Anda di halaman 1dari 12

RESUME

KEPERAWATAN KRITIS

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Kritis

Dosen Pengampu : Ns. Ainnur Rahmanti,M.Kep

Disusun Oleh :

Cindy Dina Nuraeni

20101440120022

PROGRAM STUDI DIII KEPERWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KESDAM IV/DIPONEGORO

2022
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Keperawatan kritis dalah keahlian khusus didalam ilmu perawatan yang menghadapi
secara rinci dengan manusia yang bertanggungjawab atas masalah yang mengancam jiwa.
Perawat kritis adalah perawat profesional yang resmi yang bertanggungjawab untuk
memastikan pasien dengan sakit kritis dan keluarga-keluarga mereka menerima kepedulian
optimal (American Association of Critical – Care Nurses).

Pelayanan kritis atau kegawatdaruratan merupakan pelayanan keperawatan khusu,


karena pada pelayanan kritis atau kegawatdarurat dibutuhkan keterampilan klinis dan
pengetahuan khusus mengenai kegawatdaruratan yang meliputi segala rentang usia serta
mengelola situasi-situasi yang melibatkan penggunaan teknologi yang kompleks. Pelayanan
kritis merupakan kegiatan yang dilakukan dengan segera intuk memberikan pertolongan tepat
dan cepat untuk mencegah terjadinya kecacatan atau meninggal dunia.

Pelayanan intensif merupakan pelayanan keperawatan yang diberikan pada


pasiendalam kondisi kritis yang membutuhkan penanganan dan pemantauan intensif. Indikator
pelayanan intensif meliputi :

1. Ada SPO tentang pelayanan intensif


2. Ada struktur organisasi pelayanan keperawatan rawat intensif
3. Ada alur pasien masuk dan keluar di unit rawat intensif
4. Ada pedoman pelayanan keperawatan intensif
5. Ada kriteria rawat intensif maternal neonatal
6. Pasien menerima pelayanan intensif
7. Ada perawat kompetensi perawat klinikmaternitas III dengan sertifikasi pelatihan
perawat intensif,
8. Ada format persetujuan tindakan (informed consent)
9. Ada dokumentasi pasien yang dirawat di ruang intensif.

Jenis pelayanan keperawatan kritis atau gawat darurat yang menjadi tanggung jawab
pemberi pelayanan gawat darurat meliputi :
1. Menyelenggarakan pelayanan gawat darurat dengan tujuan menyelamatkan
kehidupan pasien
2. Menyelenggarakan pelayanan penyaringan untuk kasus-kasus yang membutuhkan
pelayanan rawat inap intensif
3. Menyelenggarakan pelayanan informasi medis darurat dalam bentuk menampung
serta menjawab semua pertanyaan anggota masyarakat yang ada hubungannya
dengan keadaan medis darurat
BAB II

