Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH GADAR 2

INTENSIVE CARE UNIT (ICU)

OLEH :

Antonius T. N. Praing

1420118006R

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NUSANTARA

KUPANG

2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Intensive Care Unit (ICU) merupakan ruang perawatan dengan tingkat resiko
kematian pasien yang tinggi. Tindakan keperawatan yang cepat dan tepat sangat
dibutuhkan untuk menyelamatkan pasien. Pengambilan keputusan yang cepat ditunjang
data yang merupakan hasil observasi dan monitoring yang kontinu oleh perawat.
Tingkat kesibukan dan standar perawatan yang tinggi membutuhkan perlatan
teknologi tinggi yang menunjang. Peralatan yang ditemukan di ICU antara lain bed dan
peralatan tersebut ditunjang oleh teknologi tinggi. Inovasi teknologi tetap dibutuhkan
dengan tujuan meningkatan mutu pelayanan keperawatan di ICU sering dengan
bertambahnya kompleksitas masalah di ICU. Tele-ICU sudah digunakan 25 tahun yang
lalu dengan metode remote telemedicine pada 395 pasien di ICU yang terdapat pada 100
bed di RS. Proyek tersebut menunjukkan bahwa konsultasi televise memberikan
pengaruh lebi besar pada tataran klinik dan pendidikan daripada konsultasi via telepon.
Secara historis demonstrasi tersebut menunjukkan bahwa tele-ICU consultation memiliki
keuntungan klinis yang lebih besar seperti mengurangi lama hari rawat( length of stay),
meningkatan pengelolaan dan transfer pasien trauma, dan meningkatan konsultasi untuk
pasien kritis.
Pada tahun 2000, secara Health- Care mengimplementasikan multiside telemedia
program. Saat 1 tahun setelah implementasi dilaporkan bahwa terjadi penurunan
mortalitas sebanyak 27%. Saat ini diestimasikan bahwa 45 sampai 50 program tele-ICU
telah mendukung beberapa ICU.
Tema Tele-ICU, virtual ICU, remote ICU, dan ICU semuanya mengacu pada
konsep yang sama, yaitu merupakan sentralisasi atau pengendalian berdasarkan tim
perawatan kritis dengan menggunakan networking pada bebside ICU tim dan pasien baik
melalui audiovisual maupun system computer. Tim tele-ICU dapat mendukung
kelagsungan hidup dan mendukung sebagain besar pasien di ICU walaupun dipisahkan
secara geografis dari berbagai Rumah Sakit.
Penggunaan tele ICU merupakan aplikasi dari solusi 4 topik ICU, yang menurut
Needhan(2010) terdiri dari: ICU alamiah mengenai medis dan lebih spesifik berkaitan
dengan perawatan kritis, menggunakan pengetahuan sebagai usaha meningkatan patient
safety, berfokus pada proyek perpindahan pengetahuan, dan model perpindahan
pengetahuan praktik klinik.

1.2 Tujuan
a. Untuk mengetahui apa itu ICU ?
b. Untuk mengetahui bagaimana ciri dan sifat pelayanan di ICU ?
c. Untuk mengetahui apa saja syarat-syarat ruang ICU ?
d. Untuk mengetahui apa saja sarana dan prasarana yang harus ada di ruang ICU ?
e. Untuk mengetahui bagaimana indikasi pasien yang masuk ICU ?
f. Untuk mengetahui bagaimana indikasi pasien yang bisa keluar ICU ?
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian ICU


ICU (Intesive Care Unit ) adalah ruang di Rumah sakit yang dilengkapi dengan
staf dan perlahan khusus untuk merawat dan mengobati pasien dengan perubahan
fisiologi yang cepat memburuk yang mempunyai intesitas defek fisiologi satu orang
ataupun mempengaruhi orang lainnya sehingga merupakan keadan kritis yang dapat
menyebabkan kematian. Tiap pasien kritis erat kaitannya dengan perawatan intensif oleh
karena memerlukan pencatatan medis yang berkesinambungan dan monitoring serta
dengan cepat dapat dipantau perubahan fisiologi yang atau akibat dari penurunan fungsi
organ-organ tubuh lainnya (Rab, 2007).

