Anda di halaman 1dari 31

LAMPIRAN KEPUTUSAN

DIREKTUR RUMAH SAKIT


TARUMAJAYA
NOMOR : 39/SK/DIR/RSTJ/X/2021
TANGGAL : 11 OKTOBER 2021

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pelayanan keperawatan professional merupakan bagian integral dari
pelayanan yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk
pelayanan bio-psiko-sosio-spritual yang komprehensif ditujukan kepada individu
keluarga dan masyarakat, baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh
proses kehidupan manusia. Pelayanan keperawatan berupa bantuan yang
diberikan karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan,
serta kurangnya kemauan, untuk melaksanakan penyakit, penyembuhan,
pemulihan serta pemeliharaan kesehatan dengan penekanan pada upaya
pelayanan kesehatan utama (Primary Health Care) sesuai dengan wewenangan,
tanggung jawab dan etika profesi keperawatan.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Sebagai pedoman bagi perawat dan bidan untuk meningkatkan mutu
pelayanan keperawatan.
2. Tujuan Khusus
a. Sebagai acuan perawat dan bidan di ruang perawatan dalam memberikan
pelayaan kepada pasien.
b. Terlaksananya pengendalian mutu pelayanan keperawatan.

C. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup pelayanan keperawatan adalah ruang rawat inap pav jeumpa, pav
seulanga, pav. Matahari, kamar bersalin, ruang rawat inap nifas , ruang bayi
sehat dan sakit.

D. BATASAN OPERASIONAL
Pelayanan keperawatan di rumah sakit Tarumajaya meliputi perawatan pasien
anak, perawatan penyakit dalam, bedah, nifas dan perawatan bayi sehat dan
sakit.

1
E. LANDASAN HUKUM
1. Undang – undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang
Rumah Sakit
2. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1333/MENKES/SK/XII/1999 tentang
Standar Pelayanan Rumah Sakit.
3. UU No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
4. UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan;
6. Undang-Undang nomor 29 tahun 2004 Tentang Praktek Kedokteran;
7. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
Hk.01.07/Menkes/413/2020 Tentang Pedoman Pencegahan Dan
Pengendalian Coronavirus Disease 2019 (Covid-19);
8. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang
Standar Pelayanan Rumah Sakit;
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 5l2I/Menkes/Per/IV/2007 tentang Izin
Praktik dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran;
10. Peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor
1796/MENKES/PER/VIII/2011 tentang Registrasi Tenaga Kesehatan;
11. Kepmenkes RI No 1239/Menkes/SK/XI/2001 tentang Registrasi dan Praktek
Perawat;
12. Permenkes No 17 th 2013 tentang Perubahan atas Permenkes No HK
02.02/Menkes/148/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktek Perawat;
13. Peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor
1464/MENKES/PER/X/2010 tentang Tentang Izin Dan Penyelenggaraan
Praktik Bidan;
14. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.14 Tahun 2021 tentang
standar kegiatan usaha dan produk pada penyelenggaraan perizinan berusaha
berbasis resiko sektor kesehatan;
15. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
432/menkes/sk/iv/2007 tentang Pedoman manajemen kesehatan dan
keselamatan kerja (k3) di rumah sakit;
16. Peraturan Menteri Kesehatan 290/Menkes/Per/III/2008 tentang persetujuan
tindakan kedokteran;
17. PERMENKES No.008 Tahun 2012 tentang Kode Etik PNS di Lingkungan
Kementerian Kesehatan;

2
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA


Kualifikasi tenaga perawat dan bidan di ruang perawatan di rumah sakit
Tarumajaya :
1) Memiliki kemampuan memberikan asuhan keperawatan dan kebidanan
kepada pasien.
2) Memiliki pengetahuan tentang keselamatan pasien
3) Memiliki pengetahuan tentang pecegahan dan pengendalian infeksi rumah
sakit
4) Memiliki Surat Tanda Registrasi
5) Perawat dan bidan bekerja berdasarkan kompetensi yang di persyaratkan
untuk mencapai tujuan pelayanan keperawatan dan kebidanan.

B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Dalam pelayanan keperawatan perlu menyediakan sumber daya manusia
yang kompeten, cekatan, trampil dan mempunyai kemampuan sesuai dengan
perkembangan tehnologi, sehingga dapat memberikan pelayanan yang optimal,
efektif dan efesien. Atas dasar tersebut diatas, maka perlu menyediakan,
mempersiapkan dan mendayagunakan sumber – sumber yang ada. Untuk
menunjang pelayanan keperawatan, maka di butuhkan tenaga perawat dan bidan
yang mempunyai pengalaman, ketrampilan dan pengetahuan yang sesuai.
1. Pola ketenagaan di Ruang rawat inap (Dapat berubah sesuai dengan jumlah
pasien) :
a. Jaga Pagi :
Yang bertugas berjumlah 2 ( dua ) orang dengan Katagori :
1) 1 orang Kepala Ruang
2) 2 orang Perawat / Bidan Pelaksana
b. Jaga Sore :
Yang bertugas berjumlah 2 ( dua ) orang dengan Katagori :
1) 1 Perawat / Bidan Penanggung Jawab Shift
2) 1 Perawat / Bidan Pelaksana
c. Jaga Malam :
Yang bertugas berjumlah 2 ( dua ) orang dengan Katagori :
1) 1 Perawat / Bidan Penanggung Jawab Shift
2) 1 Perawat / Bidan Pelaksana