ISI

A. Konsep Keperawatan Kritis

1) Definisi
Intensive Care Unit (ICU) adalah suatu bagian dari rumah sakit yang
mandiri dengan staf yang khusus dan perlengkapan yang khusus pula
yang ditujukan untuk observasi,perawatan dan terapi pasien-pasien yang
menderita penyakit,cidera atau penyulit-penyuit yang mengancam
nyawa atau potensial mengancam nyawa. Unit perawatan ini melibatkan
berbagai tenag profesionalyang terdiri dari multidisiplin ilmu yang
bekerja sama dalam tim.
2) Tujuan Pelayanan di ICU
Tujuan pelayanan keperawatan kritis/ intensif adalah menyelamatkan
nyawa, mencegah terjadinya kondisi memburuk dan komplikasi melalui
observasi dan monitoring yang ketat, disertai kemampuan
menginterpretasikan setiap data yang didapat dan melakukan tindak
lanjut, meningkatkan kualitas hidup pasien.dan mempertahankan
kehidupan, mengoptimalkan kemampuan fungsi organ tubuh
,pasien,mengurangi segala kematian dan kecacatan pasien kritis dan
mempercepat proses penyembuhan pasien.
3) Ruang Lingkup Pelayanan ICU
Association of critical carenurse norse (AACN) menyatakan
bahwa asuhan keperawatan kritis mencakup diagnosa dan
penatalaksanaan respon manusia terhadap penyakit yang aktual atau
potensial yang mengancam kehidupan (AACN,1989).
Lingkup praktek asuhan keperawatan didefinisikan dengan
interaksi perawat kritis, pasien dengan penyakit kritis, dan lingkungan
yang memberikan sumber-sumber adekuat untuk pemberian perawatan
titik pasien yang masuk ke lingkungan keperawatan kritis menerima
asuhan keperawatan intensif untuk berbagai masalah kesehatan titik
serangkaian gejala memiliki rentang dari pasien yang memerlukan
pemantauan yang sering dan membutuhkan sedikit intervensi sampai
pasien dengan kegagalan fungsi multi sistem yang memerlukan
intervensi yang mendukung fungsi hidup yang mendasar.
4) Klasifikasi ICU
1. Pelayanan ICU primer
Mampu memberikan pengelolaan resusitasi segera untuk pasien
sakit gawat,tunjangan kardio-respirasi jangka pendek,dan
mempunyai peran penting dalam pemantauan dan pencegahan
penyulit pada pasien medic dan bedah yang beresiko.
2. Pelayanan ICU Sekunder
Memberikan standar ICU yang tinggi, yang mendukung peran
rumah sakit yang lain yang telah digariskan, misalnya
kedokteran umum,bedah, pengelolaan trauma, bedah saraf,
bedah vaskuler dan lain lainnya.
3. Pelayanan ICU Tersier
Merupakan rujukan tertinggi untuk ICU, memberikan pelayanan
yang tertinggi trmasuk dukungan atau bantuan hidup multisistim
yang kompleks dalam jangka waktu yang tak terbatas.
5) Kualifikasi Dan Kompetensi Perawat ICU
Perawat ICU/kritis merupakan salah satu spesialisasi di bidang
keperawatan yang secara khusus menangani respon manusia terhadap
terhadap masalah yang mengancam kehidupan.
Kompetensi yang harus dicapai oleh seorang perawat kritis
sesuai Standar Operasional Prosedur yang dilakukan di ICU Menurut
Depkes RI(2006) : Advanced Life Support (ALS), interpretasi hasil foto
thorax, mempersiapkan pemberian terapi melalui syringe pimp dan
infuse pump,melakukan evaluasi post streptase dan memberikan
pendidikan kesehatan dalam pemberian strepstase.
6) Standar Minimum Pelayanan ICU
 Resusitasi jantung paru (BHD)
 Airway management
 Terapi oksigen: ventilator
 Monitoring EKG, Pulse Oximetri
 Pemeriksaan lab
 Terapi titrasi
 Teknik khusus sesuai pasien
7) Indikasi Pasien Keluar-Masuk ICU
1) Pasien prioritas 1 :
Kelompok ini merupakan pasien kritis, tidak stabil yang
memerlukan terapi intensif dan teritrasi seperti : dukungan
ventilasi, alat penunjang fungsi organ, infus, obat vasoaktif/
inotropik obat anti aritmia. Sebagai contoh pasien pasca bedah
kardiotoraksis, sepsis obat, gangguan keseimbangan asam basa
dan elektrolit yang mengancam nyawa.
2) Pasien prioritas 2 :
Golongan pasien ini memerlukan pelayanan pemantauan
canggih di ICU, sebab sangat beresiko bila tidak mendapatkan
terapi intensif segera. Misalnya pemantauan intensif
menggunakan pulmonnary arterial catheter.contoh pasien yang
mengalami penyakit dasar jantung-paru, gagal ginjal akut dan
berat atau pasien yang telah mengalami pendarahan mayor.
3) Pasien prioritas 3 :
Pasien kritis yang tidak stabil status kesehatan sebelumnya, yang
disebabkan penyakit yang mendasarinya atau penyakit akutnya.
Secara sendirian atau kombinasi. Kemungkinan sembuh atau
manfaat terapi di ICU pada golongan ini snagat kecil. Sebagai
contoh antara lain pasien dengan keganasan metastatik disertai
penyulit infeksi, pericardial tamponande, sumbatan jalan nafas.
4) Pengecualian :
Dengan pertmbangan luar biasa, dan atas persetujuan kepala
instansi rawat intensif, indikasi masuk pada beberapa golongan
pasien bisa dikecualikan dengan catatan bahwa pasien golongan
demikian sewaktu-waktu harus bisa dikeluarkan dari ICU agar
fasilitas terbatas dapat digunakan untuk pasien prioritas 1,2,3
sebagai contoh pasien yang memenuhi kriteria masuk tetapi
menolak terapi tunjangan hidup yang agresif dan hanya demi
perawatan yang aman saja, pasien dengan perintah “Do Not
Resuscitate”, pasien dalam keadaan vegetatif permanen, pasien
yang dipastikan mati batang otak namun hanya karena
kepentingan donor organ, maka pasien dapat dirawat di ICU
demi menunjang organ sebelum dilakukan pengambilan organ
untuk donasi.

