01/SOP/RAD/18 00 1/105
Ditetapkan Oleh
Tanggal terbit
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
dr Jacquelyn Anita E. Tasik
Direktur
1
PELAYANAN RADIOLOGI
01/SOP/RAD/18 00 2/105
4. Pemeriksaan dan tindakan radiografi melalui pemilihan faktor eksposi
yang optimal, posisi dan centrasi yang sesuai dengan jenis dan tujuan
pemeriksaan dengan memperhatikan limitasi dosis dengan cara
membuat luas lapangan penyinaran yang digunakan sesuai dengan
besar/luas obyek yang diperiksa.
5. Setiap hasil pemeriksaan secara radiografi selalu sesuai dengan image
kriteria yang telah ditentukan.
6. Sebelum eksposi dilakukan pastikan bahwa tidak ada seorang pun
kecuali petugas kamar radiasi berada diruang radiasi dan pintu masuk
kamar radiasi sudah terkunci sehingga tidak memungkinkan orang lain
masuk.
7. Pastikan bahwa identitas pasien yang akan dilakukan pemeriksaan
radiografi adalah benar-benar pasien yang namanya tercantum dalam
surat permintaan pemeriksaan radiologi.
8. Untuk pemeriksaan dengan bahan Kontras pastikan bahwa formulir
consent inform telah ditanda tangani oleh pasien/keluarga pasien.
9. Pastikan bahwa persiapan untuk menanggulangi keadaan darurat medik
akibat pemasukan bahan kontras telah tersedia sebelum pemeriksaan
dilakukan, termasuk tabung oksigen yang selalu terisi oksigen berikut
maskernya
1. Instalasi Rawat Jalan
2. Instalasi Gawat Darurat
UNIT TERKAIT 3. Instalasi Rawat Inap
2
IDENTIFIKASI PASIEN SEBELUM DILAKUKAN TINDAKAN
PEMERIKSAAN RADIOLOGI
02/SOP/RAD/18 00 3/105
Ditetapkan Oleh
Tanggal terbit
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
dr Jacquelyn Anita E. Tasik
Direktur
3
IDENTIFIKASI PASIEN SEBELUM DILAKUKAN TINDAKAN
PEMERIKSAAN RADIOLOGI
02/SOP/RAD/18 00 4/105
2. Identifikasi Pasien Rawat Inap :
a. Memastikan bahwa pasien memakai gelang identitas pasien rawat
inap Rumah Sakit. Bila tidak ada, minta perawat ruangan yang
mendampingi untuk memberi pasien tersebut gelang identitas.
b. Mencocokkan nama lengkap, tanggal lahir/umur dan nomor rekam
medik pasien di gelang identitas pasien dengan nama lengkap,
tanggal lahir/umur dan nomor rekam medik di Surat Permintaan
Pemeriksaan Radiologi serta dengan nama yang disebutkan oleh
pasien atau perawat yang mendampingi.
c. Memastikan bahwa semua cocok sebelum melanjutkan ke
pemeriksaan radiologi.
4
URAIAN TUGAS DOKTER RADIOLOGI
03/SOP/RAD/18 00 5/105
Ditetapkan Oleh
Tanggal terbit
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
dr Jacquelyn Anita E. Tasik
Direktur
Komite Medik
UNIT TERKAIT
5
URAIAN TUGAS RADIOGRAFER
04/SOP/RAD/18 00 6/105
Ditetapkan Oleh
Tanggal terbit
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR dr Jacquelyn Anita E. Tasik
Direktur
6
URAIAN TUGAS RADIOGRAFER
04/SOP/RAD/18 00 7/105
5. Radiografer menjelaskan prosedur yang akan dilakukan dengan singkat
dan jelas, sehingga pasien mengerti dan mempersilahkan pasien
melepas assesoris logam pada daerah yang akan diperiksa.
6. Bekerja sesuai dengan norma-norma proteksi radiasi, yaitu
menggunakan luas lapangan penyinaran sesuai dengan objek yang akan
difoto.
7. Arahkan berkas sinar berlawanan dengan radiografer.
8. Pergunakan kV dan mAs yang optimum.
9. Sewaktu dilakukan eksposi pastikan tidak ada personil kecuali yang
berkepentingan di ruang pemeriksaan.
Instalasi Radiologi
UNIT TERKAIT
7
URAIAN TUGAS PETUGAS PROTEKSI RADIASI
05/SOP/RAD/18 00 8/105
Tanggal terbit Ditetapkan Oleh
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR dr Jacquelyn Anita E. Tasik
Direktur
8
PROSEDUR KERJA DI KAMAR SINAR X
06/SOP/RAD/18 00 9/105
Ditetapkan Oleh
Tanggal terbit
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR dr Jacquelyn Anita E. Tasik
Direktur
2. Tata Laksana
a. Pintu–pintu kamar sinar–X harus ditutup sebelum dan
PROSEDUR
dilakukan penyinaran.
b. Jangan mengarahkan berkas sinar-X ke pintu utama radiologi
atau ke arah panel kontrol / operator
c. Selama pemeriksaan berlangsung, radiografer menjaga jarak
dari sumber radiasi (pesawat X-ray) dan berlindung di balik
shielding/ tembok.
9
PROSEDUR KERJA DI KAMAR SINAR X
06/SOP/RAD/18 00 10/105
d. Sarung tangan dipakai pada pemeriksaan khusus (HSG)
e. Waktu pemeriksaan harus singkat dan luas lapangan kolimasi
harus sesuai dengan objek yang difoto.
PROSEDUR
f. Bila memungkinkan pada pasien dipasang pelindung gonad.
Apabila diperlukan seseorang untuk membantu pasien atau memegang film
selama pemeriksaan rontgen, maka ia harus memakai apron.
1. Pasien dan pengantar.
UNIT TERKAIT
10
PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) RADIASI
07/SOP/RAD/18 00 11/105
Tanggal terbit Ditetapkan Oleh
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR dr Jacquelyn Anita E. Tasik
Direktur
1. APD Radiasi adalah peralatan yang digunakan oleh staff, pasien dan
keluarga pasien yang berada dalam lingkungan radiasi agar dosis yang
diterima tdak melebihi Nilai Batas Dosis yang ditentukan oleh badan
yang berwenang.
2. APD radiasi yang digunakan menurut Perka Bapeten Nomer 8 tahun
2011 tentang Keselamatan Radiasi dalam Pengunaan Pesawat Sinar X
PENGERTIAN Radiologi Diagnostik dan intervensional terdiri atas ; apron, tabir pb,
kacamata pb, sarung tangan pb, pelindung tiroid pb, pelindung ovarium
pb dan/atau pelindung gonad pb.
3. Nilai Batas dosis adalah dosis terbesar yang diizinkan oleh BAPETEN
yang dapat diterima oleh pekerja radiasi dan anggota masyarakat dalam
jangka waktu tertentu, tanpa menimbulkan efek genetic dan somatic
yang berarti, akibat pemanfaatan sinar X.
11
PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) RADIASI
07/SOP/RAD/18 00 12/105
5. Untuk personil yang harus berada di lingkungan radiasi, namun tidak
menggunakan TLD, harus memakai monitoring radiasi baca langsung,
yang hasilnya dicatat pada kartu catatan dosis.
6. Lakukan pengecekan apron minimal satu kali dalam setahun.
7. Tentukan jenis / tipe peralatan proteksi radiasi yang sesuai dengan
kondisi ruangan penyinaran, contoh bila di ruangan penyinaran
dengan kuantitas waktu yang lama, dianjurkan menggunakan tipe yang
dapat memastikan area sensitif seperti kelenjar thyroid terlindungi.
8. Hadapkan bagian badan yang terlindungi apron for body kearah sumber
sinar. Hindari dengan membalik badan bila akan meninggalkan ruangan
sedangkan penyinaran masih berlangsung, bila terpaksa tinggalkan
ruangan dengan cara mundur.
9. Bila selesai pemakaian, letakan apron pada tempat yang telah
ditentukan dan jangan dilipat. Dan hindari menggantungkan apron,
dikarenakan dapat menyebabkan lembaran lead-strip pada apron jatuh
kebawah.
10. APD lainnya, apabila selesai dipergunakan dikembalikan ketempat
penyimpanan dengan rapi.
1. Instalasi Radiologi
2. Instalasi Rawat Jalan
UNIT TERKAIT 3. Instalasi Gawat Darurat
4. Instalasi Rawat Inap
12
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA UNIT RADIOLOGI
08/SOP/RAD/18 00 13/105
Ditetapkan Oleh
Tanggal terbit Direktur
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
dr Jacquelyn Anita E. Tasik
Direktur
13
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA UNIT RADIOLOGI
08/SOP/RAD/18 00 14/105
c. Tata cara dengan desinfeksi
1) Semua perhiasan dilepas (misalnya cincin, gelang, jam tangan)
2) Basahi tangan sampai dengan siku.
3) Kemudian dilumuri desinfektan sambil digosok selama 15-20
detik, mulai dari ujung kuku, sela-sela jari, telapak tangan serta
sisinya dan sampai batas siku.
4) Bilas dengan air bersih yang mengalir hingga bersih.
5) Keringkan dengan lap tangan khusus hingga bersih.
6) Matikan keran air.
b. Tata cara
1) Linen kotor adalah baju selesai dipakai pasien, selimut, sprei
sebagai alas pemeriksaan radiologi.
2) Telp bagian laundry untuk segera mengambil linen kotor.
3) Linen yang dibawa petugas laundry dihitung jumlahnya dan
dicatat pada buku linen.
3. Kebersihan Ruangan
a. Tujuan
Menjaga agar ruangan selalu dalam keadaan bersih dan terjaga
sanitasinya sehingga dapat memberikan kenyamanan dan keamanan
bagi pasien serta yang lainnya.
14
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA UNIT RADIOLOGI
08/SOP/RAD/18 00 15/105
b. Tata cara
1) Kebersihan ruangan radiologi tanggungjawab radiografer.
2) Ruangan yang kotor akibat adanya pemeriksaan pasien yang
tingkat kekotorannya masih ringan dapat diatasi oleh
radiografer terutama berkaitan dengan tempat / meja
pemeriksaan dan juga penunjang lainnya.
3) Untuk tingkat kekotoran yang jauh diluar jangkauan
kemampuan dan bukan wewenang radiografer harus segera
menghubungi bagian cleaning service untuk segera dibersihkan.
4) Gunakan pengharum ruangan untuk mengurangi bau yang
kurang sedap.
4. K3 Radiasi
a. Tujuan
Meminimalisir beban radiasi terhadap pasien, pekerja, dan
lingkungan.
b. Prosedur
1. Persiapan radiografer sebelum melakukan pemeriksaan di Unit
Radiologi sesuai SOP.
2. Pemakaian alat pelindung diri sesuai SOP.
5. Kalibrasi
a. Tujuan
Memastikan keakuratan alat X-ray dan alat medis lainnya di Unit
Radiologi.
b. Prosedur
1) Membuat jadwal kalibrasi yang telah ditetapkan oleh Unit
Radiologi
2) Koordinator peralatan radiologi melakukan pemantauan
terhadap jadwal kalibrasi dan menghubungi petugas proteksi
radiasi (PPR) rumah sakit untuk pelaksanaan kalibrasi
3) Pelaksanaan kalibrasi dilakukan oleh petugas PPR.
4) Kalibrasi dilakukan oleh Badan Pengawasan Pemeliharaan
Fasilitas Kesehatan (BPFK) DEPKES RI dan Bapeten
5) Petugas IPSRS melakukan koordinasi dengan badan
pelaksanaan kalibrasi dan petugas bagian PPR mendampinginya
pada waktu pelaksanaan kalibrasi
6) Petugas PPR dan kepala Instalasi radiologi memeriksa laporan
kalibrasi. Apabila hasilnya sesuai, ditandatangani di halaman
belakang laporan kalibrasi yang diterima.
7) Dilakukan evaluasi permasalahaan yang ada dan apabila
memerlukan tindak lanjut.
15
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA UNIT RADIOLOGI
08/SOP/RAD/18 00 16/105
6. Pendeteksian / pencegahan bahaya Radiasi
a. Tujuan
Memonitor jumlah paparan radiasi yang mengenai personal staf
radiologi secara periodik. Dengan peralatan Personal Monitoring
Dosis (TLD).
b. Prosedur
1) Pada awal bulan Personal Monitoring Dosis (TLD) dibagikan
kepada pelaksana radiologi sesuai dengan nomor registrasi
masing – masing.
