Anda di halaman 1dari 16

PELAYANAN KAMAR ICU

MATA KULIAH : Administrasi Rumah Sakit

DOSEN : Marheni Fadillah Harun SKM, MMRS

Disusun Oleh

FARDAN ILLAHI
NIM. PA.20027

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PELITA IBU


PROGRAMSTUDI ADMINISTRASI RUMAH SAKIT
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam yang kepada-Nya kita menyembah
dan kepada-Nya pula kita memohon pertolongan. Shalawat serta salam kepada Nabi
Junjungan kita yakni Nabi Muhammad saw Khatamun Nabiyyin, beserta para
keluarga dan sahabat serta seluruh pengikutnya hingga akhir zaman.

Dengan rahmat dan hidayah dari Allah SWT kami diberikan kemampuan
untuk menyelesaikan tugas dari Ibu Marheni Fadillah Harun SKM, MMRS untuk
membuat makalah yang memuat materi tentang “Pelayanan Kamar ICU”.

Ucapan terimakasih penyusun sampaikan kepada semua pihak yang telah


membantu dalam proses penyusunan makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah
ini kurang sempurna, maka dari apabila terdapat kesalahan dalam makalah ini mohon
dimaafkan dan semoga makalah ini dapat bermafaat bagi kita semua, amin.           

                                                                                                                      

  Penulis

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar........................................................................................................ii

Daftar Isi...................................................................................................................iii

Bab I Pendahuluan.................................................................................................1

A. Latar Belakang...............................................................................................2
B. Permasalahan.................................................................................................2
C. Tujuan............................................................................................................2

Bab II Pembahasan.................................................................................................3

A. Pengertian ICU...............................................................................................3
B. Ciri dan Sifat Pelayanan di ICU.....................................................................3
C. Syarat-syarat Ruang ICU...............................................................................5
D. Sarana dan Prasarana yang Harus ada di ICU...............................................6
E. Indikasi Pasien Masuk ICU...........................................................................7
F. Indikasi Pasien Keluar ICU...........................................................................8
G. Transportasi pada Pasien Kritis.....................................................................9

BAB III Penutup......................................................................................................11

A. Kesimpulan....................................................................................................11

Daftar Pustaka

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Intensive Care Unit (ICU) merupakan ruang perawatan dengan tingkat resiko
kematian pasien yang tinggi. Tindakan keperawatan yang cepat dan tepat sangat
dibutuhkan untuk menyelamatkan pasien. Pengambilan keputusan yang cepat
ditunjang data yang merupakan hasil observasi dan monitoring yang kontinu oleh
perawat. Tingkat kesibukan dan standar perawatan yang tinggi membutuhkan
peralatan tehnologi tinggi yang menunjang. Peralatan yang ditemukan di ICU
antara lain bed side monitor, oksimetri, ventilator, dll yang jarang ditemukan di
ruangan lain dan peralatan tersebut ditunjang oleh tehnologi tinggi. Inovasi
tehnologi tetap dibutuhkan dengan tujuan meningkatkan mutu pelayanan
keperawatan di ICU seiring dengan bertambahnya kompleksitas masalah di ICU.
Tele-ICU sudah digunakan 25 tahun yang lalu dengan metode remote
telemedicine pada 395 pasien di ICU yang terdapat pada 100 bed di RS. Proyek
tersebut menunjukan bahwa konsultasi televisi memberikan pengaruh lebih besar
pada tataran klinik dan pendidikan daripada konsultasi via telepon. Secara historis
demonstrasi tersebut menunjukan bahwa tele-ICU consultation memiliki
keuntungan klinis yang lebih besar seperti mengurangi lama hari rawat (lenght of
stay), meningkatkan pengelolaan dan tranfer pasien trauma, dan meningkatkan
konsultasi untuk pasien kritis.
Pada tahun 2000, Sentara Health-care mengimplementasikan multiside
telemedia program. Saat 1 tahun setelah implementasi dilaporkan bahwa terjadi
penurunan mortalitas sebanyak 27 %. Saat ini diestimasikan bahwa 45 sampai 50
program tele-ICU telah mendukung beberapa ICU.
Tema Tele-ICU, virtual ICU, remote ICU, dan eICU semuanya mengacu pada
konsep yang sama, yaitu merupakan sentralisasi atau pengendalian berdasarkan
tim perawatan kritis dengan menggunakan networking pada bedside ICU tim dan

