Anda di halaman 1dari 24

LAMPIRAN KEPUTUSAN

DIREKTUR RUMAH SAKIT


TARUMAJAYA
NOMOR : 54/SK/DIR/RSTJ/X/2021
TANGGAL : 11 OKTOBER 2021

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pelayanan medical check up adalah salah satu bentuk dari pelayanan
kedokteran. Karena tingginya biaya perawatan pasien yang kompleks maka
diperlukan suatu fasilitas yang bisa memberikan pengobatan yang adekuat dengan
biaya yang lebih sedikit dan lebih sedikit intervensi. Bentuk pelayanan ini akan
mengurangi pengeluaran biaya rumah sakit pasien dengan adanya diagnosis awal
dan pengobatan dini. Tujuan dari pelayanan medical check up adalah untuk
mengetahui kondisi kesehatan pasien secara berkala melalui prosedur dan tindakan
yang dapat dipertanggung jawabkan. (standart pelayanan Rumah sakit, dirjen
yanmed depkes RI thn 1999). Sedangkan Fungsi dari pelayanan medical check up
adalah sebagai tempat konsultasi, pemeriksaan fisik maupun penunjang
(laboratorium dan radiologi) oleh dokter yang disediakan untuk pasien agar dapat
dilakukan pencegahan untuk penyakit atau memutuskan rantai perjalanan penyakit
sampai dilakukannya suatu pengobatan. Medical check up juga berfungsi sebagai
tempat untuk penemuan diagosis dini, yaitu tempat pemeriksaan pasien pertama
dalam rangka pemeriksaan lebih lanjut dalam tahap pengobatan penyakit.

B. TUJUAN
1. Memberikan pelayanan Medical Check Up yang efektif, dan memuaskan
bagi pasien yang menjalani pemeriksaan.
2. Mengetahui sedini mungkin kondisi kesehatan pada pasien serta
mencegah berkembangnya suatu kelainan atau penyakit.

C. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup pelayanan Unit Medical Check Up Rumah Sakit Tarumajaya
meliputi:
1. Unit laboratorium
2. Unit radiologi
3. Unit rekam medis

Pedoman Pelayanan Unit Medical Check Up

1
4. Pendaftaran
5. Kasir
D. BATASAN OPERASIONAL
Untuk lebih mengarahkan pemahaman dibuat batasan istilah penting yang
terkait dengan kerangka pelayanan Unit Medical Check Up.
1. Rumah Sakit adalah sebuah institusi perawatan kesehatan profesional yang
pelayanannya disediakan oleh dokter, perawat, dan tenaga ahli kesehatan
lainnya.
2. Rumah sakit Tipe C adalah rumah sakit yang mampu memberikan
pelayanan kedokteran spesialis terbatas.
3. Unit Medical Check Up adalah bagian pelayanan di rumah sakit yang
memberikan pelayanan pencegahan, konseling dan pengobatan terhadap
pasien sesuai dengan jam pelayanan medical check dimana dalam
pelayanannya terkait dengan kegiatan penunjang lain seperti laboratorium,
radiologi dan farmasi.

E. LANDASAN HUKUM
Penyelenggaraan pelayanan Medical Check Up Rumah Sakit Tarumajaya sesuai
dengan:
1. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000
2. Undang Undang Nomor 32 tahun 2004
3. Keputusan Menteri Kesehatan No. 1457/2003 tentang standar pelayanan
minimal bidang kesehatan di Kabupaten/Kotamadya
4. Keputusan Menteri Kesehatan No. 1091/2004
5. Keputusan Menteri Kesehatan No. 228/2003

Pedoman Pelayanan Unit Medical Check Up

2
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA


1. Kualifikasi Tenaga Dokter di Unit Medical Check Up Rumah Sakit Tarumajaya
adalah Dokter Umum, Dokter Gigi Menggunakan jasa pelayanan dokter tetap
dan Dokter Spesialis menggunakan jasa Pelayanan dokter di luar Rumah Sakit
(konsultan).
2. Kualifikasi Tenaga perawat di Unit Medical Check Up Rumah Sakit Tarumajaya
adalah tenaga perawat di Unit Medical Check Up Rumah Sakit Tarumajaya yang
berpengalaman di bidang paramedik.

B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Dalam pelayanan Medical Check Up perlu menyediakan sumber daya manusia
yang kompeten, cekatan dan mempunyai kemampuan sesuai dengan perkembangan
teknologi sehingga dapat memberikan pelayanan yang optimal, efektif, dan efisien.
Atas dasar tersebut di atas, maka perlu kiranya menyediakan, mempersiapkan dan
mendayagunakan sumber-sumber yang ada. Untuk menunjang pelayanan Rawat
Jalan di unit Medical Check Up, maka dibutuhkan tenaga dokter umum, dokter gigi,
dokter spesialis, dan perawat yang mempunyai pengalaman, keterampilan dan
pengetahuan yang sesuai.

Nama Pendidikan Sertifikat Jumlah Tenaga Keterangan


Jabatan Kebutuhan Yang Ada
Koordinator Minimal D-3 Minimal D-3 1 1 Cukup
MCU Keperawatan
Keperawatan
Dokter Dokter Sertifikat 2 2 Cukup
Pelaksana Umum Hiperkes
MCU

Perawat Minimal D-3 1 2 Kurang 1


Minimal D-3
Keperawatan
MCU Keperawatan
Admin MCU Minimal D-3 1 1 Cukup
Minimal D-3
Akuntansi
Akuntansi

Pedoman Pelayanan Unit Medical Check Up

3
C. PENGATURAN DINAS
Pengaturan jadwal dinas adalah pengaturan tugas pelayanan bagi perawat dan
bidan untuk melaksanakan tugas pelayanan di Unit Medical Check Up Rumah
Sakit Tarumajaya. Pelayanan hanya 1 shift yaitu pukul 07.00-14.00 WIB.

