Anda di halaman 1dari 17

LAMPIRAN KEPUTUSAN

DIREKTUR RUMAH SAKIT


TARUMAJAYA
NOMOR : 43/SK/DIR/RSTJ/X/2021
TANGGAL : 11 OKTOBER 2021

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Bahwa pelayanan kesehatan merupakan hak setiap orang yang dijamin dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang harus
diwujudkan dengan upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya. Peningkatan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) di rumah sakit secara
terus menerus ditingkatkan sejalan dengan kebutuhan masayarakat dan perkembangan
ilmu dan teknologi kedokteran.Pengembangan pelayanan kesehatan di rumah sakit
juga diarahkan guna meningkatkan mutu dan keselamatan pasien serta efisiensi biaya
dan kemudahan akses segenap masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.
Pelayanan High Care Unit (HCU) di rumah sakit perlu ditingkatkan secara
berkesinambungan dalam rangka memenuhi kebutuhan pelayanan pengobatan,
perawatan dan observasi secara ketat yang semakin meningkat sebagai akibat penyakit
menular maupun tidak menular, seperti: Demam Berdarah, Malaria, Cedera,
Keracunan, Penyalahgunaan NAPZA, HIV, Penyakit Jantung Pembuluh Darah,
Diabetes Mellitus Dan Gagal Ginjal. Perlu disusun pedoman sebagai acuan bagi RS
Tarumajaya dalam rangka penyelenggaraan pelayanan HCU yang berkualitas dan
mengedepankan keselamatan pasien serta dalam penyusunan standar prosedur
operasional pelayanan HCU di RS Tarumajaya.

B. RUANG LINGKUP PELAYANAN


Pelayanan HCU diberikan kepada pasien dengan kondisi kritis stabil yang
membutuhkan pelayanan, pengobatan dan pemantauan secara ketat tanpa
pengggunaan alat bantu(misalnya ventilator) dan terapi titrasi.

C. BATASAN OPERASIONAL
Bidang kerja HCU meliputi pengelolaan pasien, administrasi unit, pendidikan dan
penelitian.
1. Pengelolaan pasien langsung
Pengelolaan pasien langsung dilakukan secara primer oleh dokter intensivis
dengan melaksanakan pendekatan pengelolaan total pada pasien sakit kritis stabil,
menjadi ketua tim dari berbagai pendapat konsultan atau dokter yang ikut merawat

1
pasien. Cara kerja demikian mencegah pengelolaan yang terkotak kotak dan
menghasilkan pendekatan yang terkoordinasi pada pasien serta keluarganya.
2. Administrasi unit
Pelayanan HCU dimaksud untuk memastikan suatu lingkungan yang menjamin
pelayanan yang aman, tepat waktu dan efektif. Untuk tercapainya tugas ini
diperlukan partisipasi dokter intensivis pada aktivitas manajemen.
3. Pendidikan, pelatihan dan penelitian
HCU melakukan pendidikan dan pelatihan kepada tenaga medis dan non-medis
mengenai hal-hal yang terkait dengan HCU.

D. LANDASAN HUKUM
Landasan Hukum yang digunakan dalam penyusunan pedoman ini adalah:
1. Undang-Undang Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
3. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit
4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 Tentang Tenaga Kesehatan
5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
834/Menkes/SK/VII/2010 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan High
Care Unit (HCU) di Rumah Sakit
6. KMK Nomor 129/MENKES/SK/II/2008 Tentang Standar Pelayanan Minimal
Rumah Sakit
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
2052/MENKES/PER/X/2011 tentang Izin Praktik dan Pelaksanaan Praktik
Kedokteran
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1438/MENKES/PER/IX/2010 Tentang Standar Pelayanan Kedokteran
9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 269/Menkes/Per/III/2008
tentang Rekam Medis
10. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 290/Menkes/Per/III/2008
tentang Persetujuan Tindakan Medis

