Anda di halaman 1dari 14

PEDOMAN PELAYANAN HIGH CARE UNIT

RUMAH SAKIT ISLAM AMINAH BLITAR

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
High Care Unit (HCU) adalah unit pelayanan di Rumah Sakit bagi pasien dengan
kondisi stabil dari fungsi respirasi, hemodinamik, dan kesadaran namun masih
memerlukan pengobatan, perawatan, dan pemantauan secara ketat. Tujuannya adalah
agar bisa diketahui secara dini perubahan–perubahan yang membahayakan, sehingga bisa
dengan segera di pindah ke HCU untuk dikelola lebih baik lagi. Pelayanan HCU
merupakan pelayanan medik pasien dengan kebutuhan memerlukan pengobatan,
perawatan dan observasi secara ketat dengan tingkat pelayanan yang berada di antara
ICU dan ruang rawat inap biasa (artinya tidak perlu perawatan ICU namun belum dapat
dirawat ruang rawat inap biasa karena masih perlu pemantauan yang ketat). HCU
menyediakan kemampuan dan sarana prasana serta peralatan khusus untuk menunjang
fungsi- fungsi vital dengan menggunakan ketrampilan staf medik, perawat dan staf lain
yang berpengalaman dalam pengelolaan keadaan- keadaan gawat.

Saat ini rumah sakit islam Aminah blitar sebagai penyedia pelayanan harus
mempunyai instalasi HCU yang memberikan pelayanan yang profesional dan berkualitas
dengan mengedepankan keselamatan pasien.pada instalasi high care unit (HCU)
perawatan untuk pasien dilaksanakan dengan melibatkan berbagai tenaga profesional
yang terdiri dari multidisiplin ilmu yang bekerja sama dalam tim dan singgle
management. Pengembangan tim multidisiplin yang kuat sangat penting dalam
meningkatkan keselamatan pasien. Untuk itu diperlukan dukungan sarana prasarana serta
peralatan demi meningkatkan pelayanan HCU. Mengingat diperlukannya tenaga-tenaga
khusus, mahalnya sarana prasana serta mahalnya biaya perawatan, maka demi efisiensi,
keberadaan HCU dalam rumah sakit perlu di konsentrasikan dalam satu tempat dalam
unit yang terintegrasi berbentuk instalasi. Oleh sebab itu pedoman pelayanan rawat
intensif yang akan menjadi acuan dalam membantu peningkatan pelayanan HCU yang
bermutu dan berkualitas serta selalu mengedepankan keselamatan pasien (pasient safety).
B. Tujuan
1. Tujuan Umun
a. Meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien yang dirawat di HCU
2. Tujuan Khusus
a. Menyediakan, meningkatkan dan mengembangkan sumber daya manusia
b. Meningkatkan sarana dan prasarana serta peralatan HCU
c. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pemanfaatan pelayanan HCU terutama
bagi pasien kritis stabil yang membutuhkan pelayanan dengan pemantauan
secara ketat
C. Ruang Lingkup Pelayanan
Pelayanan HCU di berikan kepada pasien dengan kondisi kritis stabil yang
membutuhkan pelayanan, pengobatan dan pemantauan secara ketat tanpa penggunaan
alat bantu / ventilator
D. Batasan Operasional
1. High Care Unit adalah unit pelayanan di Rumah Sakit bagi pasien dengan kondisi
respirasi, hemodinamik dan kesadaran yang stabil yang masih memerlukan
pengobatan, perawatan dan observasi secara ketat.
2. Pelayanan HCU adalah pelayanan medic pasien dengan kebutuhan memerlukan
pengobatan, perawatan dan observasi secara ketat dengan tingkat pelayanan yang
berada diantara ICU dan ruang rawat inap ( tidak perlu perawatan ICU namun belum
dapat dirawat di ruang rawat inap biasa karena memerlukan observasi yang ketat)
3. HCU dibagi menjadi 3 bagian yaitu :
a. Separated/ conventional/freestanding HCU yang berdiri sendiri (independent) terisah
dari ICU
b. Integrated HCU adalah HCU yang menjadi satu dengan ICU
c. Parallel HCU adalah HCU yang terletak berdekatan (bersebelahan) dengan ICU