Pedoman Pelayanan Unit Medical Check Up

4
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. DENAH RUANGAN

B. STANDAR FASILITAS

No Nama Ruangan Fungsi Ruangan Luas Ruangan Kebutuhan fasilitas


1. R.Tunggu Ruang dimana keluarga TV, meja, kursi
atau pengantar pasien
menunggu , dengan jumlah
kursi sesuai dengan
aktivitas pelayanan
2. R. VIP Ruang dimana pasien VIP TV, sofa, dispenser,
menunggu wastafel, meja tamu
3. R.Nurse Station Ruang untuk melakukan Sesuai Meja, kursi,
perencanaan, kebutuhan telepon/intercom,
pengorganisasian dan komputer,
pelayanan keperawatan, tensimeter,
pengaturan alur dan stetoskop,
evaluasi pasien. timbangan,
pengukur tinggi

Pedoman Pelayanan Unit Medical Check Up

5
badan, wastafel,
printer dll.
4. R. Makan Ruang tempat makan Kursi dan meja
pasien. makan
5. R. Ganti Ruang tempat pasien Gantungan baju,
berganti pakaian. Bucket pakaian
kotor, kaca, loker
pakaian.
6. R. Konsultasi Ruang konsultasi pasien Sesuai Lemari atau rak,
kebutuhan tempat tidur pasien,
EKG, Treadmil,
Otoscope,
Stetoscope, Snellen
Chart, Ishihara
Book, Sofa, kursi,
Spirometri,
Audiometri, dll.
7. Toilet Kamar mandi/ Kloset Pria/wanita Kloset,wastafel,
Petugas/pasien masing2, luas
2-3m2

BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Pasien medical check up diharuskan menunjukkan KTP yang masih berlaku di


bagian administrasi pendaftaran rawat jalan dan memilih paket medical check up
sesuai dengan keinginan pasien.

Pedoman Pelayanan Unit Medical Check Up

6
B. Pasien yang menggunakan jaminan/asuransi perusahaan diharuskan menunjukkan
kartu kesertaan / surat jaminan.
C. Setelah pendaftaran di administrasi, pasien membayar ke kasir kemudian
melakukan pemeriksaan penunjang medis (laboratorium, radiologi, dll) sesuai
dengan paket yang dipilih.
D. Setelah melakukan pemeriksaan penunjang medis, pasien akan diantar ke unit
medical check up untuk menunggu hasil dari pemeriksaan penunjang medis yang
telah dilakukan.
E. Setelah semua hasil medical check up sudah ada, pasien akan berkonsultasi ke
dokter medical check up untuk dilakukan pemeriksaan fisik serta penjelasan
tentang hasil dari medical check up.
F. Setelah semua selesai, hasil akan diketik dan diserahkan kepada pasien dalam
bentuk laporan medical check up.

BAB V
LOGISTIK

A. PENGERTIAN
Logistik adalah suatu ilmu pengetahuan/seni yang disertai dengan sebuah proses
mengenai penyimpanan, penyaluran, dan pemeliharaan serta penghapusan terhadap

Pedoman Pelayanan Unit Medical Check Up

7
barang-barang atau alat-alat tertentu. Logistik pada unit MCU meliputi alat
kesehatan, bahan habis pakai, linen, formulir rekam medis dan alat tulis. Dengan
adanya logistik ini diharapkan tidak adanya hambatan dalam pelayanan pasien dan
pelayanan dapat berkesinambungan secara terus menerus.

B. TUJUAN
1. Terciptanya pelayanan yang berkesinambungan.
2. Meningkatnya efisiensi dan efektifitas pelayanan pasien.
3. Tersedianya logistik yang tertata rapi dan dapat dipertanggungjawabkan.

C. TATA LAKSANA
Penatalaksaan logistik sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh rumah
sakit berupa :
1. Prosedur pemesanan logistik
a. Koordinator unit MCU melakukan pemesanan melalui sistem
informasi terpadu atau melalui formulir pemesanan barang.
b. Pihak logistik melakukan verifikasi dan menyetujui pemesanan,
kemudian menghubungi unit terkait pemesanan (gudang farmasi,
logisitik, dan purchasing)
c. Unit terkait pemesanan menghubungi ruang MCU bila barang telah
tersedia.
2. Pengambilan logistik
a. Admin MCU mengambil barang-barang yang telah dipesan pada hari
yang telah dijadwalkan oleh RS Tarumajaya sesuai dengan unit yang
terkait.
b. Alat kesehatan yang melewati purchasing akan diantar oleh petugas
purchasing ke unit MCU untuk selanjutnya diserah terimakan ke
koordinator unit MCU.
3. Penyimpanan logistik
a. Bahan habis pakai disimpan di lemari yang terletak di gudang unit
MCU.
b. Linen diletakkan di lemari.
c. Alat kesehatan diletakkan sesuai dengan tempat yang telah disediakan
sesuai dengan kegunannya.
d. Formulir rekam medis diletakkan di rak susun di nurse station.

Pedoman Pelayanan Unit Medical Check Up

8
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

A. PENGERTIAN
Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu sistem dimana
rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi :
assessmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko

Pedoman Pelayanan Unit Medical Check Up

9
pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak
lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko. Sistem
tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan yang
seharusnya dilakukan.

B. TUJUAN
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
2. Meningkatnya akutanbilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
3. Menurunnya kejadian tidak diharapkan di rumah sakit
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
kejadian tidak diharapkan.