1
pasien baik melalui audiovisual maupun sistem komputer. Tim Tele-ICU dapat
mendukung kelangsungan hidup dan mendukung sebagain besar pasien di ICU
walaupun dipisahkan secara geografis dari berbagai Rumah Sakit.
Penggunaan tele-ICU merupakan aplikasi dari solusi 4 topik ICU, yang
menurut Needham (2010) terdiri dari : isu alamiah mengenai medis dan lebih
spesifik berkaitan dengan perawatan kritis, menggunakan pengetahuan sebagai
usaha meningkatkan patient safety, berfokus pada proyek perpindahan
pengetahuan, dan model perpindahan pengetahuan praktik klinik.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian ICU?
2. Bagaimana ciri dan sifat pelayanan di ICU?
3. Apa saja syarat-syarat ruang ICU?
4. Apa saja sarana dan prasarana yang harus ada di ICU?
5. Bagaimana indikasi pasien masuk ICU?
6. Bagaimana indikasi pasien keluar ICU?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu ICU
2. Untuk mengetahui bagaimana ciri dan sifat pelayanan di ICU
3. Untuk mengetahui apa saja syarat-syarat ruang ICU
4. Untuk mengetahui apa saja sarana dan prasarana yang harus ada di ruang ICU
5. Untuk mengetahui bagaimana indikasi pasien yang masuk ICU
6. Untuk menegetahi bagaimana indikasi pasien yang bisa keluar ICU

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian ICU
ICU (Intensive Care Unit) adalah ruang rawat di rumah sakit yang dilengkapi
dengan staf dan peralatan khusus untuk merawat dan mengobati pasien dengan
perubahan fisiologi yang cepat memburuk yang mempunyai intensitas defek
fisiologi satu organ ataupun mempengaruhi organ lainnya sehingga merupakan
keadaan kritis yang dapat menyebabkan kematian. Tiap pasien kritis erat
kaitannya dengan perawatan intensif oleh karena memerlukan pencatatan medis
yang berkesinambungan dan monitoring serta dengan cepat dapat dipantau
perubahan fisiologis yang terjadi atau akibat dari penurunan fungsi organ-organ
tubuh lainnya (Rab,2007).
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1778/MENKES/SK/XII/2010 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan ICU
di Rumah sakit, ICU adalah suatu bagian dari rumah sakit yang mandiri (instalasi
di bawah direktur pelayanan), dengan staf yang khusus dan perlengkapan yang
khusus yang di tujukan untuk observasi, perawatan dan terapi pasien-pasien yang
menderita penyakit,cedera atau penyulit-penyulit yang mengancam nyawa atau
potensial mengancam nyawa dengan prognosis dubia.

B. Ciri dan Sifat Pelayanan di ICU


Penyelenggaraan pelayanan ICU di rumah sakit harus berpedoman pada
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1778/MENKES/SK/XII/2010 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan ICU
di rumah sakit. Pelayanan ICU di rumah sakit meliputi beberapa hal,
1. Yang pertama, etika kedokteran dimana etika pelayanan di ruang ICU harus
berdasarkan falsafah dasar "saya akan senantiasa mengutamakan kesehatan

3
pasien, dan berorientasi untuk dapat secara optimal, memperbaiki kondisi
kesehatan pasien.
2. Kedua, indikasi yang benar dimana pasien yang di rawat di ICU harus pasien
yang memerlukan intervensi medis segera oleh tim intensive care, pasien yang
memerlukan pengelolaan fungsi sistem organ tubuh secara terkoordinasi dan
berkelanjutan sehingga dapat dilakukan pengawasan yang konstan dan metode
terapi titrasi, dan pasien sakit kritis yang memerlukan pemantauan kontinyu
dan tindakan segera untuk mencegah timbulnya dekompensasi fisiologis.
3. Ketiga, kerjasama multidisipliner dalam masalah medis kompleks dimana
dasar pengelolaan pasien ICU adalah pendekatan multidisiplin tenaga
kesehatan dari beberapa disiplin ilmu terkait yang memberikan kontribusinya
sesuai dengan bidang keahliannya dan bekerja sama di dalam tim yang di
pimpin oleh seorang dokter intensivis sebagai ketua tim.
4. Keempat, kebutuhan pelayanan kesehatan pasien dimana kebutuhan pasien
ICU adalah tindakan resusitasi yang meliputi dukungan hidup untuk fungsi-
fungsi vital seperti Airway (fungsi jalan napas), Breathing (fungsi
pernapasan), Circulation (fungsi sirkulasi), Brain (fungsi otak) dan fungsi
organ lain, dilanjutkan dengan diagnosis dan terapi definitif.
5. Kelima, peran koordinasi dan integrasi dalam kerja sama tim dimana setiap
tim multidisiplin harus bekerja dengan melihat kondisi pasien misalnya
sebelum masuk ICU, dokter yang merawat pasien melakukan evaluasi pasien
sesuai bidangnya dan memberi pandangan atau usulan terapi kemudian kepala
ICU melakukan evaluasi menyeluruh, mengambil kesimpulan, memberi
instruksi terapi dan tindakan secara tertulis dengan mempertimbangkan usulan
anggota tim lainnya serta berkonsultasi dengan konsultan lain dan
mempertimbangkan usulan-usulan anggota tim.
6. Keenam, asas prioritas yang mengharuskan setiap pasien yang dimasukkan ke
ruang ICU harus dengan indikasi masuk ke ruang ICU yang benar. Karena