B. Pemantauan Pasien Kritis

1) Pemantauan Fungsi Pernafasan


Intubasi endotrakheal adalah suatu prosedur yang seringkali
dilakukan di ruang ICU ataupun tempat emergency. Prosedur ini sering
dilakukan untuk memberikan pertolongan dalam membebaskan jalan
nafas pada klien yang tidak sadar atau kesulitan untuk bernafas spontan.
2) Pemantauan Fungsi Kardiovaskuler
Pemantauan hemodinamik dapat dilakukan secara tidak
langsung (non invasif) dan secara langsung (invasif). Pemantauan secara
tidak langsung (non invasif) dapat dilakukan melalui pemeriksaan
kesadaran,tekanan darah (metode palpasi, metode auskultasi, metode
flush, metode osilotonometri, metode pletismograf, metode tonometri
arteri, dan metode probe dopller), tekanan vena jugularis, capilarry refill
time, suhu tubuh, produksi urin, rekaman EKG, oksimeter nadi,
gambaran ekokardiografi, gelombang nadi,dopler esofagus, dan
perubahan biompedans elektrik dinding dada.
3) Pemantauan Fungsi Neurologis
Pemeriksaan neurologi pada pasien memerlukan observasi lebih teliti
dan pemberian stimulus yang adekuat.
4) Pemantauan Fungsi Ginjal,Gastrointestinal,Hepatic,Endokrin,Status
Nutrisi
Pemantauan gastrointestinal menghasilkan hormon (misalnya
gastrin, enterograstone, secretin, cholecytokinin). Yang penting
dalam proses pencernaan.
Pemantauan endokrin terdiri dari kelompok berbagai jaringan.
Kelenjar tubuh memiliki fungsi baik ekstrokin atau endokrin.

C. Tentang Terapi Oksigen (Ventilator)

1) Anatomi Fisiologi Pernafasan


Sistem pernafasan adalah sistem yang membawa oksigen melalui jalan
nafas kemudian ke alveoli, yang kemudian akan mengalami difusi atau
prtukaran gas (O2), dengan carbondioksida (CO2) kemudian dialirkan
ke darah untuk ditransportasikan. Sistem pernafasan atau respirasiterdiri
dari 2 bagian yaitu: saluran nafas bagian atas, udara yang masuk pada
bagian ini dihangatkan,disaringdan dilembabkan. Dan saluran nafas
bagian bawah (Paru), merupakan tempat pertukaran gas.

2) Syarat Syarat Terapi Oksigen


Dalam penggunaanya sebagai modalitas terapi, oksigen (O2) dikemas
dalam tabung bertekanan tinggi dalam bentuk gas, tidak berwarna, tidak
berbau, tidak berasa, dan tidak mudah terbakar. Oksigen (O2) sebagai
moodalitas terapi dilengkapi dengan beberapa aksesoris sehingga
pemberian oksigen (O2) dapat dilakukan dengan efektif, diantaranya
pengatur tekanan (regulator), sistem perpipaan oksigen (O2), sentral,
meter aliran, alat humidifikasi, alat terapi aerosol dan pipa, kanul,
kateter atau alat pemberian lainnya (Mangku G, Senapathi 2017)
3) Jenis Jenis Terapi Oksigen
a) Terapi oksigen jangka pendek
Merupakan terapi yang dibutuhkan pada pasien pasien dengan
keadaan hipoksemia akut, di antaranya pneumonia, penyakit
paru obstruktif kronis (PPOK) dengan eksaserbasi akut, asma
bronkial, gangguan kardiovaskuler dan emboli paru. Pada
keadaan tersebut, oksigen (O2) harus segera diberikan dengan
adekuat dimana pemberian oksigen (O2) yang tidak adekuat
akan menimbulkan terjadinya kecacatan tetap ataupun kematian.
b) Terapi oksigen jangka panjang
Awal pemberian terapi oksigen (O2) jangka panjang harus
dengan konsentrasi rendah (Fio2 24-28%) dan dapat
ditingkatkan bertahap berdasarkan hasil pemeriksaan analisa gas
darah dengan tujuan mengoreksi hipoksemia dan menghindari
penurunan Ph dibawah 7,26.
4) Pengertian Ventilator dan Mode Penatalaksanaan Pasien
Ventilator merupakan metode bantuan pernafasan yang
diberikan kepada pasien, yang tidak mampu mempertahankan ventilasi
dan oksigenasi yang spontan dan adekuat.
Ventilator adalah alat-alat yang didesain untuk memberikan dan
mengontrol aliran udara ke paru-paru pasien, yang sistem pernafasannya
terganggu dan biasanya digunakan di ruang ICU.
Secara keseluruhan, mode ventilator terbagi menjadi 2 bagian
yaitu mode bantuan sepenuhnya dan mode bantuan sebagian. Mode
bantuan penuh terdiri dari mode volume vontrol (VC) dan pressure
control (PC). Sedangkan mode bantuan sebagian terdiri dari SIMV(
Sincronous Intermitten Minute Volume), Pressure Support (PS), atau
gabungan volume dan tekanan SIMV-PS.

