Anda di halaman 1dari 17

PEDOMAN

PELAYANAN INSTALASI RAWAT INTENSIF / ICU

RUMAH INDONESIA SEHAT HOSPITAL

2020
KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH INDONESIA SEHAT

NOMOR / / 2020

TENTANG

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN INTENSIVE CARE UNIT (ICU)

RUMAH INDONESIA SEHAT HOSPITAL

Menimbang : a. bahwa untuk memenuhi kebutuhan pelayanan observasi, perawatan dan


terapi pasien yang menderita penyakit, cedera atau penyulit yang mengancam nyawa atau

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Instalasi rawat intensif (IRI) / ICU adalah suatu bagian dari rumah sakit yang mandiri (instalasi di
bawah direktur pelayanan) dengan staf khusus dan perlengkapan yang khusus yang ditujukan untuk
observasi, perawatan dan terapi pasien-pasien yang menderita penyakit, cedera dan penyulit yang
mengancam nyawa atau potensial mengancam nyawa dengan prognosis dubia. ICU menyediakan
kemampuan dan sarana, prasarana serta peralatan khusus untuk menunjang fungsi vital dengan
menggunakan keterampilan staf medis, perawat dan staf lain yang berpengalaman dalam pengelolaan
keadaan tersebut.

Kematian pasien yang mengalami pembedahan banyak timbul pada saat pasca pembedahan.
Sekitar tahun 1880, Florence Nightingale mengusulkan anestesi sampai ke masa pascabedah. Dimulai
pada tahun 1942, Mayo Clinic membuat sebuah ruangan khusus di mana pasien pasca bedah
dikumpulkan dan diawasi sampai sadar dan stabil fungsi vitalnya, serta bebas dari pengaruh sisa obat
anestesi. Keberhasilan unit pulih sadar merupakan awal dipandang perlunya untuk melanjutkan
pelayanan serupa tidak pada masa pulih sadar saja, namun juga pada masa pasca bedah.
Evolusi ICU bermula dari timbulnya wabah poliomelytis di Scandinavia pada awal tahun 1950,
dijumpai kematian yang disebabkan kelumpuhan otot pernapasan. Dokter spesialis antologi yang
dipelopori oleh Bjorn Ibsen pada waktu itu, melakukan intubasi dan memberikan bantuan napas secara
manual mirip yang dllakukan selama anestesi. Dengan bantuan para mahasiswa kedokteran dan
sekelompok sukarelawan mereka mempertahankan pasien poliomelytis dan bahkan menurunkan
mortalitas sebanyak 40%, dibanding dengan cara sebelumnya dengan menggunakan iron lung yang
mortalitasnya sebesar 90%. Pada tahun 1952 Engstorm membuat ventilasi mekanik bertekanan positif
yang ternyata sangat efektif memberikan pernapasan jangka panjang. Sejak saat itu ICU dengan
perawatan pernapasan mulai terbentuk dan tersebar luas.

Pada saat ini ICU modern tidak terbatas menangani pasien pasca bedah atau ventilasi mekanis
saja, namun telah menjadi cabang ilmu sendiri yaitu intensive care medicine. Ruang lingkup pelayanan
meliputi dukungan fungsi oragn vital seperti pernapasan, kardiosirkulasi, susunan saraf pusat, ginjal dan
lainnya baik pada pasien dewasa maupun pada pasien anak.

Rumah sakit sebagai penyedia pelayanan kesehatan mempunyai fungsi rujukan harus dapat
memberikan pelayanan ICU yang professional dan berkualitas. Dengan mengedepankan keselamatan
pasien. Pada instalasi rawat intensif (ICU) perawatan untuk pasien dilaksanakan dengan melibatkan
berbagai tenaga professional yang terdiri dari multidisiplin ilmu yang bekerjasama dalam tim.
Pengembangan tim multidisiplin yang kuat sangat penting dalam meningkatkan keselamatan pasien.
Selain dukungan itu saeana, prasarana serta peralatan juga diperlukan dalam rangka peningkatkan
pelayanan ICU. Oleh karena itu mengingat diperlukannya tenaga khusus, terbatasnya sarana prasarana
serta mahalnya peralatan maka demi efisiensi keberadaan ICU perlu dikonsentrasikan.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum

Meningkatkan pelayanan yang bermutu dengan mengutamakan keselamatan pasien sesuai


kemampuan Rumah Indonesia Sehat Hospital.

