2020
KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH INDONESIA SEHAT
NOMOR / / 2020
TENTANG
BAB I
PENDAHULUAN
Instalasi rawat intensif (IRI) / ICU adalah suatu bagian dari rumah sakit yang mandiri (instalasi di
bawah direktur pelayanan) dengan staf khusus dan perlengkapan yang khusus yang ditujukan untuk
observasi, perawatan dan terapi pasien-pasien yang menderita penyakit, cedera dan penyulit yang
mengancam nyawa atau potensial mengancam nyawa dengan prognosis dubia. ICU menyediakan
kemampuan dan sarana, prasarana serta peralatan khusus untuk menunjang fungsi vital dengan
menggunakan keterampilan staf medis, perawat dan staf lain yang berpengalaman dalam pengelolaan
keadaan tersebut.
Kematian pasien yang mengalami pembedahan banyak timbul pada saat pasca pembedahan.
Sekitar tahun 1880, Florence Nightingale mengusulkan anestesi sampai ke masa pascabedah. Dimulai
pada tahun 1942, Mayo Clinic membuat sebuah ruangan khusus di mana pasien pasca bedah
dikumpulkan dan diawasi sampai sadar dan stabil fungsi vitalnya, serta bebas dari pengaruh sisa obat
anestesi. Keberhasilan unit pulih sadar merupakan awal dipandang perlunya untuk melanjutkan
pelayanan serupa tidak pada masa pulih sadar saja, namun juga pada masa pasca bedah.
Evolusi ICU bermula dari timbulnya wabah poliomelytis di Scandinavia pada awal tahun 1950,
dijumpai kematian yang disebabkan kelumpuhan otot pernapasan. Dokter spesialis antologi yang
dipelopori oleh Bjorn Ibsen pada waktu itu, melakukan intubasi dan memberikan bantuan napas secara
manual mirip yang dllakukan selama anestesi. Dengan bantuan para mahasiswa kedokteran dan
sekelompok sukarelawan mereka mempertahankan pasien poliomelytis dan bahkan menurunkan
mortalitas sebanyak 40%, dibanding dengan cara sebelumnya dengan menggunakan iron lung yang
mortalitasnya sebesar 90%. Pada tahun 1952 Engstorm membuat ventilasi mekanik bertekanan positif
yang ternyata sangat efektif memberikan pernapasan jangka panjang. Sejak saat itu ICU dengan
perawatan pernapasan mulai terbentuk dan tersebar luas.
Pada saat ini ICU modern tidak terbatas menangani pasien pasca bedah atau ventilasi mekanis
saja, namun telah menjadi cabang ilmu sendiri yaitu intensive care medicine. Ruang lingkup pelayanan
meliputi dukungan fungsi oragn vital seperti pernapasan, kardiosirkulasi, susunan saraf pusat, ginjal dan
lainnya baik pada pasien dewasa maupun pada pasien anak.
Rumah sakit sebagai penyedia pelayanan kesehatan mempunyai fungsi rujukan harus dapat
memberikan pelayanan ICU yang professional dan berkualitas. Dengan mengedepankan keselamatan
pasien. Pada instalasi rawat intensif (ICU) perawatan untuk pasien dilaksanakan dengan melibatkan
berbagai tenaga professional yang terdiri dari multidisiplin ilmu yang bekerjasama dalam tim.
Pengembangan tim multidisiplin yang kuat sangat penting dalam meningkatkan keselamatan pasien.
Selain dukungan itu saeana, prasarana serta peralatan juga diperlukan dalam rangka peningkatkan
pelayanan ICU. Oleh karena itu mengingat diperlukannya tenaga khusus, terbatasnya sarana prasarana
serta mahalnya peralatan maka demi efisiensi keberadaan ICU perlu dikonsentrasikan.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Ruang lingkup pelayanan perawatan intensif di Ruang Rawat Intensif RIS Hospital meliputi
penanganan kasus yang sesuai dengan indikasi pasien masuk ruang ICU dengan rekomendasi /
persetujuan dari Kepala ICU
1.4 BATASAN OPERASIONAL
Pelayanan yang diberikan sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan rumah sakit dan
standar prosedur operasional yang berlaku. Pelayanan ruang ICU meliputi dukungan organ vital seperti
pernapasan, kardiosirkulasi, susunan saraf pusat, ginjal dan lainnya pada pasien dewasa dan anak.