E. Landasan Hukum
1. Keputusan Menteri Kesehatan RI No 834/MENKES/SK/VII/2010
2. Undang- Undang Republik Indonesia No 36 tahun 2009 tentang kesehatan
3. Undang- Undang Republik Indonesia No 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
4. Undang- Undang Republik Indonesia No 8 tahun 1999 tentang perlindungan
konsumen
5. Peraturan pemerintah nomer 32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan
6. Peraturan menteri kesehatan RI nomer 148 tahun 2010 tentang izin dan
penyelenggaraan praktik keperawatan
7. Peraturan menteri kesehatan RI nomer 114 tahun 2010 organisasi dan tata kerja
kementerian kesehatan
8. Keputusan menteri kesehatan RI nomer 129/menkes/SK/II/ 2008 tentang standar
pelayanan minimal Rumah Sakit
9. Keputusan Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan Nomer HK.03.05/I/2063/II
tentang petunjuk teknis penyelenggaraan pelayanan high care unit (HCU) di Rumah
Sakit
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA


Tenaga yang terlibat dalam pelayanan High Care Unit (HCU) terdiri dari dokter
penanggung jawab HCU( dokter spesialis anestesi), perawat kepala ruang , perawat
penanggung jawab shift dan perawat pelaksana
 Kepala HCU : untuk HCU dipimpin oleh dokter spesialis anestesi yang telah
mengikuti pelatihan ICU
 Perawat kepala ruang HCU : D III/ Ners dengan pengalaman kerja minimal 3
tahun dan telah mengikuti pelatihan Basic life support, pelatihan management
bangsal dan dapat melakukan pemantauan menggunakan alat monitor
 Perawat penanggung jawab ruang HCU :minimal DIII keperwatan dengan
pengalam kerja minimal 2 tahun dan memiliki sertifikat pelatihan Basic life
support dan dapat melakukan pemantauan menggunakan alat monitor
 Perwat pelaksana ruang HCU :minimal DIII keperawatan dan memiliki sertifikat
pelatihan Basic life support dan dapat melakukan pemantauan menggunakan alat
monitor.

B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Dalam pelayanan perawat HCU yang sesuai dengan kualifikasi dapat mendukung
terwujudnya pelayanan keperwatan yang berkualitas, efektif dan efisien. Untuk
pemenuhan pelayanan HCU rasio perawat setiap jaga / shift harus sesuai dengan
standart yaitu rasio perawat dan pasien di HCU yaitu 1 perawat 2 pasien.

C. PENGATURAN JAGA
Pembagian perawat kedalam shift kerja sebagai berikut :

Shift kerja Saat ini


Pagi 2
Sore 2
Malam 2
Libur/cuti 1
Total 7
Untuk pemenuhan pelayanan HCU rasio perawat setiap jaga / shift harus sesuai dengn
standart yaitu rasio perawat dan pasien pelayanan HCU adalah 1 perawat 2 pasien.