2. Pengaturan Jaga
Pengaturan jaga atau jadwal jaga adalah pengaturan tugas pelayanan bagi

3
perawat dan bidan untuk melaksanakan tugas pelayanan di ruang perawatan
sehingga semua kegiatan pelayanan keperawatan dapat terkoordinir dengan
baik. Jadwal jaga dibuat sebulan sekali.
a. Pengaturan jadwal jaga dibuat 3 shift dalam 24 jam yaitu :
1) Jaga Pagi : Jam 07.00 – jam 14.00
2) Jaga Sore : Jam 14.00 – jam 21.00
3) Jaga Malam : Jam 21.00 – jam 07.00
b. Perggantian Dinas Terencana: Perawat / bidan yang tidak dapat
melaksanakan pelayanan / asuhan keperawatan sesuai jadwal jaga
memberitahukan kepada kepala ruang sekurang – kurangnya 1 hari
sebelumnya, perawat / bidan yang bersangkutan harus mencari sendiri
penggantinya dan mengajukan nama perawat pengganti kepada kepala ruang,
Kepala ruang mempertimbangkan alasan pergantian dinas dan nama pengganti
serta kesediaan perawat yang menggantikannya, Kepala ruang memutuskan
diterima tidaknya usulan pergantian dinas,Kepala ruang menggantikan jadwal
dinas dari kedua perawat terkait.
c. Pergantian Dinas Tidak Terencana : Perawat / bidan berhalangan
memberitahukan segera sesudah mengetahui bahwa ia berhalangan, langsung
kepada kepala ruang atau yang mewakili, Kepala ruang mencari pengganti
yang kompetensinya sesuai / setara dengan yang akan digantikan, Kepala
ruang menghubungi perawat pengganti tersebut untuk memastikan kesediaan
yang bersangkutan untuk menggantikan dinas perawat yang berhalangan
tersebut, Kepala ruang menggantikan jadwal dinas dari kedua perawat terkait.

4
BAB III
STANDAR DAN FASILITAS

A. DENAH RUANG

5
B. STANDAR FASILITAS
Prinsip – prinsip fasilitas yang harus dipenuhi di ruang perawatan :

1. Alat Tenun
Penetapan kebutuhan alat tenun berdasarkan jumlah, jenis dan
spesifikasi menjamin tersedianya alat tenun yang memadai untuk
mencapai tujuan pelayanan keperawatan dan kebidanan.
1. Kriteria Proses :
1) Mengidentifikasi kebutuhan alat tenun sesuai jumlah, jenis dan
spesifikasi
2) Menyusun rencana kebutuhan alat tenun sesuia beban kerja dan
jenis pelayanan
3) Melaksanakan pendistribusian, pemliharaan dan penyimpanna
alat tenun sesuai SPO
4) Melaksanakan koordinasi antara bidang keperawatan dengan
unit kerja lain dalam pengelolaan alat tenun
5) Mengoptimalkan alat tenun menurut fungsi dan masa pakai
6) Melaksanakan pencatatan dan pelaporan penggunaan alat
tenun secara teratur dan berkala.
2. Kriteria Hasil :
1) Menghitung jumlah kebutuhan linen dan jenisnya sesuai dengan
jumlah tempat tidur pasien.
2) Jumlah linen di ruang matahari dibuat perbandingan 1 : 2
3) Melakukan pencatatan pada saat penyerahan dan penerimaan
linen dengan unit laundry.
4) Linen di ruang perawatan matahari :
No. Nama Barang
1 Sarung bantal biru
2 Sarung bantal Hijau
3 Selimut Baru
4 Selimut belang
5 Sprei biru
6 Sprei hijau

INVENTARIS PAV. MATAHARI


TAHUN 2021

No Nama Barang Merk Status Jumlah


1 Air Contidioner Sharp ADA 1
2 Cctv - ADA 1
3 Cool Box - ADA 1
4 Dispenser - ADA 1
5 Handphone - ADA 1
6 Jam Dinding - ADA 1

6
7 Kalkulator Casio ADA 1
8 Komputer (PC) - ADA 1
9 Kursi Biru - ADA 2
10 Kursi Lipat Chitose ADA 2
11 Lampu Baca Rongsent - ADA 1
12 Lemari Obat - ADA 2
13 Loker - ADA 1
14 Meja Kerja - ADA 1
15 Rak Obat - ADA 7
16 Remot Ac Sharp ADA 2
17 Sarung Bantal Biru - ADA 30
18 Sarung Bantal Hijau - ADA 30
19 Selimut Baru - ADA 30
20 Selimut Belang - ADA 7
21 Sprai Biru - ADA 30
22 Sprai Hijau - ADA 30
23 Telephone Panasonic ADA 1
24 Tempat Sampah - ADA 2
25 Meja Lemari - ADA 1
26 Rak Susun Besar - ADA 2

7
ALKES PAV. MATAHARI
TAHUN 2021
No Nama Barang Merk Status Jumlah

1 Ambubag Dewasa - ADA 1


2 Bak Instrumen Besar - ADA 1
3 Bak Instrumen Kecil - ADA 1
4 Buli Buli ADA 1
5 Ekg ADA 1
6 Gunting Jaringan ADA 1
7 Gunting Perban ADA 1
8 Infus Pump ADA 2
9 Korentang ADA 1
10 Nierbeken ADA 2
11 Oksigen portable ADA 1
dorong kecil
12 Oksimetri ADA 1
13 Pinset Anatomis ADA 1
14 Pinset Sirugis 18cm ADA 1
15 Stetoskop Dewasa ADA 1
16 Syringe Pump ADA 3
17 Tensi Meter ADA 1
18 Tensi Meter digital ADA 1
19 Thermometer Digital ADA 1
20 Tiang Infus Beroda ADA 5
21 Tromol Kecil ADA 1
22 Tensi Meter ADA 1
Standing

2. Alat Keperawatan dan Kebidanan


Penempatan kebutuhan alat keperawatan dan kebidanan baik dari segi jumlah, jenis
dan spesifikasi menjamin tersedianya alat keperawatan dan kebidanan yang
memadai untuk mencapai tujuan pelayanan keperawatan dan kebidanan.
1. Kriteria proses :
1) Mengidentifikasi kebutuhan alat keperawatan dan kebidanan sesuai
dengan jumlah, jenis dan spesifikasi.
2) Menyusun rencana kebutuhan alat keperawatan dan kebidanan
meliputi jumlah, jenis dan spesifikasi.
3) Melaksanakan pendistribusian, pemeliharaan dan penyimpanan alat
keperawatan dan kebidanan.
4) Melaksanakan koordinasi antara bidang keperawatan dengan unit kerja
8
terkait dalam pengelolaan alat untuk pelayanan keperawatan dan
kebidanan.
5) Megoptimalkan alat menurut fungsi dan masa pakai sesuai dengan
SPO
6) Melaksanakan pencatatan dan pelaporan penggunaan alat
keperawatan dan kebidanan secara teratur.
2. Kriteria Hasil :
1) Melakukan koordinasi antara bidang keperawatan dengan unit kerja
lain terkait dalam pengelolaan alat untuk pelayanan keperawatan dan
kebidanan.
2) Adanya dokumentasi pencatatan penggunaan alat
3) Alat Kesehatan Di Ruang Matahari :

