PENDAHULUAN
Intensive Care Unit (ICU) merupakan suatu bagian dari Rumah Sakit yang memiliki kekhususan
tersendiri, dengan staf khusus dan perlengkapan khusus yang ditujukan untuk observasi, perawatan dan
terapi-terapi pasien yang menderita penyakit, cedera atau penyakit-penyakit yang mengancam jiwa atau
potensial mengancam jiwa dengan prognosis dubia yang diharapkan masih reversibel. ICU menyediakan
kemampuan dan sarana, prasarana serta peralatan khusus untuk menunjang fungsi alat vital dengan
menggunakan ketrampilan staf medik, perawat dengan staf lain yang berpengalaman dalam pengelolaan
Dasar pengelolaan pasien ICU adalah pendekatan multidisiplin dengan tenaga kesehatan dan beberap
a disiplin ilmu terkait yang dapat memberikan kontribusinya sesuai dengan bidang keahliannya dan
bekerja sama dalam tim, dengan dipimpin oleh seorang intensivist sebagai ketua tim. Selain itu, kegiatan
pelayanan pasien di ICU menggunakan pendekatan interprofesi, yaitu profesi medik, profesi perawat, dan
Pemberian pelayanan keperawatan intensif bertujuan untuk memberikan asuhan bagi pasien dengan
penyakit berat yang potensial reversible, memberikan asuhan bagi pasien yang perlu observasi ketat dengan
atau tanpa pengobatan yang tidak dapat diberikan di ruang perawatan umum memberikan pelayanan
kesehatan bagi pasien dengan potensial atau adanya kerusakan organ umumnya paru, mengurangi kesakitan
dan kematian yang dapat dihindari pada pasien-pasien dengan penyakit kritis. (Adam & Osbome, 1997)
Pencatatan kegiatan pelayanan pasien di ICU dibuat dan dibawah tanggung jawab dokter ICU.
Lingkup pencatatan terdiri dari diagnosis lengkap yang menyebabkan dirawat di ICU, tanda-tanda vital,
pemantauan fungsi organ khusus (jantung, paru, ginjal dan lain-lain) secara berkala, pemantauan nutrisi,
cairan, terapi, serta jumlah pengheluaran cairan tubuh pasien. Pemantauan dilakukan oleh perawat minimal
setiap satu jam atau sewaktu-waktu dalam kondisi khusus. Pemantauan yang terintegrasi tertuang dalam
lembar observasi dan implementasi harian Intensive Care Unit (ICU). (Aliana Dewi, 2014)
1.2 TUJUAN
Elizabeth Situbondo
BAB II
Kualifikasi tenaga kesehatan yang bekerja di ICU harus mempunyai pengetahuan yang memadai,
Seorang dokter intensivis adalah seorang dokter yang memenuhi standar kompetensi berikut :
1) Terdidik dan bersertifikat sebagai seorang spesialis anastesiologi melalui program pelatihan dan
2) Menunjang kualitas pelayanan ICU dan menggunakan sumber daya ICU secara efesien
3) Mengabdikan diri lebih dari 50% waktu profesinya dalam pelayanan ICU
4) Bersedia berpartisipasi dalam suatu unit yang memberikan pelayanan 24jam/hari, 7 hari/minggu
b. Memasang dan mempertahankan jalan napas termasuk intubasi trakeal, trakeostomi perkutan
c. Mengambil kateter intravaskuler untuk monitoring invasive maupun terapi invasif misalnya;
a. Pengelolaan pasien
menggabungkan dan melakukan titrasi pelayanan pada pasien penyakit kompleks atau cedera
termasuk gagal organ multi-sistem. Dalam mengelola pasien, dokter intensivis dapat
mengelola sendiri atau berkolaborasi dengan dokter lain. Seorang dokter intensivis mampu
ii. Gangguan atau gagal napas, dengan atau tanpa memerlukan tunjangan ventilasi
mekanis
b. Manajemen Unit.
diperlukan untuk memberi pelayanan ICU yang efisien, tepat waktu dan konsisten. Aktivitas-
iv. Berinteraksi seperlunya dengan bagian – bagian lain untuk menjamin kelancaran
pelayanan ICU
viii. Menguasai standar-standar untuk unit critical care. Ada dan bersedia untuk
Adapun karakteristik perawat, penepatan jumlah dan kualifikasi tenaga keperawatan serta
c. Mengintegrasikan kemampuan ilmiah dan ketrampilan khusus serta diikuti oleh nilai etik dan legal
i. Berfikir kritis
m. Inovatif
ICU harus memiliki jumlah perawat yang cukup dan sebagaian besar terlatih. Jumlah perawat di ICU
ditentukan berdasarkan jumlah tempat tidur dan ketersediaan ventilasi mekanik. Perbandingan perawat :
pasien 1:1, sedangkan perbandingan perawat : pasien yang tidak menggunakan ventilasi mekanik adalah
1:2.