1.2.2 Tujuan Khusus


a. Memberiian acuan pelaksanaan pelayanan ruang ICU di RIS Hospital
b. Meningkatkan kualitan pelayanan dan keselamatan pasien ruang ICU RIS Hospital
c. Menjadi acuan pengembangan pelayanan ruang ICU di RIS Hospital
d. Memberikan kebutuhan sesuai dengan kondisi pasien

1.3 RUANG LINGKUP

Ruang lingkup pelayanan perawatan intensif di Ruang Rawat Intensif RIS Hospital meliputi
penanganan kasus yang sesuai dengan indikasi pasien masuk ruang ICU dengan rekomendasi /
persetujuan dari Kepala ICU
1.4 BATASAN OPERASIONAL

Pelayanan yang diberikan sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan rumah sakit dan
standar prosedur operasional yang berlaku. Pelayanan ruang ICU meliputi dukungan organ vital seperti
pernapasan, kardiosirkulasi, susunan saraf pusat, ginjal dan lainnya pada pasien dewasa dan anak.
Pelayanan Ruang ICU juga mencakup pelayanan HCU. Pelayanan HCU diberikan pada pasien dengan
kondisi kritis dan stabil yang membutuhkan pelayanan, pengobatan dan observasi secara ketat.

1.5 LANDASAN HUKUM

Dasar hukum yang digunakan dalam penyusunan buku ini adalah sebagai berikut :

1. Undang-undang no 36 tahun 2009 tentang Kesehatan;


2. Undang-undang No 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
3. Kepmenkes RI No 1333/MenKes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit;
4. Kepmenkes RI No 1778/MenKes/SK/XII/2010 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan
Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit;
5. Permenkes No 3 tahun 2020 tentang Klasifikasi dan Perijinan Rumah Sakit;
BAB II

STANDAR KETENAGAAN

2.1 KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA

Kualifikasi tenaga kesehatan yang bekerja di ICU harus mempunyai pengetahuan yang memadai,
mempunyai keterampilan yang sesuai dan mempunyai komitmen terhadap waktu.

2.1.1 TENAGA MEDIS

Seorang dokter intensivis adalah seorang dokter yang memenuhi standar kompetensi sebagai
berikut :

a. Terdidik dan bersertifikat sebagai seorang spesialis anestesiologi melalui program pelatihan dan
pendidikan yang diakui oleh perhimpunan profesi yang terkait.
b. Menunjang kualitas pelayanan ICU dan menggunakan sumber daya ICU secara efisien;
c. Mengabdikan diri lebih dari 50% waktu profesinya dalam pelayanan ICU
d. Bersedia berpartisipasi dalam suatu unit yang memberikan pelayanan 24 jam/hari, 7
hari/minggu
e. Mampu melakukan prosedur critical care, antara lain :
a. Sample darah arteri
b. Memasang dan mempertahankan jalan napas termasuk intubasi trakeal, trakeostomi
perkutan dan ventilasi mekanis
c. Mengambil kateter intravaskuler untuk monitoring invasive maupun terapi invasive,
misalnya :peralatan monitoring termasuk kateter vena sentral (CVP)
d. Resusitasi jantung paru
e. Pipa torakostomi
f. Melaksanakan dua peran utama :
a. Pengelolaan pasien
Mampu berperan sebagai pemimpin tim dalam memberikan pelayanan di ICU,
menggabungkan dan melakukan titrasi pelayanan pada pasien penyakit kompleks atau
cedera termasuk gagal organ multi system. Dalam mengelola pasien, dokter intensivis
dapat mengelola sendiri maupun berkolaborasi dengan dokter lain. Seorang dokter
intensivis mampu mengelola pasien sakit kritis dalam kondisi seperti :
i. Hemodinamik tidak stabil
ii. Gangguan atau gagal napas dengan atau tanpa memerlukan tunjangan ventilasi
mekanis
iii. Gangguan neurologis akut termasuk mengatasi hipertensi intracranial
iv. Gangguan atau gagal ginjal akut
v. Gangguan endokrin dan/atau metabolic akut yang mengancam nyawa
vi. Gangguan nutrisi yang memerlukan tunjangan nutrisi
b. Manajemen Unit
Dokter intensivis berpartisipasi aktif dalam aktivitas manajemen unit yang diperlukan
untuk memberi pelayanan ICU yang efisien, tepat waktu dan konsisten. Aktivitas
tersebut meliputi antara lain :
i. Triage, alokasi tempat tidur dan rencana pengeluaran pasien
ii. Supervisi terhadap pelaksanaan kebijakan unit
iii. Partisipasi dalam kegiatan perbaikan kualitas yang berkelanjutan termasuk
supervise koleksi data
iv. Berinteraksi seperlunya dengan bagian lain untuk menjamin kelancaran
pelayanan ICU
v. Mempertahankan pendidikan berkelanjutan tentang critical care medicine
vi. Selalu mengikuti perkembangan mutakhir dengan membaca literature
kedokteran
vii. Berpartisipasi dalam program pendidikan dokter berkelanjutan
viii. Menguasai standar untuk unit critical care. Ada dan bersedia untuk
berpartisipasi pada perbaikan kualitas interdisipliner.