2) Diwajibkan untuk dipakai selama berada di lingkungan
radiologi RIS Hospital, sehingga paparan radiasi yang
mengenainya akan tercatat.
3) Setiap 3 (tiga) bulan sekali Personal Monitoring Dosis akan
dikumpulkan untuk diproses.
4) Pembacaan TLD dilakukan oleh BPFK/BATAN.
5) Hasil pembacaan akan dilaporkan pada setiap periode tertentu
dan selanjutnya untuk didokumentasikan.
b. Prosedur
1) Matikan pesawat sinar X sesuai dengan prosedur.
2) Hindarkan pemakaian pesawat sinar X tersebut.
3) Lokalisir daerah tersebut dari orang-orang yang tidak
berkepentingan dan pasang tanda peringatan.
4) Laporkan pada bagian K3 RS untuk penanganan lebih lanjut.
1. Instalasi Radiologi
2. K3 RS
UNIT TERKAIT
16
PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH SAKIT INSTALSI
RADIOLOGI
09/SOP/RAD/18 00 16/105
Ditetapkan Oleh
Tanggal terbit
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR dr Jacquelyn Anita E. Tasik
Direktur
17
PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH SAKIT INSTALASI
RADIOLOGI
09/SOP/RAD/18 00 17/105
3. Untuk sampah medis yang tajam, seperti jarum suntik, ampul obat
harus dilakukan
a. Tidak perlu ditutup, dilipat, atau ditekuk jarum suntik sebelum
dibuang.
b. Tidak perlu melepaskan jarum suntik dari spuitnya.
c. Masukan/buang kedalam plastik tebal tahan pecah, sperti : jerigen,
ember tertutup, atau botol aqua.
d. Ambil sampah setiap hari sekali atau apabila sudah penuh.
e. Kirim sampah medis tajam ke incenerator untuk dimusnahkan..
18
PELATIHAN KARYAWAN
10/SOP/RAD/18 00 18/105
Ditetapkan Oleh
Tanggal terbit
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR dr Jacquelyn Anita E. Tasik
Direktur
Pelatihan karyawan adalah pelatihan yang diikuti oleh staf Unit Radiologi
PENGERTIAN
baik di dalam maupun di luar Rumah Sakit.
19
PELATIHAN KARYAWAN
10/SOP/RAD/18 00 19/105
3. Tata laksana training/kursus/seminar yang diselenggarakan pihak luar
a. Kepala unit pelaksana mengajukan permohonan
training/kursus/seminar.
b. Surat undangan training/kursus/seminar tersebut dikirim ke bagian
manajemen untuk disetujui.
c. Pada setiap akhir kegiatan training/kursus/seminar yang
diselenggarakan oleh pihak luar, peserta harus menyerahkan daftar
hadir dan SPPD kepada panitia pelaksana training/kursus/seminar
untuk ditandatangi dan di cap.
d. Pelaksana seminar membuat laporan pertanggung jawaban untuk
diserahkan kebagian manajemen, yang terdiri dari surat undangan
seminar, daftar hadir, surat tugas , SPPD, kwitansi, laporan
kegiatan, dan dokumentasi.
1. Instalasi Radiologi
2. Manajemen RS
UNIT TERKAIT
20
PERMINTAAN ALAT KESEHATAN INVESTASI
11/SOP/RAD/18 00
Ditetapkan Oleh
Tanggal terbit
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR dr Jacquelyn Anita E. Tasik
Direktur
21
PERMINTAAN BARANG LOGISTIK DAN ALAT TULIS
INSTALASI RADIOLOGI
12/SOP/RAD/18 00
Ditetapkan Oleh
Tanggal terbit
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR dr Jacquelyn Anita E. Tasik
Direktur
22
PERMINTAAN OBAT / ALKES KE INSTALASI FARMASI
13/SOP/RAD/18 00
Ditetapkan Oleh
Tanggal terbit
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR dr Jacquelyn Anita E. Tasik
Direktur
23
STOCK OPNAME RADIOLOGI
14/SOP/RAD/18 00
Ditetapkan Oleh
Tanggal terbit
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR dr Jacquelyn Anita E. Tasik
Direktur
24
PENYUSUNAN ARSIP FILE RADIOLOGI
15/SOP/RAD/18 00
Ditetapkan Oleh
Tanggal terbit
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR dr Jacquelyn Anita E. Tasik
Direktur
Tata cara penataan dokumentasi Radiologi secara teratur, rapih, efisien dan
PENGERTIAN
teliti.
Instalasi Radiologi
UNIT TERKAIT
25
PENYIMPANAN ARSIP HASIL FOTO RADIOLOGI
16/SOP/RAD/18 00
Ditetapkan Oleh
Tanggal terbit
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR dr Jacquelyn Anita E. Tasik
Direktur
Hasil film x ray dan hasil ekspertise adakalanya tidak langsung diambil
PENGERTIAN oleh pasien atau ruangan perawatan, oleh karena itu dibuat tempat untuk
penyimpanan file tersebut
1. Mencegah agar file tersebut tidak hilang.
TUJUAN 2. Sebagai acuan dalam menyimpan foto – foto yang belum diambil dan
disimpan di Radiologi
1. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999
tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit.
2. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1014/MENKES/SK/XI/2008
tentang Standar Pelayanan Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan
Kesehatan.
KEBIJAKAN
3. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129/Menkes/SK/II/2008 tentang
Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
4. Keputusan Direksi Rumah Indonesia Sehat Hospital Nomor
008/SPO/VI/2018 tentang Buku Standar Prosedur Operasional dan
Penggunaannya.
1. Setiap foto–foto yang belum diambil setelah diekspertise oleh dokter
radiolog harus disimpan di rak penyimpanan hasil.
2. Lamanya arsip yang disimpan dalam rak penyimpanan hasil yaitu satu
PROSEDUR
tahun. Setelah itu dipindahkan ke gudang/Rekam Medik.
3. Hasil ekspertise tanpa foto disimpan selama satu bulan. Setelah itu
dipindahkan ke gudang/Rekam Medik.
1. Instalasi Radiologi
2. Rekam Medik
UNIT TERKAIT
26
PINJAM BASAH ( TANPA EXPERTISE )
17/SOP/RAD/18 00
Ditetapkan Oleh
Tanggal terbit
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR dr Jacquelyn Anita E. Tasik
Direktur
27
PELAYANAN ADMINISTRASI PASIEN RADIOLOGI
18/SOP/RAD/18 00 1/4
Ditetapkan Oleh
Tanggal terbit
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
dr Jacquelyn Anita E. Tasik
Direktur
28
PELAYANAN ADMINISTRASI PASIEN RADIOLOGI
18/SOP/RAD/18 00
b. Pasien Rujukan
1) Pasien melakukan registrasi di bagian pendaftaran, lalu diarahkan
ke bagian radiologi.
2) Pasien memberikan formulir pemeriksaan radiologi dari dokter
yang pengirim kepada radiografer.
3) Radiografer meng-input pemeriksaan yang akan dilakukan di
sistem administrasi Rumah Sakit dan dilakukan pembayaran
terlebih dahulu ke bagian kasir.
4) Setelah dilakukan pembayaran di kasir, pasien menunjukan bukti
pembayaran sebelum dilakukan pemeriksaan radiologi.
5) Jika pemeriksaan yang akan dilakukan merupakan tindakan yang
memerlukan persiapan khusus, maka pasien harus melakukan
persiapan, dijadwalkan serta menandatangani inform consent
terlebih dahulu untuk pemeriksaan yang menggunakan bahan
kontras media sebelum dilakukannya pemeriksaan.
6) Radiografer melakukan pemeriksaan dan setelah itu dilakukan
proses pencetakkan film, lalu dikirim kepada radiolog untuk
diberikan hasil expertisenya.
7) Jelaskan kepada pasien mengenai waktu pengambilan hasil
pemeriksaan.
8) Bila dokter pengirim ingin hasil foto basah, maka radiografer
memberikan hasil tersebut.
3. Rawat Inap
a. Perawat memberikan formulir pemeriksaan radiologi dari dokter
spesialis kepada radiografer.
b. Radiografer meng-input pemeriksaan yang akan dilakukan di sistem
administrasi Rumah Sakit yang nantinya akan dilakukan
pembayaran di bagian kasir.
c. Radiografer mencatat data pasien di buku register.
29
ADMINISTRASI PELAYANAN PASIEN RADIOLOGI
No. Dokumen No. Revisi Halaman
18/SOP/RAD/18 00 2/4
d. Jika pemeriksaan yang akan dilakukan merupakan tindakan yang
memerlukan persiapan khusus, maka pasien harus melakukan
persiapan, dijadwalkan serta menandatangani inform consent
terlebih dahulu untuk pemeriksaan yang menggunakan bahan
kontras media sebelum dilakukannya pemeriksaan.
e. Radiografer melakukan pemeriksaan dan setelah itu dilakukan
proses pencetakkan film, lalu dikirim kepada radiolog untuk
diberikan hasil expertisenya.
f. Bila dokter spesialis ingin hasil foto basah, maka perawat
membawa foto tersebut.
4. HCU
a. Jika pasien memungkinkan dilakukan pemeriksaan di ruang
radiologi maka pasien dibawa ke ruang radiologi dan jika tidak
bisa maka petugas radiologi datang langsung ke ruang HCU
dengan membawa peralatan dan pesawat rontgen (mobile unit)
dengan memperhatikan proteksi radiasi.
b. Perawat memberikan formulir pemeriksaan radiologi dari dokter
spesialis kepada radiografer.
c. Radiografer meng-input pemeriksaan yang akan dilakukan di
sistem administrasi Rumah Sakit yang nantinya akan dilakukan
pembayaran di bagian kasir.
d. Radiografer mencatat data pasien di buku register.
e. Jika pemeriksaan yang akan dilakukan merupakan tindakan yang
memerlukan persiapan khusus, maka pasien harus melakukan
persiapan, dijadwalkan serta menandatangani inform consent
terlebih dahulu untuk pemeriksaan yang menggunakan bahan
kontras media sebelum dilakukannya pemeriksaan.
f. Radiografer melakukan pemeriksaan dan setelah itu dilakukan
proses pencetakkan film, lalu dikirim kepada radiolog untuk
diberikan hasil expertisenya.
g. Bila dokter spesialis ingin hasil foto basah, maka perawat
membawa foto tersebut.
1. Instalasi Radiologi
2. Instalasi Rawat Jalan
3. Instalasi Gawat Darurat
UNIT TERKAIT 4. Instalasi Rawat Inap
5. HCU
6. Pendaftaran
7. Kasir
30
PERMINTAAN FOTO RONTGEN
19/SOP/RAD/18 00
Ditetapkan Oleh
Tanggal terbit
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR dr Jacquelyn Anita E. Tasik
Direktur
31
PENANGANAN PASIEN ALERGI OBAT KONTRAS
20/SOP/RAD/18 00
Ditetapkan Oleh
Tanggal terbit
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR dr Jacquelyn Anita E. Tasik
Direktur
PENGERTIAN Penanganan pasien yang tidak tahan terhadap reaksi obat kontras
32
1. Instalasi Radiologi
2. Intalasi Rawat Jalan
UNIT TERKAIT 3. Instalasi Gawat Darurat
4. Instalasi Rawat Inap
INFORMED CONCE NT
21/SOP/RAD/18 00
Ditetapkan Oleh
Tanggal terbit
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR dr Jacquelyn Anita E. Tasik
Direktur
33
PENGOPERASIAN PESAWAT TOSHIBA
22/SOP/RAD/18 00
Ditetapkan Oleh
Tanggal terbit
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR dr Jacquelyn Anita E. Tasik
Direktur
Alat atau pesawat medik yang terpasang tetap (stasionary) yang digunakan
PENGERTIAN
untuk melakukan diagnosa medis dengan memanfaatkan radiasi sinar-X.