Pelayanan Ruang ICU juga mencakup pelayanan HCU. Pelayanan HCU diberikan pada pasien dengan
kondisi kritis dan stabil yang membutuhkan pelayanan, pengobatan dan observasi secara ketat.
Dasar hukum yang digunakan dalam penyusunan buku ini adalah sebagai berikut :
STANDAR KETENAGAAN
Kualifikasi tenaga kesehatan yang bekerja di ICU harus mempunyai pengetahuan yang memadai,
mempunyai keterampilan yang sesuai dan mempunyai komitmen terhadap waktu.
Seorang dokter intensivis adalah seorang dokter yang memenuhi standar kompetensi sebagai
berikut :
a. Terdidik dan bersertifikat sebagai seorang spesialis anestesiologi melalui program pelatihan dan
pendidikan yang diakui oleh perhimpunan profesi yang terkait.
b. Menunjang kualitas pelayanan ICU dan menggunakan sumber daya ICU secara efisien;
c. Mengabdikan diri lebih dari 50% waktu profesinya dalam pelayanan ICU
d. Bersedia berpartisipasi dalam suatu unit yang memberikan pelayanan 24 jam/hari, 7
hari/minggu
e. Mampu melakukan prosedur critical care, antara lain :
a. Sample darah arteri
b. Memasang dan mempertahankan jalan napas termasuk intubasi trakeal, trakeostomi
perkutan dan ventilasi mekanis
c. Mengambil kateter intravaskuler untuk monitoring invasive maupun terapi invasive,
misalnya :peralatan monitoring termasuk kateter vena sentral (CVP)
d. Resusitasi jantung paru
e. Pipa torakostomi
f. Melaksanakan dua peran utama :
a. Pengelolaan pasien
Mampu berperan sebagai pemimpin tim dalam memberikan pelayanan di ICU,
menggabungkan dan melakukan titrasi pelayanan pada pasien penyakit kompleks atau
cedera termasuk gagal organ multi system. Dalam mengelola pasien, dokter intensivis
dapat mengelola sendiri maupun berkolaborasi dengan dokter lain. Seorang dokter
intensivis mampu mengelola pasien sakit kritis dalam kondisi seperti :
i. Hemodinamik tidak stabil
ii. Gangguan atau gagal napas dengan atau tanpa memerlukan tunjangan ventilasi
mekanis
iii. Gangguan neurologis akut termasuk mengatasi hipertensi intracranial
iv. Gangguan atau gagal ginjal akut
v. Gangguan endokrin dan/atau metabolic akut yang mengancam nyawa
vi. Gangguan nutrisi yang memerlukan tunjangan nutrisi
b. Manajemen Unit
Dokter intensivis berpartisipasi aktif dalam aktivitas manajemen unit yang diperlukan
untuk memberi pelayanan ICU yang efisien, tepat waktu dan konsisten. Aktivitas
tersebut meliputi antara lain :
i. Triage, alokasi tempat tidur dan rencana pengeluaran pasien
ii. Supervisi terhadap pelaksanaan kebijakan unit
iii. Partisipasi dalam kegiatan perbaikan kualitas yang berkelanjutan termasuk
supervise koleksi data
iv. Berinteraksi seperlunya dengan bagian lain untuk menjamin kelancaran
pelayanan ICU
v. Mempertahankan pendidikan berkelanjutan tentang critical care medicine
vi. Selalu mengikuti perkembangan mutakhir dengan membaca literature
kedokteran
vii. Berpartisipasi dalam program pendidikan dokter berkelanjutan
viii. Menguasai standar untuk unit critical care. Ada dan bersedia untuk
berpartisipasi pada perbaikan kualitas interdisipliner.
Karakteristik perawat, penetapan jumlah dan kualifikasi tenaga keperawatan serta kompetensi
perawat ICU adalah sebagai berikut
Penetapan jumlah tenaga dan kualifikasi tenaga keperawatan di unit perawatan intensif
direkomendasikan formulasi ketenagaan sebagai berikut :
Rumus : AxBxCxDxE
FxG
Keterangan
A = Jumlah shift per hari
B = jumlah tempat tidur di unit
C = Jumlah hari di unit yang dipakai dalam satu minggu
D = Jumlah pasien yang menginap
E = Tenaga tambahan untuk libur, sakit (dalam %) biasanya 20-25%
F = Jumlah pasien yang dibantu oleh seorang perawat (rasio pasien : perawat)
G = Jumlah hari dari setiap perawat bekerja dalam satu minggu
Rasio perawat pasien tergantung kompleksitas kondisi pasien (1:1, 1:2, 1:3 atau 2:1)
(Sumber : Management of Intensive Care Guideliness for Better Use of Resources, 2000)
Kompetensi tersebut di atas dapat diaplikasikan tergantung pada masalah pasien yang dihadapi.