INVENTARIS RUANG 301


No Nama Barang Merk Status Jumlah
1 Air Contidioner Sharp ADA 1
2 Bantal - ADA 3
3 Bed Pasien - ADA 3
4 Ember - ADA 1
5 Gayung - ADA 1
6 Kursi Plastik - ADA 3
7 Meja Laci - ADA 3
8 Remot Tv - ADA 1
9 Televisi 24 Inc COCCA ADA 1

ALKES RUANG 301


No Nama Barang Merk Status Jumlah
1. Tiang Infus - Ada 3

INVENTARIS RUANG 302


No Nama Barang Merk Status Jumlah
1 AC Sharp Ada 2
2 Bantal 7
3 Bed Pasien 7
4 Ember 1
5 Gayung 1
6 Hordeng 16
7 Kursi Plastik 7
8 Meja Laci 7

ALKES RUANG 302


No Nama Barang Merk Status Jumlah
1. Pispot Perempuan - Ada 1
2 Tiang Infus Ada 7
9
INVENTARIS RUANG 303

No Nama Barang Merk Status Jumlah


1 Air Contidioner Sharp ADA 2
2 APAR ADA 1
3 Bantal ADA 8
4 Bed Pasien ADA 8
5 Ember ADA 1
6 Gayung ADA 1
7 Hordeng ADA 16
8 Kursi plastik ADA 8
9 Meja Laci ADA 8
10 Tempat Sampah ADA 1

ALKES RUANG 303

No Nama Barang Merk Status Jumlah


1. Oksigen sentral - Ada 6
2 Regulator Oksigen Ada 1
3 Tiang Infus Ada 8

INVENTARIS RUANG 304

No Nama Barang Merk Status Jumlah


1 Air Contidioner Sharp ADA 2
2 Bantal ADA 8
3 Ember ADA 1
4 Gayung ADA 1
5 Handrup ADA 1
6 Hordeng ADA 16
7 Kursi Plastik ADA 8
8 Meja Laci ADA 8
9 Tempat Sampah ADA 1
10 Bed Pasien ADA 8

ALKES RUANG 304

No Nama Barang Merk Status Jumlah


1. Pispot Laki-Laki - Ada 1
2 Regulator Oksigen - Ada 1
3 Tiang Infus - Ada 8

10
INVENTARIS ISOLASI

No Nama Barang Merk Status Jumlah


1 Bantal Sharp ADA 1
2 Bed Pasien ADA 1
3 Hordeng ADA 2
4 Kipas Angin ADA 1
5 Kursi plastik ADA 1
6 Lampu bulat ADA 1
7 Meja Laci ADA 1

ALKES RUANG ISOLASI

No Nama Barang Merk Status Jumlah


1. Regulator Oksigen - Ada 1
2 Tiang Infus - Ada 1

INVENTARIS RUANG HCU COVID

No Nama Barang Merk Status Jumlah


1 Monitor Pasien Perlong ADA 1
2 Monitor Pasien Mindary ADA 2
3 Oksigen sentral ADA 3
4 Pispot Laki-Laki ADA 1
5 Pispot Perempuan ADA 1
6 Regulator oksigen ADA 2
7 Tiang infus ADA 3
8 Hexos ADA 1

ALKES RUANG HCU COVID

No Nama Barang Merk Status Jumlah


1. CCTV - Ada 3
2 Tempat sampah - Ada 3

3. Pembagian Ruangan di Ruang Perawatan


1. Nurse Station
Ruangan yang digunakan oleh perawat atau bidan untuk melakukan
dokumentasi dan aktivitas lain yang berakitan dengan perawatan.
2. Ruang Alat
Ruangan yang di gunakan untuk menyimpan alat – alat kesehatan dan linen.
3. Spoelhoek

11
Ruangan yang di gunakan untuk mencuci alat dan membuang cairan
tubuh pasien.
4. Ruang Perawatan sesuai dengan kelas perawatan.
5. Ruang Tindakan
Ruang yang di gunakan untuk melakukan tindakan medis.

C. FASILITAS LAINNYA DI RUANG PERAWATAN


1. Pintu
Pintu ruang perawatan selalu terawat.
2. Ventilasi
Menggunakan AC
3. Sistem Penerangan
Lampu ruangan memakai lampu pijar putih tertanam di langit –langit
sehingga tidak menampung debu dan mudah di bersihkan.
4. Sistem Gas
Sistem gas di buat sentral dengan memakai sistem pipa. Sistem pipa melalui
bawah lantai atau atas langit – langit, dan dibedakan sistem pipa O2 dan sistem
pipa nitrogen oksida.
5. Sistem Listrik
Adanya sistem penerangan darurat dan sistem listrik cadangan
6. Sistem Komunikasi
Ada sistem komunikasi dengan ruang lain di dalam rumah sakit dan ke luar rumah
sakit.
7. Pembersihan
Setiap hari seluruh permukaan lantai di ruangan perawatan dibersihkan. Untuk
ruangan yang habis di gunakan oleh pasien di bersihkan dan di desinfektan.
Pelaksananya adalah petugas cleaning service ruangan.
Dan dilakukan bongkaran ruangan setiap 3 bulan sekali.

12
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. PERSIAPAN RUANG RAWAT INAP


1. Ruang perawatan di siapkan oleh petugas ruangan setelah
ada pemesanan kamar dari IGD atau poli.
2. Jika ruangan yang akan di gunakan baru di gunakan oleh pasien, maka
ruangan tersebut segera di bersihkan .
3. Petugas ruangan menyiapkan tempat tidur pasien, menyiapkan meja dan
kursi pasien, tiang infuse, oksigen jika perlu dan memeriksa kebersihan
ruangan,
4. Petugas ruangan menyiapkan berkas catatan medis pasien.