D. PELATIHAN
Upaya pengembangan pelayanan HCU harus dilaksanakan secara berkesinambungan
dengan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terkini di bidang
HCU. Dalam rangka memberikan pelayanan klinis yang berkualitas dan
meningkatkan standar mutu profesional di HCU, rumah sakit di tuntut untuk terus
menerus meningkatkan dan mengembangkan potensi sumber daya manusia yang
dimilikinya melalui program pendidikan dan pelatihan yang mengacu pada program
diklat rumah sakit
 IN HOUSE TRAINING
Pelatihan ini biasanya diadakan oleh komite keperawatan setiap bulan yang
diikuti oleh perawat HCU secara bergantian
 EX HOUSE TRAINING
 Untuk dokter ditujukan pada pelatihan dan pelatihan ulang ASCLS,FCCS
dan PFCCS
 Untuk perawat ditujukan untuk pelatihan bantuan hidup dasar, ACLS,
kardiologi dasar dan pelatihan ICU, management bangsal serta pelatihan –
pelatihan yang berhubungan dengan perawatan kritis atau intensive.
BAB III
STANDART FASILITAS
A. DENAH RUANG
1. LOKASI
Lokasi satu komplek dengan kamar bedah dan kamar pulih sadar ( recovery
room), berdekatan atau mempunyai akses yang mudah ke unit gawat darurat,
laboratorium dan radiologi.
2. DESAIN
Pelayanan HCU yang memadai di tentukan berdasarkan disain yang baik dan
pengaturan ruangh yang adekuat. Ruang HCU dibagi menjadi beberapa area yang
terdiri dari :
a. Area pasien
 Terdapat 3 tempat tidur
 Jarak antara tempat tidur : 1 meter
 Terdapat 1 tempat cuci tangan
 Pencahayaan cukup dan adekuat untuk observasi dengan lampu
Jendela dan akses tempat tidur menjamin kenyamanan pasien dan
personil ruangan.
b. Area kerja
Ruang perawat : terdapat ruang terpisah yang dapat digunakan perawat
yang bertugas untuk memonitor pasien yang juga terdapat fasilitas berupa
komputer dan telephone.
c. Lingkungan
Mempunyai pendingin ruangan / AC sentral yang dapat mengontrol suhu
dan kelembapan sesuai dengan luas ruangan yaitu 35-60. Suhu 22-23 C.
d. Ruang penyimpanan peralatan dan barang bersih
terdapat ruang untuk menyimpan alat seperti syring pump,infus
pump,suction,linen dan alat-alat kesehatan
e. Ruang tempat pembuangan alat / bahan kotor
Terdapat ruang untuk membersihkan alat- alat, membuang urine, tempat
pispot dan gelas ukur.ruangan ini didesain untuk menjamin tidak adanya
kontaminasi.

B. STANDART FASILITAS
1. Peralatan
Peralatan yang memadai baik kualitas maupun kuantitas sangat membantu
kelancaran pelayanan. Berikut adalah ketentuan umum mengenai peralatan:
 Terdapat prosedur pemeriksaan berkala untuk keamanan alat
 Peralatan dasar meliputi :
 Monitor
 Alat hisap / suction
 Alat ventilasi manual dan alat penunjang jalan nafas
 Syring pump dan infus pump
C. PEMELIHARAAN, PERBAIKAN, DAN KALIBRASI PERALATAN
 Pemeliharaan alat
Pemeliharaan alat alkes dilakukan oleh teknisi sedangkan alat nonalkes
dilakukan pemeliharaan oleh bagian ips
 Perbaikan alat kesehatan
Perbaikan alat kesehatan dilakukan oleh teknisi
 Kalibrasi
Kalibrasi alkes dilakukan setiap satu tahun sekali yang dilakukan oleh BPSK
BAB IV
TATA LAKSANA PELAKSANAAN

A. JENIS PELAYANAN HCU


Pelayanan HCU adalah tindakan medis yang dilaksanakan melalui pendekatan TIM
multidisiplin yang terdiri dari Dokter Spesialis dan Dokter serta dibantu oleh Perawat
yang bekerja secara interdisiplin dengan fokus pelayanan pengutamaan pada pasien
yang membutuhkan pengobatan, perawatan dan observasi secara ketat.
Pelayanan HCU meliputi pemantauan pasien secara ketat, menganalisa hasil
pemantauan dan melakukan tindakan medic, dan asuhan keperawatan yang
diperlukan.
Ruang lingkup pemantauan yang harus dilakukan antara lain:
1. Tingkat kesadaran
2. Fungsi pernafasan dan sirkulasi dengan interval waktu minimal 4 jam atau
disesuaikan dengan keadaan pasien
3. Oksigenasi dengan menggunakan oksimeter secara terus menerus
4. Keseimbangan cairan dengan interval waktu minimal 8 jam atau di sesuaikan
dengan kebutuhan pasien
Tindakan medik dan asuhan keperawatan yang dilakukan adalah :
1. Bantuan hidup dasar / basic life support (BLS) dan bantuan hidup lanjut Advence
Life Support (BHD/ ALS)
a. Jalan nafas / airway : membebaskan jalan nafas, bila perlu menggunakan
alat bantu jalan nafas seperti pipa oropharingeal atau pipa nasopharingeal.
b. Pernafasan / ventilasi
c. Sirkulasi : resusitasi cairan, tindakan defebrilasi
 Mampu melakukan resusitasi cairan
 Mampu melakukan defibrilasi
 Mampu melakukan kompresi jantung paru
2. Terapi oksigen
3. Penggunaan obat – obat untuk pemeliharaan / stabilisasi ( obat inotropik, obat
anti nyeri, obat aritmia jantung, obat obat yang bersifat vasoaktif, dll)
4. Nutrisi enteral dan nutrisi parenteral
5. Fisioterapi sesuai dengan keadaan pasien
6. Evaluasi seluruh tindakan yang telah diberikan