34
1. Hidupkan pesawat X-ray dengan menekan tombol hijau saklar utama
(PLN) dan menekan tombol control panel keposisi ON (Perhatikan
lampu indikator, semua harus menyala dengan baik)
2. Pesawat X-ray dapat digunakan setelah lampu indikator ready sudah
berhenti berkedip-kedip (± 15 detik)
3. Melakukan pemeriksaan sinar-X
a. Pasien masuk ke ruang pemeriksaan
b. Memposisikan pasien sesuai permintaan form dari dokter
c. Mengatur tube dengan memencet pada bagian tube (memutar,
PROSEDUR maju, mudur, atas dan bawah) dan mengatur jarak antara tube dan
pasien
d. Mengatur kondisi di control panel dengan memencet tombol kV,
mA, dan sekon
e. Melakukan ekspose dengan cara memencet setengah tombol
ekspose, setelah lampu indikator menyala maka tekan penuh pada
tombol ekspose sampai lampu indikator yang menyala mati.
4. Mematikan pesawat X-ray
a. Posisikan tube menempel pada meja pemeriksaan.
b. Turunkan kondisi kV, mA, dan sekon
1. Instalasi Radiologi
2. IPRS/Maintenance
UNIT TERKAIT
23/SOP/RAD/18 00
Ditetapkan Oleh
Tanggal terbit
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR dr Jacquelyn Anita E. Tasik
Direktur
35
OBJECT kV mA s FFD Grid
HEAD/SKULL
1. Cranium AP/Lat 65 200 0,071 90 Yes
2. Water’s (SPN) 70 200 0,071 90 Yes
3. OS Nasal 45 100 0,025 90 No
4. TMJ 65 200 0,071 90 Yes
5. Mandible 65 200 0,071 90 Yes
PROSEDUR 6. Mastiod 65 200 0,071 90 Yes
Lung
1. Chest X-Ray 55/65 100 0,10/0,12 180 Yes
2. Chest Lateral 70/75 100 0,16 180 Yes
3. Infant 48 200 0,04 100 No
4. Child 55 200 0,056 100 Yes
Collumna Vertebralis
1. Cervical 65 100 0,15 100 Grid
2. Thoracal 70 100 0,16 100 Grid
3. Lumbo Sacral 70/85 200 0,18 100 Grid
36
FAKTOR EKSPOSI PESAWAT TOSHIBA
23/SOP/RAD/18 00
Shoulder Girdle
1. Clavicula 50 100 0,08 100 No
2. Scapula 55/60 100 0,10 100 No
Pelvic Gridle
1. Pelvic 77 200 0,16 100 Yes
Abdominal
1. BNO/Plain Abd. 70/80 200 0,32 100 Yes
Up Extremity
1. Shoulder Joint 60 100 0,08 90 No
2. Humenus 55 100 0,08 90 No
3. Art. Cubiti 48 100 0,045 90 No
4. Antabrachi 48 100 0,045 90 No
5. Wrist Joint 45 100 0,032 90 No
6. Ossa Manus 43 100 0,03 90 No
Lower Extremity
1. Hip Joint 60 100 0,15 90 Yes
2. Femur 62 100 0,12 90 Yes
3. Knee Joint 53 100 0,05 90 No
4. Cruris 55 100 0,07 90 No
5. Ankle Joint 50 100 0,05 90 No
6. Calcaneus 50 100 0,05 90 No
7. Pedis 50 100 0,05 90 No
Instalasi Radiologi
UNIT TERKAIT
37
PENGOPERASIAN PESAWAT MOBILE UNIT SIEMENS
24/SOP/RAD/18 00
Ditetapkan Oleh
Tanggal terbit
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR dr Jacquelyn Anita E. Tasik
Direktur
Alat atau pesawat medik yang terpasang tidak tetap (mobile) yang
PENGERTIAN digunakan untuk melakukan diagnosa medis dengan memanfaatkan radiasi
sinar-X.
38
PENGOPERASIAN PESAWAT MOBILE UNIT SIEMENS
24/SOP/RAD/18 00
2. Proses Pengoperasian Pesawat
a. Atur posisi tube dan jarak antara tube dengan pasien, sesuai dengan
jenis pemeriksaan yang diinginkan.
b. Atur kondisi pemotretan (KV, mAs) sesuai dengan pemeriksaan dan
ketebalan objek yang diperiksa.
c. Tekan separuh tombol exposure selama 2,5-5s, lalu tekan sampai
penuh dan terdengar bunyi khas yang menandakan sinar X sudah
PROSEDUR dihasilkan.
39
FAKTOR EKSPOSI PESAWAT MOBILE UNIT SIEMENS
25/SOP/RAD/18 00
Ditetapkan Oleh
Tanggal terbit
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR dr Jacquelyn Anita E. Tasik
Direktur
40
FAKTOR EKSPOSI PESAWAT MOBILE UNIT SIEMENS
25/SOP/RAD/18 00
Instalasi Radiologi
UNIT TERKAIT
41
PEMELIHARAAN PESAWAT RONTGEN DIAGNOSTIK
26/SOP/RAD/18 00
Ditetapkan Oleh
Tanggal terbit
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR dr Jacquelyn Anita E. Tasik
Direktur
Instalasi Radiologi
UNIT TERKAIT
42
USG RADIOLOGI
27/SOP/RAD/18 00
Ditetapkan Oleh
Tanggal terbit
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR dr Jacquelyn Anita E. Tasik
Direktur
43
USG RADIOLOGI
27/SOP/RAD/18 00
b. USG payudara, thyroid, prostat, testis, hernia, scrotali
Tidak ada persiapan khusus.
c. USG Vaskular
Tidak ada persiapan khusus.
2. Pemakaian Alat
a. Memilih Transduser
Atur transduser yang akan dipakai sesuai pemeriksaan.
b. Nyalakan alat dan tunggu beberapa menit, agar alat stabil.
c. Meskipun pada transduser ada indikatornya, petugas radiologi tetap
perlu mengecek suara visual sisi transduser mana yang
menghasilkan gambar USG. Pengecekan dilakukan dengan cara
menempelkan satu jari tangan pada salah satu ujung transduser dan
PROSEDUR melihat apa yang tampak pada layar.
d. Masukan data pasien.
e. Oleskan jelly di permukaan kulit bagian tubuh pasien yang akan
diperiksa. Jelly digunakan sebagai media perantara sehingga tidak
ada udara antara transduser/probe dan permukaan kulit.
f. Lakukan skening dengan menempelkan transduser pada permukaan
tubuh yang hendak diperiksa.
g. Gambar yang diinginkan dapat di set/diberi keterangan sesuai
keterangan.
h. Cetak hasil.
i. Bersihkan transduser/probe setiap selesai pemeriksaan dengan
tissue kering.
j. Matikan alat jika sudah tidak digunakan, dengan menekan tombol
power off.
Instalasi Radiologi
UNIT TERKAIT
44
TEKNIK PEMERIKSAAN CRANIUM
28/SOP/RAD/18 00 1/1
Ditetapkan Oleh
Tanggal terbit
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR dr Jacquelyn Anita E. Tasik
Direktur
45
TEKNIK PEMERIKSAAN CRANIUM
28/SOP/RAD/18 00
b. Kriteria Gambaran
1) Seluruh kepala tampak pada proyeksi antero posterior, batas
atas Verteks, batas bawah Simphysis Menti, kedua sisi tidak
terpotong.
2) Kepala simetris : jarak batas Orbita dengan lingkar kepala
sama kiri dan kanan.
3) Tampak Sinus Frontalis, Sinus Maksilaris, Sinus Ethmoidalis,
dan Crista Galli.
4) Os Frontalis tampak jelas.
5) Marker R/L harus tervisualisasi.
4. Proyeksi Lateral
a. Teknik Pengambilan Gambar
1) Pasien erect atau tidur pada posisi semiprone di atas
meja pemeriksaan, dengan Mid Sagital Plane (MSP) tubuh tepat
pada Mid Line cassete.
PROSEDUR 2) Kepala diposisikan lateral, dengan menempatkan :
3) Mid Sagital Plane (MSP) kepala sejajar pada bidang film.
4) Infra Orbito Meatal Line (IOML) sejajar dengan bidang film.
5) Inter Pupillary Line (IPL) tegak lurus dengan bidang film.
6) Atur Central Ray tegak lurus bidang film tepat di pertengahan
film, dengan menyalakan lampu kolimator dan batasi luas
lapangan penyinaran sesuai dengan besarnya objek.
7) Atur Central Point tepat pada daerah 5 cm di
atas Meatus Acusticus Externa (MAE), dengan
memposisikan daerah tersebut tepat di pertengahan bidang film.
8) Jika sudah siap seluruhnya, lakukan eksposi dengan
faktor eksposi yang telah disesuaikan untuk pemotretan
kepala proyeksi lateral.
9) Pasien di instruksikan untuk tidak bergerak pada saat eksposi.
10) Selesai eksposi lanjutkan proses pencetakan film.
46
TEKNIK PEMERIKSAAN CRANIUM
28/SOP/RAD/18 00
b. Kriteria Gambaran
1) Seluruh Cranium lateral batas atas Vertex, batas belakang Os
Occipital, batas depan soft tissue hidung.
2) Sella Tursica tidak berotasi.
3) PCP & PCA , Dorsum Sellae.
4) Ramus Mandibula superposisi.
5) Mastoid superposisi.
6) Meatus Acusticus Externa (MAE) superposisi.
7) Marker R/L tervisualisasi.
b. Kriteria Gambaran
1) Keseluruhan Cranium dengan batas atas Vertex, batas bawah
Simphysis Menti, bagian samping kanan dan kiri kepala
tidak terpotong.
2) Tampak Sinus Frontalis, Sinus Maksilaris, Sinus Ethmoidalis.
3) Tampak Dorsum sellae, PCA, Crista Galli, lingkar Orbita.
4) Jarak batas lateral kepala simetris.
5) Marker R/L tervisualisasi.
47
Instalasi Radiologi
UNIT TERKAIT
29/SOP/RAD/18 00
Ditetapkan Oleh
Tanggal terbit
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR dr Jacquelyn Anita E. Tasik
Direktur
48
TEKNIK PEMERIKSAAN SINUS PARANASAL
29/SOP/RAD/ 00
1. Petugas menyiapkan diri dan alat sesuai dgn SOP sebelum melakukan
tindakan terhadap pasien.
49
5) Atur Central Ray horizontal tegak lurus bidang film tepat di
pertengahan film, dengan menyalakan lampu kolimator dan
batasi luas lapangan penyinaran sesuai dengan besarnya objek.
6) Atur Central Point tepat Parieto Occipital menembus
Acanthion.
7) Jika sudah siap seluruhnya, lakukan eksposi dengan faktor
eksposi yang telah disesuaikan untuk pemotretan Sinus
Paranasal proyeksi PA (water’s).
8) Pasien diinstruksikan untuk tidak bergerak pada saat eksposi.
9) Selesai eksposi lanjutkan proses pencetakan film.
b. Kriteria Gambaran
1) Tampak Sinus Maxillaris.
2) Tampak Fossa Nasalis.
3) Sinus Frontalis dan Sinus Ethmoidalis distorsi.
4) Jarak batas lateral Orbita dengan batas lateral kepala kiri dan
kanan sama simetris.
5) Petrus Ridge terproyeksi di bawah Maxillaris.
6) Batas kolimasi sesuai dengan besarnya objek.
7) Marker R / L tervisualisasi.
4. Proyeksi Lateral
a. Teknik Pengambilan Gambar
1) Pasien diminta untuk berdiri menghadap stand cassete,
posisikan oblique.
2) Kepala diposisikan lateral, dengan menempatkan :
3) Mid Sagital Plane (MSP) kepala sejajar pada bidang film.
4) Infra Orbita Meatal Line (IOML), sejajar dengan bidang film.
5) Inter Papillary Line (IPL) tegak lurus dengan bidang film.
6) Atur Central Ray horizontal tegak lurus bidang film tepat di
pertengahan film, dengan menyalakan lampu kolimator dan
batasi luas lapangan penyinaran sesuai dengan besarnya objek.
7) Atur Central Point 2,5 cm posterior dari Outer Chantus,
dengan memposisikan daerah tersebut tepat di pertengahan
bidang film.
8) Jika sudah siap seluruhnya, lakukan eksposi dengan faktor
eksposi yang telah disesuaikan untuk pemotretan Sinus
Paranasal proyeksi lateral.
9) Pasien diinstruksikan untuk tidak bergerak pada saat eksposi.
10) Selesai eksposi lanjutkan proses pencetakan film.
b. Kriteria Gambaran
1) Sinus Frontalis, Sinus Maxillaris, Sinus Sphenoidalis tercakup.