Di bawah ini pole ketenagaan dan kualifikasi personil ruang ICU RIS Hospital
Demi kelancaran dalam memberikan pelayanan kesehatan di ICU RIS Hospital khusus untuk
petugas ICU dibagi dalam 3 (tiga) staf yang terdiri dari :
Untuk dinas pagi ruang Icu yang bertugas sebanyak 3 orang perawat dan 1 orang Kepala ICU
STANDAR FASILITAS
Kelengkapan fasilitas dan peralatan di unit perawatan intensif merupakan factor pendukung
yang sangat penting karena memudahkan untuk mengantisipasi keadaan yang mengancam kehidupan.
Kebutuhan fasilitas dan peralatan disesuaikan dengan klasifikasi pelayanan intensif yang diberikan.
Guna peningkatan pelayanan di RIS Hospital khususnya di ruang ICU secara optimal di samping
dengan tersedianya tenaga kesehatan yang professional, begitu juga dengan fasilitas dan sarana yang
memadai juga sangat berpengaruh dalam pencapaian yang optimal. Untuk itu diperlukannya standar
fasilitas dan sarana yang ada di ICU.
Di bawah ini standar fasilitas yang harus ada di ruang ICU menurut Standar Pelayanan
Keperawatan di ICU
BAB IV
Golongan Pengecualian
Pasien yang masuk ICU dengan pertimbangan luar biasa, atas persetujuan Kepala ICU dengan catatan
bahwa pasien golongan demikian sewaktu-waktu harus bisa dikeluarkan dari ICU, agar fasilitas ICU yang
terbatas dapat digunakan untuk prioritas 1, 2, dan 3. Pasien yang tergolong demikian, antar lain :
a. Pasien yang memenuhi kriteria masuk, tetapi menolak terapi tunjangan hidup yang agrasif dan
hanya demi “perawatan yang aman” saja. Ini tidak menyingkirkan pasien dengan perintah DNR
(do not rescucitate). Sebenarnya pasien ini mungkin akan mendapat manfaat dari tunjangan
canggih yang tersedia di ICU untuk meningkatkan kemungkinan survival.
b. Pasien dalam keadaan vegetative permanen
BAB V
LOGISTIK
1. PENGELOLAAN LOGISTIK
Pengelolaan perbekalan logistic di Instalasi Intensive Care RIS Hospital dikelola secara efektif dan
efisien guna menunjang mutu pelayanan. Perbekalan logistic ini berupa bahan habis pakai berupa obat,
alat kesehatan maupun alat tulis kantor dan rumah tangga. Kelengkapan fasilitas sangat penting guna
menunjang pelayanan yang optimal dan professional. Dalam pengelolaannya, perbekalan logistic ini
didukung dengan beberapa alur, yaitu :
Alur permintaan barang instalasi ICU ke bagian gudang farmasi adalah sebagai berikut :
Alur permintaan barang instalasi ICU ke bagian gudang umum IPSRS dan koperasi adalah sebagai berikut :
2. PEMELIHARAAN ALAT
Pemeliharaan fasilitas dan peralatan yang ada perlu dilakukan secara berkala dan terus
menerus, ini penting agar alat yang ada selalu siap bila diperlukan di bawah ini beberapa hal yang perlu
diperhatikan :
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
6.1 PENGERTIAN
Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu system di mana rumah sakit membuat asuhan
pasien lebih aman yang meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan
dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak
panjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya
cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidakmengambil
tindakan yang seharusnya diambil.
Insiden keselamatan yang selanjutnya disebut insiden adalah setiap kejadian yang tidak
disengaja dan kondisiyang mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera yang dapat dicegah
kepada pasien, terdiri dari Kejadian Tidak Diharapkan, Kejadian Nyaris Cedera, Kejadian Tidak Cedera
dan Kejadian Potensial Cedera.