C. TATA LAKSANA KESELAMATAN PASIEN


Program keselamatan pasien (patient safety) dikelola oleh Panitia KPRS
(Keselamatan Pasien Rumah Sakit). Sesuai sistematika program yang telah
ditetapkan oleh panitia KPRS, maka tatalaksana bidang Keselamatan Pasien
mengacu pada hal tersebut dengan metode dan uraian sebagai berikut :
1. 7 Standar Keselamatan Pasien yaitu :
1. Hak pasien;
2. Mendidik pasien dan keluarga;
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan;
4. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi
dan program peningkatan keselamatan pasien;
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien;
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien;
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien.
2. 7 Langkah menuju Keselamatan Pasien yaitu :
1. Bangun kesadaran akan Nilai Keselamatan pasien
2. Pimpin dan dukung seluruh Karyawan
3. Integrasikan aktivitas pengelolaan Risiko
4. Kembangkan sistem pelaporan
5. Libatkan dan berkomunikasi dengan pasien
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien
7. Cegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan pasien
Sedangkan aplikasi program ”Patient Safety” pada pelayanan di Unit
Hemodialisa meliputi 9 (sembilan) solusi Keselamatan Pasien Rumah Sakit, yaitu :
1. Perhatikan nama obat, rupa dan ucapan mirip ( Look-alike, Sound-alike
medication names);
2. Pastikan identifikasi pasien;
3. Komunikasi secara benar saat serah terima pasien;

Pedoman Pelayanan Unit Medical Check Up

10
4. Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar;
5. Kendalikan cairan elektrolit pekat;
6. Pastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan pelayanan;
7. Hindari salah kateter dan salah sambung slang;
8. Gunakan alat injeksi sekali pakai;
9. Tingkatkan kebersihan tangan untuk pencegahan infeksi nosokomial.

BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Pengelolaan sistem Keselamatan Kerja di Unit Hemodialisa RS Tarumajaya mengacu


pada buku “Pedoman Umum Keselamatan Kerja, Kebakaran, dan Kewaspadaan
Bencana“ yang disusun oleh K3 (Keselamatan Kerja Karyawan) RS Tarumajaya
sedangkan uraian hal dimaksud adalah sebagai berikut :

Pedoman Pelayanan Unit Medical Check Up

11
Pedoman pelaksanaan keselamatn kerja
Di dalam Pedoman Pelaksanaan Keselamatan Kerja ini dicakup pedoman pelaksanaan
tentang Keselamatan Kerja itu sendiri, Keselamatan Kerja dan Keselamatan Rumah
Sakit.

A. KESELAMATAN KERJA
Pengendalian Bahaya di Rumah Sakit
Risiko bahaya yang terjadi di rumah sakit adalah akibat faktor-faktor lingkungan
kerja yang bersumber dari bahan-bahan yang dipergunakan dalam suatu proses
produksi, hasil produksi, sisa produksi serta peralatan dan sarana dalam melakukan
pekerjaan serta keadaan cuaca ditempat kerja. Faktor-faktor lingkungan kerja di RS
Tarumajaya terdiri dari faktor fisik, faktor kimia, faktor biologi, faktor psikologi dan
faktor ergonomik. Faktor-faktor lingkungan kerja yang nilainya melampaui Nilai
Ambang Batas (NAB), maka kemungkinan dapat mengakibatkan gangguan
kenyamanan kerja, gangguan kesehatan bahkan dapat mengakibatkan penyakit akibat
kerja.

1. Faktor Fisik di lingkungan Rumah Sakit


Faktor-faktor fisik yang biasanya terjadi di lingkungan kerja rumah sakit adalah ;
a. Iklim kerja
Iklim Kerja, adalah keadaan lingkungan kerja yang merupakan perpaduan antara
parameter-parameter suhu udara, kelembaban udara, suhu radiasi, kecepatan
gerakan udara dan panas metabolisme sebagai hasil aktivitas dari seseorang. Bila
melampaui Nilai Ambang Batas (NAB) sesuai dengan Keputusan Menteri
Tenaga Kerja Nomor. KEP - 51/MEN/1999 tanggal 16 April 1999 dan
Keputusan Dirjen PPM & PLP No.HK.00.06.64.44, maka akan mengakibatkan
berbagai kelainan fisik dan fisiologis.
Pengendalian bahaya fisik akibat iklim kerja dilakukan sebagai berikut:
1) Terhadap lingkungan kerja
a) Menyempurnakan sistem ventilasi
b) Terhadap permukaan yang mempunyai suhu permukaan tinggi
memperkecil panas radiasi

c) Menyediakan tempat istirahat yang cukup


Memberikan warna yang cerah pada peralatan yang memberikan sumber
panas
d) Memasang shielding (penyekat) antara sumber panas dan tenaga kerja

2) Terhadap tenaga kerja


a) Memberikan air minum dekat tempat kerja yang memenuhi syarat

Pedoman Pelayanan Unit Medical Check Up

12
artinya cukup dan mudah dicapai dari lokasi kerja
b) Pada lingkungan kerja yang mempunyai suhu radiasi rendah dianjurkan
dengan pakaian kerja ringan, sedang untuk radiasi tinggi dianjurkan
dengan pakaian kerja dengan tertutup seluruh permukaan kulit dan
berwarna putih
c) Dihindari bagi tenaga kerja yang harus bekerja dilingkungan panas
apabila berbadan gemuk sekali dan menderita penyakit cardio-vasculer

3) Terhadap lingkungan kerja yang bersuhu dingin


a) Disediakan intermediate room dengan perubahan suhu yang tidak terlalu
besar sebelum masuk ke tempat kerja bersuhu dingin
b) Mencegah pengeluaran panas dari tubuh dengan pakaian pelindung
c) Memperbesar E req dengan menaikan metabolisme melalui pemberian
makanan tambahan dan dalam hal-hal tertentu meningkatkan aktivitas

b. Kebisingan
Kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki yang dapat menimbulkan
bising mengganggu (annoyance noise), yaitu kebisingan yang tidak menghi-langkan
daya dengar, tetapi mengganggu konsentrasi/ketenangan. Biasanya tingkat
kebisingan rendah dan suaranya tidak keras. Sedangkan bising yang menyebabkan
kehilangan daya dengar, yaitu kebisingan yang menyebabkan ketulian pada tingkat
kebisingan yang tinggi. Nilai Ambang Batas Kebisingan (NAB) telah diatur dengan
Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor KEP-51/MEN/1999 dan Keputusan Dirjen
PPM & PLP No.HK.00.06.64.44.
Kebisingan dapat menyebabkan berbagai pengaruh terhadap tenaga kerja seperti :
1) Gangguan Fisiologis
2) Gangguan Tidur
3) Gangguan Komunikasi
4) Gangguan Psikologis
5) Gangguan Pendengaran
Pengendalian bahaya fisik akibat kebisingan
Pengendalian terhadap bahaya kebisingan pada prinsipnya adalah mengurangi
tingkat dan atau lamanya pemaparan, secara garis besar usaha-usaha yang dapat
ditempuh dengan cara :
1) Pengendalian secara teknis
a) Mengurangi kebisingan pada sumbernya, misalnya
memasang peredam pada tempat-tempat sumber bising
Merawat mesin-mesin secara teratur
b) Fondasi mesin harus baik, dijaga agar baut dan sambungan tidak ada
yang goyang
2) Pengendalian secara administratif