4
keterbatasan jumlah tempat tidur ICU, maka berlaku asas prioritas dan
indikasi masuk.
7. Ketujuh, sistem manajemen peningkatan mutu terpadu demi tercapainya
koordinasi dan peningkatan mutu pelayanan di ruang ICU yang memerlukan
tim kendali mutu yang anggotanya terdiri dari beberapa disiplin ilmu, dengan
tugas utamanya memberi masukan dan bekerja sama dengan staf struktural
ICU untuk selalu meningkatkan mutu pelayanan ICU.
8. Kedelapan, kemitraan profesi dimana kegiatan pelayanan pasien di ruang ICU
di samping multi disiplin juga antar profesi seperti profesi medik, profesi
perawat dan profesi lain. Agar dicapai hasil optimal maka perlu peningkatan
mutu SDM (Sumber Daya Manusia) secara berkelanjutan, menyeluruh dan
mencakup semua profesi.
9. Kesembilan, efektifitas, keselamatan dan ekonomis dimana unit pelayanan di
ruang ICU mempunyai biaya dan teknologi yang tinggi, multi disiplin dan
multi profesi, jadi harus berdasarkan asas efektifitas, keselamatan dan
ekonomis.
10. Kesepuluh, kontuinitas pelayanan yang ditujukan untuk efektifitas,
keselamatan dan ekonomisnya pelayanan ICU. Untuk itu perlu di
kembangkan unit pelayanan tingkat tinggi (High Care Unit=HCU). Fungsi
utama. HCU adalah menjadi unit perawatan antara dari bangsal rawat dan
ruang ICU. Di HCU, tidak diperlukan peralatan canggih seperti ICU tetapi
yang diperlukan adalah kewaspadaan dan pemantauan yang lebih tinggi.

C. Syarat-syarat Ruang ICU


Jumlah Bed ICU di Rumah Sakit idealnya adalah 1-4 % dari kapasitas bed
Rumah Sakit. Jumlah ini tergantung pada peran dan tipe ICU. Lokasi ICU
sebaiknya di wilayah penanggulangan gawat darurat (Critical Care Area), jadi
ICU harus berdekatan dengan Unit Gawat Darurat, kamar bedah, dan akses ke
laboratorium dan radiologi. Transportasi dari semua aspek tersebut harus lancar,

5
baik untuk alat maupun untuk tempat tidur. Syarat Ruangan ICU yaitu
diantaranya:
1. Ruangan
Setiap pasien membutuhkan wilayah tempat tidur seluas 18,5 m2. untuk
kamar isolasi perlu ruangan yang lebih luas. Perbandingan ruang terbuka
dengan kamar isolasi tergantung pada jenis rumah sakit.
2. Fasilitas Bed
Untuk ICU level III, setiap bed dilengkapi dengan 3 colokan oksigen, 2
udara tekan, 4 penghisap dan 16 sumber listrik dengan lampu penerangan.
Peralatan tersebut dapat menempel di dinding atau menggantung di plafon.
3. Monitor dan Emergency Troli
Monitor dan emergency troli harus mendapat tempat yang cukup. Di pusat
siaga, sebaiknya ditempatkan sentral monitor, obat-obatan yang diperlukan,
catatan medik, telepon dan komputer.
4. Tempat Cuci Tangan
Tempat cuci tangan harus cukup memudahkan dokter dan perawat untuk
mencapainya setiap sebelum dan sesudah bersentuhan dengan pasien (bila
memungkinkan 1 tempat tidur mempunyai 1 wastafel)
5. Gudang dan Tempat Penunjang
Gudang meliputi 25 – 30 % dari luas ruangan pasien dan pusat siaga
petugas. Barang bersih dan kotor harus terpisah.