2) Sella Tursica terproyeksi tanpa rotasi.
3) Cekungan Orbita dan Ramus Mandibula superposisi.
4) Batas kolimasi sesuai dengan besar objek.
5) Marker R / L harus tervisualisasi.
50
TEKNIK PEMERIKSAAN SINUS PARANASAL
29/SOP/RAD/18 00
5. Proyeksi Postero Anterior (PA)/(Caldwell)
a. Teknik Pengambilan Gambar :
1) Pasien diminta untuk berdiri menghadap stand cassete dengan
Mid Sagital Plane (MSP) tubuh tepat pada Mid Line cassete.
2) Letakkan hidung dan dahi pasien menempel pada cassete.
3) Atur hidung dan dahi sehingga Mid Sagital Plane (MSP) tegak
lurus pada bidang film.
4) Atur Central Ray horizontal tegak lurus bidang film tepat di
pertengahan film, dengan menyalakan lampu kolimator dan
batasi luas lapangan penyinaran sesuai dengan besarnya objek.
5) Atur Central Point tepat Parieto Occipital menembus
Acanthion.
6) Jika sudah siap seluruhnya, lakukan eksposi dengan faktor
eksposi yang telah disesuaikan untuk pemotretan Sinus
Paranasal proyeksi PA (Caldwell).
PROSEDUR
7) Pasien diinstruksikan untuk tidak bergerak pada saat eksposi.
8) Selesai eksposi lanjutkan proses pencetakan film.
b. Kriteria Gambaran
1) Sinus Frontalis tampak jelas terproyeksi di atas
Sutura Frontonasal.
2) Sinus Ethmoidalis dan Sinus Sphenoidalis tampak jelas,
Ethmoidal Air Cells terproyeksi di atas Petrous Ridge.
3) Petrous Ridge kiri dan kanan simetris terproyeksi di
Quadrant ke 3.
4) Jarak batas lateral Orbita dengan batas lateral kepala kiri
dan kanan sama (simetris).
5) Batas kolimasi sesuai dengan besar objek.
6) Marker R / L harus tervisualisasi.
Instalasi Radiologi
UNIT TERKAIT
51
TEKNIK PEMERIKSAAN VERTEBRAE CERVICAL
30/SOP/RAD/18 00
Ditetapkan Oleh
Tanggal terbit
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR dr Jacquelyn Anita E. Tasik
Direktur
Vertebrae Cervical adalah bagian dari tulang belakang yang berada diposisi
PENGERTIAN
proximal dari Vertebrae Thoracal.
52
TEKNIK PEMERIKSAAN VERTEBRAE CERVICAL
30/SOP/RAD/18 00
b. Kriteria Gambaran
1) Area terlihat dari Cevical III sampai Thoracal II dan tampak soft
tissue di sekitarnya.
2) Bayangan Mandibula, Occiput superimposisi di atas Atlas dan
sebagian besar dari Axis.
3) Diskus Intervertebralis nya terbuka.
4) Jarak Prosesus Spinosus sama jauhnya dari kedua pedikel dan
berada pada pertengahan Corpus Cervical.
5) Jarak Angulus Mandibula dan Prosesus Mastoid sama jauhnya
dari Vertebrae.
6) Marker R / L harus tervisualisasi.
4. Proyeksi Lateral
a. Teknik Pengambilan Gambar
1) Atur pertengahan Mid Coronal Plane (MCP) tubuh tepat pada
Mid Line cassete.
2) Atur kedua tangan pasien dibelakang tubuh dan ditarik kebawah
agar kedua bahu dalam satu garis horizontal.
3) Ekstensikan dagu agar Ramus Mandibula dan tulang Cervical
tidak superimposisi.
4) Atur Central Ray horizontal tegak lurus bidang film, dengan
menyalakan lampu kolimator dan batasi luas lapangan
penyinaran sesuai dengan besarnya objek.
5) Atur Central Point pada Cervical ke-4 (Cartilage Tyroid).
6) Jika sudah siap seluruhnya, lakukan eksposi dengan faktor
eksposi yang telah disesuaikan untuk pemotretan Cervical
proyeksi lateral.
7) Pasien diinstruksikan untuk tidak bergerak pada saat eksposi.
8) Selesai eksposi lanjutkan proses pencetakan film.
b. Kriteria Gambaran
1) Ketujuh Cervical terlihat.
2) Leher ekstensi sehingga Ramus Mandibula tidak overlapping
dengan Atlas atau Axis.
3) Tidak ada rotasi atau tilting dari Cervical yang mencakup
terbukanya Zygapophysial Joint dan Diskus Intervertebralis.
4) Tampak bentuk Prosesus Spinosus.
5) Cervical IV berada di pertengahan cassete.
6) Terlihat tulang dan soft tissue secara detail.
7) Marker R / L harus tervisualisasi.
53
TEKNIK PEMERIKSAAN VERTEBRAE CERVICAL
No. Dokumen No. Revisi Halaman
30/SOP/RAD/18 00 3/3
5. Right Posterior Oblique (RPO) dan Left Posterior Oblique (LPO)
a. Teknik Pengambilan Gambar
1) Pasien diminta untuk berdiri membelakangi stand casete.
2) Atur tubuh pasien dalam posisi RPO atau LPO sehingga
membentuk sudut 45° terhadap stand casete.
3) Ekstensikan dagu pasien sehingga Mandibula tidak superimposisi
dengan Cervical.
4) Atur Central Ray 15° - 20° Cranial, dengan menyalakan lampu
kolimator dan batasi luas lapangan penyinaran sesuai dengan
besarnya objek.
5) Atur Central Point pada Cervical ke-4 (Cartilage Tyroid).
6) Jika sudah siap seluruhnya, lakukan eksposi dengan faktor
eksposi yang telah disesuaikan untuk pemotretan Cervical
proyeksi AP Axial Oblique (RPO dan LPO).
7) Pasien diinstruksikan untuk tidak bergerak pada saat eksposi.
8) Selesai eksposi lanjutkan proses pencetakan film.
b. Kriteria Gambaran
1) Terbukanya Intervertebral Foramina yang terjauh dari cassete,
dari Cervical II-III sampai Cervical VII-Thoracal I.
2) Terbukanya Diskus Intervertebralis.
3) Diekstensikannya dagu sehingga tidak overlaping Atlas dan Axis.
4) Tulang Occipital tidak overlapping dengan Axis.
5) Marker R / L harus tervisualisasi.
54
TEKNIK PEMERIKSAAN VERTEBRAE THORACAL
31/SOP/RAD/18 00
Ditetapkan Oleh
Tanggal terbit
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR dr Jacquelyn Anita E. Tasik
Direktur
Vertebrae Thoracal adalah bagian dari tulang belakang yang dibatasi oleh
PENGERTIAN Vertebrae Cervical di bagian proximal dan Vertebrae Lumbal di bagian
distal.
55
TEKNIK PEMERIKSAAN VERTEBRAE THORACAL
31/SOP/RAD/18 00
6) Atur Central Ray tegak lurus bidang film, dengan menyalakan
lampu kolimator dan batasi luas lapangan penyinaran sesuai
dengan besarnya objek.
7) Atur Central Point pada Vertebrae Thoracal ke 7 sekitar 3 - 4
inchi distal dari Jugular.
8) Gunakan selalu heel effect untuk menambah densitas yang
merata dengan posisi katoda mengarah ke kaki sehingga
persentase radiasi yang besar menembus sisi yang tebal.
9) Jika sudah siap seluruhnya, lakukan eksposi dengan faktor
eksposi yang telah disesuaikan untuk pemotretan Thoracal
proyeksi AP.
10) Pasien diinstruksikan untuk tidak bergerak pada saat eksposi.
11) Selesai eksposi lanjutkan proses pencetakan film.
b. Kriteria Gambaran
1) Tampak jelas ke 12 Vertebrae Thoracal.
2) Tampak adanya kolimasi (pembatasan luas lapangan
penyinaran) sesuai dengan objek yang diperiksa.
3) Processus Spinosus dalam satu garis pada Vertebrae.
4) Marker R / L harus tervisualisasi.
4. Proyeksi Lateral
a. Teknik Pengambilan Gambar
1) Pasien diposisikan true lateral ke arah yang di periksa, dengan
kepala di atas bantal tipis dan knee difleksikan.
2) Atur Mid Coronal Plane (MCP) tubuh tegak lurus dengan meja
pemeriksaan.
3) Atur kedua arm, taruh di belakang kepala.
4) Atur Central Ray tegak lurus bidang film, dengan menyalakan
lampu kolimator dan batasi luas lapangan penyinaran sesuai
dengan besarnya objek.
5) Atur Central Point pada Vertebrae Thoracal ke 7 sekitar 3 - 4
inchs distal dari Jugular.
6) Gunakan selalu heel effect untuk menambah densitas yang
merata dengan posisi katoda mengarah ke kaki sehingga
persentase radiasi yang besar menembus sisi yang tebal.
7) Jika sudah siap seluruhnya, lakukan eksposi dengan faktor
eksposi yang telah disesuaikan untuk pemotretan Thoracal
proyeksi lateral.
8) Pasien diinstruksikan untuk tidak bergerak pada saat eksposi.
9) Selesai eksposi lanjutkan proses pencetakan film.
56
TEKNIK PEMERIKSAAN VERTEBRAE THORACAL
31/SOP/RAD/18 00
b. Kriteria Gambaran
1) Tampak jelas gambaran Thoracal lateral yang menembus Ribs
dan paru-paru.
2) Tampak ke 12 Vertebrae Thoracal, karena bagian atas Vertebrae
PROSEDUR Thoracal biasanya tergambar kurang jelas maka film bisa di
geser ke bawah sehingga L 1 dan L 2 tergambar.
3) Tampak adanya kolimasi (pembatasan luas lapangan
penyinaran) sesuai dengan objek yang diperiksa.
4) Marker R / L harus tervisualisasi.
Instalasi Radiologi
UNIT TERKAIT
57
TEKNIK PEMERIKSAAN VERTEBRAE LUMBAL
32/SOP/RAD/18 00
Ditetapkan Oleh
Tanggal terbit
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR dr Jacquelyn Anita E. Tasik
Direktur
Vertebrae Lumbal adalah bagian dari tulang belakang yang dibatasi oleh
PENGERTIAN
Vertebrae Thoracal di bagian proximal dan Sacrum di bagian distal.
58
TEKNIK PEMERIKSAAN VERTEBRAE LUMBAL
32/SOP/RAD/18 00
6) Atur Central Ray tegak lurus bidang film, dengan menyalakan
lampu kolimator dan batasi luas lapangan penyinaran sesuai
dengan besarnya objek.
7) Atur Central Point diantara Lumbal 4 – 5 atau setinggi Crista
Illiaca.
8) Atur Central Point diantara Lumbal 4 – 5 atau setinggi Crista
Illiaca.
9) Batas atas processus xyphoideus dan batas bawah symphisis
pubis.
10) Jika sudah siap seluruhnya, lakukan eksposi dengan faktor
eksposi yang telah disesuaikan untuk pemotretan Lumbo-sacral
proyeksi AP.
11) Pasien diinstruksikan untuk tidak bergerak pada saat eksposi.
12) Selesai eksposi lanjutkan proses pencetakan film.
b. Kriteria Gambaran
1) Tampak Vertebrae Lumbal sampai Sacrum.
2) Processus Transversus kanan dan kiri berjarak sama.
3) Processus Spinosus dalam satu garis pada Vertebrae.
4) Tampak adanya kolimasi (pembatasan luas lapangan
penyinaran) sesuai dengan objek yang diperiksa.
5) Marker R / L harus tervisualisasi.
4. Proyeksi Lateral
a. Teknik Pengambilan Gambar
1) Pasien diposisikan true lateral ke arah yang di periksa, dengan
kepala di atas bantal tipis dan knee difleksikan.
2) Atur Mid Coronal Plane (MCP) tubuh tegak lurus dengan meja
pemeriksaan.
3) Atur kedua arm, taruh di belakang kepala.
4) Atur Central Ray vertikal tegak lurus bidang film, dengan
menyalakan lampu kolimator dan batasi luas lapangan
penyinaran sesuai dengan besarnya objek.
5) Atur Central Point di antara Lumbal 4 – 5 atau setinggi Crista
Illiaca.
6) Batas atas processus xyphoideus dan batas bawah symphisis
pubis.
7) Jika sudah siap seluruhnya, lakukan eksposi dengan faktor
eksposi yang telah disesuaikan untuk pemotretan Lumbosacral
proyeksi lateral.
8) Pasien diinstruksikan untuk tidak bergerak pada saat eksposi.
9) Selesai eksposi lanjutkan proses pencetakan film.
59
TEKNIK PEMERIKSAAN VERTEBRAE LUMBAL
32/SOP/RAD/18 00
b. Kriteria Gambaran
1) Tampak Foramen Intervertebralis Lumbal 1 – Lumbal 4.
2) Tampak Corpus Vertebrae.
3) Tampak Space Intervertebrae.
4) Tampak Processus Spinosus dan Lumbal 5 – Sacrum 1.
5) Tampak adanya kolimasi (pembatasan luas lapangan
penyinaran) sesuai dengan objek yang diperiksa.
6) Marker R / L harus tervisualisasi.
Instalasi Radiologi
UNIT TERKAIT
60
TEKNIK PEMERIKSAAN THORAX
34/SOP/RAD/18 00
Ditetapkan Oleh
Tanggal terbit
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR dr Jacquelyn Anita E. Tasik
Direktur
61
TEKNIK PEMERIKSAAN THORAX
01/SOP/RAD/18 00
8) Jika sudah siap seluruhnya, lakukan eksposi dengan faktor
eksposi yang telah disesuaikan untuk pemotretan Thorax
proyeksi PA.
9) Pasien diinstruksikan untuk tahan napas pada saat eksposi,
yang diambil pada waktu pasien dalam keadaan inspirasi
penuh.
10) Selesai eksposi lanjutkan proses pencetakan film.
b. Kriteria Gambaran
1) Foto mencakup keseluruhan Thorax, bagian atas: apeks paru
tidak terpotong, bagian bawah: kedua Sinus Costophrenicus
tidak terpotong.
2) Diafragma mencapai iga ke- 9 belakang.
3) Kedua Os Scapula terlempar ke arah lateral.
4) C.V. Thoracalis tampak s/d ruas keempat.
5) Tampak bayangan Bronchus.
6) Kedua Sterno Clavicular Joint tampak simetris kanan dan
kiri.
7) Tampak kolimasi untuk mengurangi radiasi hambur
terhadap pasien.
8) Marker R / L harus tervisualisasi.
PROSEDUR
4. Proyeksi Lateral
a. Teknik Pengambilan Gambar
1) Pasien erect pada posisi true lateral.
2) Buatlah proyeksi lateral kiri kecuali semua tanda dan gejala
klinis terdapat di sebelah kanan, maka dibuat proyeksi
lateral kanan.
3) Sesuaikan tinggi cassete sehingga bagian atas kaset kira-kira
1,5 inch di atas bahu.
4) Tangan diangkat lurus ke atas kemudian lipat siku dan
lengan di atas kepala.
5) Atur Mid Coronal Plane (MCP) tubuh tegak lurus dengan
Mid Line cassete.
6) Atur Central Ray horizontal tegak lurus bidang film, dengan
menyalakan lampu kolimator dan batasi luas lapangan
penyinaran sesuai dengan besarnya objek.
7) Atur Central Point kira-kira satu inchi ke depan dari Mid
Coronal Line (MCL) atau setinggi Columna Vertebrae
Thoracal VI.
8) Jika sudah siap seluruhnya, lakukan eksposi dengan faktor
eksposi yang telah disesuaikan untuk pemotretan Thorax
proyeksi lateral.
62
TEKNIK PEMERIKSAAN THORAX
01/SOP/RAD/18 00
9) Pasien diinstruksikan untuk tahan napas pada saat eksposi,
yang diambil pada waktu penderita dalam keadaan inspirasi
penuh.
10) Selesai eksposi lanjutkan proses pencetakan film.
b. Kriteria Gambaran
1) Tampak gambaranThorax proyeksi lateral.
2) Bagian anterior mencakup gambaran Sternum.Bagian
posterior mencakup Columna Vertebrae Thoracalis.
3) Batas atas apeks paru.Batas bawah Sinus Costophrenicus
dan paru posterior.
4) Gambaran Costae kiri dan kanan superposisi.
5) Tampak kolimasi untuk mengurangi radiasi hambur
terhadap pasien.
6) Marker R / L harus tervisualisasi.
63
TEKNIK PEMERIKSAAN THORAX
01/SOP/RAD/18 00
b. Kriteria gambaran
1) Kedua apex paru terproyeksi di bawah clavicular.
2) Clavicula terproyeksi horizontal dan kedua ujung medialnya
superposisi dengan iga satu atau iga dua.
3) Iga-iga tampak distorsi, iga-iga depan dan belakang tampak
PROSEDUR
superposisi.
4) Foto simetris
5) Tampak kolimasi untuk mengurangi radiasi hambur
terhadap pasien.
6) Marker R / L harus tervisualisasi.
Instalasi Radiologi
UNIT TERKAIT
64
TEKNIK PEMERIKSAAN ABDOMEN
01/SOP/RAD/18 00
Ditetapkan Oleh
Tanggal terbit
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR dr Jacquelyn Anita E. Tasik
Direktur
65
TEKNIK PEMERIKSAAN ABDOMEN
01/SOP/RAD/18 00
6) Jika sudah siap seluruhnya, lakukan eksposi dengan faktor
eksposi yang telah disesuaikan untuk pemotretan Abdomen
proyeksi AP.
7) Pasien diinstruksikan untuk tahan napas pada saat eksposi, yang
diambil pada waktu penderita dalam keadaan ekspirasi penuh.
8) Selesai eksposi lanjutkan proses pencetakan film.
b. Kriteria Gambaran
1) Foto mencakup keseluruhan Abdomen, dengan batas atas :
Processus Xyphoideus, dan batas bawah : Symphsis Pubis.
2) Tampak ukuran bayangan liver hati, ginjal, dan keadaan dalam
Abdomen.
3) Tulang rusuk dan Processus Spinosus, Columna Vertebrae pada
satu garis lurus.
4) Penderita tidak pada posisi rotasi, dapat dilihat dari letak
Processus Spinosus yang berada pada pertengahan Vertebrae
Lumbalis, kedua Spina Illiaca Anterior Superior (SIAS) terlihat
simetris, Os. Illiaca simetris.
5) Marker R / L harus tervisualisasi.
PROSEDUR
4. Proyeksi Antero Posterior (AP) Setengah Duduk
a. Teknik Pengambilan Gambar
1) Pasien berada pada posisi AP duduk, kondisi tubuh tegak
90° dengan posisi tangan disamping tubuh.
2) Perhatikan posisi paha, atur pada posisi abduksi,
sehingga soft tissue pada paha tidak menutupi seluruh
bagian Cavum Pelvis.
3) Pusatkan Mid Sagital plane (MSP) tubuh tepat pada Mid
Line cassete.
4) Atur Central Ray horizontal tegak lurus bidang film, dengan
menyalakan lampu kolimator dan batasi luas lapangan
penyinaran sesuai dengan besarnya objek.
5) Atur Central Point diantara Lumbal 4 – 5 atau setinggi
Crista Illiaca.Batas atas Processus Xyphoideus dan batas
bawah Symphisis Pubis.
6) Jika sudah siap seluruhnya, lakukan eksposi dengan faktor
eksposi yang telah disesuaikan untuk pemotretan Abdomen
proyeksi AP setengah duduk.
66
TEKNIK PEMERIKSAAN ABDOMEN
01/SOP/RAD/18 00
7) Pasien diinstruksikan untuk tahan napas pada saat eksposi,
yang diambil pada waktu penderita dalam keadaan ekspirasi
penuh.
8) Selesai eksposi lanjutkan proses pencetakan film.
b. Kriteria Gambaran
1) Foto mencakup keseluruhan Abdomen, dengan batas atas :
Processus Xyphoideus, dan batas bawah : Symphsis Pubis.
2) Tampak ukuran bayangan liver hati, ginjal, dan keadaan
dalam Abdomen.
3) Tulang rusuk dan Processus Spinosus, Columna Vertebrae
pada satu garis lurus.
4) Penderita tidak pada posisi rotasi, dapat dilihat dari letak
Processus Spinosus yang berada pada pertengahan Vertebrae
Lumbalis, kedua Spina Illiaca Anterior Superior (SIAS)
terlihat simetris, Os. Illiaca simetris.
5) Marker R / L harus tervisualisasi.
67
TEKNIK PEMERIKSAAN ABDOMEN
01/SOP/RAD/18 00
8) Pasien diinstruksikan untuk tahan napas pada saat
eksposi, yang diambil pada waktu penderita dalam
keadaan ekspirasi penuh.
9) Selesai eksposi lanjutkan proses pencetakan film.
b. Kriteria Gambaran
PROSEDUR 1) Foto mencakup keseluruhan Abdomen, dengan batas atas :
Processus Xyphoideus, dan batas bawah : Symphsis Pubis.
2) Tampak ukuran bayangan liver hati, ginjal, dan air fluid
level.
3) Tampak diafragma.
4) Tampak udara bebas pada Abdomen.
5) Marker R / L harus tervisualisasi.
Instalasi Radiologi
UNIT TERKAIT
68
TEKNIK PEMERIKSAAN SCAPULA
01/SOP/RAD/18 00
Ditetapkan Oleh
Tanggal terbit
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR dr Jacquelyn Anita E. Tasik
Direktur
69
TEKNIK PEMERIKSAAN SCAPULA
01/SOP/RAD/18 00
5) Jika sudah siap seluruhnya, lakukan eksposi dengan faktor
eksposi yang telah disesuaikan untuk pemotretan Scapula
proyeksi AP.
6) Pasien diinstruksikan untuk tidak bergerak pada saat
eksposi.Selesai eksposi lanjutkan proses pencetakan film.
b. Kriteria Gambaran
1) Bagian lateral dari Scapula harus bebas superposisi dari Costae.
2) Scapula terlihat horizontal dan tidak oblique.
3) Detail dari Scapula dapat dilihat pada bagian yang superposisi
dengan paru-paru dan Costae.
4) Processus Acromion harus masuk dalam foto.
5) Marker R / L harus tervisualisasi.
4. Proyeksi Lateral
a. Teknik Pengambilan Gambar
PROSEDUR 1) Pasien erect membelakangi arah sinar.
2) Siku pada sisi yang diperiksa dalam keadaan fleksi, lengan
sedikit abduksi dan diletakkan dibelakang tubuh dan tubuh
dirotasikan 60-70° sehingga sisi yang diperiksa dekat
dengan film dan bidang Scapula tegak lurus terhadap
cassete.
3) Atur Central Ray horizontal tegak lurus bidang film, dengan
menyalakan lampu kolimator dan batasi luas lapangan
penyinaran sesuai dengan besarnya objek.
4) Atur Central Point pada Mid Scapula menuju pertengahan
cassete.
5) Jika sudah siap seluruhnya, lakukan eksposi dengan faktor
eksposi yang telah disesuaikan untuk pemotretan Scapula
proyeksi lateral.
6) Pasien diinstruksikan untuk tidak bergerak pada saat
eksposi.
7) Selesai eksposi lanjutkan proses pencetakan film.
70
TEKNIK PEMERIKSAAN SCAPULA
01/SOP/RAD/18 00
b. Kriteria gambaran
1) Bagian Vertebrae pada daerah Axila terlihat superposisi.
2) Scapula terbebas dari superposisi dengan Humerus.
3) Proses Acromion dan Angulus Inferior harus masuk dalam
PROSEDUR
gambaran.
4) Bagian yang tebal dari lateral Scapula harus terlihat dengan
densitas yang jelas.
5) Marker R / L harus tervisualisasi.
Instalasi Radiologi
UNIT TERKAIT
71
TEKNIK PEMERIKSAAN CLAVICULA
01/SOP/RAD/18 00
Ditetapkan Oleh
Tanggal terbit
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR dr Jacquelyn Anita E. Tasik
Direktur
72
TEKNIK PEMERIKSAAN CLAVICULA
01/SOP/RAD/18 00
b. Kriteria Gambaran
1) Tampak gambaran radiografi Os Clavicula secara keseluruhan.
2) Tidak ada rotasi dalam gambaran Os Clavicula.
3) Tampak persendian antara Scapula dengan Humerus (Shoulder
Joint).
PROSEDUR
4) Tampak persendian antara Acromion dengan Os Clavicula
(Acromionclavicula Joint).
5) Tampak persendian antara Sternum dan Os Clavicula
(Sternoclavicular Joint).
6) Marker R / L harus tervisualisasi.
Instalasi Radiologi
UNIT TERKAIT
73
TEKNIK PEMERIKSAAN SHOULDER JOINT
01/SOP/RAD/18 00
Ditetapkan Oleh
Tanggal terbit
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR dr Jacquelyn Anita E. Tasik
Direktur
74
TEKNIK PEMERIKSAAN SHOULDER JOINT
01/SOP/RAD/18 00
6) Pasien diinstruksikan untuk tidak bergerak pada saat
eksposi.Selesai eksposi lanjutkan proses pencetakan film.
b. Kriteria Gambaran
1) Tampak gambaran Caput Humeri, bagian distal Humerus.
2) Tuberculum Mayor tergambar pada aspek lateral Humerus.
3) Scapulohumeral Joint tervisualisasi sedikit overlapping dari
Caput Humeri pada Cavitas Glenoidalis.
4) Marker R / L harus tervisualisasi.
4. Proyeksi Eksorotasi
a. Teknik Pengambilan Gambar
1) Posisikan pasien erect di depan bucky stand atau supine di atas
bucky table.
2) Eksorotasikan (diputar kearah luar) seluruh lengan pasien
sehingga Epicondylus sejajar dalam bidang cassete.
PROSEDUR 3) Atur Central Ray tegak lurus bidang film, dengan menyalakan
lampu kolimator dan batasi luas lapangan penyinaran sesuai
dengan besarnya objek.
4) Atur Central Point di antara Glenoid Fossa dan Caput Humerus
(ScapuloHumeral Joint).
5) Jika sudah siap seluruhnya, lakukan eksposi dengan faktor
eksposi yang telah disesuaikan untuk pemotretan Shoulder Joint
proyeksi Eksorotasi.
6) Pasien diinstruksikan untuk tidak bergerak pada saat eksposi.
7) Selesai eksposi lanjutkan proses pencetakan film.
b. Kriteria Gambaran
1) Tampak gambaran Caput Humeri, bagian distal Humerus.
2) Tuberculum Mayor tergambar pada aspek lateral Humerus.
3) Scapulohumeral Joint tervisualisasi sedikit overlapping dari
Caput Humeri pada Cavitas Glenoidalis.
4) Marker R / L harus tervisualisasi.
75
TEKNIK PEMERIKSAAN SHOULDER JOINT
01/SOP/RAD/18 00
5. Proyeksi Endorotasi
a. Teknik Pengambilan Gambar
1) Posisikan pasien erect di depan bucky stand atau supine di atas
bucky table.
2) Endorotasikan (diputar kearah dalam) seluruh lengan pasien
sehingga Epicondylus sejajar dalam bidang cassete.
3) Atur Central Ray tegak lurus bidang film, dengan menyalakan
lampu kolimator dan batasi luas lapangan penyinaran sesuai
dengan besarnya objek.
4) Atur Central Point diantara Glenoid Fossa dan Caput Humerus
(ScapuloHumeral Joint).
5) Jika sudah siap seluruhnya, lakukan eksposi dengan faktor
PROSEDUR eksposi yang telah disesuaikan untuk pemotretan Shoulder Joint
proyeksi Endorotasi.
6) Pasien diinstruksikan untuk tidak bergerak pada saat eksposi.
7) Selesai eksposi lanjutkan proses pencetakan film.
b. Kriteria Gambaran
1) Tuberculum Minor tampak pada gambaran dan pada ujung
medial.
2) Garis luar dari Tuberculum Mayor superposisi dengan
Caput Humeri.
3) Humerus yang overlapping dengan Cavitas Glenoidalis
lebih besar daripada pada posisi eksorotasi dan netral rotasi.
4) Marker R / L harus tervisualisasi.
Instalasi Radiologi
UNIT TERKAIT
76
TEKNIK PEMERIKSAAN HUMERUS
01/SOP/RAD/18 00
Ditetapkan Oleh
Tanggal terbit
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR dr Jacquelyn Anita E. Tasik
Direktur
77
TEKNIK PEMERIKSAAN HUMERUS
01/SOP/RAD/18 00
b. Kriteria Gambaran
1) Elbow dan Shoulder Joint masuk kedalam lapangan penyinaran.
2) Humerus dalam posisi true AP: Epicondylus terlihat maksimal
dan tidak mengalami rotasi.
3) Tuberositas Mayor dan Minor terlihat jelas.
4) Tuberositas Minor terletak diantara Caput Humerus dan
Tuberositas Mayor.
5) Marker R / L harus tervisualisasi.
4. Proyeksi Lateral
a. Teknik Pengambilan Gambar
1) Posisikan pasien erect di depan bucky stand atau supine di atas
bucky table.
2) Humerus diatur lurus sejajar dengan Mid Line cassete dalam
posisi endorotasi.
PROSEDUR 3) Atur Central Ray tegak lurus bidang film, dengan menyalakan
lampu kolimator dan batasi luas lapangan penyinaran sesuai
dengan besarnya objek.
4) Atur Central Point pada pertengahan Humerus.
5) Jika sudah siap seluruhnya, lakukan eksposi dengan faktor
eksposi yang telah disesuaikan untuk pemotretan Humerus
proyeksi lateral.
6) Pasien diinstruksikan untuk tidak bergerak pada saat eksposi.
7) Selesai eksposi lanjutkan proses pencetakan film.
b. Kriteria Gambaran
1) Elbow dan Shoulder Joint masuk kedalam lapangan penyinaran.
2) Humerus dalam posisi true lateral.
3) Epicondylus dan Tuberositas Mayor superposisi.
4) Tuberositas Minor terlihat jelas.
5) Marker R / L harus tervisualisasi.
Instalasi Radiologi
UNIT TERKAIT
78
TEKNIK PEMERIKSAAN ELBOW JOINT
01/SOP/RAD/18 00
Ditetapkan Oleh
Tanggal terbit
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR dr Jacquelyn Anita E. Tasik
Direktur
79
TEKNIK PEMERIKSAAN ELBOW JOINT
01/SOP/RAD/18 00
b. Kriteria Gambaran
1) Tampak Caput, Colum, dan Tuberositas Radial sedikit
superimposisi diatas proksimal Ulna.
2) Tampak gambaran Elbow Joint yang terbuka.
3) Tidak ada rotasi dari Epicondylus Humerus.
4) Tampak gambaran jaringan lunak dan Trabeculation tulang
yang jelas.
5) Tampak soft tissue dan Bony Trabeculatio.
6) Marker R / L harus tervisualisasi.
4. Proyeksi Lateral
a. Teknik Pengambilan Gambar
1) Posisikan pasien erect di depan bucky stand atau pasien duduk
pada kursi, di samping meja pemeriksaan.
2) Tekuk siku 90° kemudian tempatkan Humerus dan Antebrachi
kontak dengan bucky stand atau meja pemeriksaan.
3) Sesuaikan tangan dalam posisi lateral dan pastikanlah bahwa
Epicondyles Humerus tegak lurus terhadap bidang cassete, serta
PROSEDUR pusatkan pada Mid Line cassete.
4) Atur Central Ray tegak lurus bidang film, dengan menyalakan
lampu kolimator dan batasi luas lapangan penyinaran sesuai
dengan besarnya objek.
5) Atur Central Point pada pertengahan siku (Elbow Joint).
6) Jika sudah siap seluruhnya, lakukan eksposi dengan faktor
eksposi yang telah disesuaikan untuk pemotretan Elbow Joint
proyeksi lateral.
7) Pasien diinstruksikan untuk tidak bergerak pada saat eksposi.
8) Selesai eksposi lanjutkan proses pencetakan film.
b. Kriteria Gambaran
1) Tampak gambaran Elbow Joint yang terbuka.
2) Epicondylus Humerus saling superposisi.
3) Tampak Tuberositas Radial menghadap ke anterior dengan
Caput Radii sebagian superimposisi dengan Processus
Coronoideus.
4) Tampak gambaran Processus Olecranon.
5) Marker R / L harus tervisualisasi.
Instalasi Radiologi
UNIT TERKAIT
80
TEKNIK PEMERIKSAAN ANTEBRACHI
01/SOP/RAD/18 00
Ditetapkan Oleh
Tanggal terbit
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR dr Jacquelyn Anita E. Tasik
Direktur
81
TEKNIK PEMERIKSAAN ANTEBRACHI
01/SOP/RAD/18 00
b. Kriteria Gambaran
1) Tampak jelas bagian Wrist dan distal Humerus.
2) Tidak tampak elongasi atau foreshortening pada Epicondylus
Humeri.
3) Terbukanya Radioulnar Space.
4) Tampak sedikit overlapping pada Caput, Collum Radii dan
Tuberositas Ulnae.
5) Tidak tampak rotasi pada lengan pasien.
6) Marker R / L harus tervisualisasi.
4. Proyeksi Lateral
a. Teknik Pengambilan Gambar
1) Posisikan pasien erect di depan bucky stand atau supine di atas
bucky table.
2) Antebrachi diatur lurus sejajar dengan Mid Line cassete dalam
posisi endorotasi.
PROSEDUR
3) Atur Central Ray tegak lurus bidang film, dengan menyalakan
lampu kolimator dan batasi luas lapangan penyinaran sesuai
dengan besarnya objek.
4) Atur Central Point pada pertengahan Antebrachi.
5) Jika sudah siap seluruhnya, lakukan eksposi dengan faktor
eksposi yang telah disesuaikan untuk pemotretan Antebrachi
proyeksi lateral.
6) Pasien diinstruksikan untuk tidak bergerak pada saat eksposi.
7) Selesai eksposi lanjutkan proses pencetakan film.
b. Kriteria Gambaran
1) Tampak jelas bagian Elbow Joint dan Wrist Joint.
2) Tampak overlapping bagian distal dari Os Ulna dan Os Radius.
3) Tampak Tuberositas Radii menghadap ke arah anterior.
4) Tidak tampak rotasi pada lengan pasien.
5) Marker R / L harus tervisualisasi.
Instalasi Radiologi
UNIT TERKAIT
82
TEKNIK PEMERIKSAAN WRIST JOINT
01/SOP/RAD/18 00
Ditetapkan Oleh
Tanggal terbit
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR dr Jacquelyn Anita E. Tasik
Direktur
83
TEKNIK PEMERIKSAAN WRIST JOINT
01/SOP/RAD/18 00
6) Pasien diinstruksikan untuk tidak bergerak pada saat eksposi.
7) Selesai eksposi lanjutkan proses pencetakan film.
b. Kriteria Gambaran
1) Tidak ada rotasi.
2) Tampak dua pertiga proksimal dari Metacarpal, Ossa Carpalia,
dan sepertiga distal dari Os Ulna dan Os Radius.
3) Marker R/L harus tervisualisasi.
4. Proyeksi Lateral
a. Teknik Pengambilan Gambar
1) Posisikan pasien erect di depan bucky stand atau supine di atas
bucky table.
2) Wrist Joint diatur lurus sejajar dengan Mid Line cassete dalam
posisi endorotasi.
PROSEDUR 3) Atur Central Ray tegak lurus bidang film, dengan menyalakan
lampu kolimator dan batasi luas lapangan penyinaran sesuai
dengan besarnya objek.
4) Atur Central Point pada pertengahan Processus Styloideus
Radii.
5) Jika sudah siap seluruhnya, lakukan eksposi dengan faktor
eksposi yang telah disesuaikan untuk pemotretan Wrist Joint
proyeksi lateral.
6) Pasien diinstruksikan untuk tidak bergerak pada saat eksposi.
7) Selesai eksposi lanjutkan proses pencetakan film.
b. Kriteria Gambaran
1) Processus Styloideus Ulna dan Radii superposisi.
2) Tampak dua pertiga proksimal dari Metacarpal, Ossa Carpalia,
dan sepertiga distal dari Os Ulna dan Os Radius.
3) Marker R / L harus tervisualisasi.
Instalasi Radiologi
UNIT TERKAIT
84
TEKNIK PEMERIKSAAN MANUS
01/SOP/RAD/18 00
Ditetapkan Oleh
Tanggal terbit
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR dr Jacquelyn Anita E. Tasik
Direktur
85
TEKNIK PEMERIKSAAN MANUS
01/SOP/RAD/18 00
7) Pasien diinstruksikan untuk tidak bergerak pada saat eksposi.
8) Selesai eksposi lanjutkan proses pencetakan film.
b. Kriteria Gambaran
1) Tidak ada rotasi pada Manus ditandai dengan :
a) Lekuk pada Metacarpal dan Phalang sama pada kedua sisi.
b) Soft tissue pada kedua sisi phalang sama besar.
2) Metacarpo Phalangeal Joint dan Interphalangeal Joint
membuka, menandakan Manus diletakkan rata pada bidang
cassete.
3) Jari sedikit memisah ditandai dengan tidak adanya soft tissue
yang overlapping.
4) Terlihat anatomi distal Radius dan Ulna.
5) Tampak soft tissue dan Trabecula tulang.
6) Marker R / L harus tervisualisasi.
4. Proyeksi Lateral
a. Teknik Pengambilan Gambar
1) Pasien duduk disamping meja pemeriksaan atau menghadap
meja pemeriksaan.
PROSEDUR 2) Letakkan Antebrachi menempel dengan meja pemeriksaan dan
Manus pada posisi lateral dengan aspek Ulnaris di bawah.
3) Alternatif, tepat sisi Radial dari pergelangan tangan menempel
cassete. Namun, posisi ini lebih sulit bagi pasien.
4) Ekstensikan digiti pasien dan atur digiti pertama di sudut kanan
palmar, dan atur phalang digiti 2-5 superposisi.
5) Atur Central Ray vertikal tegak lurus bidang film, dengan
menyalakan lampu kolimator dan batasi luas lapangan
penyinaran sesuai dengan besarnya objek.
6) Atur Central Point Metacarpo Phalangeal Joint, digiti II.
7) Jika sudah siap seluruhnya, lakukan eksposi dengan faktor
eksposi yang telah disesuaikan untuk pemotretan Manus
proyeksi lateral.
8) Pasien diinstruksikan untuk tidak bergerak pada saat eksposi.
9) Selesai eksposi lanjutkan proses pencetakan film.
b. Kriteria Gambaran
1) Ossa Manus dalam posisi true lateral ditunjukan dengan :
a) Phalang superposisi kecuali ibu jari.
b) Superposisi Metacarpal.
c) Superposisi distal Radius dan Ulna.
86
TEKNIK PEMERIKSAAN MANUS
01/SOP/RAD/18 00
2) Ibu jari bebas dari gerakan dan superimposisi.
3) Terlihat anatomi distal Radius dan Ulna.
4) Setiap garis tepi tulang superimposisi bayangan dengan
Metacarpal lain.
5) Marker R / L harus tervisualisasi.
5. Proyeksi Oblique
a. Teknik Pengambilan Gambar
1) Pasien duduk disamping meja pemeriksaan atau menghadap
meja pemeriksaan.
2) Letakkan Antebrachi pada meja dengan tangan yang pronated
dan telapak tangan yang beristirahat pada cassete.
3) Atur tangan oblique sehingga Metacarpo Phalangeal Joint
membentuk suatu penjuru atau sudut kira-kira 45° seperti
sedang menggenggam bola kasti.
4) Atur Central Ray vertikal tegak lurus bidang film, dengan
menyalakan lampu kolimator dan batasi luas lapangan
penyinaran sesuai dengan besarnya objek.
PROSEDUR 5) Atur Central Point Metacarpo Phalangeal Joint, digiti III.
6) Jika sudah siap seluruhnya, lakukan eksposi dengan faktor
eksposi yang telah disesuaikan untuk pemotretan Manus
proyeksi Oblique.
7) Pasien diinstruksikan untuk tidak bergerak pada saat eksposi.
8) Selesai eksposi lanjutkan proses pencetakan film.
b. Kriteria Gambaran
1) Terjadi sedikit overlapping dari Metacarpal tiga dan empat
serta empat dan lima.
2) Sedikit overlapping base dan caput Metacarpal.
3) Metacarpal kedua dan ketiga memisah.
4) Interphalangeal Joint dan Metacarpo Phalangeal Joint
membuka.
5) Digiti sedikit terpisah dengan tidak overlapping atas
jaringan lunak.
6) Tampak semua anatomi distal Radius dan distal Ulna.
7) Tampak soft tissue dan Trabecula tulang.
8) Marker R / L harus tervisualisasi.
Instalasi Radiologi
UNIT TERKAIT
87
TEKNIK PEMERIKSAAN PELVIS
33/SOP/RAD/18 00
Ditetapkan Oleh
Tanggal terbit
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR dr Jacquelyn Anita E. Tasik
Direktur
88
TEKNIK PEMERIKSAAN PELVIS
01/SOP/RAD/18 00
b. Kriteria Gambaran
1) Tampak tulang Pelvis.
2) Tampak L 5, Sacrum, dan Cocygeus.
3) Tampak Caput Femur dan Trochanter Mayor.
4) Tampak adanya kolimasi (pembatasan luas lapangan
penyinaran) sesuai dengan objek yang diperiksa.
5) Marker R / L harus tervisualisasi.
4. Proyeksi Outlet
a. Teknik Pengambilan Gambar
1) Pasien tiduran supine di atas meja pemeriksaan, dengan tangan
di atas dada.
2) Pusatkan Mid Sagital plane (MSP) tubuh pada garis tengah
meja pemeriksaan.
3) Pastikan Pelvis tidak berotasi, jarak kiri dan kanan harus sama
rata terhadap Spina Illiaca Anterior Superior (SIAS).
4) Central Ray 20 – 35° untuk laki-laki, dan 30 - 45° untuk wanita
kearah cephalad. (Perbedaan sudut ini oleh karena perbedaan
ketajaman antara pelvis laki – laki dan perempuan). Dengan
menyalakan lampu kolimator dan batasi luas lapangan
penyinaran sesuai dengan besarnya objek.
5) Atur Central Point tepat di tengah garis yang menghubungkan
PROSEDUR kedua Spina Illiaca Anterior Superior (SIAS).
6) Jika sudah siap seluruhnya, lakukan eksposi dengan faktor
eksposi yang telah disesuaikan untuk pemotretan Pelvis
proyeksi Outlet.
7) Pasien diinstruksikan untuk tidak bergerak pada saat eksposi.
8) Selesai eksposi lanjutkan proses pencetakan film.
b. Kriteria Gambaran
1) Tampak Superior dan Inferior ramus pubis , body pubis, ramus
ischium.
2) Tidak terjadi pergerakan objek, ditandai dengan ketajaman dari
trabecula dan tepi tulang dari pubis dan tulang ischial.
3) Marker R / L harus tervisualisasi.
5. Proyeksi Inlet
a. Teknik Pengambilan Gambar
1) Pasien tiduran supine di atas meja pemeriksaan, dengan tangan
di atas dada.
2) Pusatkan Mid Sagital plane (MSP) tubuh pada garis tengah
meja pemeriksaan.
3) Pastikan Pelvis tidak berotasi, jarak kiri dan kanan harus sama
rata terhadap Spina Illiaca Anterior Superior (SIAS).
4) Pasien tiduran supine di atas meja pemeriksaan, dengan tangan
di atas dada.
89
TEKNIK PEMERIKSAAN PELVIS
01/SOP/RAD/18 00
5) Central Ray 40° kearah caudad, dengan menyalakan lampu
kolimator dan batasi luas lapangan penyinaran sesuai dengan
besarnya objek.
6) Atur Central Point tepat di tengah garis yang menghubungkan
kedua Spina Illiaca Anterior Superior (SIAS).
7) Jika sudah siap seluruhnya, lakukan eksposi dengan faktor
eksposi yang telah disesuaikan untuk pemotretan Pelvis
PROSEDUR proyeksi Inlet.
8) Pasien diinstruksikan untuk tidak bergerak pada saat eksposi.
9) Selesai eksposi lanjutkan proses pencetakan film.
b. Kriteria Gambaran
1) Tampak lingkaran Pelvis.
2) Tampak Sekitar pelvis inlet.
3) Marker R / L harus tervisualisasi.
Instalasi Radiologi
UNIT TERKAIT
90
TEKNIK PEMERIKSAAN HIP JOINT
01/SOP/RAD/18 00
Ditetapkan Oleh
Tanggal terbit
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR dr Jacquelyn Anita E. Tasik
Direktur
91
TEKNIK PEMERIKSAAN HIP JOINT
01/SOP/RAD/18 00
b. Kriteria Gambaran
1) Tampak Tulang Pubis dan Ischi superposisi diatas sacrum dan
coccygeus.
2) Kedua Foramen obturatum harus simetris.
3) Tampak 1/3 proximal femur.
4) Marker R / L harus tervisualisasi.
4. Proyeksi Lateral
a. Teknik Pengambilan Gambar
1) Pasien tiduran supine di atas meja pemeriksaan, dengan tubuh
dan lengan diatur senyaman mungkin, dengan tidak
mengganggu area yang akan di foto.
2) Hip Joint yang akan diperiksa dirotasikan true lateral sesuai
dengan bagian mana yang terasa sakit, dengan lutut sedikit
fleksi.
3) Atur Central Ray vertikal tegak lurus bidang film, dengan
PROSEDUR
menyalakan lampu kolimator dan batasi luas lapangan
penyinaran sesuai dengan besarnya objek.
4) Atur Central Point tepat di Spina Illiaca Anterior Superior
(SIAS).
5) Jika sudah siap seluruhnya, lakukan eksposi dengan faktor
eksposi yang telah disesuaikan untuk pemotretan Hip Joint
proyeksi lateral.
6) Pasien diinstruksikan untuk tidak bergerak pada saat eksposi.
7) Selesai eksposi lanjutkan proses pencetakan film.
b. Kriteria Gambaran
1) Tampak Acetabulum dan head femoral.
2) Femoral Neck superposisi dengan trochanter mayor.
3) Tampak 1/3 proximal femur.
4) Marker R / L harus tervisualisasi.
Instalasi Radiologi
UNIT TERKAIT
92
TEKNIK PEMERIKSAAN FEMUR
01/SOP/RAD/18 00
Ditetapkan Oleh
Tanggal terbit
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR dr Jacquelyn Anita E. Tasik
Direktur
93
TEKNIK PEMERIKSAAN FEMUR
01/SOP/RAD/18 00
b. Kriteria Gambaran
1) Tampak gambaran Os Femur secara keseluruhan, dengan batas
atas Hip Joint dan batas bawah Knee Joint.
2) Pada umumnya kontras antara jaringan dan tulang pada bagian
proksimal dan distal berbeda, oleh karena ketebalan antara ke
dua bagian tersebut tidak sama.
3) Marker R / L harus tervisualisasi.
4. Proyeksi Lateral
a. Teknik Pengambilan Gambar
1) Pasien tiduran supine di atas meja pemeriksaan, dengan tubuh
dan lengan diatur senyaman mungkin, dengan tidak
mengganggu area yang akan di foto.
2) Femur yang akan diperiksa dirotasikan true lateral sesuai
dengan bagian mana yang terasa sakit, dengan lutut sedikit
fleksi.
PROSEDUR 3) Atur Central Ray vertikal tegak lurus bidang film, dengan
menyalakan lampu kolimator dan batasi luas lapangan
penyinaran sesuai dengan besarnya objek.
4) Atur Central Point pada pertengahan Os Femur.
5) Jika sudah siap seluruhnya, lakukan eksposi dengan faktor
eksposi yang telah disesuaikan untuk pemotretan Femur
proyeksi lateral.
6) Pasien diinstruksikan untuk tidak bergerak pada saat eksposi.
7) Selesai eksposi lanjutkan proses pencetakan film.
b. Kriteria Gambaran
1) Tampak gambaran Os Femur secara keseluruhan, dengan batas
atas Hip Joint dan batas bawah Knee Joint.
2) Pada umumnya kontras antara jaringan dan tulang pada bagian
proksimal dan distal berbeda, oleh karena ketebalan antara
kedua bagian tersebut tidak sama.
3) Marker R / L harus tervisualisasi.
Instalasi Radiologi
UNIT TERKAIT
94
TEKNIK PEMERIKSAAN KNEE JOINT (GENU)
01/SOP/RAD/18 00
Ditetapkan Oleh
Tanggal terbit
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR dr Jacquelyn Anita E. Tasik
Direktur
95
1. Petugas menyiapkan diri dan alat sesuai dgn SOP sebelum melakukan
tindakan terhadap pasien.
96
TEKNIK PEMERIKSAAN KNEE JOINT (GENU)
01/SOP/RAD/18 00
b. Kriteria Gambaran
1) Terbukanya persendian Femorotibial.
2) Tidak ada rotasi.
3) Tampak Patella terproyeksi pada pertengahan cassete.
4) Marker R / L harus tervisualisasi.
4. Proyeksi Lateral
a. Teknik Pengambilan Gambar
1) Pasien tiduran supine di atas meja pemeriksaan, dengan tubuh
dan lengan diatur senyaman mungkin, atau berdiri di depan
bucky stand.
2) Knee Joint yang akan diperiksa dirotasikan true lateral sesuai
dengan bagian mana yang terasa sakit, dengan sedikit fleksi.
3) Atur Central Ray vertikal tegak lurus bidang film, dengan
PROSEDUR menyalakan lampu kolimator dan batasi luas lapangan
penyinaran sesuai dengan besarnya objek.
4) Atur Central Point pada titik ½ inchi (1,3 cm) inferior dari
Apex Patella.
5) Jika sudah siap seluruhnya, lakukan eksposi dengan faktor
eksposi yang telah disesuaikan untuk pemotretan Knee Joint
proyeksi lateral.
6) Pasien diinstruksikan untuk tidak bergerak pada saat eksposi.
7) Selesai eksposi lanjutkan proses pencetakan film.
b. Kriteria Gambaran
1) Tampak Patella pada posisi true lateral.
2) Terbukanya Articulatio Patello Femoralis.
3) Caput Os Fibula dan Os Tibia tampak superposisi.
4) Marker R / L harus tervisualisasi.
Instalasi Radiologi
UNIT TERKAIT
97
TEKNIK PEMERIKSAAN CRURIS
01/SOP/RAD/18 00
Ditetapkan Oleh
Tanggal terbit
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR dr Jacquelyn Anita E. Tasik
Direktur
98
99
TEKNIK PEMERIKSAAN CRURIS
01/SOP/RAD/18 00
b. Kriteria Gambaran
1) Gambaran memperlihatkan kedua persendian dalam satu film
(batas atas Knee Joint dan batas bawah Angkle Joint).
2) Kedua persendian tidak mengalami rotasi (Knee Joint dan
Angkle Joint).
3) Articulatio Tibia dan Fibula tampak overlapping sedang.
4) Detail soft tissue baik.
5) Marker R / L harus tervisualisasi.
4. Proyeksi Lateral
a. Teknik Pengambilan Gambar
1) Pasien tiduran supine di atas meja pemeriksaan, dengan tubuh
dan lengan diatur senyaman mungkin.
2) Cruris yang akan diperiksa dirotasikan true lateral sesuai dengan
bagian mana yang terasa sakit, dengan lutut sedikit fleksi.
3) Atur Central Ray vertikal tegak lurus bidang film, dengan
PROSEDUR
menyalakan lampu kolimator dan batasi luas lapangan
penyinaran sesuai dengan besarnya objek.
4) Atur Central Point pada pertengahan Os Cruris
5) Jika sudah siap seluruhnya, lakukan eksposi dengan faktor
eksposi yang telah disesuaikan untuk pemotretan Cruris
proyeksi lateral.
6) Pasien diinstruksikan untuk tidak bergerak pada saat eksposi.
7) Selesai eksposi lanjutkan proses pencetakan film.
b. Kriteria Gambaran
1) Gambaran memperlihatkan kedua persendian dalam satu film
(batas atas Knee Joint dan batas bawah Angkle Joint).
2) Tampak Articulatio Tibia dan Fibula pada posisi lateral dan
sedikit overlapping.
3) Detail soft tissue baik.
4) Marker R / L harus tervisualisasi.
Instalasi Radiologi
UNIT TERKAIT
100
TEKNIK PEMERIKSAAN ANKLE JOINT
01/SOP/RAD/18 00
Ditetapkan Oleh
Tanggal terbit
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR dr Jacquelyn Anita E. Tasik
Direktur
101
TEKNIK PEMERIKSAAN ANKLE JOINT
01/SOP/RAD/18 00
b. Kriteria Gambaran
1) Tampak Ankle Joint pada proyeksi AP, tanpa mengalami rotasi.
2) Tampak kira-kira 1/3 distal dari Os Tibia dan Fibula.
3) Tampak Os Tibia bagian lateral overlapping dengan Os Fibula.
4) Pedis tidak begitu jelas terlihat, hanya Talus yang jelas terlihat.
5) Marker R / L harus tervisualisasi.
4. Proyeksi Lateral
a. Teknik Pengambilan Gambar
1) Pasien tiduran supine di atas meja pemeriksaan, dengan tubuh
dan lengan diatur senyaman mungkin.
2) Ankle Joint yang akan diperiksa dirotasikan true lateral sesuai
dengan bagian mana yang terasa sakit, dengan lutut sedikit
fleksi.
3) Atur Central Ray vertikal tegak lurus bidang film, dengan
menyalakan lampu kolimator dan batasi luas lapangan
PROSEDUR
penyinaran sesuai dengan besarnya objek.
4) Atur Central Point pada lateral Malleolus.
5) Jika sudah siap seluruhnya, lakukan eksposi dengan faktor
eksposi yang telah disesuaikan untuk pemotretan Ankle Joint
proyeksi lateral.
6) Pasien diinstruksikan untuk tidak bergerak pada saat eksposi.
7) Selesai eksposi lanjutkan proses pencetakan film.
b. Kriteria Gambaran
1) Tampak Ankle Joint pada proyeksi lateral.
2) Tampak Os Tibia dan Fibula overlapping pada bagian distalnya.
3) Tampak Calcaneus pada proyeksi lateral.
4) Tampak space antara Talus dengan Tibia dan Fibula (Talo-
Tibiafibular Joint).
5) Pedis tidak begitu jelas terlihat, hanya Talus yang jelas terlihat.
6) Marker R / L harus tervisualisasi.
Instalasi Radiologi
UNIT TERKAIT
102
TEKNIK PEMERIKSAAN CALCANEUS
01/SOP/RAD/18 00
Ditetapkan Oleh
Tanggal terbit
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR dr Jacquelyn Anita E. Tasik
Direktur
103
TEKNIK PEMERIKSAAN CALCANEUS
01/SOP/RAD/18 00
b. Kriteria Gambaran
1) Tampak gambaran axial Os Calcaneus terutama daerah
Tuberositas, Sustentaculum Tali dan Processus Trochlear.
2) Marker R / L harus tervisualisasi.
4. Proyeksi Lateral
a. Teknik Pengambilan Gambar
1) Pasien tiduran supine di atas meja pemeriksaan, dengan tubuh
dan lengan diatur senyaman mungkin.
2) Calcaneus yang akan diperiksa dirotasikan true lateral sesuai
dengan bagian mana yang terasa sakit, dengan lutut sedikit
fleksi.
3) Atur Central Ray vertikal tegak lurus bidang film, dengan
PROSEDUR
menyalakan lampu kolimator dan batasi luas lapangan
penyinaran sesuai dengan besarnya objek.
4) Atur Central Point pada 2,5 cm distal Malleolus Medialis.
5) Jika sudah siap seluruhnya, lakukan eksposi dengan faktor
eksposi yang telah disesuaikan untuk pemotretan Calcaneus
proyeksi lateral.
6) Pasien diinstruksikan untuk tidak bergerak pada saat eksposi.
7) Selesai eksposi lanjutkan proses pencetakan film.
b. Kriteria Gambaran
1) Tampak gambaran lateral Os Calcaneus.
2) Marker R / L harus tervisualisasi.
Instalasi Radiologi
UNIT TERKAIT
104
TEKNIK PEMERIKSAAN PEDIS
OPERASIONAL
PROSEDUR dr Jacquelyn Anita E. Tasik
Direktur
105
TEKNIK PEMERIKSAAN PEDIS
01/SOP/RAD/18 00
a. Kriteria Gambaran
Tampak gambaran AP dari Ossa Metatarsal, Ossa Phalanx, Ossa
Tarsal.Marker R / L harus tervisualisasi.
4. Proyeksi Lateral
a. Teknik Pengambilan Gambar
1) Pasien diposisikan supine di atas meja pemeriksaan.
2) Kedua lengan tangan diposisikan senyaman mungkin dengan
tidak mengganggu area yang akan difoto.
3) Pedis yang akan diperiksa dirotasikan true lateral sesuai dengan
bagian mana yang terasa sakit, (Pedis menempel rata pada
cassete).
4) Bagian kaki yang tidak diperiksa, difleksikan sehingga
menjauhi Pedis yang akan diperiksa.
PROSEDUR 5) Atur Central Ray vertikal tegak lurus bidang film, dengan
menyalakan lampu kolimator dan batasi luas lapangan
penyinaran sesuai dengan besarnya objek.
6) Atur Central Point Pada The base of Metatarsal III.
7) Jika sudah siap seluruhnya, lakukan eksposi dengan faktor
eksposi yang telah disesuaikan untuk pemotretan Pedis proyeksi
lateral.
8) Pasien diinstruksikan untuk tidak bergerak pada saat eksposi.
9) Selesai eksposi lanjutkan proses pencetakan film.
b. Kriteria Gambaran
1) Tampak gambaran lateral Os Pedis dan daerah distal Os Tibia
dan Fibula.
2) Marker R / L harus tervisualisasi.
106
TEKNIK PEMERIKSAAN PEDIS
01/SOP/RAD/18 00
5. Proyeksi Oblique
a. Teknik Pengambilan Gambar
1) Pasien diposisikan duduk atau supine di atas meja pemeriksaan,
lutut difleksikan dan telapak kaki menempel di atas cassete
horizontal. Cassete diatur sejajar dengan long axis.
2) Kaki diendorotasikan membentuk sudut 30º terhadap cassete
pada sisi medial.
3) Kedua lengan tangan diposisikan senyaman mungkin dengan
tidak mengganggu area yang akan di foto.
4) Atur Central Ray vertikal tegak lurus bidang film, dengan
menyalakan lampu kolimator dan batasi luas lapangan
PROSEDUR penyinaran sesuai dengan besarnya objek.
5) Atur Central Point Pada Metatarsal III.
6) Jika sudah siap seluruhnya, lakukan eksposi dengan faktor
eksposi yang telah disesuaikan untuk pemotretan Pedis proyeksi
Oblique.
7) Pasien diinstruksikan untuk tidak bergerak pada saat eksposi.
8) Selesai eksposi lanjutkan proses pencetakan film.
b. Kriteria Gambaran
1) Tampak gambaran AP dari Ossa Metatarsal, Ossa Phalanx,
Ossa Tarsal.
2) Marker R / L harus tervisualisasi.
107
TEKNIK PEMERIKSAAN KONTRAS BNO-IVP
01/SOP/RAD/18 00
Ditetapkan Oleh
Tanggal terbit
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR dr Jacquelyn Anita E. Tasik
Direktur
3. Foto Pendahuluan
a. Teknik Pengambilan Gambar
1) Pasien supine diatas meja pemeriksaan dengan kedua lengan
disamping tubuh pasien.
PROSEDUR 2) MSP tubuh tepat pada garis tengah meja pemeriksaan.
3) Batas atas processus xyphoideus, batas bawah tepi atas
symphysis pubis.
4) Central ray vertikal tegak lurus kaset.
5) Central point pada garis tengah tubuh pasien dengan garis yang
ditarik dari spina illiaca anterior superior kanan dan kiri kearah
anterior abdomen atau setinggi Vertebrae Lumbalis III.
6) Jika sudah siap seluruhnya, lakukan eksposi dengan faktor
eksposi yang telah disesuaikan untuk pemotretan Abdomen.
108
9) Jika sudah siap seluruhnya, lakukan eksposi dengan faktor eksposi yang telah
disesuaikan untuk pemotretan Pedis proyeksi Oblique.
10) Pasien diinstruksikan untuk tidak bergerak pada saat eksposi.
Selesai eksposi lanjutkan proses pencetakan film.
01/SOP/RAD/ 00
PROSEDUR
Instalasi Radiologi
UNIT TERKAIT
109