2.2.2 TENAGA KEPERAWATAN

Karakteristik perawat, penetapan jumlah dan kualifikasi tenaga keperawatan serta kompetensi
perawat ICU adalah sebagai berikut

a. Karakteristik perawat ICU


Karakteristik perawat yang bekerja di lingkungan keperawatan intensif meliputi :
1. Mengelola pasien mengacu pada standar keperawatan intensif dengan konsisten
2. Menghormati sesame sejawat dan tim lainnya
3. Mengintegrasikan kemampuan ilmuah dan keterampilan khusus serta diikuti oleh nilai etik
dan legal dalam memberikan asuhan keperawatan
4. Merespon secara terus menerus dengan perubahan lingkungan
5. Menerapkan keterampilan komunikasi secara efektif
6. Mendemonstrasikan kemampuan keterampilan klinis yang tinggi
7. Menginterpretasikan analisa situasi yang kompleks
8. Mengembangkan pendidikan kesehatan untuk pasien dan keluatga
9. Berpikir kritis
10. Mampu menghadapi tantangan
11. Mengembangkan pengetahuan dan penelitian
12. Berpikir ke depan
13. Inovatif
b. Penetapan Jumlah tenaga
ICU harus memiliki jumlah perawat yang cukup dan sebagian besar terlatih. Jumlah
perawat di ICU ditentukan berdasarkan jumlah tempat tidur dan ketersediaan ventilasi mekanik.
Perbandingan perawat : pasien adalah 1 : 1, sedangkan perbandingan perawat : pasien yang
tidak menggunakan ventilasi mekanik adalah 1 : 2

Penetapan jumlah tenaga dan kualifikasi tenaga keperawatan di unit perawatan intensif
direkomendasikan formulasi ketenagaan sebagai berikut :
Rumus : AxBxCxDxE

FxG

Keterangan
A = Jumlah shift per hari
B = jumlah tempat tidur di unit
C = Jumlah hari di unit yang dipakai dalam satu minggu
D = Jumlah pasien yang menginap
E = Tenaga tambahan untuk libur, sakit (dalam %) biasanya 20-25%
F = Jumlah pasien yang dibantu oleh seorang perawat (rasio pasien : perawat)
G = Jumlah hari dari setiap perawat bekerja dalam satu minggu

Rasio perawat pasien tergantung kompleksitas kondisi pasien (1:1, 1:2, 1:3 atau 2:1)
(Sumber : Management of Intensive Care Guideliness for Better Use of Resources, 2000)

c. Kompetensi Perawat Intensif


Untuk dapat memberikan pelayanan sesuai dengan kompleksitas pasien di ICU maka
dibutuhkan perawat yang memiliki kompetensi klinis ICU. Kompetensi minimal / dasar dan
khusus/lanjut dapat dilihat di bawah ini