Pedoman Pelayanan Unit Medical Check Up

13
Pengaturan secara administratif dilakukan dengan mengatur waktu
pemaparan yaitu tidak berada dilingkuan kerja yang mempunyai kebisingan
dengan intensitas melampaui Nilai Ambang Batas (NAB)
3) Pengendalian secara medis
a) Pemeriksaan sebelum bekerja
b) Pemeriksaan berkala
4) Penggunaan alat pelindung diri
a) Ear muff (tutup telinga)
b) Ear plug (sumbat telinga)

c. Pencahayaan
Intensitas pencahayaan yang cukup dan distribusinya merata serta tidak
menimbulkan kesilauan, dapat terlaksana kalau perencanaan atau design dari
pemasangan lampu ruangan kerja. Intensitas cahaya dinyatakan dalam satuan
“Lux” yaitu satuan penerangan atau pencahayaan per m2 nya jatuh arus cahaya
sebesar satu lumen. Standart intensitas pencahayaan di tempat kerja diatur dalam
Peraturan Menteri Perburuan (PMP No.7 th 1964) tentang syarat-syarat
kebersihan di tempat kerja dan intensitas pencahayaan dan Keputusan Dirjen PPM
& PLP No.HK.00.06.64.44.
Penerangan yang buruk dapat mengakibatkan :
1) Kelelahan mata dengan akibat berkurangnya daya dan efisiensi kerja
2) Keluhan pegal-pegal didaerah mata dan sakit kepala disekitar mata
3) Kerusakan indra mata
4) Meningkatnya terjadinya kecelakaan

Pengendalian bahaya fisik akibat Intensitas cahaya


1) Membersihkan secara rutin instalasi penerangan termasuk lampunya
2) Secepatnya mengganti dan memperbaiki instalasi penerangan dan
lampu-lampu yang rusak
3) Jika memakai penerangan alami atau sinar matahari diupayakan agar jendela
tempat jalannya masuk sinar matahari tidak terhalang atau tertutup
4) Penambahan penerangan lokal apabila penerangan umum tidak mencukupi untuk
jenis pekerjaan-pekerjaan tertentu

d. Getaran
Getaran adalah merupakan salah satu faktor fisik dan biasanya terjadi
karena mesin-mesin atau alat-alat mekanis lainnya yang dijalankan dengan suatu
motor dapat menghasilkan suatu getaran yang akan diteruskan ke tubuh tenaga
kerja yang mengoperasikannya. Nilai Ambang Batas (NAB) intensitas getaran
telah ditetapkan dengan keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor KEP-51
/MEN/1999, Keputusan Dirjen PPM & PLP No. HK.00.06.64.44 dan menurut

Pedoman Pelayanan Unit Medical Check Up

14
Internasional Standar Organisation (ISO,1979) batas aman bagi kesehatan, yaitu
getaran paling kecil yang dapat mengganggu kesehatan adalah 14 mm/detik.
Pengaruh dari getaran adalah:
1) Menggangu kenyamanan kerja
2) Mempercepat terjadinya kelelahan
3) Membahayakan Kesehatan

Pengendalian bahaya fisik akibat Getaran


1) Isolasi sumber getaran
2) Bila mungkin pekerjaan dilaksanakan secara remote kontrol
3) Mengurangi waktu pemaparan terhadap getaran, diselingi dengan waktu
istirahat yang cukup
4) Melengkapi peralatan mekanis yang dapat menahan atau menyerap getaran
5) Merawat mesin secara rutin

e. Gelombang Radiasi
Radiasi dapat ditimbulkan oleh peralatan-peralatan dengan kemajuan
teknologi yang sangat pesat sekarang ini. Radiasi gelombang elektromagnetik
terdiri dari radiasi yang mengion dan radiasi yang tidak mengion, seperti
gelombang-gelombang mikro, sinar laser, sinar tampak (termasuk sinar dari
layar monitor), sinar infra red, sinar ultra violet. Nilai Ambang Batas (NAB)
telah diatur menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor KEP-
51/MEN/1999 tanggal 16 April 1999 dan . Pengaruh dari pada radiasi adalah:
1) Menyebabkan kemandulan
2) Menyebabkan mutasi gen
3) Menyebabkan berbagai penyakit mata
4) Menyebabkan iritasi kulit

Pengendalian bahaya fisik akibat Radiasi


1) Isolasi sumber radiasi
2) Bila mungkin pekerjaan dilaksanakan secara remote kontrol
3) Mengurangi waktu pemaparan terhadap radiasi, diselingi waktu istirahat yang
cukup
4) Menggunakan alat pelindung diri
5) Merawat mesin secara rutin dan Pemberian makanan tambahan

2. Faktor Kimia di lingkungan Rumah sakit


Pada dasarnya bahan kimia berpotensi untuk menimbulkan kecelakaan atau
penyakit. Bahan kimia penyebab kecelakaan pada umumnya bersifat mudah terbakar
(flammable); atau mudah meledak (eksplosive); atau cepat bereaksi dengan bahan lain
(reaktif); atau berupa senyawa asam yang kuat dan pekat (korosif) atau senyawa basa