2
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA


Kualifikasi tenaga kesehatan yang bekerja di HCU harus mempunyai pengetahuan
yang memadai, mempunyai keterampilan yang sesuai dan mempunyai komitmen
terhadap waktu. Uraian kualifikasi ketenagaan adalah sebagai berikut:
No Jenis Tenaga Kualifikasi Ketenagaan
1. koordinator HCU Dokter spesialis yang telah mengikuti pelatihan
dasar-dasar ICU, yang meliputi:
a. Pelatihan pemantauan
b. Pelatihan penatalaksanaanjalan nafas dan
terapi oksigen
c. Pelatihan terapi cairan, elektrolit, dan
asam basa
d. Pelatihan pencegahan dan pengendalian
infeksi
e. Pelatihan manejemen HCU
Anggota a. Dokter spesialis/dokter yang telah mengikuti
pelatihan Basic dan Advanced Life Support.
b. Perawat yang telah mengikuti pelatihan
Basic Life Support dan dapat melakukan
pemantauan menggunakan peraratan
monitor.

SDM pelayanan HCU diharuskan untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan secara
berkelanjutan guna mempertahankan dan meningkatkan kompetensinya sesuai dengan
perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran.Program pelatihan harus
diselenggarakan bagi semua staf agar dapat meningkatkan dan menambah
pengetahuan, keterampilan dan kemampuan dalam menerapkan prosedur serta
pengetahuan dan teknorogi baru. Program pengembangan dan pendidikan eksternal
untuk dokter ditujukan pada pelatihan dan pelatihan ulang ACLS, FCCS, dan
PFCCS.Untuk perawat ditujukan pada pelatihan Bantuan Hidup Dasar, ACLS,
Kardiologi Dasar dan Pelatihan lCU.Adapun evaluasi dilakukan setelah pelatihan
dilaksanakan.

B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Jumlah dokter spesialis, dokter dan perawat disesuaikan dengan jam kerja pelayanan
HCU 24 jam, beban kerja dankompleksitas kasus pasien yang membutuhkan
pelayanan HCU.Rasiojumlah perawat berbanding pasien di HCU sebaiknya adalah 1
(satu) perawat untuk 2 (dua) pasien.

3
C. PENGATURAN JAGA
1. Pengaturan jadwal dinas dibuat oleh kepala ruangan dan dipertanggungjawabkan
oleh Koordinator Unit disetujui oleh Manager Keperawatan.
2. Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu 1 bulan dan disosialisasikan kepada
perawat pelaksana.
3. Untuk perawat yang memiliki keperluan penting pada hari tertentu dapat
mengajukan permintaan dinas pada buku permintaan. Permintaan akan disesuaikan
dengan kebutuhan ruangan apabila tenaga mencukupi dan berimbang serta tidak
menggangu pelayanan maka permintaan disetujui.
4. Setiap tugas jaga atau shift harus ada perawat penanggung jawab shift dengan
syarat dan kualifikasi yang ditetapkan
5. Jadwal dinas terdiri dari 3 shift yaitu Pagi, Sore dan Malam
a. Shift Pagi : 07.00-14.00 WIB
b. Shift Sore : 14.00-21.00 WIB
c. Shift Malam : 21.00-07.00 WIB
6. Apabila ada perawat yang oleh karena satu dan lain hal tidak dapat menjalankan
tugasnya sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan maka yang bersangkutan
harus memberitahu atasan minimal 4 jam sebelum jam dinas berlangsung untuk
dicarikan pengganti dinasnya tersebut.
7. Adapun untuk tata tertib jam kerja adalah sebagai berikut :
a. Batas keterlambatan karyawan maksimal 15 menit dari dimulai jadwal shift
b. Apabila keterlambatan melebihi batas toleransi yang diberikan, maka
karyawan tersebut akan mendapatkan evaluasi kedisiplinan dari atasan
langsung
c. Apabila terjadi keterlambatan secara terus menerus, akan diberikan surat
peringatan
d. Izin meninggalkan dinas maksimal 3 jam dalam 1 hari kerja atas persetujuan
Koordinator Unit

4
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. DENAH RUANGAN
Lokasi HCU RS Tarumajaya satu komplek dengan kamar bedah dan kamar pulih
(recovery room), mempunyai akses yang mudah ke Instalasi Gawat Darurat,
laboratorium dan radiologi.

