yang cukup
dengan bahan lain (reaktif); atau berupa senyawa asam yang kuat dan pekat
(korosif) atau senyawa basa kuat (kaustik); atau bisa juga berupa “gas asphyxiant”
yaitu gas yang sangat banyak memenuhi suatu ruangan membuat kadar oksigen
menjadi sangat rendah (kurang dari 9 %) sehingga orang sulit bernapas dan lemas.
atau menimbulkan efek sistemik yaitu tidak menimbulkan efek lansung pada
bagian tubuh yang terpapar(kulit,mata atau saluran pernapasan) melainkan
memberi efek pada organ-organ yang berada di dalam tubuh, seperti system syaraf
pusat (SSP), ginjal, alveoli, darah, janin dll. Nilai Ambang Batas (NAB) Faktor
Kimia di udara Lingkungan Kerja telah diatur dengan Surat Edaran Menteri
alat)
1) Mengetahui Material Safety Data Sheets (MSDS) dari setiap material atau
bahan.
dengan baik. Ruang penyimpanan sebaiknya terbuat dari bahan tahan api,
setiap kali harus diamati apakah kondisi ruang penyimpanan selalu bersih,
dari suatu tempat ke tempat lain harus dilakukan dengan hati-hati, karena
4) Ruang tempat kerja harus mempunyai sistem ventilasi yang cukup dimana
aliran udara masuk dan keluar cukup bersih. Penerangan dan suhu ruang kerja
pekerja
harus diberikan pelatihan yang memadai agar dapat bekerja sesuai dengan
pekerja
Secara garis besar agent - agent biologi dapat digolongkan sebagai berikut :
Cara penularan penyakit dari seseorang kepada orang lain dapat terjadi
infeksi nosokomial
sebagainya
Jumlah kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang terus meningkat
pekerjaan. Pedoman Praktis Ergonomik dapat digunakan untuk mencari solusi praktis
Hal ini bertujuan untuk menyediakan alat yang tepat untuk meningkatkan kondisi
lingkungan kerja, mencapai tingkat efisiensi serta tingkat keselamatan dan kese-hatan
Pedoman praktis ergonomik mencakup semua masalah aspek utama dari ergonomi
e. Fasilitas Umum
3) Jalur transportasi agar dalam kondisi yang baik, tidak licin dan bebas rintangan.
pada batas permukaan lantai yang berbeda pada jalur/jalan di ruang kerja.
5) Sempurnakan tata letak tempat kerja agar mengurangi gerakan material yang
dibutuhkan.
6) Gunakan kereta dorong atau alat lain yang beroda untuk mengangkut material.
8) Di tempat kerja, gunakan rak bersekat-sekat yang dapat menampung lebih banyak
10) Kurangi penanganan barang / material, dengan cara menggunakan alat-alat bantu.
11) Mengangkat / membawa barang yang berat, bagi barang menjadi beberapa bagian
yang lebih ringan yang ditempatkan dalam kemasan, kotak, nampan dan lain-lain.
12) Buatkan pegangan khusus pada semua barang dalam kemasan atau kotak, dan
lain-lain yang akan diangkat maupun dibawa, atau tentukan bagian yang dapat
dijadikan pegangan.
13) Bila memindahkan barang secara manual (tanpa alat), usahakan sesedikit mungkin
14) Bila memindahkan benda-benda yang berat, lakukan secara mendatar dengan
16) Benda yang kita bawa agar selalu dirapatkan pada badan kita
17) Lakukan gerakan mengangkat dan menurunkan barang secara perlahan-lahan, dan
18) Bila kita mengangkat beban/benda panjang, tumpukan sebagian beban berat di
19) Untuk menghindari kelelahan dan cedera tubuh, bagi mereka yang melaku-kan
pekerjaan ringan
20) Sediakan dan tempatkan bak sampah pada posisi yang memudahkan penggu-
naannya
21) Jalur-jalur keluar bangunan (untuk keadaan darurat), agar diberi
tanda/ga-ris/tulisan yang jelas, serta harus bersih dari benda-benda yang dapat
menghambat.