Pedoman Pelayanan Unit Medical Check Up

15
kuat (kaustik); atau bisa juga berupa “gas asphyxiant” yaitu gas yang sangat banyak
memenuhi suatu ruangan membuat kadar oksigen menjadi sangat rendah (kurang dari 9
%) sehingga orang sulit bernapas dan lemas. Bahan kimia yang dapat menimbulkan
penyakit umumnya bersifat irritant terhadap kulit/mata dan sistem pernapasan; atau
menyebabkan radang/ infeksi; atau menimbulkan efek sistemik yaitu tidak menimbulkan
efek lansung pada bagian tubuh yang terpapar(kulit,mata atau saluran pernapasan)
melainkan memberi efek pada organ-organ yang berada di dalam tubuh, seperti system
syaraf pusat (SSP), ginjal, alveoli, darah, janin dll. Nilai Ambang Batas (NAB) Faktor
Kimia di udara Lingkungan Kerja telah diatur dengan Surat Edaran Menteri Tenaga
Nomor : SE–01/MEN/1997 tanggal 16 Oktober 1997. Faktor kimia dilingkungan kerja
rumah sakit terdapat banyak diruang ruang seperti :
a. Laboratorium (bahan kimia, gas untuk pemeriksaan)
b. Ruang Operasi (Gas Anastesi,cairan pencuci hama dll)
c. Ruang Intensive Care (Cairan anti septic, Gas dll)
d. Bagian Pemeliharaan Sarana (Cat, Gas untuk mengelas, Cairan pembersih alat)
e. Bagian Farmasi (bahan kimia, obat dll)
f. Ruang Sterilisasi (Gas, Cairan anti septic dll)
g. Ruang Pencucian (Bahan kimia untuk mencuci)

Pengendalian bahaya kimia


a. Mengetahui Material Safety Data Sheets (MSDS) dari setiap material atau bahan
b. Tempat penyimpanan bahan-bahan kimia harus dikelompokan dan disimpan dengan
baik. Ruang penyimpanan sebaiknya terbuat dari bahan tahan api, mempunyai
ventilasi yang cukup baik untuk mencegah terjadinya akumulasi gas-gas yang
berbahaya. Suhu ruang penyimpanan juga harus disesuaikan, setiap kali harus
diamati apakah kondisi ruang penyimpanan selalu bersih, tidak ada bocoran atau
tumpahan zat kimia
c. Material Handling yang baik yaitu membawa atau memindahkan bahan kimia dari
suatu tempat ke tempat lain harus dilakukan dengan hati-hati, karena dapat
menimbulkan bahaya bila sampai terjatuh atau tumpah
d. Ruang tempat kerja harus mempunyai sistem ventilasi yang cukup dimana aliran
udara masuk dan keluar cukup bersih. Penerangan dan suhu ruang kerja juga harus
diperhatikan
e. Pemantauan secara berkala konsentrasi gas di ruangan yang dapat memapar pekerja
f. Sebelum bekerja dengan bahan-bahan kimia, terlebih dahulu para pekerja harus
diberikan pelatihan yang memadai agar dapat bekerja sesuai dengan Standart
Operating Prosedur (SOP) yang berlaku
g. Penggunaan alat pelindung diri
h. Pemeriksaan pra kerja, pemeriksaan berkala dan pemeriksaan khusus terhadap
pekerja

Pedoman Pelayanan Unit Medical Check Up

16
3. Faktor-faktor Biologis di lingkungan Rumah sakit
Dalam lingkungan rumah sakit terdapat berbagai macam penyakit yang di
sebabkan oleh agent biologi atau Mikro organisme.
Secara garis besar agent - agent biologi dapat digolongkan sebagai berikut :
a. Kelompok Bakteri , misalnya: Streptococcus, Salmonella, Staphylococcus
b. Kelompok Virus, misalnya: HIV, HBV
c. Kelompok Jamur, misalnya: Blastomycetes, Actinomycetes
d. Kelompok Parasit, misalnya: Ancylostoma, Ascaris
e. Kelompok Ricketsia dan Chlamydia, misalnya: LGV, Psittacosis

Cara penularan penyakit dari seseorang kepada orang lain dapat terjadi dengan berbagai
cara, misalnya:
a. Melalui saluran pernapasan
b. Melalui kontak kulit
c. Melalui saluran pencernaan
d. Melalui peredaran darah

Bagian-bagian tubuh penderita yang dapat menjadi sumber penularan antara lain adalah : Urine,
Tinja, Keringat, dan Sputum
Pengendalian bahaya biologi
1) Peningkatan pengetahuan dan kepedulian petugas kesehatan terhadap penyakit
infeksi nosokomial
2) Protap untuk setiap pekerjaan dan tindakan
3) Prosedur pengelolaan spesimen (darah, urine, tinja, sputum, dan lainnya)
4) Sterilisasi, desinfeksi, dekontaminasi peralatan medis, meja, lantai dan sebagainya
5) Isolasi pasien (penyakit khusus)
6) Sanitasi lingkungan Rumah Sakit
7) Pemeriksaan kesehatan berkala untuk petugas
8) Melaksanakan pengelolaan limbah rumah sakit
9) Pelatihan pengendalian Infeksi Nosokomial
10) Penggunaan alat pelindung diri

4. Pedoman Praktis Ergonomik


Jumlah kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang terus meningkat
diakibatkan oleh kurangnya perhatian terhadap masalah ergonomi di lingkungan
pekerjaan. Pedoman Praktis Ergonomik dapat digunakan untuk mencari solusi praktis
bagi peningkatan kondisi kerja dari sudut pandang ergonomi. Hal ini bertujuan untuk
menyediakan alat yang tepat untuk meningkatkan kondisi lingkungan kerja, mencapai
tingkat efisiensi serta tingkat keselamatan dan kesehatan Kerja yang lebih baik.
Pedoman praktis ergonomik mencakup semua masalah aspek utama dari ergonomi yang
diperlukan di tempat kerja yang meliputi :

Pedoman Pelayanan Unit Medical Check Up

17
a. Penyimpanan dan Penanganan Material
b. Pencahayaan di Tempat Kerja
c. Bangunan dan Lingkungannya
d. Bahaya-bahaya Lingkungan Kerja
e. Fasilitas Umum
f. Peralatan Pelindung Diri