01.GAMBAR DENAH HCU


KETERNGAN SESUAI GAMBAR:
1 = BED ICU 1
1A = MONITOR BED ICU 1
1B = VENTILATOR 1
1C = MEJA FLOW CHART 1
2 = BED ICU 2
2A = MONITOR BED ICU 2
2B = VENTILATOR 2
2C = MEJA FLOW CHART 2
3 = BED ICU 3
3A = MONITOR BED ICU 3
3B = VENTILATOR 3
3C = MEJA FLOW CHART 3
4 = BED HCU 1
4A = MONITOR 4
4C = FLOW CHART 4
5 = BED HCU 2
5A = MONITOR 5
5C = FLOW CHART 5
61 = NURSE STATION ICU

5
71 = TOILET
81 = SPOEL HOEK

Desain HCU, ICU yang baik dan pengaturan ruang yang adekuat tentunya
mempengaruhi pelayanan HCU, ICU yang memadai. Berikut adalah desain HCU, ICU
yang dimiliki oleh RS Tarumajaya:
1. Area pasien:
a. Unit terbuka 12-16 m2 per-tempat tidur
b. Jarak antara tempat tidur 2 m
c. Mempunyai 1 tempat cuci tangan setiap 2 tempat tidur
d. Terdapat 1 outlet oksigen, 1 outlet vaccum dan 1 outlet stop kontak pada
setiap tempat tidur.
e. Pencahayaan cukup dan adekuat untuk observasi klinis dengan lampu TL day
light 10 watt/m2. Jendela dan akses tempat tidur menjamin kenyamanan
pasien dan personil. Desain unit juga memperhatikan privasi pasien.
2. Area kerja meliputi:
a. Ruang yang cukup untuk staf dan dapat menjaga kontak visual perawat
dengan pasien.
b. Ruang yang cukup untuk memonitor pasien, peralatan resusitasi dan
penyimpanan obat dan alat, termasuk lemari pendingin.
c. Area yang cukup untuk mesin X-Ray mobile dan dilengkapi dengan viewer.
d. Area peletakan telephone, komputer dan tempat untuk penyimpanan alat tulis.
3. Lingkungan
Mempunyai pendingin ruangan (AC) yang dapat mengontrol suhu (23-25°C) dan
kelembaban sesuai dengan luas ruangan (50-70%).
4. Ruang penyimpanan peralatan dan barang bersih
Untuk menyimpan monitor, ventilasi mekanik, infuse pump, syringe pump,
peralatan disposible, cairan, penggantung infus, troli, suction, linen dan tempat
penyimpanan barang dan alat bersih.
5. Ruang tempat pembuangan alat/bahan kotor
Ruang untuk membersihkan alat-alat, pemeriksaan urine, pengosongan dan
pembersihan pispot dan botol urine.
6. Ruang perawat, berupa ruang terpisah.

Lokasi HCU RS Tarumajaya adalah model integrated HCU, yaitu bergabung dengan
ICU. Dengan ketentuan:
a. Terisolasi
b. Mempunyai standar tertentu terhadap bahaya api, ventilasi, AC, exhaust fan,
pipa air, komunikasi, bakteriologis, kabel monitor.
c. Lantainya mudah dibersihkan, keras dan rata

6
B. STANDAR FASILITAS
Peralatan disesuaikan dengan ketersediaan jumlah bed HCU. Berikut adalah uraian
peralatan di RS Tarumajaya dengan 2 bed HCU:
Ketersediaan Instrumen diantaranya

Nama Alat Jml Nama Alat Jml


Laringoskop Dewasa 1 Penumbuk Obat 1
Stetoskop 1 Monitor 5
Laringoskop Anak 1 Tabung Regulator 1
Infus Pump 1 Tabung Tekanan Udara 1