Kelengkapan fasilitas dan peralatan di unit perawatan intensif merupakan faktor pendukung yang
sangat penting karena memudahkan untuk mengantisipasi keadaan yang mengancam kehidupan.
Kebutuhan fasilitas dan peralatan disesuaikan dengan klasifikasi pelayanan intensif yang diberikan.
Dibawah ini standar fasilitas dan sarana yang harus ada diruang ICU menurut Standar Pelayanan
Keperawatan di ICU Direktorat Keperawatan dan Keteknisian Medik, Direktorat Jendral Pelayanan
KLASIFIKASI ICU
JENIS / DESAIN
PRIMER SEKUNDER TERSIER
1 tempat cuci tangan 1 tempat cuci 1 tempat cuci tangan
Area pasien :
setiap 2 tempat tidur tangan setiap 2 setiap 2 tempat tidur
Unit terbuka 12 – 16 m²
tempat tidur
Unit tertutup 16 – 20 m² 1 tempat cuci tangan 1 tempat cuci 1 tempat cuci tangan
setiap 1 tempat tidur tangan setiap 1 setiap 1 tempat tidur
tempat tidur
Oulet oksigen 1 per tempat tidur 2 per tempat tidur 3 per tempat tidur
Stop kontak 2 per tempat tidur 10 per tempat tidur 16 per tempat tidur
Area kerja :
Suhu 23 – 25 C 23 – 25 C 23 – 25 C
Sebelum pasien masuk ke Ruang Intensif Care, pasien dan / atau keluarganya harus mendapatkan
penjelasan secara lengkap mengenai dasar pertimbangan mengapa pasien harus mendapat perawatan di ICU,
serta tindakan kedokteran yang mungkin selama pasien dirawat di ICU. Penjelasan tersebut diberikan oleh
kepala ICU atau dokter yang bertugas. Atas penjelasan tersebut pasien dan / atau keluarganya dapat
menerima / menyatakan persetujuan untuk dirawat di ICU. Persetujuan dinyatakan dengan menandatangani
Pada keadaan sarana dan prasarana ICU yang terbatas pada suatu Rumah Sakit, diperlukan
mekanisme untuk membuat prioritas apabila kebutuhan atau permintaan akan pelayanan ICU lebih tinggi
dari kemampuan pelayanan yang dapat diberikan. Kepala ICU bertanggung jawab atas kesesuaian indikasi
perawatan pasien di ICU. Bila kebutuhan pasien masuk ICU melebihi tempat tidur yang tersedia, kepala ICU
menetukan kondisi berdasarkan prioritas kondisi medik, pasien mana yang akan dirawat di ICU.
1) Prioritas 1 :
Pasien sakit kritis, tidak stabil yang memerlukan terapi intensif dan tertitrasi, seperti : dukungan /
bantuan ventilasi, alat penunjang fungsi organ / sistem yang lain, infus obat – obat vasoaktif / inotropik,
obat anti aritmia, serta pengobatan lain – lainnya secara kontinyu dan tertitrasi. Terapi pada golongan
2) Prioritas 2 :
Pasien yang memerlukan pelayanan pemantauan canggih di ICU, sebab sangat beresiko apabila tidak
mendapatkan terapi intensif segera. Terapi pada golongan pasien prioritas 2 tidak mempunyai batas,
3) Prioritas 3 :
Pasien sakit kritis, yang tidak stabil status kesehatan sebelumnya, yang disebabkan oleh penyakit yang
mendasarinya, atau penyakit akutnya, secara sendirian atau kombinasi. Kemungkinan sembuh dan atau
manfaat terapi di ICU pada golongan ini sangat kecil. Pengelolaan pada pasien golongan ini hanya untuk
mengatasi kegawatan akutnya saja, dan usaha terapi mungkin tidak sampai melakukan intubasi atau
Gol. Pengecualian :
Pasien – pasien yang masuk ICU dengan pertimbangan luar biasa, atas persetujuan Kepala ICU, dengan
catatan bahwa pasien – pasien golongan demikian sewaktu – waktu harus bisa dikeluarkan dari ICU,
agar fasilitas ICU yang terbatas tersebut dapat digunakan untuk prioritas 1, 2, dan 3. Pasien yang
demi ‘ perawatan yang aman’ saja. Ini tidak menyingkirkan pasien dengan perintah DNR ( Do Not
Resuscitate ). Sebenarnya pasien – pasien ini mungkin akan mendapat manfaat dari tunjangan
1) Prioritas 1 :
Jika kebutuhan untuk terapi intensif telah tidak ada lagi, atau bila terapi telah gagal dan prognosis jangka
pendek jelek dengan kemungkinan kesembuhan atau manfaat terapi intensif kontinyu kecil.