Hal-hal tersebut di atas sangat bermanfaat dalam mengatasi masalah ergonomi sesuai
situasi yang ada di lingkungan kerja setempat.
a. Penyimpanan dan Penanganan Material
1) Jalur pengangkutan harus bebas hambatan dengan rambu-rambu yang jelas
2) Gang dan Koridor agar cukup lebar sehingga memungkinkan dilakukannya
transportasi dua arah.
3) Jalur transportasi agar dalam kondisi yang baik, tidak licin dan bebas rintangan.
4) Buatlah “Jembatan” (turunan/tanjakan) dengan sudut kelandaian antara 5 – 8 %
pada batas permukaan lantai yang berbeda pada jalur/jalan di ruang kerja.
5) Sempurnakan tata letak tempat kerja agar mengurangi gerakan material yang
dibutuhkan.
6) Gunakan kereta dorong atau alat lain yang beroda untuk mengangkut material.
7) Gunakan rak beroda untuk mengurangi pekerjaan memuat maupun mem-
bongkar.
8) Di tempat kerja, gunakan rak bersekat-sekat yang dapat menampung lebih
banyak barang, agar mengurangi jumlah barang yang harus di pindah-pindahkan.
9) Gunakan alat bantu mekanis untuk mengangkat, menurunkan maupun
memindahkan benda-benda yang berat.
10) Kurangi penanganan barang / material, dengan cara menggunakan alat-alat bantu.
11) Mengangkat / membawa barang yang berat, bagi barang menjadi beberapa
bagian yang lebih ringan yang ditempatkan dalam kemasan, kotak, nampan dan
lain-lain.
12) Buatkan pegangan khusus pada semua barang dalam kemasan atau kotak, dan
lain-lain yang akan diangkat maupun dibawa, atau tentukan bagian yang dapat
dijadikan pegangan.
13) Bila memindahkan barang secara manual (tanpa alat), usahakan sesedikit
mungkin gerakan meninggikan atau merendahkan dari posisi ketinggian semula
14) Bila memindahkan benda-benda yang berat, lakukan secara mendatar dengan
didorong atau ditarik, jangan diangkat maupun diturunkan
15) Sewaktu mengerjakan benda/barang, membawa, mengangkat dan sebagainya
hindari gerakan membungkuk maupun memutar pinggang Benda yang kita bawa
agar selalu dirapatkan pada badan kita
16) Lakukan gerakan mengangkat dan menurunkan barang secara perlahan-lahan,
dan hindarkan gerakan memutar pinggang ataupun membungkukkan badan

Pedoman Pelayanan Unit Medical Check Up

18
17) Bila kita mengangkat beban/benda panjang, tumpukan sebagian beban berat di
atas bahu (dipikul), agar terjaga keseimbangan tubuh
18) Untuk menghindari kelelahan dan cedera tubuh, bagi mereka yang melaku-kan
pekerjaan mengangkat beban berat, seyogyanya diselingi dengan pekerjaan-
pekerjaan ringan
19) Sediakan dan tempatkan bak sampah pada posisi yang memudahkan penggu-
naannya
20) Jalur-jalur keluar bangunan (untuk keadaan darurat), agar diberi tanda/ga-
ris/tulisan yang jelas, serta harus bersih dari benda-benda yang dapat
menghambat.

b. Pencahayaan di tempat kerja


1) Tingkatkan pemanfaatan cahaya alami di siang hari
2) Jika ruang kerja memerlukan penambahan cahaya, berikan cat berwarna lembut
pada dinding dan plafon
3) Penerangan harus selalu dinyalakan di mana para pekerja berada, misalnya di
gang-gang, tangga dan lain-lain
4) Nyalakan lampu penerangan yang mencukupi bagi para pekerja agar mereka
dapat bakerja lebih efisien dan nyaman setiap saat
5) Sediakan penerangan khusus di tempat kerja untuk maksud pekerjaan
pengawasan dan agar pekerja dapat melaksanakan pekerjaannya lebih teliti
6) Untuk mengurangi cahaya yang menyilaukan secara langsung, pindahkan sumber
cahaya atau pasang pelindung
7) Hilangkan permukaan-permukaan yang memantulkan cahaya dari sekitar tempat
kerja untuk menghindarkan sinar pantulan yang menyilaukan
8) Pilihlah sistem pencahayaan yang memadai untuk pekerjaan yang memerlukan
pengamatan dari jarak yang dekat serta dilakukan secara berulang-ulang
9) Bersihkan selalu jendela-jendela dan rawat selalu sumber-sumber penerangan

c. Bangunan dan Lingkungannya


1) Lindungi para pekerja dari hawa panas yang berlebihan dalam ruangan
2) Lindungi tempat kerja dari hawa panas dan dingin yang berlebihan dari luar
ruangan
3) Pasanglah lapis penyekat atau isolasi pada sumber panas dan sumber dingin
4) Pasanglah sistem pengaturan udara yang memadai sehingga para pekerja dapat
melaksanakan tugasnya dengan aman dan efisien
5) Perbanyak penggunaaan sistem ventilasi alami untuk meningkatkan
kenyamanan udara di dalam ruang kerja
6) Tingkatkan fungsi dan perawatan sistem ventilasi untuk memastikan
tersedianya udara bersih di ruang kerja