Box Emergency 2 Lemari Obat 1


Termometer Elektrik 1 Suction 1
Tumbukan Obat 1 Gelas Ukur Urinal 1
Torniquet 1 Senter 1

Fasilitas Non Alkes


Nama Barang Jml Nama Barang Jml
Kursi 9 Keset 1
Meja Pasien Stabilizer 1
Meja Perawat 1 Box File
Rak Sepatu 1 Arsip File 2
Baju Pasien 11 Sandal 3
Lemari Obat 1 Kloset duduk 1
Dispenser 1 Keranjang Obat 2
Tempat Sampah 1 Lemari besi 1
Jam Dinding 1 Meja Floecat 5
Meja Monitor 5 Sandal Karet 5
Telefon 1 Hordeng Besar 9
Baju Perawat 4 Stabilizer 1
Remot AC 1

BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

7
Pelayanan HCU adalah tindakan medis yang dilaksanakan melaluipendekatan tim
multidisiplinyang dipimpin oleh dokter spesialis yang telahmengikuti pelatihan dasai-dasar
lCU. Anggota tim terdiri dari dokter spesialisdan dokter serta perawat yang bekerja secara
interdisiplin dengan fokus pelayanan pengutamaan pada pasien yang membutuhkan
pengobatan, perawatan dan pemantauan secara ketat sesuai dengan standar prosedur
operasionalyang berlaku di RS Tarumajaya. Pelayanan HCU meliputi pemantauanpasien
secara ketat, menganalisishasil pemantauan dan melakukan tindakan medik dan asuhan
keperawatanyang diperlukan.Ruang lingkup pemantauan yang harus dilakukan antara lain:
1. Tingkat kesadaran.
2. Fungsi pernapasan dan sirkulasi dengan interval waktu minimal 4 (empat) jam atau
disesuaikan dengan keadaan pasien.
3. Oksigenasi dengan menggunakan oksimeter secara terus menerus.
4. Keseimbangan cairan dengan interval waktu minimal 8 (delapan) jam ataudisesuaikan
dengan keadaan pasien.
Tindakan medik dan asuhan keperawatan yang dilakukan adalah:
1. Bantuan Hidup Dasar/Basic Life gupport (BHD/BLS) dan Bantuan Hidup
Lanjut/Advanced Life Support (BHD/ALS)
a. Jalan nafas (Airway): membebaskan jalan nafas, bila perlu menggunakan alat
bantu jalan nafas, seperti pipa oropharyngeal atau pipa nasopharingeal.Dokter
HCU juga harus mampu melakukan intubasiendotrakeal bila diindikasikan dan
segera memindahkan/merujuk pasien ke ICU;
b. Pernafasan/ventilasi (Breathing): mampu melakukan bantuan nafas (breathing
support) dengan bag-mask-valve.
c. Sirkulasi (Circulation): resusitasi cairan, tindakan defibrilasi, tindakan
kompresijantungluar.
2. Terapi oksigen.
Memberikan oksigen sesuai kebutuhan pasien dengan berbagai alat pengalir
oksigen, seperti: kanul nasal, sungkup muka sederhana, sungkup muka
denganreservoir, sungkup muka dengan katup dan sebagainya.
3. Penggunaan obat-obatan untuk pemeliharaan/stabilisasi (obat inotropik, obat
antinyeri, obat aritmia jantung, obat-obat yang bersifat vasoaktif, dan lain-lain).
4. Nutrisi enteral atau nutrisi parenteral campuran
5. Fisioterapi sesuai dengan keadaan pasien.
6. Evaluasi seluruh tindakan dan pengobatan yang telah diberikan.

BAB V
LOGISTIK

8
Logistik adalah segala sesuatu atau benda yang berwujud dan dapat diperlakukan
secara fisik (tangible), baik yang digunakan untuk kegiatan pokok maupun kegiatan
penunjang (administrasi). Logistik harus menyediakan barang-barang yang dibutuhkan
olehdari peralatan medis sampai dengan kebutuhan rumah tangga. Perawat bertanggung
jawab terhadap terselenggaranya tertib administrasi inventaris logistik yang ada, mualai
dari peralatan medis, obat-obatan dan perlengkapan rumah tangga seperti linen. Perawat
HCU, ICU menyusun rencana kebutuhan dan pengadaan bahan-bahan keperluan dan
peralatan di unit, menyusun rencana pemeliharaan peralatan unit, menyiapkan program-
program pengembangan pelayanan unit, menyusun laporan secara berkala tentang keadaan
peralatan unit, membuat evaluasi dan usulan tentang penggunaan bahan-bahan /
perlengkapan dan peralatan ( efisiensi, efektifitas, menyimpan dan mengelola bahan-
bahan / peralatan / barang inventaris unit.

BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

9
A. DEFINISI
Keselamatan pasien (patient safety) Rumah Sakit adalah suatu sistem dimana Rumah
Sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi:
1. Asesmen risiko
2. Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien
3. Pelaporan dan analisis insiden
4. Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
5. Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko
Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh:
1. Kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan
2. Tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil

B. TUJUAN
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
2. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
3. Menurunkan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) di rumah sakit
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)

C. STANDAR SAFETY PASIEN


Standar keselamatan pasien (Patient Safety) unuk HCU adalah :
1. Ketepatan Identitas
a. Target 100%. Label identitas tidak tepat apabila tidak terpasang, salah
pasang, salah penulisan nama, salah jenis kelamindan salah alamat.
b. Target 100%. Terpasang gelang identitas Rawat Inap. Pasien masuk ke
Rawat Inap terpasang gelang identitas pasien.
2. Komunikasi SBAR
Target 100%. Konsul ke Dokter via telepon menggunakan metode SBAR
3. Medikasi
a. Ketepatan pemberian obat
Target 100%. Yang dimaksud tidak tepat apabila salah obat, salah dosis,
salah jenis, salah rute pemberian, salah identitas pada etiket, dan salah
pasien(kebalikan 5 benar).
b. Ketepatan transfusi
Target 100%. Yang dimaksud tidak tepat apabila salah identitas pada
permintaan, salah tulis jenis produk darah, dan salah pasien
4. Pasien Jatuh
Target 100%. Tidak ada kejadian pasien jatuh di HCU

BAB VII
KESELAMATAN KERJA

10
A. PENGERTIAN
Keselamatan kerja merupakan suatu sistem dimana Rumah Sakit membuat
kerja/aktivitas karyawan lebih aman. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah
terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan pribadi ataupun Rumah Sakit.

B. TUJUAN
1. Terciptanya budaya keselamatan kerja di Rumah Sakit Tarumajaya
2. Mencegah dan mengurangi kecelakaan
3. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan
proses kerjanya
4. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya
kecelakaannya menjadi bertambah tinggi

C. TATA LAKSANA KESELAMATAN KARYAWAN


Setiap petugas medis maupun non medis menjalankan prinsip pencegahan infeksi
yaitu :
1. Menganggap bahwa pasien maupun dirinya sendiri dapat menularkan infeksi
2. Menggunakan alat pelindung diri (sarung tangan, kacamata, sepatu boot alat kaki
penutup, celemek, masker dll) terutama bila terdapat kontak dengan specimen
pasien yaitu urin, darah, muntah, secret, dll
3. Melakukan perasat yang aman bagi petugas maupun pasien, sesuai prosedur
yang ada, misalnya memasang kateter, menyuntik, menjahit luka, aff infuse, dll
4. Terdapat tempat sampah infeksius dan non infeksius
5. Mencuci tangan dengan sabun antiseptik/handrub sesuai dengan 5 momen cuci
tangan
6. Mengelola alat dengan mengindahkan prinsip sterilisasi yaitu :
a. Dekontaminasi dengan larutan klorin
b. Pencucian dengan sabun
c. Pengeringan
7. Menggunakan baju kerja yang bersih
8. Melakukan upaya-upaya medis yang tepat dalam menangani kasus :
a. HIV/AIDS (sesuai prinsip pencegahan infeksi)
b. Flu Burung
9. Kewaspadaan standar karyawan/petugas ICU/HCU dalam menghadapi penderita
dengan dugaan flu burung adalah :
a. Cuci Tangan
Cuci tangan dilakukan dibawah air mengalir dengan menggunakan sikat
selama ±5 menit, yaitu dengan menyikat seluruh telapak tangan maupun
punggung tangan
b. Hal ini dilakukan sebelum dan sesudah memeriksa penderita
c. Memakai masker N95 atau minimal masker badan
d. Menggunakan pelindung wajah, kacamata google (bila diperlukan)
e. Menggunakan apron/gaun pelindung
f. Menggunakan sarung tangan

11
g. Menggunakan pelindung kaki (sepatu boot)
h. Imunisasi Hepatitis B – C (sesuai prinsip pencegahan infeksi)

BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

12
Dalam rangka penjaminan mutu pelayanan HCU dilakukan self Assessment untuk
memantau parameter mutu pelayanan setiap hari yang dilakukan oleh setiap staf HCU yang
hasilnya diberikan kepada Tim Mutudan Keselamatan Pasien RS Tarumajaya. Kualitas
pelayanan HCU dapat dinilai dengan beberapa penilaian objektif, seperti:

1. Penurunan skoring derajat keparahan pasien, seperti: SOFA (Sequential Organ


Failure Assessment), SAPS (Simplified Acute Physiology Score), dan sebagainya.
Contoh penilaian SOFA
SKOR
INDIKATOR NILAI
1 2 3 4
Pernafasan:
PaO2/FiO2 < 400 < 300 < 200 < 100
(mmHg)
Koagulasi:
< 150000 < 100000 < 50000 < 20000
Trombosit (/mm3)
dopa > 5 dopa > 15
Kardiovaskuler: < 70 dopa < 5 atau atau
MAP mmHg mcg/kg/min norepi norepi
< 0,1 > 0,1
GCS: 13-14 10-12 6-9 <6
kreatinin
3,5-4,9 kreatinin
1,2 – 1,9 kreatinin
Ginjal: Kreatinin atau urin < > 5 atau
mg/dL 2-3,4
500 urin < 200
mL/hari
1,2 – 1,9
Hati: Bilirubin 2 – 5,9 6 – 11,9 atau > 12
mg/dL
NILAI TOTAL

2. Angka kejadian infeksi rumah sakit.


3. Angka kejadian stress ulcer.
4. Angka kejadian phlebitis.
5. Angka kejadian decubitus

Dekubitis.

Area Klinis
Kategori Indikator Tindakan pengendalian Infeksi RS
Perspektif Proses Bisnis internal

13
Terwujudnya penyelenggaraan sistem pelayanan keperawatan berbasis
Sasaran Strategis
mutu dan keselamatan pasien
Dimensi Mutu Efektivitas dan keselamatan pasien
Tujuan Terselenggaranya pelayanan keperawatan yang aman dan efektif
Kejadian dekubitus adalah terjadinya pasien yang mengalami
dekubitus selama dalam perawatan di rawat inap RS.
Dekubitus adalah luka pada jaringan kulit yang disebabkan oleh
tekanan yang berlangsung lama dan terus menerus (Doh, 1993
dalam Martin, 1997)
Kriteria :
A. Pasien paling tidak mempunyai 2 gejala dan tanda berikut,
Definisi operasional yang tidak diketahui penyebab lainnya : kemerahan sakit atau
pembengkakan ditepian luka dekubitus
B. Minimal ditemukan 1 dari bukti berikut :
a. Hasil kultur positif dari cairan atau jaringan
yang diambil secara benar
b. Hasil kultur darah positif
C. Dokter yang merawat menyatakan adanya dekubitus dan
diberi pengobatan antimikroba.
Frekuensi
Bulanan
Pengumpulan Data
Numerator Jumlah kejadian dekubitus
Denominator Jumlah hari tirah baring
Inklusi Pasien rawat inap tirah baring
Eksklusi Pasien yang masuk rawat inap RS sudah mengalami dekubitus