B. PEMBERIAN ASUHAN KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN


1. Perawat atau bidan melakukan timbang terima / serah terima dengan
perawat IGD atau Poli meliputi :
a) Pasien : pemeriksaan fisik, keadaan umum, tanda – tanda vital, keluhan
utama masuk rumah sakit, diagnose medis, diagnose keperawatan,
pemeriksaan penunjang, therapy pengobatan atau rencana tindak lanjut.
b) Dokumentasi : Rekam medis lengkap seperti formulir pengkajian,
formulir asuhan keperawatan dan kebidanan, catatan perkembangan
terintegrasi, formulir persetujuan rawat inap ( periksa kelengkapan
rekam medis )
c) Administrasi : Formulir regitrasi rawat inap, berkas rekam medis rawat
inap, rawat jalan.
2. Perawat atau bidan menjelaskan tata tertib rumah sakit dan menjelaskan
waktu visite / kunjungan dokter DPJP.
3. Perawat atau bidan melakukan pengkajian keperawatan / kebidanan
kepada pasien baru.
4. Perawat atau bidan melakukan analisa data dan membuat diagnose
keperawatan
5. Perawat atau bidan membuat intervensi atau planning terkait dengan
tindakan yang akan dilakukan.
6. Perawat atau bidan melaksanakan intervensi atau planning yang telah
dibuat ( implementasi keperawatan atau kebidanan ).
7. Perawat atau bidan melakukan evaluasi keadaan umum pasien.
8. Perawat atau bidan melakukan kolaborasi dengan dokter DPJP untuk
pemberian therapy.
9. Perawat atau bidan segera lapor kepada dokter jaga atau dokter DPJP jika ada
keluhan baru pada pasien atau jika ada perubahan keadaan umum pasien.
10. Jika kondisi pasien semakin memburuk dan perlu perawatan ICU, pasien di

13
rujuk ke rumah sakit lain dengan fasilitas yang lebih lengkap.
C. PERSIAPAN PASIEN PULANG
1. Pasien di nyatakan pulang atas izin dokter atau pulang atas permintaan
pasien.
2. Perawat atau bidan menyiapkan resep pasien pulang dan melakukan
return obat / alkes ( jika ada )
3. Perawat atau bidan menyiapkan berkas adaministrasi pasien yang di
rencanakan pulang.
4. Dokter DPJP melengkapi rekam medis pasien
5. Perawat atau bidan menyiapkan berkas yang diperlukan pasien pada saat
pulang seperti resume keperawatan dan discharge planning, surat keterangan
di rawat, surat keterangan sakit dan resume medis.
6. Perawat / bidan / asisten perawat mengantar surat perincian biaya ( kartu
visite dokter, rincian obat dan alkes, rincian biaya pemeriksaan penunjang
dan hasil – hasil pemerikasaan penunjang untuk pasien assuransi atau
perusahaan ) ke bagian administrasi rawat inap dan memberikan SPPA
kepada pasien atau keluarga.
7. Perawat atau bidan meminta pasien / keluarga pasien untuk menyelesaikan
biaya perawatan ke bagian administrasi rawat inap, setelah mendapat
informasi dari bagian administrasi rawat inap.
8. Perawat menjelaskan tentang perawatan di rumah dan obat – obatan yang
harus di lanjutkan di rumah dan menjelaskan waktu kontrol.
9. Untuk pasien umum perawat menyerahkan hasil pemeriksaan penunjang dan
rincian pemakaian obat / alkes dan rincian biaya pemeriksaan penunjang
kepada pasien / keluarga. Untuk pasien assuransi / perusahaan hanya di
berikan rincian pemakaian obat / alkes dan rincian biaya pemeriksaan
penunjang.

D. SETELAH PASIEN PULANG


1. Untuk pasien yang pulang dalam kondisi belum membaik, pulang tidak
seizin dokter / pulang atas permintaan sendiri, akan lakukan monitoring via
telpon.
2. Perawat / bidan / asisten perawat mengangkat linen pasien yang sudah
pulang dan meletakan dalam wadah linen infeksius.
3. Petugas kebersihan membersihkan dan melakukan desinfektan pada
ruangan.
4. Ruang perawatan yang tidak di gunakan di kunci.

14
BAB V
LOGISTIK

A. DAFTAR INVENTARIS LOGISTIK RUANG MATAHARI:

No Nama Barang Merk Status Jumlah


1 Air Contidioner Sharp ADA 1

2 Cctv - ADA 1
3 Cool Box - ADA 1

4 Dispenser - ADA 1
5 Handphone - ADA 1

6 Jam Dinding - ADA 1


7 Kalkulator Casio ADA 1

8 Komputer (PC) - ADA 1


9 Kursi Biru - ADA 2

10 Kursi Lipat Chitose ADA 2


11 Lampu Baca Rongsent - ADA 1

12 Lemari Obat - ADA 2


13 Loker - ADA 1

14 Meja Kerja - ADA 1


15 Rak Obat - ADA 7

16 Remot Ac Sharp ADA 2


17 Sarung Bantal Biru - ADA 30

18 Sarung Bantal Hijau - ADA 30


19 Selimut Baru - ADA 30

20 Selimut Belang - ADA 7


21 Sprai Biru - ADA 30

22 Sprai Hijau - ADA 30

15
23 Telephone Panasonic ADA 1

24 Tempat Sampah - ADA 2

25 Meja Lemari - ADA 1

26 Rak Susun Besar - ADA 2

ALKES PAVILIUN MATAHARI TAHUN 2021

No Nama Barang Merk Status Jumlah

1 Ambubag Dewasa - ADA 1


2 Bak Instrumen Besar - ADA 1
3 Bak Instrumen Kecil - ADA 1
4 Buli Buli ADA 1
5 Ekg ADA 1
6 Gunting Jaringan ADA 1
7 Gunting Perban ADA 1
8 Infus Pump ADA 2
9 Korentang ADA 1
10 Nierbeken ADA 2
11 Oksigen portable ADA 1
dorong kecil
12 Oksimetri ADA 1
13 Pinset Anatomis ADA 1
14 Pinset Sirugis 18cm ADA 1
15 Stetoskop Dewasa ADA 1
16 Syringe Pump ADA 3
17 Tensi Meter ADA 1
18 Tensi Meter digital ADA 1
19 Thermometer Digital ADA 1
20 Tiang Infus Beroda ADA 5
21 Tromol Kecil ADA 1
22 Tensi Meter ADA 1
Standing

16
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

Keselamatan pasien ( patient safety ) rumah sakit adalah suatu sistem dimana
rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi : assessment
risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien,
pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko. Sistem tersebut
diharapkan dapat mencegah terjadinya cidera yang di sebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu atau tidak melakukan yang seharusnya. Tujuan keselamatan pasien
adalah terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit, meningkatnya
akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat, menurunnya kejadian tidak
diharapkan ( KTD ) di rumah sakit dan terlaksananya program – program pencegahan
sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian tidak diharapkan.