Pedoman Pelayanan Unit Medical Check Up

19
d. Pengendalian Bahan-Bahan dan Subtansi yang Berbahaya
1) Pasangkan sekat atau penutup pada bagian-bagian dari mesin-mesin yang
memiliki tingkat kebisingan yang tinggi
2) Untuk mengurangi kebisingan, rawatlah mesin mesin dan peralatannya yang
terkait secara teratur
3) Pastikan bahwa faktor kebisingan ditempat kerja tidak mempengaruhi faktor
komunikasi, keselamatan serta efisiensi kerja
4) Kurangi fakor getaran yang dapat mempengaruhi pekerja dalam usaha
meningkatkan keselamatan, kesehatan dan efisiensi kerja
5) Pilihlah lampu tangan yang sudah terisolasi dengan baik dari bahaya sengatan
listrik maupun panas
6) Pastikan bahwa kabel-kabel yang menghubungkan peralatan dan lampu-lampu
berada dalam kondisi aman
7) Lindungi para pekerja dari bahaya bahan-bahan kimia sedemikian rupa sehingga
mereka dapat melaksanakan tugasnya dengan aman dan efisien

e. Fasilitas Umum
1) Sediakan dan lakukan perawatan yang baik, termasuk mengganti dan mencuci
berbagai fasilitas sanitasi yang ada, agar kerapian maupun kebersihan dan
kesehatan terjaga
2) Sediakan fasilitas air minum, ruang makan, dan ruang istirahat dengan kondisi
yang baik dan nyaman untuk para pengguna
3) Tingkatkan fasilitas kesejahteraan dan pelayanan, sejalan dengan usaha
peningkatan kinerja para pekerja
4) Sediakan tempat/ruangan khusus bagi para pekerja untuk mengadakan rapat,
pertemuan, dan program pelatihan
5) Beri tanda-tanda yang jelas pada ruang/area di mana di tempat tersebut
diharuskan menggunakan alat pelindung diri
6) Sediakan alat pelindung diri yang memadai dan mampu melindungi para
karyawan sesuai dengan peruntukannya
7) Jika bahaya di ruang kerja tidak dapat dihilangkan dengan cara lain, maka
gunakan dan pilih alat pelindung diri yang cocok dan mudah perawatannya bagi
pekerja yang menggunakannya
8) Pastikan bahwa pekerja yang perlu menggunakan alat pelindung diri secara
teratur, harus mengikuti petunjuk penggunaaan yang tepat, proses adaptasi serta
pelatihan pemakaian
9) Pastikan bahwa semua orang dapat menggunakan alat pelindung diri bila
diperlukan
10) Pastikan bahwa alat pelindung diri dapat diterima oleh semua pekerja
11) Sediakan bahan-bahan pembersih dan fasilitas perawatan alat pelindung diri,
serta lakukan program perawatan secara teratur

Pedoman Pelayanan Unit Medical Check Up

20
12) Sediakan tempat yang memadai untuk menyimpan alat-alat pelindung diri
13) Berikan tugas dan tanggung jawab kepada petugas untuk melaksanakan
perawatan dan kebersihan secara rutin

5. Keamanan Pasien
Untuk menjamin keamanan pasien selama menjalani pengobatan di Rumah Sakit
Tarumajaya, perlu dilengkapi dengan adanya perlengkapan keamanan bagi pasien,
antara lain:
a. Pegangan sepanjang tangga dan dinding
Perlunya pegangan sepanjang tangga dan dinding dimaksudkan agar pasien,
termasuk keluarga dan karyawan dapat berpegangan saat menaiki atau menuruni
tangga, dan bagi pasien yang dalam kondisi lemah, apabila tidak menggunakan
kursi roda, dapat berjalan dengan berpegangan pada dinding.
b. Toilet dilengkapi pegangan dan bel
Pegangan di toilet pasien untuk membantu pasien yang kondisinya lemah agar tidak
terjatuh saat berada dalam toilet. Bel di toiet ditujukan untuk memudah-kan pasien
meminta pertolongan apabila terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan saat berada
dalam toilet.
c. Pintu dapat dibuka dari luar
Pintu toilet di ruang perawatan hendaknya dapat dibuka dari luar agar apabila
terjadi sesuatu kondisi darurat misalnya pasien terjatuh di depan pintu, petugas
dapat segera memberikan pertolongan tanpa terhalang oleh tubuh pasien.
d. Tempat tidur dilengkapi penahan pada tepinya
Penahan pada tepi tempat tidur pasien dengan jarak terali lebih kecil dari kepala
anak +/- 10 cm, agar pasien tidak mudah terjatuh dari tempat tidur dan mencegah
terjadinya kecelakaan pada anak-anak.
e. Sumber listrik mempunyai penutup/pengaman
Untuk mencegah/mengurangi bahaya yang mungkin timbul dari sumber listrik
terutama diruangan rawat inap.
f. Sumber air panas mempunyai kendali otomatis
Untuk mencegah terjadinya luka bakaroleh air panas, seluruh sumber air panas
perlu memiliki kendali otomatis.
g. Pemasokan oksigen yang cukup pada tempat-tempat penting
h. Ketersediaan oksigen di semua ruang perawatan, IGD, ICU dan Bedah harus selalu
terjamin. Untuk itu harus dilakukan pengecekan dan pemeliharaan rutin terhadap
perlengkapan ini.
i. Tersedia emergency suction
Disetiap ruang perawatan harus tersedia emergency suction yang selalu siap pakai
dan dapat dipergunakan setiap saat.
j. Kamar dilengkapi dengan bel yang mudah dijangkau dan lampu darurat
Setiap kamar perawatan dilengkapi dengan bel yang letaknya mudah dijangkau

Pedoman Pelayanan Unit Medical Check Up

21
serta lampu darurat yang otomatis menyala ketika dibutuhkan.

6. Penanggulangan Kecelakaan Kerja


Penanggulangan kecelakaan akibat kerja, merupakan pertolongan pertama yang
harus segera diberikan kepada tenaga kerja yang menderita kecelakaan atau penyakit
mendadak ditempat kerja. Pertolongan pertama tersebut dimaksudkan untuk
memberikan perawatan darurat pada korban, sebelum pertolongan yang lebih mantap
dapat diberikan oleh dokter atau petugas kesehatan lainnya, dengan tujuan:
a. Menyelamatkan nyawa korban;
b. Meringankan penderitaan korban;
c. Mencegah cedera/penyakit menjadi lebih parah;
d. Mempertahankan daya tahan korban;
e. Mencarikan pertolongan lebih lanjut.

1) Hal-hal pokok yang penting dalam penanggulangan Kecelakaan Kerja


Tindakan-tindakan yang penting adalah:
a) Tidak boleh panik;
b) Memperhatikan nafas korban;
c) Bila pernafasan berhenti, segera dilakukan pernafasan buatan (dari mulut ke
mulut);
d) Memperhatikan perdarahan.
e) Dilakukan dengan menekan tempat pendarahan kuat-kuat dengan tangan,
dengan menggunakan sapu tangan atau kain yang bersih
f) Memperhatikan tanda-tanda “Shock”.
g) Jangan memindahkan korban secara terburu-buru, harus diatasi dulu keadaan-
keadaan yang membahayakan korban, seperti: perdarahan, patah tulang, nafas
hilang, denyut jantung berhenti, dan lain sebagainya.

2) Pencegahan Kecelakaan Kerja dengan pemakaian Alat Pelindung Diri


Alat pelindung diri (APD) adalah alat yang mempunyai kemampuan untuk
melindungi seseorang dalam pekerjaan, yang fungsinya mengisolasi tenaga kerja dari
bahaya di tempat kerja. APD dipakai setelah usaha rekayasa (engineering) dan cara
kerja yang aman (work practice) telah maksimum. Namun pemakaian APD bukanlah
pengganti dari kedua usaha tersebut. Sebagai usaha terakhir dalam usaha melindungi
tenaga kerja, APD haruslah enak dipakai, tidak mengganggu kerja dan memberikan
perlindungan yang efektif terhadap bahaya.

Kelemahan penggunaan APD


Kemampuan perlindungan yang tidak sempurna karena:
a) Memakai APD yang tak tepat;
b) Cara pemakaian APD yang salah;

Pedoman Pelayanan Unit Medical Check Up

22
c) APD tidak memenuhi persyaratan yang diperlukan;

Sering APD tak dipakai karena tidak enak/kurang nyaman, karena itu adalah penting dalam
pemeliharaan dan kontrol terhadap APD, sehingga fungsi APD tetap baik, misalnya ;
a) APD yang sangat sensitif terhadap perubahan tertentu;
b) APD yang mempunyai masa kerja tertentu seperti kanister, filter dan cartridge;
c) APD dapat menularkan penyakit, bila digunakan bergantian;

3) Pencatatan dan Pelaporan Kecelakaan Kerja di lingkungan Rumah Sakit


Kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja di rumah sakit memuat komitmen
dan tekad dalam melaksanakan keselamatan dan kesehatan kerja, dengan kerangka dan
program kerja yang mencakup kegiatan secara menyeluruh yang bersifat umum dan
operasional. Kebijakan tersebut dibuat, disosialisasikan kepada semua pekerja agar
prinsip-prinsip keselamatan dan kesehatan kerja dilaksanakan secara efektif dan
menjadi bagian dalam melaksanakan tugas sehari-hari. Keterkaitan dalam upaya
pengendalian keselamatan dan kesehatan kerja rumah sakit selain pengendalian teknis
juga perlu memperhatikan pengendalian administratif, dimana salah satu hal yang
perlu mendapat perhatian adalah sistem pencatatan dan pelaporan kecelakaan kerja,
yaitu: Pencatatan peristiwa kecelakaan kerja
a) Pelaporan peristiwa kecelakaan kerja
b) Penyelidikan peristiwa kecelakaan kerja ; dan
c) Penanggulangan peristiwa kecelakaan kerja
Pengisian formulir tersebut harus berdasarkan fakta yang sebenar-benarnya agar tidak terjadi
kesalahan dalam upaya penyelidikan dan cara penanggulangannya.

7. Penanganan Limbah dan Bahan Berbahaya


Rumah sakit dengan berbagai kegiatannya yang menggunakan bahan berba-haya
dan menghasilkan limbah yang saat ini mulai disadari dapat menimbulkan gangguan
kesehatan akibat bahan yang terkandung di dalamnya dan menjadi mata rantai
penyebaran penyakit, selain itu juga dapat menjadi sumber pencemaran lingkungan
udara, air dan tanah. Sampah rumah sakit dapat digolongkan berdasarkan jenis unit
penghasil dan jenis pengelolaannya, secara garis besar limbah padat rumah sakit
digolongkan menjadi sampah medis dan sampah non medis.
a. Limbah padat medis biasanya dihasilkan oleh Ruang Pasien, Ruang Tindakan/
Pengobatan, Ruang Bedah, Ruang Perawatan termasuk dressing kotor, verband,
kateter, swab, plaster, dll.
b. Limbah padat non medis dihasilkan oleh Ruang Administrasi, Ruang Gizi,
Ruang Diklat, dll.
Penggolongan tersebut di atas bertujuan:
a. Memudahkan bagi penghasil untuk pembuangan sampah (sesuai jenis warna
kantong)

Pedoman Pelayanan Unit Medical Check Up

23
b. Mencegah terkontaminasinya limbah padat non medis dari limbah padat medis
c. Memudahkan pengelola sampah dalam mengenali sampah didalamnya tergolong
medis atau bukan
d. Memperkecil biaya operasional pengelolaan limbah padat

1) Limbah Berbahaya dan Sejenisnya


a) Limbah benda tajam
Limbah benda tajam adalah limbah yang memiliki sudut tajam, sisi, ujung
atau bagian menonjol yang dapat memotong atau atau menusuk kulit. Limbah
benda tajam mempunyai potensi dan dapat menyebabkan cidera melalui sobekan
atau tusukan. Limbah benda tajam mungkin terkontaminasi oleh darah, cairan
tubuh, bahan mikrobiologi dan beracun, bahan citotoksik atau radioaktif.
Secara umum, jarum disposible tidak dipisahkan dari syringe atau perlengkapan lain
setelah digunakan. Cliping, bending atau breaking jarum-jarum untuk membuatnya
tidak bisa digunakan sangat disarankan karena akan menyebabkan accidental
inoculation. Prosedur tersebut dalam beberapa hal perlu diperhatikan kemungkinan
dihasilkannya aerosol. Menutup jarum dengan kap dalam keadaan tertentu
barangkali bisa diterima, misalnya dalam penggunaan bahan radioaktif dan untuk
pengumpulan gas darah.

Pedoman Pelayanan Unit Medical Check Up

24

Anda mungkin juga menyukai