Formula (Jumlah kejadian dekubitus dibagi Jumlah hari tirah baring) x 1000

Bobot Lihat pada Daftar dan Bobot Indikator


Sumber Data Rekam Medik
Standar ≤ 1,5 ‰

Infeksi Aliran Darah Ferifer ( Phebitis )


hasil ≤ 1,5 ‰  skor = 100
1,5‰ < Hasil ≤ 5 ‰  skor =
Kriteria Penilaian 75 5‰ < Hasil ≤ 10 ‰  skor

14
= 50 10‰ < Hasil ≤ 15 ‰ 
skor = 25
Hasil > 15‰  skor = 0
PIC Ka. Instalasi Rawat Inap
1. CDC NHSN, Maret 2011
Referensi 2. buku pedoman PPI th 2011
3. buku pedoman surveilance infeksi RS Kemkes 2011
4. Center for Healthcare related infections surveilance and prevention

Area Klinis
Kategori Indikator Pengendalian infeksi di RS
Perspektif Proses Bisnis Internal
Terwujudnya penyelenggaraan sistem pelayanan keperawatan
Sasaran Strategis berbasis mutu dan keselamatan pasien dalam pencegahan dan
pengendalian infeksi rumah sakit
Judul IKT Infeksi Aliran Darah Perifer / Phlebitis
Dimensi Mutu Efektivitas dan keselamatan pasien
Tujuan Menurunnya kejadian infeksi aliran darah

Phlebitis merupakan inflamasi pada vena, yang ditandai dengan adanya


Definisi operasional daerah yang merah, nyeri dan pembengkakan di daerah penusukan atau
sepanjang vena (Brunner dan Sudarth, 2002)
Frekuensi
Bulanan
Pengumpulan Data
Numerator Jumlah kasus Phlebitis
Denominator Seluruh pasien yang terpasang kateter intravena
Inklusi Pasien rawat inap yang terpasang kateter intravena
(Jumlah kasus phlebitis dibagi Seluruh pasien yang terpasang kateter
Formula intravena) x 100%
Bobot Lihat pada Daftar dan Bobot Indikator
Sumber Data Instalasi Rawat Inap
Standar ≤5%

Hasil ≤ 5 %  skor = 100


5%1< Hasil ≤ 10%  skor = 75
Kriteria Penilaian 10% < Hasil ≤ 15%  skor = 50
15% < Hasil ≤ 20%  skor = 25
Hasil > 20%  skor = 0

15
PIC Ka. Instalasi Rawat Inap
Referensi Intravenous Nurses Sociaty (INS)

BAB IX
PENUTUP

Pedoman pelayanan High Care Unit ini disusun dalam rangka memberikan acuan
bagi RS Tarumajaya yang telah maupun akan menyelenggarakan pelayanan HCU yang

16
bermutu, aman, efektif dan efisien dengan mengutamakan keselamatan pasien. Rumah
sakit diharapkan dapat tetap menjaga kualitas HCU sehingga berfungsi sebagaimana
diharapkan. Dengan standar pelayanan keselamatan yang semakin ditingkatkan tentu ini
akan berpengaruh pada tingkat perhatian diruangan yang bersifat intensif seperti HCU.
High care unit (HCU) adalah unit pelayanan rumah sakit bagi pasien dengan kondisi stabil
dari fungsi respirasi, hemodinamik, dan kesadaran namun masih memerlukan
pengobatan,perawatan dan pemantauan secara ketat. Indikasi masuk HCU adalah pasien
gagal organ tunggal yang mempunyai resiko tinggi untuk terjadi komplikasi dan pasien
yang memerlukan perawatan perioperatif. Indikasi keluar HCU adalah pasien stabil yag
tidak lagi membutuhkan pemantauan yang ketat dan pasien/keluarga yang menolak untuk
dirawat di HCU.

17

Anda mungkin juga menyukai