2) Prioritas 2 :
3) Prioritas 3 :
Jika kebutuhan untuk terapi intensif telah tidak ada lagi, tetapi mungkin dapat dikeluarkan lebih dini jika
Pencatatan kegiatan pelayanan pasien di ICU dibuat dan dibawah tanggung jawab dokter ICU.
Lingkup pencatatan terdiri dari diagnosis lengkap yang menyebabkan dirawat di ICU, tanda-tanda vital,
pemantauan fungsi organ khusus (jantung, paru, ginjal dan lain-lain) secara berkala, pemantauan nutrisi,
cairan, terapi, serta jumlah pengheluaran cairan tubuh pasien. Pemantauan dilakukan oleh perawat minimal
setiap satu jam atau sewaktu-waktu dalam kondisi khusus. Pemantauan yang terintegrasi tertuang dalam
1) Pemeriksaan tanda-tanda vital meliputi tekanan darah, frekuensi nadi, suhu, frekuensi nafas, dan saturasi
oksigen.
2) Pemeriksaan fisik meliputi sistem tubuh secara keseluruhan dengan format B1 (Breathing), B2 (Blood),
3) Balance cairan dilakukan setiap 3-6 jam, diperhitungkan intake dan output cairan.
4) Evaluasi tekanan vena central, dengan melakukan Fluid Chalenge Test (FTC)
5) Pemeriksaan Laboratorium meliputi :
b. Gula darah
c. Darah rutin
d. Serum Elektrolit
e. Ureum, Kreatinin
BAB III
PEMBAHASAN
Guna memaksimalkan sistem pencatatan lembar observasi dan implementasi harian ICU RS
Elizabeth Situbondo, berikut beberapa evaluasi meliputi kekurangan, item yang tidak diperlukan, ataupun
1) Belum terdapat petunjuk teknis terkait cara pengisian lembar observasi dan implementasi harian ICU
RS Elizabeth sehingga seringkali menimbulakan perbedaan persepsi dan teknik pencatatan oleh
2) Skala Resiko Jatuh Morse di flowchart tidak sesuai dengan formulir resiko jatuh di assessment awal
keperawatan.
3) Belum terdapat skala resiko jatuh humpty dumpty untuk pasien anak.
4) Pengelompokan item-item yang termasuk dalam intake (garis horizontal merah di bawah kolom
5) Belum terdapat tanda khusus yang membedakan kolom akhir shift guna memudahkan dalam
perhitungan balance cairan baik di kelompok intake ataupun kelompok item output
6) Belum ada kolom tanda tangan DPJP di kolom catatan permasalahan dan konsultasi guna verifikasi
terhadap advice via pelaporan sesuai dengan konsep Tulis, Baca, Konfirmasi.
1) Tidak perlu terdapat symbol Arteriline, ICP, dan T Rec pada monitoring hemodinamik
2) Tidak perlu terdapat monitoring ICP dan IBP pada monitoring hemodinamik
3) Tidak perlu terdapat kolom Cardiac Output dan CVP di kolom swanganz
4) Tidak perlu terdapat tulisan program nutrisi di bawah catatan program terapi
5) Tidak perlu terdapat garis didalam kolom-kolom cairan masuk infus/terapi drip
6) Tidak perlu ada kolom rincian kembali terkait input dan output cairan di kolom paling bawah
flowchart karena sudah tertuang di kolom observasi intake dan output di atas
3.3 Ketidaklengkapan
1) Hanya terdapat 3 tingkat kesadaran pada kolom pengkajian keperawatan sistem Brain
2) Pada kolom pengkajian keperawatan sistem breathing belum terdapat ceklist pola respirasi saat sakit
3) Pada kolom pengkajian keperawatan sistem bladder belum terdapat ceklist pola eliminasi uri saat
Guna memaksimalkan sistem pencatatan lembar observasi dan implementasi harian ICU RS
Elizabeth Situbondo, berikut beberapa opsi pemecahan masalah dan saran diantaranya terdapat beberapa
tambahan, penghapusan beberapa item, ataupun beberapa penambahan item yang belum lengkap.