D. Pasien Pasien yang Mendapatkan Perawatan Di ICU


1) Exigent : pasien yang tergolong dalam keadaan gawat darurat 1 dan
memerlukan pertolongan segera. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah
pasien dengan obstruksi jalan nafas, filbrasi ventrikel, ventrikel takikardi
dan cardiac arrest.
2) Emergent : pasien yang disebut juga dengan gawat darurat dua yang
memerlukan pertolongan secepat mungkin dalam beberapa menit. Yang
termasuk dalam kelompok ini adalah miokard infark, aritmia yang tidak
stabil dan pneumothorax.
3) Urgent : yang termasuk kedalam gawat darurat 3 dimana waktu pertolongan
yang dilakukan lebih panjang dari gawat darurat 2 akan tetapi tetap
meemrlukan pertolongan ang cepat oleh karena dapat mengancam
kehidupan yang termasuk kedalam kelompok ini adalah esktrak herbal asma
perdarahan gastrointestinal dan keracunan.
4) Minor atau no urgent : pasien yang termasuk kedalam gawat darurat 4,
semua penyakit yang tergolong kedalam yang tidak mengancam kehidupan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Keperawatan kritis dalah keahlian khusus didalam ilmu perawatan yang
menghadapi secara rinci dengan manusia yang bertanggungjawab atas masalah yang
mengancam jiwa. Perawat kritis adalah perawat profesional yang resmi yang
bertanggungjawab untuk memastikan pasien dengan sakit kritis dan keluarga-keluarga
mereka menerima kepedulian optimal (American Association of Critical – Care
Nurses).
Pelayanan kritis atau kegawatdaruratan merupakan pelayanan keperawatan
khusu, karena pada pelayanan kritis atau kegawatdarurat dibutuhkan keterampilan
klinis dan pengetahuan khusus mengenai kegawatdaruratan yang meliputi segala
rentang usia serta mengelola situasi-situasi yang melibatkan penggunaan teknologi
yang kompleks. Pelayanan kritis merupakan kegiatan yang dilakukan dengan segera
intuk memberikan pertolongan tepat dan cepat untuk mencegah terjadinya kecacatan
atau meninggal dunia.

B. Saran
Diharapkan mampu mengetahui bagaimana pelayanan keperawatan kritis dan
konsep keperawatan kritis
DAFTAR PUSTAKA

Tahu, N. S. K., & Kep, M. (2022). PERAN PERAWAT INTENSIVE CARE


UNIT/KEPERAWATAN KRITIS. Keperawatan Kegawatdaruratan dan Keperawatan
Kritis, 267.

Buku mata ajar Keperawatan Kritis: Asuhan keperawatan yang etis, legal dan peka budaya
pada klien yang mengalami kritis dan mengancam kehidupan. (2021). (n.p.): Lembaga
Chakra Brahmana Lentera.

Keperawatan Kritis. (2022). (n.p.): Yayasan Kita Menulis.

Buku Ajar Keperawatan Kritis: Pendekatan Evidence Base Practice


Nursing. (n.d.). (n.p.): Lembaga Chakra Brahmana Lentera.

Agustina, A. N., Tavip Dwi Wahyuni, B., Pranata, L., Damayanti, D., Pangkey, B. C.,
Indrawati, I., ... & Ernawati, N. (2022). Anatomi Fisiologi. Yayasan Kita Menulis.

Maya, I. P. G. N. (2017). Terapi Oksigen (O2). Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, 2-


28.

Utami, R. S. (2017). Pengalaman Perawat dalam Proses Penyapihan Ventilator di Ruang ICU
RSUD dr Adyatma Semarang (Doctoral dissertation, Faculty of Medicine).

Melinda, L., & Faried, R. (2019). Analisis Praktik Klinik Keperawatan pada Pasien
Pnemothorax Terpasang Ventilator dengan Intervensi Inovasi Terapi Kombinasi Foot
Massage dan Lateral Position Terhadap Status Hemodinamik di Ruang Intensive Care
Unit (ICU) RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda Tahun 2019.

Nuraeni, A., Mirwanti, R., Sugiharto, F., Istiazahra, D., Sonandar, E. E., Komala, K., ... &
Pratiwi, W. (2022). Efikasi Pemantauan Hemodinamik Non-Invasif Pada Pasien Gagal
Jantung: Literature Review. Jurnal Keperawatan Muhammadiyah, 7(3).

SETIOPUTRO, B., A'LA, M. Z., & YUNANTO, R. A. Modul Praktikum: Keperawatan Kritis.

Aprilia, M., & Wreksoatmodjo, B. R. (2015). Pemeriksaan Neurologis pada Kesadaran


Menurun. Cermin Dunia Kedokteran, 42(10), 780-786.

Nugroho, S. A. (2021). Anataomi Fisiologi Sistem Endokrin.

Anda mungkin juga menyukai