B. KRITERIA PASIEN MASUK DAN KELUAR HCU


1. Pasien yang memerlukan pelayanan HCU sesuai indikasi adalah :
a. Pasien dari UGD
b. Pasien dari kamar operasi atau ruangan lain seperti ruang bersalin
c. Pasien dari bangsal atau ruang rawat inap
2. Indikasi masuk
a. Pasien dengan gagal organ tunggal yang mempunyai resiko tinggi untuk terjadi
komplikasi
b. Pasien yang memerlukan perawatan perioperatif
Dengan prosedur masuk HCU
 Dokter penanggung jawab pasien (DPJP) menginformasikan kepada
penanggung jawab pasien terkait kondisi pasien untuk masuk HCU
 Dokter penanggung jawab pasien (DPJP) menginformasikan kepada perawat
atau dokter untuk masuk ruang HCU
 Dokter / perawat mengonsulkan keadaan umum pasien ke dokter
penanggung jawab HCU ( dokter anestesi)
 Dokter / perawat penanggung jawab pasien memberi informasi pada perawat
HCU terkait pasien yang akan masuk HCU
 Perawat HCU melaporkan kondisi terakhir pasien k dokter penanggung
jawab HCU kemudian lapor ke dokter DPJP
 Memberikan pelayanan
3. Indikasi keluar
a. Pasien sudah stabil yang tidak lagi membutuhkan pemantauan yang ketat
b. Pasien yang cenderung memburuk dan atau memerlukan pemantauan dan
alat bantu invasife sehingga perlu rujuk ke ICU
Prosedur pasien keluar HCU
 Dokter penanggung jawab pasien (DPJP) menginformasikan kepada
penanggung jawab pasien terkait kondisi pasien membaik dan layak
pindah ruang.
 Dokter penanggung jawab pasien (DPJP) menginformasikan kepada
perawat HCU terkait kondisi pasien membaik dan layak pindah ruangan
 Dokter/Perawat mengonsulkan keadaan umum pasien ke dokter
penanggung jawab HCU (dr. Anastesi) bahwa indikasi pindah ruangan
 Perawat ruang HCU menginformasikan ke bagian terkait untuk pindah
kamar di rawat inap
4. Pasien yang tidak perlu masuk HCU
a. Pasien dengan fase terminal suatu penyakit (seperti: kanker stadium akhir)
b. Pasien / keluarga menolak untuk di rawat di HCU ( atas dasar inform
consent)
Beberapa keadaan yang memerlukan perawatan HCU antara lain :
1. Sistem kardiovaskuler
a. Miokard infark dengan hemodinamik stabil
b. Gangguan irama jantung dengan hemodinamik stabil
c. Gangguan irama jantung yang memerlukan pacu jantung sementara
dengan hemodinamik stabil
d. Hipertensi
2. Sistem pernafasan
Gangguan pernafasan yang memerlukan fisioterapi yang intensif dan agresif
3. Sistem saraf
a. Cedera kepala sedang sampai berat yang stabil dan memerlukan tirah
baring dan memerl;ukan pemeliharaan jalan nafas secara khusus serperti
hisap lendir
b. Cedera sumsum tulang belajkang leher yang stabil
4. Sistem saluran pencernaan
Perdarahan saluran cerna
5. Sistem endokrin
Diabetik ketoasidosis dengan infuse insulin secara kontinyu
6. Pembedahan
Pasdca bedah besar dengan hemodinamik stabil tetapi masih memerlukan
resusitasi cairan dan pengawasan
7. Kebidanan dan kandungan
Peeklamsia pada kehamilan atau pasca persalinan

C. PERSIAPAN PENERIMAAN PASIEN


Sebelum pasien di masukkan ke HCU, pasien atau keluarga harus mendapatkan
penjelasan secara lengkap tentang dasar pertimbangan mengapa pasien harus
mendapatkan perawatan di HCU, serta berbagai macam tindakan kedokteran yang
mungkin akan dilakukan selama pasien di rawat di HCU serta prognosa penyakit yang
di derita pasien. Penjelasan dilakukan oleh dokter / perawat yang bertugas setelah
mendapatkan penjelasan pasien / keluarga bisa menerima atau tidak bisa
menerima.pernyataan pasien atau keluarga harus di nyatakan di formulir inform
consent yang sudah terlampir.