4.1 Tambahan
1) Menyusun rancangan petunjuk teknis pengisian lembar observasi dan implementasi harian ICU RS
Elizabeth Situbondo yang disahkan oleh beberapa pihak terkait. (Terlampir)
2) Revisi skala resiko jatuh morse untuk dapat disesuaikan dengan formulir assesment resiko jatuh pada
4) Mengelompokkan kolom Intake dengan garis merah tebal yang termasuk pula didalamnya item
Resusitasi Cairan, Darah, Keseimbangan cairan (IVFD), Obat-obatan, NGT, maupun Oral
5) Memberikan tanda khusus garis tebal pada kolom di jam akhir shift untuk memudahkan perhitungan
balance cairan (kolom pukul 13.00 untuk dinas pagi, 20.00 untuk dinas sore, 06.00 untuk dinas
malam)
6) Menambahkan kolom tanda tangan DPJP di kolom catatan permasalahan dan konsultasi guna
verifikasi terhadap advice via pelaporan sesuai dengan formulir lembar konfirmasi
4.2 Penghapusan
6) Menghapus kolom rincian input dan output cairan di kolom paling bawah flowchart karena sudah
tertuang di kolom observasi intake dan output di atasPenghapusan tulisan program nutrisi di bawah
4.3 Kelengkapan
1) Menambahkan tingkat kesadaran pada kolom pengkajian keperawatan sistem Brain yang belum ada
2) Menambahkan ceklist pola respirasi saat sakit (Spontan/Alat bantu Ventilator) pada kolom
3) Menambahkan ceklist pola eliminasi uri saat sakit (Spontan/Alat bantu Kateter) pada kolom
KESIMPULAN
Intensive Care Unit (ICU) merupakan suatu bagian dari Rumah Sakit yang memiliki kekhususan
tersendiri, dengan staf khusus dan perlengkapan khusus yang ditujukan untuk observasi, perawatan dan
terapi-terapi pasien yang menderita penyakit, cedera atau penyakit-penyakit yang mengancam jiwa atau
potensial mengancam jiwa dengan prognosis dubia yang diharapkan masih reversibel. ICU menyediakan
kemampuan dan sarana, prasarana serta peralatan khusus untuk menunjang fungsi alat vital dengan
menggunakan keterampilan staf medik, perawat dengan staf lain yang berpengalaman dalam pengelolaan
keadaan-keadaan tersebut.
Pencatatan kegiatan pelayanan pasien di ICU dibuat dan dibawah tanggung jawab dokter ICU.
Lingkup pencatatan terdiri dari diagnosis lengkap yang menyebabkan dirawat di ICU, tanda-tanda vital,
pemantauan fungsi organ khusus (jantung, paru, ginjal dan lain-lain) secara berkala, pemantauan nutrisi,
cairan, terapi, serta jumlah pengheluaran cairan tubuh pasien. Pemantauan dilakukan oleh perawat minimal
setiap satu jam atau sewaktu-waktu dalam kondisi khusus. Pemantauan yang terintegrasi tertuang dalam
lembar observasi dan implementasi harian Intensive Care Unit (ICU). (Aliana Dewi, 2014)
Pemantauan secara umum meliputi pemeriksaan tanda-tanda vital meliputi tekanan darah, frekuensi
nadi, suhu, frekuensi nafas, dan saturasi oksigen, pemeriksaan fisik meliputi sistem tubuh secara keseluruhan
dengan format B1 (Breathing), B2 (Blood), B3 (Brain), B4 (Bladder), B5 (Bowel), B6 (Bone and Body
Surface), balance cairan dilakukan setiap 3-6 jam, diperhitungkan intake dan output cairan, evaluasi tekanan
vena central, dengan melakukan Fluid Chalenge Test (FTC), pemeriksaan laboratorium meliputi analisa gas
darah, gula darah, darah rutin, serum elektrolit, ureum, kreatinin, keton darah sesuai dengan indikasi, keton
urin sesuai dengan indikasi, hemostase lengkap sesuai dengan indikasi, sgot/sgpt sesuai dengan indikasi,