A. SEMBILAN SOLUSI KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT :


1. Perhatikan nama obat, rupa dan ucapan mirip ( Look-Alike, sound-Alike
Medication Name )
2. Pastikan identifikasi pasien
3. Komunikasi secara benar pada saat serah terima / pengoperan pasien
4. Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar
5. Kendalikan cairan elektrolit pekat ( concentrated )
6. Pastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan pelayanan
7. Hindari salah kateter dan salah sambung selang ( tube )
8. Gunakan alat injeksi sekali pakai.
9. Tingkatkan kebersihan tangan ( Hand Hygiene ) untuk pencegahan infeksi
nosokomial.

B. STANDAR KESELAMATAN PASIEN TERDIRI DARI TUJUH STANDAR

17
YAITU :
1. Hak pasien.
2. Mendidik pasien dan keluarga.
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan.
4. Penggunaan metode – metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
program peningkatan keselamatan pasien.
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien.
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien.
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien.

C. ADA ENAM SASARAN KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT :


1. Ketepatan identifikasi pasien.
2. Peningkatan komunikasi yang efektif.
3. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai ( high alert medication ).
4. Kepastian tepat lokasi,tepat prosedur, tepat pasien operasi.
5. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan.
6. Pengurangan risiko pasien jatuh.

D. TUJUH LANGKAH MENUJU KESELAMATAN PASIEN :


1. Bangun Kesadaran Akan Nilai Keselamatan Pasien Ciptakan kepemimpinan dan
budaya yang terbuk dan adil.
2. Pimpin dan Dukung Staf RS
Bangun komitmen dan focus yang kuat dan jelas tentang keselamatan pasien di
seluruh jajaran RS Tarumajaya.
3. Integrasikan Aktivitas Pengelolaan Risiko
Kembangkan sistem dan proses pengelolaan risiko,serta lakukan identifikasi
dan asesmen hal yang potensial bermasalah.
4. Kembangkan Sistem Pelaporan
Pastikan staf agar dengan mudah dapat melaporkan kejadian / insiden, serta
rumah sakit mengatur pelaporan kepada Komite Keselamatan Pasien Rumah
sakit.
5. Libatkan dan Berkomunikasi dengan Pasien
Kembangkan cara – cara komunikasi yang terbuka dengan pasien.
6. Belajar dan Berbagi Pengalaman Tentang Keselamatan Pasien
Seluruh staf harus mampu untuk melakukan analisi akar masalah untuk
belajar bagaimana dan mengapa KTD itu timbul.
7. Cegah Cedera Melalui Implementasi Sistem Keselamatan Pasien
Gunakan informasi yang ada tentang kejadian / masalah untuk melakukan
perubahan pada sistem pelayanan.

E. PENCATATAN DAN PELAPORAN KESELAMATAN PASIEN :


1. Rumah Sakit Amanda wajib melakukan pencatatan dan pelaporan insiden yang
meliputi Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD ), Kejadian Nyaris Cedera ( KNC
18
) dan Kejadian Sentinel.
2. Pencatatan dan Pelaporan Insiden Keselamatn Pasien ( IKP ) mengacu pada
pedoman yang dikeluarkan oleh Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit
3. Pelaporan insiden terdiri dari :
a. Pelaporan internal yaitu mekanisme / alur pelaporan KPRS di internal
Rumah Sakit tarumajaya
b. Pelaporan eksternal yaitu pelaporan dari Rumah Sakit Tarumajaya ke Komite
Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
4. Panitia Mutu dan Kerja Keselamatan Pasien Rumah Sakit Tarumajaya melakukan
pencatatan kegiatan yang telah dilakukan dan membuat laporan kegiatan kepada
Direktur Rumah Sakit secara berkala.
F. MONITORING DAN EVALUASI :
1. Seluruh jajaran manajemen Rumah Sakit Tarumajaya secara berkala melakukan
monitoring dan evaluasi program keselamatan pasien yang dilaksanakan oleh
Panitia Mutu dan Keselamatan Pasien Rumah Sakit tarumajaya
2. Panitia Mutu dan Keselamatan Pasien Rumah Sakit Tarumajaya secara berkala (
paling lama 2 tahun ) melakukan evaluasi pedoman, kebijaksana dan prosedur
keselamatan pasien yang dipergunakan di Rumah Sakit Tarumajaya. Panitia Mutu
dan Keselamatan Pasien Rumah Sakit tarumajaya melakukan evaluasi kegiatan
setiap triwulan dan membuat tindak lanjutnya

19
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Undang – undang Nomor 36 tahun 2009 pasal 164 ayat ( 1 ) menyatakan bahwa
upaya kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas
dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan. Rumah
Sakit adalah tempat yang termasuk dalam katagori seperti disebut di atas,berarti wajib
menerapkan upaya keselamatan dan kesehatan kerja. Program keselamatan dan
kesehatan kerja di tim pendidikan pasien dan keluarga bertujuan melindungi karyawan
dari kemungkinan terjadinya kecelakaan di dalam dan di luar rumah sakit.