D. Sarana dan Prasarana yang Harus ada di ICU


1. Lokasi : satu komplek dengan kamar bedah & Recovery Room
2. RS dengan jumlah pasien lebih 100 orang sedangkan untuk Ruang ICU antara
1-2 % dari jumlah pasien secara keseluruhan
3. Bangunan : terisolasi dilengkapi dengan: pasien monitor, alat komunikasi,
ventilator, AC, pipa air, exhousefan untuk mengeluarkan udara, lantai mudah

6
dibersihkan, keras dan rata, tempat cuci tangan yang dapat dibuka dengan
siku & tangan, serta pengering setelah cuci tangan
4. Ruang dokter dan ruang perawat
5. Ruang tempat buang kotoran
6. Ruang tempat penyimpanan barang dan obat
7. Ruang tunggu keluarga pasien
8. Ruang pencucian alat dapur
9. Pengering setelah cuci tangan ruang dokter dan ruang perawat
10. Tempat buang kotoran
11. Ruang tempat penyimpanan barang & obat
12. Sumber air Sumber listrik cadangan atau generator, emergency lamp Sumber
O2 sentral Suction sentral Almari alat tenun dam obat, instrument dan alat
kesehatan Almari pendingin (kulkas) Laborat kecil
13. Alat–alat penunjang antara lain: Ventilator, Nabulaizer, Jacksion Reese,
Monitor ECG, tensimeter mobile, Resusitato, Defibrilator, Termometer
electric dan manual,Infus pump, Syring pump, O2 transport, CVP, Standart
infuse, Trolly Emergency,Papan resusitasi, Matras anti decubitus, ICU kid,
Alat SPO2, Suction continous pump, dan lain-lain.

E. Indikasi Pasien Masuk ICU


1. Prioritas 1
Penyakit atau gangguan akut pada organ vital yang memerlukan terapi
intensif dan agresif.
a. Gangguan atau gagal nafas akut
b. Gangguan atau gagal sirkulasi
c. Gangguan atau gagal susunan syaraf
d. Gangguan atau gagal ginjal
2. Prioritas 2

7
Pementauan atau observasi intensif secara ekslusif atas keadaan-keadaan
yang dapat menimbulkan ancaman gangguan pada sistem organ vital, seperti:
a. Observasi intensif pasca bedah operasi: post trepanasi, post open heart,
post laparatomy dengan komplikasi,dll.
b. Observasi intensif pasca henti jantung dalam keadaan stabil
c. Observasi pada pasca bedah dengan penyakit jantung.
3. Prioritas 3
Pasien dalam keadaan sakit kritis dan tidak stabil yang mempunyai
harapan kecil untuk penyembuhan (prognosa jelek). Pasien kelompok ini
mugkin memerlukan terapi intensif untuk mengatasi penyakit akutnya, tetapi
tidak dilakukan tindakan invasife Intubasi atau Resusitasi Kardio Pulmoner

F. Indikasi Pasien Keluar ICU


1. Penyakit atau keadaan pasien telah membaik dan cukup stabil.
2. Terapi dan perawatan intensif tidak memberi hasil pada pasien.
3. Dan pada saat itu pasien tidak menggunakan ventilator.Pasien mengalami
mati batang otak.
4. Pasien mengalami stadium akhir (ARDS stadium akhir)
5. Pasien/keluarga menolak dirawat lebih lanjut di ICU (pl.paksa)
6. Pasien/keluarga memerlukan terapi yang lebih gawat mau masuk ICU dan
tempat penuh.

Pioritas pasien yang keluar ICU:


1. Prioritas I dipindah apabila pasien tidak membutuhkan perawatan intensif
lagi, terapi mengalami kegagalan, prognosa jangka pendek buruk sedikit
kemungkinan bila perawatan intensif dilanjutkan misalnya : pasien yang
mengalami tiga atau lebih gagal sistem organ yang tidak berespon terhadap
pengelolaan agresif.