D. MONITORING PASIEN
1. Setiap pasien yang masuk di HCU dilakukan monitoring Hemodinamik selama 24
jam yang akan di catat di lembar cardesk
2. Bila ada gambaran monitoring yang menggambarkan kelainan perawat HCU
langsung melaporkan kepada ke dokter penanggung jawab HCU

E. PROSEDUR MEDIK
Sebelum pasien dilakukan tindakan medik, pasien dan atau keluarganya harus
mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang mengapa pasien harus dilakukan
tindakan tersebut, tujuan dan efeknya jika tidak dilakukan tindakan tersebut.
Penjelasan tersebut dilakukan oleh dokter / perawat yang sedang bertugas.setelah
mendapatkan penjelasan pasien atau keluarga bisa menerima atau tidak bisa
menerima.pernyataan pasien atau keluarga harus dinyatakan dalam lembar inform
consent.

F. PENGGUNAAN ALAT MEDIK


Dalam penggunaan alat medik pasien dan keluarga pasien selalu mendapatkan
penjelasan tentang alat medik yang digunakan, tujuan dan fungsi dari alat medik.
Penjelasan di berikan oleh perawat yang sedang bertugas.

G. KONSULTASI
Pasien atau keluarga pasien berhak untuk melakukan konsultasi dengan dokter
penanggung jawab pasien setiap dilakukan visite, untuk konsultasi gizi di berikan jika
ada permintaan dari DPJP atau permintaan dari pasien atau keluarga pasien sendiri.
Sedangkan untuk konsultasi bimbingan rohani diberikan setiap pasien membutuhkan
yang dilakukan oleh petugas bimbingan rohani yang di tunjuk oleh rumah sakit.

H. INDIKASI DAN PROSEDUR PEMERIKSAAN LABORATORIUM DAN


RADIOLOGI
Pemeriksaan laboratorium dan radiologi pasien dilakukan jika ada permintaan atau
advis dari dpjp. Namun jika pemeriksaannya di RSI Aminah blitar ini belum ada kita
selalu mengirimkan atau melakukan pemeriksaan ke luar yang sudah bekerjasama
dengan Rumah Sakit Islam Aminah Blitar.
I. REKAM MEDIS
Rekam medis adalah catatan medic atau status kesehatan pasien sejak MRS, selama di
RS sampai dengan pasien keluar dari RS.Untukpasien yang dirawat di HCU memiliki
lembar observasi tersendiri yaitu cardesk dengan criteria semua komponen data diisi
dengan 3C (clear, correct, dan complete) yang artinyajelas, benar da nlengkap.
 IdentitaspasienmeliputiNama, No RM, jeniskelamin, No bed
 Hari/ tgl
 Tanggal MRS
 BB/TB
 Goldarah/ Rh
 Diagnosamedis
 Tipeoperasi
 Post op harike
 Alergi
 Dokterpenanggungbjawab
 Dpjp
 Konsultasi
 Perawatjaga
 Alatinvasive:vena line, NGT/OGT, urine chateter, ETT/ tracheostomy, artery
line, centralvenacath, yang meliputihari/tgl, posisi, danukuran
 Skala jatuh morse
 Derajat resiko jatuh
 Derajat decubitus
 Skala nyeri
 Hemodinamik meliputi Tekanandarah, suhu, Nadi, RR, MAP
 Tingkat kesadaran (GCS)
 Cairan / transfuse yang masuk
 Nutrisi
 Obat-obatan yang terdiri dari injeksi dan oral
 Intake yang terdiri dari NGT/oral, dan minum
 Output yang terdiri dari drain, urine, muntah, bab, iwl, stoma, balance cairan
 Hasil laboratorium
 Catatan program terapidokter