Dalam undang – undang dasar 1945 pasal 27 ayat 2 disebutkan bahwa “setiap
warganegara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan “.
Dalam hal ini yang dimaksud pekerjaan adalah pekerjaan yang bersifat manusiawi,yang
memungkinkan pekerja berada dalam kondisi sehat dan selamat,bebas dari kecelakaan
dan penyakit kerja, sehingga dapat hidup layak sesuai dengan martabat manusia.
Keselamatan dan kesehatan kerja atau K3 merupakan bagian integral dari perlindungan
terhadap pekerja dalam hal ini pelayanan bedah dan perlindungan terhadap rumah sakit.
Pegawai adalah bagian integral dari rumah sakit. Jaminan keselamatan dan kesehatan
kerja akan meningkatkan produktivitas pegawai dan meningkatkan produktivitas rumah
sakit. Undang – undang Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja dimaksudkan
untuk menjamin :
1. Agar pegawai dan setiap orang yang berada di tempat kerja selalu berada
dalam keadaan sehat dan selamat.
2. Agar faktor – faktor pelayanan dapat dipakai dan digunakan secara efesien
3. Agar proses pelayanan dapat berjalan secara lancar tanpa hambatan

Faktor – faktor yang menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat di
golongkan pada tiga kelompok, yaitu :

1. Kondisi dan lingkungan kerja

20
2. Kesadaran dan kualitas pekerja
3. Peranan dan kualitas manajemen

Dalam kaitanya dengan kondisi dan lingkungan kerja, kecelakaan dan penyakit akibat
kerja dapat terjadi, bila :

1. Peralatan tidak memenuhi standar kualitas atau bila sudah aus


2. Alat – alat kerja tidak disusun secara teratur menurut tahapan kerja
3. Ruang kerja terlalu sempit,ventilasi udara kurang memadai, ruang
terlalu panas atau terlalu dingin
4. Tidak tersedia alat – alat pengaman
5. Kurang memperhatikan persyaratan penanggulangan bahaya kebakaran
dan lain - lain

A. PERLINDUNGAN KESELAMATAN KERJA DAN KESEHATAN PETUGAS


KESEHATAN
1. Petugas kesehatan yang merawat pasien dengan penyakit menular mendapatkan
pelatihan mengenai cara penularan dan penyebaran penyakit, tindakan pencegahan
dan pengendalian infeksi yang sesuai dengan protokol jika terpajan.
2. Petugas yang tidak terlibat langsung dengan pasien diberikan pejelasan
umum mengenai penyakit tersebut.
3. Petugas kesehatan yang kontak dengan pasien penyakit menular melalui udara
menjaga fungsi saluran pernapasan dengan baik dan menjaga kebersihan tangan

B. PETUNJUK PENCEGAHAN INFEKSI UNTUK PETUGAS KESEHATAN


1. Untuk mencegah transmisi penyakit menular dalam tatanan pelayanan
kesehatan,petugas harus menggunakan alat pelindung diri ( APD ) yang sesuai
untuk kewaspadaan standar dan kewaspadaan isolasi (berdasarkan penularan
secara kontak,droplet atau udara) sesuai dengan penyebaran penyakit.
2. Semua petugas melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien.
3. Semua petugas mendapatkan pelatihan tentang gejala penyakit menular yang
sedang dihadapi.
4. Semua petugas kesehatan dengan penyakit seperti flu dievaluasi untuk memastikan
agen penyebab. Dan ditentukan apakah perlu dipindah tugaskan dari kontak
langsung dengan pasien,terutama mereka yang bertugas di ruang rawat inap anak,
ruang bayi.
5. Pemeriksaan kesehatan karyawan secara berkala

21
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Prinsip dasar upaya peningkatan mutu pelayanan adalah pemilihan aspek yang akan
ditingkatkan dengan menetapkan indikator, kriteria, serta standar yang akan digunakan
untuk mengukur mutu pelayanan. Indikator mutu pada pelayanan rawat inap di Rumah
Sakit Tarumajaya mengacu pada pedoman indikator mutu Rumah Sakit tarumajaya
yaitu:

A. KEPATUHAN IDENTIFIKASI PASIEN

Nama Indikator Specimen diberi label dengan 2 tanda pengenal


Definisi operasional pemeriksaan di laboratorium baik itu berupa darah, faeces, air
ludah, pus, organ tubuh dll harus diberi label dengan 2 tanda
pengenal (Nama dan No. Rekam Medis)
Specimen diberi label specimen adalah semua bahan atau materi
yang akan dilakukan dengan 2 tanda pengenal
ini dipantau untuk petugas kesehatan yang berada di ruangan
perawatan 1
Program Keselamatan pasien
Dimensi mutu Responsiveness (daya tanggap) yaitu keediaan para staf untuk
memberikan pelayanan yang tepat dan cepat
Tujuan untuk memperoleh angka kepatuhan petugas dalam menerapkan
identifikasi pasien pada speciment yang akan dilakukan
pemeriksaan
Dasar pemikiran / SNARS EDISI 1
literature
Numerator jumlah specimen yang dikirim menggunakan minimal 2
identitas pasien
Denominator jumlah semua specimen yang diperiksa
Formula Jumlah specimen yang dikirim menggunakan minimal 2
identitas pasien ÷ Jumlah semua specimen yang diperiksa X
22
100%
Metodologi Sensus harian
pengumpulan data
Cakupan data Spesimen Laboratorium
Frekuensi 1 bulan sekali
pengumpulan data
Frekuensi analisa data 3 bulan sekali
Metodelogi analisa
Analisis prosentase dan trend kejadian
data
Sumber data Data survey
Inklusi : Semua specimen untuk pemeriksaan lab
Eksklusi :
Wilayah pengamatan Laboratorium
Penanggung jawab Kepala Unit Laboratorium
pengumpul data
Publikasi data Rapat koordinasi bulanan Direktur dengan Kabid, Ka.Ins, Kanit
Standar 100%

B. KETEPATAN JAM VISITE DOKTER SPESIALIS

Visite dokter spesialis antara pukul 08.00 – 18.00 WIB

Nama Indikator Visite dokter spesialis antara pukul 08.00 – 18.00 WIB

Definisi operasional Visite dokter spesialis yang dilakukan antara pukul 08.00-18.00
di ruang rawat inap                  

Program Peningkatan mutu RS di instalasi rawat inap

Dimensi mutu Kenyamanan

Tujuan Mengetahui jam visite dokter spesialis

Dasar pemikiran / SNARS EDISI 1 dan SPM RS tahun 2008


literature

Numerator Jumlah hari dokter spesialis visit pasien rawat inap antara pukul
08.00-18.00 WIB

Denominator Total hari dokter spesialis visite dalam 1 bulan

Formula Jumlah hari dokter spesialis visit pasien rawat inap antara pukul
08.00-18.00 WIB ÷ Total hari dokter spesialis visite dalam 1
bulan x 100%

Metode pengumpulan Sensus harian


data

23
Cakupan data Data Ruang rawat inap

Frekuensi pengumpulan 1 bulan sekali


data

Frekuensi analisa data 3 bulan sekali

Metodelogi analisa data Analisis prosentase

Sumber data Rekam medis

Wilayah pengamatan Instalasi rawat inap

Penanggung jawab Ka. Ins rawat inap dan PJ pengumpul data Rawat inap
pengumpul data

Publikasi data Rapat koordinasi direktur dengan kabid,kains,kanit

Standar 100%

C. WAKTU LAPOR HASIL TES KRITIS LABORATORIUM


Nama Indikator WWaktu Lapor Hasil Tes Kritis Laboratorium ≤ 30 menit
Definisi operasional Waktu lapor hasil tes kritis laboratorium adalah waktu
pelaporan hasil pemeriksaan laboratorium yang
memerlukan penanganan segera dan harus segera
dilaporkan kepada DPJP/Dokter bangsal/perawat (untuk
segera disampaikan ke DPJP/dokter bangsal). ≤ 30
menit
Program Peningkatan mutu dan Keselamatan pasien di
Laboratorium
Dimensi mutu Safety
Tujuan Tergambarnya ketelitian pelayanan laboratorium
Dasar pemikiran / Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit th 2008,
literature SNARS Edisi 1,
Permenkes no.43 tahun 3013 tentang penyelenggaraan
laboratorium yang baik
Numerator Jumlah seluruh hasil tes kritis laboratorium yang
dilaporkan ≤ 30 menit dalam 1 bulan
Denumerator Jumlah seluruh hasil tes kritis laboratorium dalam 1
bulan
Formula Jumlah seluruh hasil tes kritis laboratorium yang
dilaporkan ≤ 30 menit : Jumlah seluruh hasil tes kritis
laboratorium dalam 1 bulan x 100%
Metodologi Sensus harian
pengumpulan data
Cakupan data Data Laboratorium
Frekuensi 1 bulan sekali

24
pengumpulan data
Frekuensi analisa data 3 bulan sekali
Metodelogi analisa Analisis prosentase dan trend kejadian
data
Sumber data Sensus harian/lembar pantau. Pengumpulan data
dilakukan dengan mencatat setiap hasil tes kritis
laboratorium.
Wilayah pengamatan Laboratorium
Penanggung jawab Kepala Unit laboratorium
pengumpul data
Publikasi data Rapat koordinasi bulanan Direktur dengan Kabid, Ka.
Ins, Kanit
Standar 100%

D. KEPATUHAN CUCI TANGAN


Kepatuhan cuci tangan (hand hygiene) 6 langkah dan 5 moment dokter Spesialis
saat visite di ruang ranap

Nama Indikator Kepatuhan cuci tangan (hand hygiene) 6 langkah dan 5 moment
dokter saat visite di ruang ranap
Definisi operasional Kebersihan tangan (hand hygiene) adalah segala usaha yang
di lakukan untuk membersihkan kotoran yang secara kasat mata
terlihat dan pengangkatan mikroorganisme transien dari tangan
dengan menggunkan sabun dan air mengalir / hand wash dan
atau dengan cairan berbasis alkohol/ handrub dengan
menggunakan 6 langkah( WHO,2009).
Audit kebersihan tangan adalah kepatuhan petugas
melakukan kebersihan tangan sesuai 5 indikasi dari WHO yaitu
sebelum kontak dengan pasien, setelah kontak dengan pasien ,
sebelum melakukan tindakan invasif dan aseptik, setelah kontak
dengan cairan tubuh, dan setelah kontak dengan lingkungan dan
6 tahap tehnik melakukan kebersihan tangan
5 indikasi kebersihan tangan:
1. Sebelum kontak dengan pasien meliputi : sebelum masuk
ruangan
2. Kontak dengan pasien meliputi : menyentuh tubuh pasien, baju
atau pakaian
3.Prosedur aseptik contoh : tindakan transfusi, perawatan luka,
kateter urin, suctioning, perawatan daerah pemasangan dan
Tindakan invasif contohnya pemasangan kateter intravena (vena
pusat / vena perifer), kateter arteri, pemasangan
4. Cairan tubuh pasien seperti : muntah, darah, nanah, urine,
feces, produksi drain dll
5.Menyentuh lingkungan meliputi : menyentuh tempat tidur

25
pasien, atau linen yang terpasang ditempat tidur, alat-alat,
disekitar pasien atau peralatan lain yang digunakan pasien,
kertas / lembar untuk menulis yang ada disekitar pasien
Catatan:
Sebelum dan setelah melepaskan sarung tangan 6 langkah tehnik
melakukan kebersihan tangan sesuai dengan WHO
1. Ratakan dan gosokkan sabun dengan kedua telapak tangan
2. Gosok punggung dan sela-sela jari tangan kiri dengan tangan
kanan dan sebaliknya
3. Gosok kedua telapak dan sela-sela jari
4. Jari-jari sisi dalam dari kedua tangan saling mengunci
5. Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan
dan lakukan sebaliknya
6. Gosokkan dengan memutar ujung jari–jari tangan kanan di
telapak tangan kiri dan sebaliknya, telapak tangan kiri dan
sebaliknya
Program Peningkatan mutu RS dan pengendalian pencegahan infeksi di
instalasi rawat inap
Dimensi mutu keselamatan, ketepatan, kewaspadaan
Tujuan mengetahui angka kepatuhan cuci tangan, menurunkan biaya
perawatan, mencegah kerugian RS dan pasien
Dasar pemikiran / SNARS EDISI 1
literature WHO Guidelines for Hand Hygiene 2008, Buku Pedoman dan
Pengendalian Infeksi Rumah Sakit tahun 2011, Buku Pedoman
Kemenkes 2011 mengenai Surveilans Infeksi Rumah Sakit,
Center for Healthcare Related Infection surveilans and prevention
Numerator Kebersihan tangan dokter spesialis saat visit yang di lakukan
sesuai dengan 5 indikasi
Denominator Total kesempatan melakukan kebersihan tangan dokter spesialis
saat visit sesuai dengan 5 indikasi
Formula Kebersihan tangan yang di lakukan sesuai dengan 5 indikasi ÷
Total kesempatan melakukan kebersihan tangan sesuai dengan 5
indikasi x 100%
Metode pengumpulan Sensus harian
data
Cakupan data Data Ruang rawat inap
Frekuensi 1 bulan sekali
pengumpulan data
Frekuensi analisa data 3 bulan sekali
Metodelogi analisa Analisis prosentase dan trend kejadian
data
Sumber data Catatan data observasi (Formulir Audit Kebersihan Tangan)
Wilayah pengamatan Instalasi rawat inap
Penanggung jawab Tim PPI, ka.unit rawat inap, PIC data mutu rawat inap

26
pengumpul data
Publikasi data Rapat koordinasi direktur dengan kabid, kains, kanit
Standar 100%

E . PENCEGAHAN CEDERA AKIBAT PASIEN JATUH


Pelaksanaan reasesmen resiko jatuh grading sedang dan tinggi di Instalasi Rawat
Inap
Nama Indikator Pelaksanaan reasesmen resiko jatuh grading sedang dan tinggi di
Instalasi Rawat Inap
Definisi operasional reasesmen risiko jatuh adalah penilaian ulang resiko jatuh pada
pasien Rawat Inap untuk pasien assesment awal risiko jatuh
kategori sedang dan tinggi
Pelaksanaan reasesmen resiko jatuh ini dipantau untuk petugas
kesehatan yang berada di ruangan rawat inap
Program Peningkatan mutu RS
Dimensi mutu Safety
Tujuan Untuk mengurangi jumlah pasien jatuh
Dasar pemikiran / SNARS Edisi 1
literature
Numerator jumlah pasien rawat inap yang dilakukan reassesment resiko
jatuh untuk pasien assesment awal risiko jatuh gradingsedang
dan tinggi dalam 1 bulan
Denominator jumlah seluruh pasien rawat inap assesment awal risiko jatuh
grading sedang dan tinggi dalam 1 bulan
Formula jumlah pasien rawat inap yang dilakukan reassesment resiko
jatuh untuk pasien assesment awal risiko jatuh gradingsedang
dan tinggi dalam 1 bulan ÷ jumlah seluruh pasien rawat inap
assesment awal risiko jatuh grading sedang dan tinggi dalam 1
bulan X 100%
Metode pengumpulan Sensus harian
data
Cakupan data Data Rawat inap tentang IKP
Frekuensi 1 bulan sekali
pengumpulan data
Frekuensi analisa data 3 bulan sekali
Metodelogi analisa
Analisis prosentase dan trend kejadian
data
Sumber data Sensus harian mutu rawat inap
Wilayah pengamatan Instalasi rawat inap
Penanggung jawab Kepala unit ruang ranap/PIC data mutu rawat inap
pengumpul data
Publikasi data Rapat koordinasi bulanan antara direktur, kepala bidang, kepala
instalasi, dan kepala unit
Standar 100%

27
F. KECEPATAN RESPON TERHADAP KOMPLAIN

Nama Indikator Kecepatan respon terhadap komplain


Definisi operasional Kecepatan repon terhadap komplain adalah kecepatan RS dalam

28
menanggapi komplain baik tertulis, lisan, atau melalui mass
media yang sudah diidentifikasi tingkat risiko dan dampak risiko
dengan penetapan grading/dampak risiko berupa ekstrim
(merah), tinggi (kuning), rendah (hijau), dan dibuktikan dengan
data , dan tindak lanjut atas respon time komplain tersebut sesuai
dengan kategori/grading/dampak risiko.
Warna merah:
Cenderung dengan polisi, pengadilan, kematian, mengancam
sistem/kelangsuangan organisasi, potensi kerugian materiil, dll.
Warna kuning:
Cenderung berhubungan dengan pemberitaan media, potensi
kerugian materiil, dll
Warna hijau:
Tidak menimbulkan kerugian berarti baik material maupun
immaterial
Kriteria penilaian:
1. Melihat data rekapitulasi komplain yang dikategorikan
merah, kuning, hijau
2. Melihat data tindak lanjut komplain setiap kategori yang
dilakukan dalam kurun waktu sesuai standar
3. Membuat presentase jumlah komplainyang
ditindaklanjuti terhadap seluruh komplain disetiap
kategori:
a. Komplain kategori merah (KKM) ditanggapi dan
ditindaklanjuti maksimal 1 x 24 jam
b. Komplain kategori kuning (KKK) ditanggapi dan
ditindaklanjuti maksimal 3 hari
c. Komplain kategori hijauh (KKH) ditanggapi dan
ditindaklanjuti maksimal 7 hari
Program Peningkatan mutu
Dimensi mutu Efektifitas danmutu pelayanan
Tujuan Terwujudnya kepuasan pelanggan
Dasar pemikiran / SNARS Edisi I, Kamus Indikator Kinerja RS dan Balai Dirjen
literature BUK Kemenkes
Numerator KKM + KKK + KKH (%)
Denumerator 3
Formula (KKM+KKK+KKH) (%) : 3
Metodologi Survey, sensus
pengumpulan data
Cakupan data Data komplain
Frekuensi 1 bulan
pengumpulan data
Periode analisa 3 bulan
Metodologi analisa Analisis prosentase

29
data
Sumber data Survey kepuasan pelanggan, laporan rekapitulasi
keluhan/komplain pelanggan
Wilayah pengamatan Area RS
Penanggung jawab Case manajer/Kepala bidang umum
pengumpul data
Publikasi data Rapat bulanan dengan Direktur, Kabid, Kains, kanit, dan
ka.komite
Standar 75 %

30
BAB IX
PENUTUP

Dengan ditetapkannya pedoman pelayanan keperawatan, diharapkan dapat menjadi


acuan dalam memberikan pelayanan keperawatan yang sebaik – baiknya kepada pasien
di ruang perawatan di Rumah Sakit Tarumajaya. Dan diharapkan dengan adanya
pedoman pelayanan keperawatan ini senantiasa mematuhi prosedur dan
mengembangkan pelayanan berbasis keselamatan dan kepuasan pasien. Dalam
pelaksanaan penerapan pedoman pelayanan keperawatan ini, perlu dilakukan kerjasama
yang baik antara semua tenaga paramedis dan unit terkait sehingga dapat terwujud
pelayanan keperawatan yang prima.

31

Anda mungkin juga menyukai