8
2. Prioritas II pasien dipindah apabila hasil pemantuan intensif menunjukkan
bahwa perawatanintensif tidak dibuthkan dan pemantauan intensif selanjutnya
tidak diperlukan lagi
3. Prioritas III tidak ada lagi kebutuhan untuk terapi intensive jika diketahui
kemungkinan untuk pulih kembali sangat kecil dan keuntungan terapi hanya
sedikit manfaatnya misal : pasien dengan penyakit lanjut penyakit paru kronis,
liver terminal, metastase carsinoma

G. Transportasi pada Pasien Kritis


Transportasi pasien kritikal adalah pemindahan pasien dalam keadaan
kritis dari unit bagian lain ke ICU maupun sebaliknya ataupun ke rumah sakit
lain untuk tindakan diagnostik ataupun keperluan lainnya. Tujuannya agar pasien
terjamin (aman) selama transportasi.
Kebijakan:
1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1691/Menkes/Per/VIII/2011 Tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit
2. Dilakukan oleh DPJP ICU atau yang mewakili dengan fasilitas alat dan obat-
obat emergency yang cukup dan memadai.
3. Petugas yang ikut dalam transportasi pasien adalah orang yang sudah terlatih
dan tersertifikasi ICU yakni dokter dan perawat ICU.
4. Transportasi dilakukan jika pasien memerlukan tindakan pemeriksaan
penunjang (CT Scan, MRI dll) atau pasien untuk dilakukan dialisa di ruang
HD

Prosedur:

1. DPJP ICU melakukan assessment pasien sebelum dilakukan


transportasi pasien dan mengkoordinasikan dengan petugas tempat tujuan
pasien tentang identitas, diagnosis dan kondisi pasien.

9
2. Pasien yang ditransportasikan : potensial mengalami perburukan, kebutuhan
monitoring fisiologik dan intervensi akut , kelanjutan terapi yang telah
dilakukan selama transportasi
3. DPJP ICU / yang mewakili dan perawat PJ pasen menjelaskan
kepada keluarga pasien terkait
4. prosedur transportasi yang dilakukan dan alasan pasien untuk ditransportasi ke
unit lain Perawat PJ pasien menyiapkan pasien dan alat – alat yang
dibutuhkan selama transportasi
5. Petugas yang mengantar pasien minimal 2 orang dan harus terlatih: dokter,
perawat dan atau petugas ambulans, dan mengerti dan mengenal dengan
kondisi alat transportasi.
6. Ada alat dan prosedur komunikasi yang aman dalam keadaan emergency dan
tersedia alat pelindung personil, pemadam api / kebakaran.
7. Sedapat mungkin kondisi pasien stabil, kecuali pasien memerlukan intervensi
segera di rumah sakit tujuan.
8. Jalan nafas pasien harus aman, sendiri atau dengan intubasi dan
bantuan ventilasi manual/ mekanik dan pasien sudah harus ada akses vena.
9. Pasien harus dalam keadaan keamanan terjamin di stretcher dan
terpasang monitor. Selama transportasi terapi, monitoring dan dokumentasi
harus terus dilakukan.
10. Serah terima tentang kondisi pasien, terapi yang telah dan sedang dilakukan,
dokumen (RS lain : resume medik, hasil pemeriksaan laboratorium dan
pemeriksaan penunjang; Ruang lain dalam RSCM : formulir transfer
pasien antar ruang dan rekam medis pasien) diserah terimakan pada
petugas di tempat tujuan.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. ICU adalah ruang rawat di rumah sakit yang dilengkapi dengan staf dan
peralatan khusus untuk merawat dan mengobati pasien dengan perubahan
fisiologi yang cepat memburuk yang mempunyai intensitas defek fisiologi
satu organ ataupun mempengaruhi organ lainnya sehingga merupakan
keadaan kritis yang dapat menyebabkan kematian.
2. Sifat pelayanan di ICU harus memperhatikan etika, indikasi yang benar
dimana harus pasien yang memerlukan intervensi medis segera, peran
koordinasi dan integrasi dalam kerja sama tim dimana setiap tim multidisiplin
harus bekerja dengan melihat kondisi pasien, sistem manajemen peningkatan
mutu terpadu demi tercapainya koordinasi dan peningkatan mutu pelayanan,
serta berdasarkan asas efektifitas, keselamatan dan ekonomis dimana unit
pelayanan di ruang ICU mempunyai biaya dan teknologi yang tinggi, multi
disiplin dan multi profesi.

11
12
DAFTAR PUSTAKA

Morton, Patricia Gonce dkk. 2011. “Keperawatan Kritis: pendekatan asuhan


holistic”. Jakarta: EGC

Weinstock, Doris. 2013. “Rujukan Cepat di Ruang ICU/CCU”. Jakarta: EGC

Zen, Raden. 2011. ”Konsep Dasar ICU”. Diambil dari http://akatsuki-


ners.blogspot.co.id/2011/10/konsep-dasar-icu-intensive-care-unit.html.
Diakses pada 13 Maret 2017.

Anda mungkin juga menyukai