KOMPETENSI DASAR MINIMAL KOMPETENSI KHUSUS / LANJUTY


1. Memahami konsep keperawatan intensif 1. Seluruh kompetensi dasar no 1 s/d 23
2. Memahami issue etik dan hukum pada 2. Mengelola pasien yang menggunakan
perawatan intensif ventilasi mekanik
3. Mempergunakan keterampilan komunikasi 3. Mempersiapkan pemasangan kateter arteri
yang efektif untuk mencapai asuhan yang 4. Mempersiapkan pemasangan kateter vena
optimal sentral
4. Melakukan pengkajian dan menganalisa data 5. Mempersiapkan pemasangan kateter arteri
yang didapat khususnya mengenai : henti pulmonal
napas dan jantung, statuk hemodinamik 6. Melakukan pengukuran curah jantung
pasien dan status kesadaran pasien 7. Melakukan pengukuran tekanan vena sentral
5. Mempertahankan bersihan jalan napas pada 8. Melakukan persiapan pemasangan Intra
pasien yang terpasang Endo Tracheal Tube Aortic Balloon Pump (IAPB)
(ETT) 9. Melakukan pengelolaan asuhan keperawatan
6. Mempertahankan potensi jalan napas dengan pasien yang terpasang IABP
menggunakan ETT 10. Melakukan persiapan pemasangan alat
7. Melakukan fisioterapi dada hemodialysis, hemotitrasi (Continuous
8. Memberikan terapi inhalasi Arterial Venous Hemofiltration CAVH,
9. Mengukur saturasi oksigen dengan Continuous Venous Venous Hemofiltration
menggunakan pulse oximetri CVVH)
10. Memberijan terapi oksigen dengan berbagai 11. Melakukan pengelolana pengukuran tekanan
metode intracranial
11. Melakukan monitoring hemodinamik non 12. Melakukan pengelolaan pasien yang
invasive terpasang kateter invasive (Arteri Line, Cup
12. Memberikan BLS (Basic Life Support) dan ALS Line, Kateter Swan Ganz)
(Advance Life Support) 13. Melakukan pengelolaan pasien yang
13. Melakukan perekaman elektrokardiogram menggunakan terapi trombolitik
14. Melakukan interpretasi hasil rekaman EKG: 14. Melakukan pengukuran PETCO2 (Konsentrasi
a. Gangguan system konduksi CO2 pada akhir ekspirasi)
b. Gangguan Irama
c. Pasien dengan gangguan myocard
(iskemik, injury & infark)
15. Melakukan pengambilan contoh darah untuk
pemeriksaan analisa gas darah (AGD)
16. Melakukan interpretasi hasil pemeriksaan
AGD
17. Melakukan pengambilan terhadap hasil
analisa untuk pemeriksaan elektrolit
18. Mengetahui koreksi terhadap hasil analisa gas
darah yang tidak normal
19. Melakukan interpretasi hasil foto thoraks
20. Melakukan persiapan pemasangan Water
Seal Drainage (WSD)
21. Mempersiapkan pemberian terapi melalui
syringe pump dan infus pump
22. Melakukan pengelolaan pasien dengan nutrisi
parenteral
23. Melakukan pengelolaan pasien dengan
sindrom korona akut
24. Melakukan pengelolaan pasien dengan terapi
intravena
25. Melakukan penanggulanga infeksi nosocomial
di ICU

Kompetensi tersebut di atas dapat diaplikasikan tergantung pada masalah pasien yang dihadapi.

2.2 . DISTRIBUSI KETENAGAAN

Di bawah ini pole ketenagaan dan kualifikasi personil ruang ICU RIS Hospital

Nama Jabatan Pendidikan Sertifikasi Jumlah yang ada Jumlah yang


dibutuhkan
Ka ICU Dokter Spesialis - 0 1
Anestesi
Ka Ruang ICU S1 Keperawatan - 0 1
Penangguna S1 Keperawatan - 0 1
Jawab Shift
Perawat S1 Keperawatan 2
Pelaksana
Perawat D3 Keperawatan 3
Pelaksana
2.3 DISTRIBUSI KETENAGAAN

Demi kelancaran dalam memberikan pelayanan kesehatan di ICU RIS Hospital khusus untuk
petugas ICU dibagi dalam 3 (tiga) staf yang terdiri dari :

1. Shift 1 (Dinas Pagi) : 06.45 – 14.15

Untuk dinas pagi ruang Icu yang bertugas sebanyak 3 orang perawat dan 1 orang Kepala ICU

2. Shift 2 (Dinas Siang) : 13.45 – 21.15


Utuk dinas sore ruang ICU yang bertugas sebanyak 2 orang, semua bisa tenaga
keperawatan. Untuk kegiatan admisi dapat dilakukan oleh perawat
3. Shift 3 (Dinas Malam) : 20.45 – 07.15
Untuk dinas malam ruang ICU yang bertugas sebanyak 2 orang, semua bisa dari tenaga
keperawatan
BAB III

STANDAR FASILITAS

Kelengkapan fasilitas dan peralatan di unit perawatan intensif merupakan factor pendukung
yang sangat penting karena memudahkan untuk mengantisipasi keadaan yang mengancam kehidupan.
Kebutuhan fasilitas dan peralatan disesuaikan dengan klasifikasi pelayanan intensif yang diberikan.