J. PENCATATAN DAN PELAPORAN KEGIATAN PELAYANAN
Catatan HCU diverivikasi dan ditandatangani oleh dokter yang melakukan pelayanan
HCU dan dokter tersebut harus bertanggung jawab atas semua yang dicatat dan
dikerjakan.Pencatatan menggunakan status khusus HCU yang meliputi diagnose
lengkap dan tanda-tanda vital, pemantauan fungsi organ khusus (jantung, paru,
ginjalddsb) secara berkala, jenis dan jumlah asupan nutrisi dan cairan, catatn
pemberian obat serta jumlah cairan tubuh yang keluar dari pasien.
Pencatatan nilai-nilai pengukuran tanda-tanda vital secara berkala dilakukan oleh
perawat HCU minimal 1 jam sekali dengan interval sesuai kondisi pasien.
Pemantauan secara umum dan khusus setiap pagi hari oleh dokter DPJP ,dokter
penanggung jawab dan perawat HCU
Pemantauan umum meliputi :
a. Pemeriksaan tanda-tanda vital meliputi TD, nadi, suhu, respirasi, saturasi O2
b. Pemeriksaan fisik meliputi system saraf, sistemkardiovaskuler, sistemrespirasi,
sistem gastrointestinal, sistemtractusurinarius
c. Balance cairan dilakukan setiap 6 jam dengan kondisi pasien, diperhitungkan
intake dan output pasien.
d. Pemeriksaanlaboratoriummeliputi :
 Analisa gas darah
 Guladarah
 Darahlengkap
 Elektrolit
 Ureum , kreatinin
 Hemostaselengkapsesuiindikasi
 Sgot/sgptsesuaiindikasi
 Pemeriksaan lain biladibutuhkan
Pelaporan pelayanan HCU terdiridarijenis indikasi pasien masuk serta jumlahnya,
penggunaan alat bantu, lama rawat dan keluaran (hidup / meninggal) dari HCU.

K. EVALUASI HASIL PERAWATAN PASIEN


Hasil perawatan pasien dilakukan dan data perkembangannya dioperkan setiap shift
berdasarkan masalah keperawatan yang dihadapi oleh pasien yang mengacu pada
tujuan dan criteria hasil.
BAB V
LOGISTIK
A. PROSEDUR PENYEDIAAN ALAT KESEHATAN DAN OBAT
Penyediaan alat kesehatan dan obat-obatan disetiap ruangan mempunyai stok yang
jumlahnya menyesuaikan dengan kebutuhan. Pengecekan alkes dan obat dilakukan
oleh penanggungjawab shif dan dilaporkan kepada kepala ruangan setiap minggunya.
B. PERENCANAAN PERALATAN
Perencanaan peralatan dilakukan setiap awal tahun melalui usulan perencanaan dari
ruangan yang diberikan kepada kasie logistic keperawatan yang diajukan untuk
dijadikan POA pengadaan alkes oleh keperawatan. Untuk permintaan / peremajaan
peralatan melalui memo yang diajukan pada tim pengadaan alkes.
BAB VI
KESELAMATAN KERJA

Ketidakstabilan kondisi biologis akibat perannya sebagai depo collection berbagai bibit
penyakit, paparan bahan kimia, dan radioaktif untuk keperluan medis serta perilaku kerja
penggunaan peralatan yang berbahaya unsafe action, kerapkali menimbulkan terjadinya
insiden / kecelakaan kerja dan penyaki toleh sebab itu dalam penatalaksanaan semua tindakan
medis dan peralatan medis sebaiknya menggunakan alat pelindung diri (APD).
BAB VII
PENUTUP

Petunjuk teknik High care Unit inidisusundalamrangkamemberikanacuanbagirumahsakityang


akanmenyelenggarakanpelayanan HCU yang bermutu, aman, efektif, dan efisien dengan
mengutamakan keselamatan pasien.
Dalam pelaksanaannya pedoman petunjuk teknis pelayanan HCU di Rumah Sakit
perlu dilengkapi standart pelayanan operasional (SPO) baik klinis maupun manajerialnya
yang diikutidengan pemantauan serta evaluasi yang dilakukan secara berkesinambungan.
Apabila di kemudian hari diperlukan adanya perubahan pada pedoman ini, maka akan
dilakukan penyempurnaan pada penyusunan pedoman selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai