RUANG ICU
(INSENTIVE CARE UNIT)
TAHUN 2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Instalasi Rawat Intensif (IRI) / ICU adalah suatu bagian dari rumah sakit yang mandiri
(instalasi dibawah direktur pelayanan), dengan staf yang khusus dan perlengkapan yang
khusus yang ditujukan untuk observasi, perawatan dan terapi pasien-pasien yang menderita
penyakit, cedera atau penyulit-penyulit yang mengancam nyawa atau potensial mengancam
nyawa dengan prognosis dubia. IRI / ICU menyediakan kemampuan dan sarana, prasarana
serta peralatan khusus untuk menunjang fungsi-fungsi vital dengan menggunakan
ketrampilan staf medic, perawat dan staf lain yang berpengalaman dalam pengelolaan
keadaan-keaadaan tersebut.
Kematian pasien yang mengalami pembedahan terbanyak timbul pada saat pasca
bedah. Pada sekitar tahun 1860, Florence Nightingale mengusulkan anestesi sampai ke masa
pasca bedah. Dimulai sekitar tahun 1942, Mayo Clinic membuat suatu ruangan khusus
dimana pasien-pasien pasca bedah dikumpulkan dan diawasi sampai sadar dan stabil fungsi
vitalnya, serta bebas dari pengaruh sisa obat anestesi. Keberhasilan unit pulih sadar
merupakan awal dipandang perlunya untuk melanjutkan pelayanan serupa tidak pada masa
pulih sadar saja, namun juga pada masa pasca bedah.
Pada saat ini, IRI/ICU modern tidak terbatas menangani pasien pasca bedah atau
ventilasi mekanis saja, namun telah menjadi cabang ilmu sendiri yaitu intensive care
medicine. Ruang lingkup pelayanan meliputi dukungan fungsi organ-organ vital seperti
pernapasan, kardiosirkulasi, susunan saraf pusat, ginjal dan lain-lainya, baik pada pasien
dewasa ataupun pasien anak.
Rumah sakit sebagai penyedia pelayanan kesehatan mempunyai fungsi rujukan harus
dapat memberikan pelayanan IRI/ICU yang professional dan berkualitas. Dengan
mengedepankan keselamatan pasien. Pada instalasi rawat intensif (IRI/ICU), perawatan
untuk pasien dilaksanakan dengan melibatkan berbagai tenaga profesional yang terdiri dari
multidisiplin ilmu yang bekerja sama dalam tim. Pengembangan tim mulitidisplin yang kuat
sangat penting dalam meningkatkan keselamatan pasien. Selain dukungan itu sarana,
prasarana serta peralatan juga diperlukan dalam rangka meningkatkan pelayanan IRI/ICU.
Oleh karena itu, mengingat diperlukanya tenaga khusus, terbatasnya sarana dan prasarana,
serta mahalnya peralatan, maka demi efisiensi, keberadaan IRI/ICU perlu dikonsentrasikan.
B. Tujuan Pedoman
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
Pelayanan di Instalasi Rawat Intensif rumah sakit meliputi penanganan kasus IRI / ICU ,
HCU dan penanganan kasus burn unit.
D. Batasan Operasoinal.
1. Pelayanan yang diberikan sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan yang diberikan
sesuai dengan standar pelayanan di ICU, yaitu meliputi dukungan fungsi- fungsi organ vital
seperti pernafasan, kardiovasikuler, susunan saraf pusat, ginjal dan lain-lainnya, baik pada
pasien dewasa maupun pasien anak. Pelayanan HCU diberikan kepada pasien dengan
kondisi kritis stabil yang membutuhkan pelayanan, pengobatan dan observasi secara ketat.
2. Pelayanan Burn Unit adalah pelayanan yang diberikan pada pasien dengan luka bakar yang
membutuhkan pelayanan dan pengobatan khusus sesuai grade dan luas luka bakar.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
a. Terdidik dan bersertifikat sebagai seorang spesialis anastesiologi melalui program pelatihan
dan pendidikan yang diakui oleh perhimpunan profesi yang terkait.
b. Menunjang kualitas pelayanan IRI / ICU dan menggunakan sumber daya IRI / ICU secara
efesien.
c. Mendarmabaktikan lebih dari 50% waktu profesinya dalam pelayanan IRI / ICU.
d. Bersedia berpartisipasi dalam suatu unit yang memberikan pelayanan 24 jam/hari, 7
hari/minggu.
e. Mampu melakukan prosedur critical care, antara lain :
1. Pengelolaan pasien
Mampu berperan sebagai pemimpin tim dalam memberikan pelayanan di IRI / ICU ,
menggabungkan dan melakukan titrasi pelayanan pada pasien penyakit kompleks atau
cedera termasuk gagal organ multi-sistem. Dalam mengelola pasien, dokter intensivis
dapat mengelola send IRI / ICU atau berkolaborasi dengan dokter lain. Seorang dokter
intensivis mampu mengelola pasien sakit kritis dalam kondisi seperti :
a) Hemodinamik tidak stabil
b) Gangguan atau gagal napas, dengan atau tanpa memerlukan tunjangan ventilasi
mekanis.
c) Gangguan neurologis akut termasuk mengatasi hipertensi intracranial
d) Gangguan atau gagal ginjal akut
e) Gangguan endokrin dan/ atau metabolic akut yang mengancam nyawa
f) Gangguan nutrisi yang memerlukan tunjangan nutrisi
2. Manajemen Unit.
Standar IRI /
No Jenis Kelengkapan Jumlah Yg Dimiliki
ICU primer
1 Ventilasi mekanik Sederhana 2
2 Alat hisap ada 2
3 Alat lain ada 2
Standar Alat Keperawatan Di Ruang IRI / ICU
Standar Linen Bidang Keperawatan Di Ruang IRI / ICU
Standar Alat Rumah Tangga Bidang Keperawatan
Standar Alat Pencatatan Dan Pelaporan Di Ruang IRI
—————————————————————————————————-
PRIORITAS 3
Pasien kritis kronik yang cenderung masuk tahap recovery, menjalani terapi untuk kasus
akutnya tetapi tidak memerlukan intubasi atau resusitasi jantung paru
o Keganasan dengan metastase komplikasi dengan infeksi, tamponade
jantung atau obstruksi jalan nafas
PRIORITAS 4
Pasien yang secara umum tidak perlu masuk ke IRI / ICU
o Tidak banyak keuntungannya di rawat di IRI / ICU .
Misal : bedah vaskuler perifer, hemodinamik stabil pada ketoasidosis diabetikum, gagal jantung
ringan
Pasien stase terminal dan irreversible
o Cardiogenic shock
o Complex arrhythmia
o Acute congestive heart failure with respiratory failure
o Hypertensi emergensi
o Unstable angina, dysrhytmia, hemodinamik instability, persistent chest
pain
o Cardiac arrest
o Cardiac tamponade or constriction with hemodynamic instability
o Dissecting aortic aneurysms
o Complete heart block
2. Pulmonary System
o Acute respiratory failure requ IRI / ICU ng ventilator support
o Pulmonary emboli with hemodynamic instability
o Patient inan intermediate care unit who are demonstrating respiratory
deterioration
o Massive hemoptysis
o Respiratory failure with imminent intubation
3. Neurologic Disorders
o Acute stroke with altered mental status
o Coma metabolic, toxic or antoxic
o Intracranial hemorrhage with potential for herniation
o Acute subarachnoid hemorrhage
o Meningitis with altered mental satatus or respiratory compromise
o Central nervous system or neuromuscular disorder with deteriorating pulmonary
function
o Status epilepticus
o Brain dead or potentially brain dead, managed while determining organ donation
status
o Vasospasm
o Severe head injury
4. Drug Ingestion and drug overdose
o Hemodinamically unstable drug ingestion
o Drug ingestion with significantlyaltered mental status with inadequate airway
protection
o Seizures following drug ingestion
5. Gastrointestinal Disorder
o Life threatening gastrointestinal bleeding
o Fulminant hepatic failure
o Severe pancreatitis
o Esophageal perforation
6. Endocrine
o Diabestic ketoacidosis complicated by hemodynamic instability, altered mental
status, respiratory insufficiency, or severe acidosis
o Thyroid storm. Mix oedem with hemodynamic instability
o Coma hyperosmolar state
o Hypo or hypernatremia with seizure
o Hypo or hyperkalemia with dysrhytmia or muscular weakness
o Hypo or hypermagnesemia with hemodynamic compromise or
dysrhytmias
o Hypophosphatemia with muscular weakness
7. Surgical
o Post operative patients requ IRI / ICU ng hemodynamic monitoring/ventilator
support or extensive nursing care
o
8. Miscellaneous
o Septic shock with hemodynamic instability
o Hemodinamic monitoring
o Environment injuries
o New/ experiment therapies with potensial complication
4.2.3. Kriteria Keluar
Prioritas pasien dipindahkan dari IRI / ICU berdasarkan pertimbangan medis oleh kepala IRI /
ICU dan tim yang merawat pasien.
Bila status fisik pasien sudah stabil dan tidak perlu monitoring ketat lebih lama
Bila status fisik telah menurun jauh tetapi tidak ada rencana intervensi aktif.
4.3. Persiapan Penerimaan Pasien.
4.3.1. Monitoring Pasien.
Monitoring dan evaluasi dilaksanakan secara berkesinambungan guna mewujudkan pelayanan
IRI / ICU yang aman dan mengutamakan keselamatan pasien.
Monitoring dan evaluasi dimaksud harus ditindaklanjuti untuk menentukan faktor-faktor yang
potensial berpengaruh agar dapat diupayakan penyelesaian yang efektif. Indikator pelayanan IRI
/ ICU yang digunakan adalah system skor prognosis dan keluaran dari IRI / ICU . Sistem skor
prognosis dibuat dalam 24 jam pasien masuk ke IRI / ICU . Contoh system skor prognosis
yang dapat digunakan adalah APACHE II, SOFA skor. Rerata nilai skoring prognosis dalam
periode tertentu dibandingkan dengan keluaran aktualnya. Pencapaian yang diharapkan adalah
angka mortalitas yang sama atau lebih rendah dari angka mortalitas terhadap rerata nilai scoring
prognosis.
4.4. Prosedur Medik (Terlampir Di SPO).
Pemasangan CVP
Intubasi dan perawatannya
Ekstubasi
Balance cairan
Penilaian kematian batang otak
Indikasi penggunaan dan penghentian ventilator mekanik
Penggunaan ventilator mekanik
4.5. Pengunaan Alat Medik (Terlampir Di SPO)
Syringe pump
Infusion pump
Suction
Defibrilator
4.6. Pencacatan Dan Pelaporan Kegiatan Pelayanan
Catatan IRI / ICU diverifikasi dan ditandatangani oleh dokter yang melakukan pelayanan di
IRI / ICU dan bertanggung jawab atas semua yang dicatat tersebut.
Pencatatan menggunakan status khusus IRI / ICU yang meliputi pencatatan lengkap terhadap
diagnosis yang menyebabkan dirawat di IRI / ICU , data tanda vital, pemantauan fungsi organ
khusus (jantung, paru, ginjal dan sebagainya) secara berkala, jenis dan jumlah asupan nutrisi dan
cairan, catatan pemberian obat serta jumlah cairan tubuh yang keluar dari pasien.
Pelaporan pelayanan IRI / ICU terd IRI / ICU dari jenis indikasi pasien masuk serta
jumlahnya, system skor prognosis, penggunaan alat bantu (ventilasi mekanis, hemodialisis,
dan sebagainya), lama rawat dan keluaran (hidup atau meninggal) dari IRI / ICU.
BAB V LOGISTIK
5.1. Pengadaan Operasional
5.2. Dll ….
4. Pasien jatuh : Target 100%.Tidak ada kejadian pasien jatuh di IRI / ICU .
—————————————————————————————
Cuci tangan
Cuci tangan dilakukan dibawah air mengalir dengan menggunakan sikat selama ± 5 menit, yaitu
dengan menyikat selruh telapak tangan maupun punggung tangan.
Hal ini dilakukan sebelum dan sesudah memeriksa
Memakai masker N95 atau minimal masker badan
Menggunakan pelindung wajah / kaca mata goggle (bila diperlukan)
Menggunakan apron / gaun pelindung
Menggunakan sarung tangan
Menggunakan pelindung kaki (sepatu boot)
Hepatitis B / C (sesuai prinsip pencegahan infeksi)
——————————————————————————————————
Judul Pemberi Pelayanan Intensif
Dimensi Mutu Keselamatan dan Efektifitas
Tujuan Kesiapan rumah sakit dalam menyediakan pelayanan intensif
Pemberi pelayanan intensif adalah dokter spesialis, dokter umum dan perawat yang
Definisi Operasional mempunyai kompetensi sesuai yang dipersyaratkan dalam persyaratan kelas rumah
sakit
Frekuensi
Pengumpulan Data Tiga bulan sekali
Periode Analisa Tiga bulan sekali
Numerator Jumlah tim yang tersedia
Denominator Tidak ada
Sumber data Unit Pelayanan Intensif
Standar Sesuai dengan ketentuan kelas rumah sakit
Penanggung jawab
Kepala Instalasi IRI / ICU
pengumpul data
Indikator mutu lainnya :
Ketersediaan Fasilitas Dan Peralatan Ruang IRI / ICU
Ketersediaan Fasilitas Dan Peralatan Ruang IRI / ICU
Ketersediaan Tempat Tidur Dengan Monitoring Dan Ventilator
Kepatuhan Terhadap Hand Hygiene
Kejadian Infeksi Nosokomial Di Ruang IRI / ICU
Rata-Rata Pasien Yang Kembali Ke Perawatan Intensif Dengan Kasus Yang Sama < 72
Jam
BAB IX – PENUTUP
Pedoman pelayanan IRI / ICU di rumah sakit ini diharapkan dapat menjadi panduan bagi seluruh
petugas pemberi layanan yang menyelenggarakan pelayanan pada pasien IRI / ICU .
Berdasarkan klasifikasi sumber daya,sarana, prasarana dan peralatan pelayanan IRI / ICU di
rumah sakit dapat dikategorikan sebagai IRI / ICU primer.
Oleh karena itu, rumah sakit diharapkan akan terus mengembangkan pelayanan sesuai dengan
ketentuan pedoman standar IRI / ICU sesuai dengan situasi dan kondisi yang kondusif bagi
setiap program pengembangan layanan IRI / ICU di rumah sakit .
Sedangkan untuk kelancaran setiap pelaksanaan pelayanan di IRI / ICU perlu adanya penjabaran
dari pedoman pelayanan dengan penyusunan prosedur tetap di unit layanan IRI / ICU sehingga
hambatan dalam menjalankan pelaksanaan pelayanan bisa diminimalkan.