2.2 Ciri dan Sifat Pelayanan di ICU


Penyelenggaraan pelayanan ICU di rumah sakit harus berpedoman pada
keputusan menteri kesehatan republic Indonesia nomr 1778/MENKES/SK/XII 2010
tentang pedoman penyelenggaraan pelayanan ICU di Rumah sakit. Pelayanan ICU sakit
meliputi beberapa hal,
a. Yang pertama, etika kedokteran dimana etika pelayanan di ruang ICU harus
berdasarkan falsafah dasar „saya akan senantiasa mengutamakan kesehatan pasien
dan berorientasi untuk dapat secara optimal, memperbaiki kondisi kesehatan pasien.
b. Kedua, indikasi yang benar dimana pasien yang di rawat di ICU harus pasien yang
memerlukan intervensi medis secara oleh tim intensif care, pasien yang pengelolaan
fungsi system organ tubuh secara terkordinasi dan berkelanjutan sehingga dapat
dilakukan pengawasan yang konstan dan metode terapi titrasi, dan pasien sakit kritis
yang memerlukan pemantauan kontinyu dan tindakan segera untuk mencegah
timbulnya dekompensasi fisiologis.
c. Ketiga, kerjasama multidisipliner dalam masalah medis komleks dimana dasar
pengelolaan pasien ICU adalah pendekatan multidisiplin tenaga kesehatan dari
beberapa disiplin ilmu terkait yang memberikan kontribusinya sesuai dengan bidan
kehliannya dan bekerja sama di dalam tim yang di pimping oleh seorang dokter
intensive sebagai ketua tim
d. Keempat, keutuhan pelayanan kesehatan pasien dimana kebutuhan pasien ICU adalah
tindakan resusitasi yang meliputi dukungan hidup untuk fungsi-fungsi vital seperti
Airway (fungsi jalan napas), breathing (fungsi pernapasan), circulation (fungsi jalan
napas), Brain (fungsi otak) dan fungsi organ lain, dilanjutkan dengan diagnosis dann
terapi definitive.
e. Kelima, peran koordinasi dan integrasi dalam kerja sama tim dimana setiap tim
multidisiplin harus bekerja dengan melihat kondisi pasien misalnya sebelum masuk
ICU melakukan evaluasi menyeluruh, mengambil kesimpuan, memberi instruksi
terapi dan tindakan secara tertulis dengan mempertimbangkan usulan anggota tim
lainnya serta berkonsultasi dengan lain dan mempertimbangkan usulan-usulan
anggota tim.
f. Keenam, asas prioritas yang mengharuskas setiap pasien yang dimasukan ke ruang
ICU harus dengan indikasi masuk ke ruang ICU yang benar. Karena keterbatasan
jumlah tempat tidur ICU, maka beraku asas prioritas dan indikasi masuk.
g. Ketuju, system manajemen peningkatan mutu terpadu demi tercapainnya koordinasi
dan peningkatan mutu pelayanan di ruang ICU yang memerlukan tim kendali mutu
yang anggotanya terdiri dari beberapa disiplin ilmu, dengan tugas utamanya memberi
masukan dan bekeja sama dengan staf stuktural ICU untuk selalu meningkatan mutu
pelayanan ICU.
h. Kedelapan, kemitraan profesi dimana kegiatan pelayanan pasien di ICU di samping
multi disiplin juga antar profesi seperti profesi medic, profesi perawat dan profesi
lain. Agar dicapai hasil optimal maka perlu peningkatan mutu SDM (sumber Daya
Manusia) secara berkelanjutan, menyeluruh dan mencakup semua profesi
i. Ksembilan, efektifitas, keselamatan dan ekonomis dimana unit pelayanan di ruang
ICU mempinyai biaya dan teknologi yang tinggi, multi disipin dan multi profesi, jadi
harus berdasarkan asas efektifitas, keselamatan dan ekonomis..
j. Kesepuluh, kontuinitas pelayanan yang ditunjukan untuk efektifitas keselamatan dan
ekonomisnya pelayanan ICU.
2.3 Syarat-syarat Ruang ICU
Jumlah Bed ICU di Rumah sakit idealnya adalah 1-4% kapasitas bed Rumah Sakit.
Jumlah ini tergantung pada peran dan tipe ICU. Lokasi ICU sebaiknya di wilayah
penanggulangan gawat darurat (Critical Care Area), jadi ICU harus berbekatan dengan
Unit Gawat Darurat, kamar bedah, dan akses ke laboratorium dan radiologi. Transportasi
dari semua aspek tersebut harus lancar, baik untuk alat maupun untuk tempat tidur.
Syarat Ruangan ICU yaitu diantaranya:
a. Ruangan
Setiap pasien membutuhkan wilayah tempat tidur seluas 18,5 m2. Untuk kamar
isolasi perlu ruangan yang lebih luas. Perbandingan ruang terbuka dengan kamar
isolasi tergantung jenis sakit.
b. Fasilitas Bed
Untuk ICU level III, setiap bed dilengkapi dengan 3 coloka oksiken, 2 udara tekan 4
penghisap dan 16 sumber listrik dengan lampu penerangan. Peralatan tersebut dapat
menempel di dinding atau menggantung di plafon.
c. Monitor dan Emergency Troli
Monitor dan emergency troli haarus mendapat tempat yang cukup. Di pusat siga,
sebaliknya ditempatkan sentral monitor, obat-obatan yang diperlukan, catatan medic,
telepon dan computer.
d. Tempat Cuci tangan
Tempat cuci tangan harus cukup memudahkan dokter dan perawat untuk
mencapainya setiap sebelum dan sesudah bersentuh dengan pasien (bila
memungkinkan 1 tempat tidur mempunyai 1 wastafel).
e. Gudang dan tempat penunjang
Gudang meliputi 25-30% dari luas ruangan pasien dan pusat siaga petugas. Barang
bersih dan kotor harus terpisah.

2.4 Sarana dan Prasarana yang harus ada di ICU


a. Lokasi satu komplek dengan kamar bedah & Recovery Room
b. RS dengan jumlah pasien lebih 100 orang sedangkan untuk Ruang ICU antara 1-2%
dari jumlah secara keseluruhan
c. Bangunan : terisolasi dilengkapi dengan: pasien monitor, alat komunikasi, ventilator,
AC, pipa air, exhousefan untuk mengeluarkan udara, lantai mudah dibersihkan, keras
dan rata, tempat cuci tangan yang dapat dibuka dengan siku & tangan, serta pengering
setelah cuci tangan
d. Ruang dokter dan ruang perawat
e. Ruang tempat buang kotoran
f. Ruang tempat penyimpanan barang dan obat
g. Ruang tunggu keluarga pasien
h. Pengering setelah cuci tangan ruang dokter dan ruang perawat
i. Ruang pencucian alat dapur
j. Tempat buang kotoran
k. Ruang tempat penyimpanan barang & obat
l. Sumber air sumber listrik cadangan atau generator, emergency lamp sumber 02
sentral Suction sentral Almari alat tenum dam obat, instrument dan alat kesehatan
almari pendingin (kulkas) laborat kecil
m. Alat –alat penunjang antara lain: Ventilator, Nabulaizer, jacksion Reese, Monitor
ECG, tensimeter mobile, Resusitato, Defribrilator, Termometer electric dan manual,
Infus Pump, Syring pump, 02 transport, CVP, Standart infuse, Troly Emergency,
papan resusitasi, Matras anti decubitus, ICU kid, alat SPO2, Suction continuous pump
dan lain-lain.

2.5 Indikasi pasien masuk ICU


a. Prioritas 1
Penyakit atau gangguan akut pada organ vital yang memerlukan terapi intensif dan
agresif.
1. Gangguan atau gagal nafas akut
2. Gangguan atau gagal sirkulasi
3. Gangguan atau gagal susunan syaraf
4. Gangguan atau gagal ginjal
b. Prioritas 2
Pasien dalam keadaan sakit intesif secara ekslusif atas keadaan-keadaan yang dapat
menimbulkan ancaman gangguan pada system organ vital, seperti:
1. Observasi intesif pasca bedah oberasi: post trepanasi, post open heart, post
laparotomy dengan komplikasi, dll
2. Observasi intesif pasca henti jantung dalam keadaan stabil
3. Observasi pada pasca bedah dengan penyakit jantung
c. Prioritas 3
Pasien dalam keadaan sakit kritis dan tidak stabil yang mempunyai harapan kecil
untuk penyembuhan (prognosa jelek). Pasien kelompok ini mungkin memerlukan
terapi intesif untuk mengatasi penyakit akutnya, tetapi tidak dilakukan tindakan
invasife intubasi atau resusitasi kardio pulmoner

2.6 Indikasi pasien keluar ICU


a. Penyakit atau keadaan pasien telah membaik dan cukup stabil
b. Terapi dan perawatan intensif tidak memeberi hasil pada pasien
c. Dan pada saat itu pasien tidak menggunakan ventilator. Pasien mengalami mati
batang otak
d. Pasien mengalami stadium akhir (ARDS stadium akhir
e. Pasien / keluarga memerlukan terapi yang lebih gawat mau masuk ICU dan tempat
penuh.

Prioritas pasien yang keluar ICU :


a. Prioritas I dipinda pasien tidak membutuhkan perawatan intesif lagi, terapi
mengalami kegagalan, prognosa jangka pendek buruk sedikit kemungkinan bila
perawatan tida atau lebih gagal system organ yang tidak berespon terhadap
pengelolaan agreisif.
b. Prioitas II pasien dipinda apabila pemantuan intensif menunjukan bahwa perawatan
intesif tidak dibutuhkan dan pemantauan intensif selanjutnya tidak diperlukan lagi.
c. Prioritas III tidak ada lagi kebutuhan untuk terapi intensive jika diketahui
kemungkinan untuk pulih kembali sangat kecil dan keuntugan terapi hanya sedikit
manfaatnya missal : pasien dengan penyakit lanjut paru kronis, liver terminal,
metastase carcinoma.

2.7 Transportasi pada pasien kritis


Transportasi pasien kritikal adalah pemindahan pasien dalam keadaan kritis dari unit
bagian lain ke ICU maupun sebaliknya ataupun ke rumah sakit lain untuk tindakan
diagnostic ataupun keperluan lainnya. Tujuannya agar pasien terjamin (aman
transportasi.
a. Peraturan menteri kesehatan repubik Indonesia nomor 169/Menkes/per/VIII/2011
tentang keselamatan pasien rumah sakit.
b. Dilakukan oleh DPJP ICU atau yang mewakili dengan fasilitas alat dan obat-obat
emergency yang cukup dan memadai.
c. Petugas yang ikut dalam transportasi pasien adalah orang yang sudah terlatih dan
terserfikasi ICU yakni dokter dan perawat ICU.
d. Transportasi dilakukan jika pasien memerlukan tindakan pemeriksaan penunjang
(ctscan, MRI dll) atau pasien untuk dilakukan dialisa di ruang HD.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
ICU adalah ruang di Rumah sakit yang dilengkapi dengan staf dan peralahan khusus
untuk merawat dan mengobati pasien dengan perubahan fisiologi yang cepat memburuk
yang mempunyai intesitas defek fisiologi satu organ ataupun menpengaruhi organ lainnya
sehingga merupakan keadaan kritis yang dapat menyebakan kematian.
Sifat pelayanan di ICU harus memperhatikan etika, indikasi yang benar dimana harus
pasien yang memerlukan intenvensi medis segera, peran koordinasi dan integrasi dalam
kerja sama tim dimana setiap tim multidisiplin harus bekerja dengan melihat kondisi
pasien, system manajemen peningkatan mutu terpadu demi tercapainnya koordinasi dan
peningkatan mutu pelyanan, serta berdasarkan asas efektifitas, keselamatan dan ekonomis
dimana unit pelayanan di ruang ICU mempuyai biaya dan teknologi yang tinggi,
multidisiplin dan multi profesi.

3.2 Saran
1. Bagi profesi
a. Perawat harus senantiasa meningkatkan pengetahuan tentang aspek fisioogis
ventilasi mekanis dan keterampilan penanganan pasien gagal napas pada pasien
yang terpasang ventilator di ICU (Intensive Care Unit), sehingga dapat
melakukan tindakan yang cepat dan tepat serta mengurangi bahkan mencegah
terjadinya komplikasi.
2. Bagi instansi terkait
a. Bagi rumah sakit agar mengadakan pelatihan secara berkesinambungan baik in
house Training maupun exhuose training terhadap perawatan ICU intensive care
unit untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan penanganan pasien
gagal napas dan pelatihan setting ventilator.
DAFTAR PUSTAKA

Morton, Patricia Gonce dkk. 2011 “Keperawatan Kritis: pendekatan asuhan holistic”. Jakarta:
EGC

Weinstock, Doris. 2013. “Rujukan Cepat di Ruang ICU/CCU”. Jakarta” EGC

Zen, Raden. 2011. “Konsep Dasar ICU”. Diambil dari http://akatsuki-


ners.blogspot.co.id/2011/10/konsep-dasar-icu-intensive-care-unit.html.

Diakses pada 13 maret 2017.

Anda mungkin juga menyukai