2) Jika ruang kerja memerlukan penambahan cahaya, berikan cat berwarna lembut
4) Nyalakan lampu penerangan yang mencukupi bagi para pekerja agar mereka dapat
1) Lindungi para pekerja dari hawa panas yang berlebihan dalam ruangan
2) Lindungi tempat kerja dari hawa panas dan dingin yang berlebihan dari luar
ruangan
3) Pasanglah lapis penyekat atau isolasi pada sumber panas dan sumber dingin
4) Pasanglah sistem pengaturan udara yang memadai sehingga para pekerja dapat
5) Pilihlah lampu tangan yang sudah terisolasi dengan baik dari bahaya sengatan
7) Lindungi para pekerja dari bahaya bahan-bahan kimia sedemikian rupa sehingga
1) Sediakan dan lakukan perawatan yang baik, termasuk mengganti dan mencuci
berbagai fasilitas sanitasi yang ada, agar kerapian maupun kebersihan dan
kesehatan terjaga
2) Sediakan fasilitas air minum, ruang makan, dan ruang istirahat dengan kondisi
6) Sediakan alat pelindung diri yang memadai dan mampu melindungi para
7) Jika bahaya di ruang kerja tidak dapat dihilangkan dengan cara lain, maka
gunakan dan pilih alat pelindung diri yang cocok dan mudah perawatannya bagi
8) Pastikan bahwa pekerja yang perlu menggunakan alat pelindung diri secara
teratur, harus mengikuti petunjuk penggunaaan yang tepat, proses adaptasi serta
pelatihan pemakaian
9) Pastikan bahwa semua orang dapat menggunakan alat pelindung diri bila
diperlukan
10) Pastikan bahwa alat pelindung diri dapat diterima oleh semua pekerja
11) Sediakan bahan-bahan pembersih dan fasilitas perawatan alat pelindung diri,
13) Berikan tugas dan tanggung jawab kepada petugas untuk melaksanakan
3. Keamanan Pasien
Umum Daerah Cengkareng, perlu dilengkapi dengan adanya perlengkapan keamanan bagi
Perlunya pegangan sepanjang tangga dan dinding dimaksudkan agar pasien, termasuk
keluarga dan karyawan dapat berpegangan saat menaiki atau menuruni tangga, dan bagi
pasien yang dalam kondisi lemah, apabila tidak menggunakan kursi roda, dapat berjalan
Pegangan di toilet pasien untuk membantu pasien yang kondisinya lemah agar tidak
terjatuh saat berada dalam toilet. Bel di toiet ditujukan untuk memudah-kan pasien
meminta pertolongan apabila terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan saat berada dalam
toilet.
Pintu toilet di ruang perawatan hendaknya dapat dibuka dari luar agar apabila terjadi
sesuatu kondisi darurat misalnya pasien terjatuh di depan pintu, petugas dapat segera
Penahan pada tepi tempat tidur pasien dengan jarak terali lebih kecil dari kepala anak +/-
10 cm, agar pasien tidak mudah terjatuh dari tempat tidur dan mencegah terjadinya
Untuk mencegah/mengurangi bahaya yang mungkin timbul dari sumber listrik terutama
Untuk mencegah terjadinya luka bakaroleh air panas, seluruh sumber air panas perlu
Ketersediaan oksigen di semua ruang perawatan, IGD, ICU dan Bedah harus selalu
terjamin. Untuk itu harus dilakukan pengecekan dan pemeliharaan rutin terhadap
perlengkapan ini.
Disetiap ruang perawatan harus tersedia emergency suction yang selalu siap pakai dan
i. Kamar dilengkapi dengan bel yang mudah dijangkau dan lampu darurat
Setiap kamar perawatan dilengkapi dengan bel yang letaknya mudah dijangkau serta
harus segera diberikan kepada tenaga kerja yang menderita kecelakaan atau penyakit
pada korban, sebelum pertolongan yang lebih mantap dapat diberikan oleh dokter atau
(3) Bila pernafasan berhenti, segera dilakukan pernafasan buatan (dari mulut ke
mulut);
(5) Dilakukan dengan menekan tempat pendarahan kuat-kuat dengan tangan, dengan
Alat pelindung diri (APD) adalah alat yang mempunyai kemampuan untuk
melindungi seseorang dalam pekerjaan, yang fungsinya mengisolasi tenaga kerja dari
bahaya di tempat kerja. APD dipakai setelah usaha rekayasa (engineering) dan cara
kerja yang aman (work practice) telah maksimum. Namun pemakaian APD bukanlah
enak dipakai, tidak mengganggu kerja dan memberikan perlindungan yang efektif
terhadap bahaya.
Sering APD tak dipakai karena tidak enak/kurang nyaman, karena itu adalah
penting dalam pemeliharaan dan kontrol terhadap APD, sehingga fungsi APD tetap
baik, misalnya ;
(2) APD yang mempunyai masa kerja tertentu seperti kanister, filter dan cartridge;
dan tekad dalam melaksanakan keselamatan dan kesehatan kerja, dengan kerangka
dan program kerja yang mencakup kegiatan secara menyeluruh yang bersifat umum
agar prinsip-prinsip keselamatan dan kesehatan kerja dilaksanakan secara efektif dan
teknis juga perlu memperhatikan pengendalian administratif, dimana salah satu hal
yang perlu mendapat perhatian adalah sistem pencatatan dan pelaporan kecelakaan
agar tidak terjadi kesalahan dalam upaya penyelidikan dan cara penanggulang-annya.
dan menghasilkan limbah yang saat ini mulai disadari dapat menimbulkan gangguan
kesehatan akibat bahan yang terkandung di dalamnya dan menjadi mata rantai
penyebaran penyakit, selain itu juga dapat menjadi sumber pencemaran lingkungan udara,
Sampah rumah sakit dapat digolongkan berdasarkan jenis unit penghasil dan jenis
pengelolaannya, secara garis besar limbah padat rumah sakit digolongkan menjadi
(1) Limbah padat medis biasanya dihasilkan oleh Ruang Pasien, Ruang Tindakan/
(2) Limbah padat non medis dihasilkan oleh Ruang Administrasi, Ruang Gizi, Ruang
Diklat, dll.
(1) Memudahkan bagi penghasil untuk pembuangan sampah (sesuai jenis warna kantong)
(2) Mencegah terkontaminasinya limbah padat non medis dari limbah padat medis
Limbah benda tajam adalah limbah yang memiliki sudut tajam, sisi, ujung atau
Limbah benda tajam mempunyai potensi dan dapat menyebabkan cidera melalui
sobekan atau tusukan. Limbah benda tajam mungkin terkontaminasi oleh darah,
cairan tubuh, bahan mikrobiologi dan beracun, bahan citotoksik atau radioaktif.
Secara umum, jarum disposible tidak dipisahkan dari syringe atau perlengkapan
Limbah golongan ini ditempatkan dalam kontainer yang tahan tusukan dan
diberi label dengan benar untuk menghindari kemungkinan cidera saat proses
2) Limbah infeksius
Limbah golongan ini ditempatkan dalam kantong kuning dan pada proses akhir
Cairan tubuh, terutama darah dan cairan yang terkontaminasi berat oleh darah,
bila dalam jumlah kecil, dan bila mungkin diencerkan, sehingga dapat dibuang
4) Limbah citotoksik
nasi dengan obat citotoksik selama peracikan, pengangkutan atau tindakan terapi
citotoksik.
yang tepat. Bahan pembersih hendaknya selalu tersedia dalam ruang peracikan
terapi citotoksik, bahan yang cocok untuk itu, antara lain: sawdust, granula
Limbah golongan ini ditempatkan dalam kantong kuning dan pada proses akhir
urine dan muntahan, dapat dibuang secara aman ke dalam saluran air kotor.
Namun harus hati-hati dalam menangani limbah tersebut dan harus diencer-kan
dengan benar.
5) Limbah farmasi
a) Obat-obatan kadaluarsa
b) Obat-obatan yang terbuang karena batch yang tidak memenuhi spesifikasi
hendaknya dilakukan di tempat terbuka jauh dari api, motor elektrik, atau
karena itu metode ini hendaknya hanya digunakan untuk limbah farmasi
dengan sifat racun rendah. Bahan ditempatkan dalam wadah non reaktif yang
Limbah dihasilkan dari penggunaan bahan kimia dalam tindakan medis, vete-
dalam saluran air kotor dapat menimbulkan korosi atau berupa ledakan.
Reklamasi dan daur ulang bahan kimia berbahaya dan beracun (B3) dapat
diupayakan bila secar teknis dan ekonomis memungkinkan. Disarankan untuk
lanjut.
7) Limbah radioaktif
Limbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radio isotop yang
berasal dari penggunaan medis atau riset radionucleida. Limbah ini dapat berasal
Hal-hal yang harus dipenuhi secara umum dalam penanganan dan pembuangan
Pejabat ini harus bertanggung jawab untuk semua urusan pengamanan radioaktif
dan mencari petunjuk, bila diperlukan unit yang menghasilkan limbah radioaktif
harus dikemas dengan benar. Tempat khusus tersebut hendaknya diamankan dan
8) Limbah plastik
Masalah yang ditimbulkan oleh limbah plastik adalah terutama karena jumlah
dilakukan tindakan tertentu sesuai dengan salah satu golongan limbah di atas jika
nya merupakan proses yang kontinue. Pilah-pilah dan reduksi volume limbah
klinis dan yang sejenis merupakan persyaratan keamanan yang penting untuk
d) Pengemasan dan pemberian label yang jelas dari berbagai jenis limbah untuk
adalah kunci pembuangan yang baik. Dengan limbah berada dalam kantong atau
2) Penampungan
Sarana penampungan harus memadai, letak pada lokasi yang tepat, aman dan
sebagai berikut:
instasni/unit
3) Pengangkutan
dorong. Peralatan tersebut harus diberi label dan dibersihkan secara reguler dan
luar memerlukan prosedur pelaksanaan yang tepat dan harus diikuti oleh seluruh
lokal. Bila limbah klinis dan yang sejenis diangkut dengan kontainer khusus, kuat
dan tidak bocor. Kontainer harus mudah ditangani dan harus mudah dibersihkan.
4) Pemusnahan
Barang berbahaya dan beracun (B3) adalah bahan yang karena sifat dan atau
konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat
mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup, dan atau dapat membahayakan
lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya.
a. Memancarkan radiasi
mampu mengionkan secara langsung atau tidak langsung materi bahan yang
dilaluinya, misalnya: Ir192, I131, Tc99, Sa153, sinar X, sinar alfa, sinar beta, sinar gamma,
dll
b. Mudah meledak
Bahan yang mudah membebaskan panas dengan cepat tanpa disertai pengim-bangan
meningkat pesat dan dapat menimbulkan peledakan. Bahan mudah meledak apabila
Bahan yang mudah membebaskan panas dengan cepat disertai dengan pengim-bangan
kehilangan panas, sehingga tercapai kecepatan reaksi yang menimbulkan nyala. Bahan
mudah menyala atau terbakar mempunyai titik nyala (flash ponit) rendah (210C)
d. Oksidator
Bahan yang mempunyai sifat aktif mengoksidasikan sehingga terjadi reaksi oksidasi,
e. Racun
Bahan yang bersifat beracun bagi manusia atau lingkungan yang dapat menyebabkan
kematian atau sakit yang serius apabila masuk ke dalam tubuh melalui pernapasan
f. Korosif
Bahan yang dapat menyebabkan iritasi pada kulit, menyebabkan proses pengkaratan
pada lempeng baja (SAE 1020) dengan laju korosi lebih besar dari 6,35 mm/tahun
dengan temperatur uji 550C, mempunyai pH sama atau kurang dari 2 (asam), dan sama
g. Karsinogenik
Sifat bahan penyebab sel kanker, yakni sel luar yang dapat merusak jaringan tubuh.
h. Iritasi
Bahan yang dapat mengakibatkan peradangan pada kulit dan selaput lendir.
i. Teratogenik
j. Mutagenik
Sifat bahan yang dapat mengakibatkan perubahan kromosom yang berarti dapat
merubah genetika.
k. Arus listrik
a. Daya racun dinyatakan dengan satuan LD50 atau LC50, dimana makin kecil nilai LD50
dan penyerapan melalui kulit. Diantaranya yang sangat berbahaya adalah yang
melalui saluran pernapasan karena tanpa disadari B3 akan masuk ke dalam tubuh
bersama udara yang dihirup yang diperkirakan sekitar 8,3 M2 selama 8 jam kerja dan
d. Efek kombinasi bahan kimia, yaitu paparan bermacam-macam B3 dengan sifat dan
pengobatan
a. Identifikasi semua B3 dan instalasi yang akan ditangani untuk mengenal ciri-ciri dan
karakteristiknya. Diperlukan penataan yang rapi dan teratur, dilakukan oleh petugas
yang ditunjuk sebagai penanggung jawab. Hasil identifikasi diberi label atau kode
untuk dapat membedakan satu sama lainnya. Sumber informasi didapatkan dari lembar
sifat dan karekteristik dari bahan atau instalasi yang ditangani sekaligus memprediksi
meliputi:
lembar MSDS, pembuatan prosedur kerja, pengaturan tata ruang, pemantauan rutin
3) Inspeksi dan pemeliharaan sarana, prosedur dan proses kerja yang aman
kurang berbahaya
dengan cara memilih proses kontinyu yang menggunakan bahan setiap saat lebih
sedikit. Dalam hal ini bahan dapat dipesan sesuai kebutuhan sehingga resiko dalam
penyimpanan kecil.
pembuangan dan penanganan sisa atau bocoran/ tumpahan, cara pengobatan bila
berbahaya dengan sistem ventilasi dan dipantau secara berkala agar kontaminan
5) Upayakan agar tenaga kerja tidak mengalami paparan yang terlalu lama dengan
mengurangi waktu kerja atau sistem shift kerja serta mengikuti prosedur kerja
yang aman.
6) Upayakan agar tenaga kerja memakai alat pelindung diri yang sesuai atau tepat
teknis yang ada dan memberikan tanda-tanda peringatan yang sesuai dan jelas.
berbahaya
10) Upayakan agar limbah yang dihasilkan sekecil mungkin dengan cara memelihara
instalasi menggunakan teknologi yang tepat dan upaya pemanfaatan kembali atau
daur ulang.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Peningkatan mutu dapat diartikan keseluruhan upaya dan kegiatan secara komprehensif
dan integratif memantau dan menilai mutu pelayanan Rumah Sakit, memecahkan masalah-
masalah yang ada dan mencari jalan keluarnya, sehingga mutu Rumah Sakit akan menjadi
lebih baik. Peningkatan mutu termasuk kegiatan yang melibatkan mutu asuhan atau pelayanan
dengan penggunaan sumberdaya secara tepat dan efisien, walaupun disadari bahwa mutu
memerlukan biaya, tetapi tidak berarti mutu yang lebih baik selalu memerlukan biaya lebih
banyak atau mutu rendah biayanya lebih rendah, dan agar dapat dilaksanakan secara efektif
dan efisien maka diperlukan adanya kesatuan bahasa tentang konsep dasar upaya peningkatan
mutu. Dalam membahas konsep dasar ini maka akan dibahas dulu tentang konsep mutu baru
1. Pengertian Mutu
Pengertian mutu beraneka ragam dan di bawah ini ada beberapa pengertian yang
b) Mutu adalah expertise, atau keahlian dan keterikatan (commitment) yang selalu
Adalah derajat kesempurnaan pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah Poso untuk
dengan standar profesi dan standar pelayanan dengan menggunakan potensi sumber
daya yang tersedia di Rumah Sakit Umum Daerah Poso secara wajar, efisien, efektif
serta diberikan secara aman dan memuaskan sesuai dengan norma, etika, hukum dan
a) Konsumen
e) Masyarakat
f) Pemerintah
g) Ikatan Profesi
Setiap kepentingan yang disebut di atas berbeda sudut pandang dan kepentingannya
a) Keprofesian
b) Efisiensi
c) Keamanan pasien
d) Kepuasan pasien
Mutu suatu rumah sakit adalah produk akhir dari interaksi dan ketergantungan yang
rumit antara berbagai komponen atau aspek rumah sakit sebagai suatu sistem. Aspek
1) Struktur :
Adalah sumber daya manusia, sumber daya fisik, sumber daya keuangan dan
sumber daya lain-lain pada fasilitas pelayanan kesehatan. Baik tidaknya struktur
struktur itu.
2) Proses :
Adalah apa yang dilakukan dokter dan tenaga profesi lain terhadap pasien: evaluasi,
penyulit, follow up. Baik tidaknya proses dapat diukur dari relevansinya bagi
3) Outcome :
Adalah hasil akhir kegiatan dan tindakan dokter dan tenaga profesi lain terhadap
pasien dalam arti perubahan derajat kesehatan dan kepuasannya serta kepuasan
provider. Outcome yang baik sebagian besar tergantung kepada mutu struktur dan
mutu proses yang baik. Sebaiknya outcome yang buruk adalah kelanjutan struktur
1. Definisi
Adalah keseluruhan upaya dan kegiatan yang komprehensif dan integratif yang
menyangkut struktur, proses dan outcome secara obyektif, sistematik dan berlanjut
memantau dan menilai mutu dan kewajaran pelayanan terhadap pasien, dan
Rumah Sakit Umum Daerah Poso berdaya guna dan berhasil guna.
2. Tujuan
a. Tujuan Umum
Umum Daerah Poso secara efektif dan efisien agar tercapai derajat kesehatan yang
optimal.
b. Tujuan Khusus
b. Pemberian pelayanan sesuai dengan standar profesi dan standar pelayanan yang
kesehatan.
3. Rencana kegiatan
1) Survei Kepuasan
Survei kepuasan diperlukan untuk mengetahui dan mengevaluasi mutu
pelayanan yang telah diberikan. Survei ini diberikan kepada pasien dalam bentuk
c. Memastikan bahwa semua proses mulai dari persiapan pasien, MCU, pencatatan,
MCU.
a) Identifikasi pasien
Sebelum MCU dilakukan harus memastikan identitas pasien sama dengan rekam
medis.
b) Kecepatan pelayanan
kecepatan dalam melayanin pasien MCU sampai pasien mendapatkan hasil dari
MCU.
C. INDIKATOR MUTU
Indikator mutu ini diperlukan untuk mengetahui dan mengevaluasi mutu pelayanan
yang telah diberikan. Pelaksanaannya melalui program Indikator Mutu Rumah Sakit yang
ada dimasing-masing unit melalui komputer yang berhubungan langsung dengan tim
PMKP, adapun pengisiannya oleh semua staf yang ada di unit tersebut dengan cara
sensus harian dan pengecekkan oleh seorang yang bertanggung jawab, untuk Unit
Kriteriaeksklusi -
fungsi pelayanan kesehatan termasuk pelayanan dalam rumah sakit secara bertahap perlu
terus ditingkatkan agar menjadi efektif dan efisien serta memberi kepuasan terhadap
pasien, keluarga maupun masyarakat. Dengan latar belakang diatas, maka program
sakit.
5. Penetapan media monitoring layanan beserta standar layanan, meliputi Rapat Bulanan
Dalam sistem ”Pengendalian Mutu” Unit MCU RS Umum Daerah Poso secara
a. Pembuatan atau penetapan standar, indikator mutu dan SPO (alur kerja) yang relevan
atau terkait
d. Sebagai tindak lanjut dari kegiatan MONEV dirumuskan ACTION PLAN terkait
Sedangkan uraian sistematika program ”Pengendalian Mutu” diatas adalah
sebagai berikut :
Dalam langkah sosialisasi dimaksud menggunakan media, yaitu : surat, rapat rutin.
Kegiatan ini bertujuan untuk memonitor dan mengevaluasi sejauh mana standar mutu
- Rapat manajerial
dengan ”ACTION PLAN” ditentukan oleh temuan teknis dalam kegiatan Monitoring
PENUTUP
Buku Pedoman Pelayanan Unit Medical Check Up ini disusun dalam rangka
memberikan acuan bagi tenaga kesehatan yang bekerja di unit pelayanan MCU RSUD Poso
agar dapat menyelenggarakan pelayanan MCU yang bermutu, aman, efektif dan efisien
perubahan, maka Buku Pedoman Pelayanan Unit Medical Check Up ini akan disempurnakan.
LEMBAR PENGESAHAN
PembuatDokumen