Guna peningkatan pelayanan di RIS Hospital khususnya di ruang ICU secara optimal di samping
dengan tersedianya tenaga kesehatan yang professional, begitu juga dengan fasilitas dan sarana yang
memadai juga sangat berpengaruh dalam pencapaian yang optimal. Untuk itu diperlukannya standar
fasilitas dan sarana yang ada di ICU.

Di bawah ini standar fasilitas yang harus ada di ruang ICU menurut Standar Pelayanan
Keperawatan di ICU

JENIS KLASIFIKASI ICU


PRIMER SEKUNDER TERSIER
Desain 1 tempat cuci tangan 1 tempat cuci tangan 1 tempat cuci tangan
Area Pasien setiap 2 tempat tidur setiap 2 tempat tidur setiap 2 tempat tidur
Unit terbuka 12-16m²
Unit tertutup 16-20m² 1 tempat cuci tangan 1 tempat cuci tangan 1 tempat cuci tangan
setiap 1 tempat tidur setiap 1 tempat tidur setiap 1 tempat tidur
Outlet oksigen 1 per tempat tidur 1 per tempat tidur 1 per tempat tidur
Vacuum - - -
Stop kontak 2 per tempat tidur 2 per tempat tidur 2 per tempat tidur
Area Kerja
 Lingkungan  Air conditioned  Air conditioned
 Suhu  23-25°  23-25°
 Humiditas  5-7%  50-70%
 Ruang  Ada  Ada
 Ruang Penyimpanan  Terpusat  Ada
bersih  Ada
 Ruang tempat buang  Ada
kotoran
 Ruang perawat
 Ruang Staf dokter
 Ruang tunggu
keluarga pasien
 Laboratorium
 24 jam
Monitoring + + +
1. COC (Cardiac Output
Computer)
2. Analisa Oksigen
3. Mesin EKG 12 lead
4. Mesin EEG (fungsi
cerebral)
5. Analisa Gula Darah
6. Analisa Gas Darah
7. Analisa Na/K/Cl
(elektrolit)
8. Tempat tidur yang
mempunyai alat ukur
berat badan
9. Pengangkat (untuk
memindahkan pasien)
10. Analisa CO2 Ekspirasi
11. Monitor EKG – 3 lead :
suhu, nadi, tekanan
darah
12. Mesin EKG Record
Alat Bantu Pernapasan
 CPAP
 Alat bronkoskopi
fiberoptik
 Trakeotomi set
 Ventilator
 Intubasi Set
 Resusitator manual
 Krikotirotomi set
 Humifier
 Oksigen Set
 Masker oksigen
Peralatan Renal
1. Set continuous
arterivenous
hemofiltration
2. Mesin hemodialysis
3. Alat peritoneal dialisa
Cardiovaskuler
 Intra aortic balloon
pump
 Infusion / syringe
pump
 Alat pacu jantung
 CRV
 Defibrilator
 CVP Set
 Vena secti Set
Lain-lain
 Tempat tidur
multifungsi
 Autoclave
 Drip stands
 Trolley ganti balut
 Troli emergency
 Matras
pemanas/pendingin
 Blood/fluid warming
devices, pressure
bags dan skala
 NGT pump
 Bedpans
 Blood fridge
 Alat anti decubitus

BAB IV

STANDAR TATA LAKSANA PELAYANAN


I. Kriteria Masuk dan Keluar ICU
Sebelum pasien masuk ke Ruang Intensive Care, pasien dan/atau keluarganya harus
mendapatkan penjelasan secara lengkap mengenai dasar pertimbangan mengapa harus mendapatkan
penjelasan secara lengkap mengenai dasar pertimbangan mengapa pasien harus mendapatkan
perawatan di ICU serta tindakan kedokteran yang mungkin dilakukan selama pasien dirawat di ICU.
Penjelasan tersebut diberikan oleh kepala ICU atau dokter yang bertugas. Atas penjelasan tersebut
pasien dan/atau keluarganya dapat menerima / menyatakan persetujuan untuk dirawat di ICU.
Persetujuan dinyatakan dengan menandatangani formulir informed consent
Pada keadaan sarana dan prasarana ICU yang terbatas pada suatu Rumah Sakit, diperlukan suati
mekanisme untuk membuat prioritas apabila kebutuhan atau permintaan akan pelayanan ICU lebih
tinggi dari kemampuan pelayanan yang dapat diberikan. Kepala ICU bertanggung jawab atas kesesuaian
indikasi perawatan pasien di ICU. Bila kebutuhan pasien masuk ICU melebihi tempat tidur yang tersedia,
kepala ICU menentukan kondisi berdasarkan prioritas kondisi medis, pasien mana yang akan dirawat di
ICU.

I.1 Kriteria Pasien Masuk ICU


I.1.1 Prioritas 1
Pasien Sakit kritis, tidak stabil yang memerlukan terapi intensif dan tertitrasi, seperti :
dukungan/bantuan ventilasi, alat penunjang fungsi organ/system yang lain, infus obat-
obat vasoaktif/inotropic, obat anti aritmia, serta pengobatan lain yang secara kontinyu
dan tertitrasi. Terapi pada golongan pasien prioritas 1 umumnya tidak mempunyai
batas.
I.1.2 Prioritas 2
Pasien yang memerlukan pelayanan pemantauan canggih di ICU, sebab sangat berisiko
apabila tidak mendapatkan terapi intensif segera. Terapi pada golongan pasien prioritas
2 tidak mempunyai batas karena kondisi medisnya senantiasa berubah.
I.1.3 Prioritas 3
Pasien sakit kritis yang tidak stabil status kesehatan sebelumnya yang disebabkan oleh
penyakit yang mendasarinya, atau penyakit akutnya, secara sendirian atau kombinasi.
Kemungkinan sembuh dan atau manfaat terapi di ICU pada golongan ini sangat kecil.
Pengelolaan pada pasien golongan ini hanya untuk mengatasi kegawatan akutnya saja,
dan usaha terapi mungkin tidak sampai melakukan intubasi atau resusitasi jantung paru.

Golongan Pengecualian

Pasien yang masuk ICU dengan pertimbangan luar biasa, atas persetujuan Kepala ICU dengan catatan
bahwa pasien golongan demikian sewaktu-waktu harus bisa dikeluarkan dari ICU, agar fasilitas ICU yang
terbatas dapat digunakan untuk prioritas 1, 2, dan 3. Pasien yang tergolong demikian, antar lain :

a. Pasien yang memenuhi kriteria masuk, tetapi menolak terapi tunjangan hidup yang agrasif dan
hanya demi “perawatan yang aman” saja. Ini tidak menyingkirkan pasien dengan perintah DNR
(do not rescucitate). Sebenarnya pasien ini mungkin akan mendapat manfaat dari tunjangan
canggih yang tersedia di ICU untuk meningkatkan kemungkinan survival.
b. Pasien dalam keadaan vegetative permanen

I.2 Kriteria Pasien Keluar ICU


I.2.1 Prioritas 1
Jika kebutuhan untuk terapi intensif telah tidak ada lagi, atau bila terapi telah gagal dan
prognosis jangka pendek jelek dengan kemungkinan kesembuhan atau manfaat terapi
intensif kontinyu kecil.
I.2.2 Prioritas 2
Jika kemungkinan untuk mendadak memerlukan terapi intensif telah berkurang
I.2.3 Prioritas 3
Jika kebutuhan untuk terapi intensif telah tidak ada lagi tetapi mungkin dapat
dikeluarkan lebih dini jika kemungkinan kesembuhan atau manfaat dari terapi intensif
kontinyu kecil.

II. Persiapan Penerimaan Pasien


a. Monitoring Pasien
Monitoring dan evaluasi dilaksanakan secara berkesinambungan guna mewujudkan pelayanan
ICU yang aman dan mengutamakan keselamatan pasien.
b. Prosedur medis
i. Pemasangan CVP
ii. Intubasi dan perawatannya
iii. Ekstubasu
iv. Balance cairan
v. Penilaian kematian batang otak
vi. Indikasi penggunaan dan penghentian ventilator mekanik
vii. Penggunaan ventilator mekanik
c. Penggunaan Alat Medik
i. Syringe pump
ii. Infusion pump
iii. Suction
iv. Defibrillator
d. Pencatatan dan Pelaporan Kegiatan Pelayanan
Catatan ICU diverifikasi dan ditandatangani oleh dokter yang melakukan pelayanan di
ICU dan bertanggung jawab atas semua yang dicatat tersebut. Pencatatan menggunakan status
khusus ICU yang meliputi pencatatan lengkap terhadap diagnosis yang menyebabkan dirawat di
ICU, data tanda vital, pemantauan fungsi organ khusus (janjtung, paru, ginjal dan sebagainya)
secara berkala, jenis dan jumlah asupan nutrisi dan cairan, catatan pemberian obat serta jumlah
cairan tubuh yang keluar dari pasien.
Pelaporan pelayanan ICU terdiri dari jenis pasien masuk serta jumlahnua, lama rawat
dan keluaran (hidup atau meninggal) dari ICU, stok obat ICU per bulan, sensus harian, 10 besar
Siagnose pasien masuk ICU, kejadian KTD dan KKPRS.

BAB V
LOGISTIK

1. PENGELOLAAN LOGISTIK

Pengelolaan perbekalan logistic di Instalasi Intensive Care RIS Hospital dikelola secara efektif dan
efisien guna menunjang mutu pelayanan. Perbekalan logistic ini berupa bahan habis pakai berupa obat,
alat kesehatan maupun alat tulis kantor dan rumah tangga. Kelengkapan fasilitas sangat penting guna
menunjang pelayanan yang optimal dan professional. Dalam pengelolaannya, perbekalan logistic ini
didukung dengan beberapa alur, yaitu :

1.1 Permintaan Barang ke Bagian Gudang Farmasi

Alur permintaan barang instalasi ICU ke bagian gudang farmasi adalah sebagai berikut :

1. Petugas ICU mengisi formulir permintaan barang farmasi


2. Petugas ICU menyerahkan formulir permintaan barang yang telah disetujui petugas farmasi.
Kemudian petugas farmasi memberi nomor pada bon permintaan dan menyiapkan barang yang
diminta.
3. Petugas ICU mengambil barang yang diminta, kemudian diinput ke dalam computer ruangan.
4. Barang yang diminta disimpan di dalam lemari stok ICU dan dikeluarkan sesuai dengan
kebutuhan (pengelompokan obat labeling kit emergency tempat penyimpanan).

1.2 Permintaan Barang Ke Bagian Gudang Umum, IPSRS dan Koperasi

Alur permintaan barang instalasi ICU ke bagian gudang umum IPSRS dan koperasi adalah sebagai berikut :

1. Petugas ICU mengisi formulir permintaan ATK, ART atau Alkes


2. Petugas ICU menyerahkan formulir kepada Instalasi atau bagian yang dituju
3. Petugas ICU mengambil barang yang diminta, kemudian dicatat ke dalam buku stok

2. PEMELIHARAAN ALAT

Pemeliharaan fasilitas dan peralatan yang ada perlu dilakukan secara berkala dan terus
menerus, ini penting agar alat yang ada selalu siap bila diperlukan di bawah ini beberapa hal yang perlu
diperhatikan :

a. Gunakan fasilitas dan peralatan yang sesuai dengan fungsinya


b. Lakukan kalibrasi untuk peralatan elektronik untuk menghindari kesalahan dalam
menginterpretasikan informasi yang didapat (monitoring EKG, respirator, monitor pasien,
syringe pump dan infus pump, dll)
c. Buat inventarisasi fasilitas dan peralatan yang ada sehingga dapat diketahui apakah jumlah
dan fungsinya masih dapat dipertahankan atau perlu diajukan permintaan baru atau
perbaikan alat yang ada
d. Menjaga kebersihan dan mengendalikan infeksi melalui sterilitas unit perawatan intensif
dan penyediaan tempat cuci tangan
e. Ikuti prosedur pemeliharaan alat keseharan sesuai petunjuk operasional
f. Adanya protocol untuk membersihkan peralatan tempat tidur setelah pasien pindah.

BAB VI

KESELAMATAN PASIEN
6.1 PENGERTIAN

Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu system di mana rumah sakit membuat asuhan
pasien lebih aman yang meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan
dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak
panjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya
cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidakmengambil
tindakan yang seharusnya diambil.

Insiden keselamatan yang selanjutnya disebut insiden adalah setiap kejadian yang tidak
disengaja dan kondisiyang mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera yang dapat dicegah
kepada pasien, terdiri dari Kejadian Tidak Diharapkan, Kejadian Nyaris Cedera, Kejadian Tidak Cedera
dan Kejadian Potensial Cedera.

Anda mungkin juga menyukai