Anda di halaman 1dari 32

Kondisi kritis merupakan suatu kondisi krusial yang memerlukan penyelesaian atau

jalan keluar dalam waktu yang terbatas. Pasien kritis adalah pasien dengan
disfungsi atau gagal pada satu atau lebih sistem tubuh, tergantung pada
penggunaan peralatan monitoring dan terapi. Pasien dalam kondisi gawat
membutuhkan pemantauan yang canggih dan terapi yang intensif. Suatu perawatan
intensif yang menggabungkan teknologi tinggi dengan keahlian khusus dalam
bidang keperawatan dan kedokteran gawat darurat dibutuhkan untuk merawat
pasien yang sedang kritis (Vicky, 2011).

Intensive Care Unit (ICU) adalah suatu bagian dari rumah sakit yang mandiri
(instalasi dibawah direktur pelayanan), dengan staf dan perlengkapan yang khusus
yang ditujukan untuk observasi, perawatan dan terapi pasien-pasien yang
menderita penyakit, cedera atau penyulit-penyulit yang potensial mengancam
nyawa. ICU menyediakan sarana-prasarana serta peralatan khusus untuk
menunjang fungsi-fungsi vital dengan menggunakan ketrampilan staf medik,
perawat, dan staf lain yang berpengalaman dalam pengelolaan keadaan-keadaan
tersebut (Kemenkes, 2011).

Intensive care mempunyai 2 fungsi utama, yaitu yang pertama untuk melakukan
perawatan pada pasien-pasien gawat darurat dan untuk mendukung organ vital
pada pasien-pasien yang akan menjalani operasi yang kompleks elektif atau
prosedur intervensi dan risiko tinggi untuk fungsi vital. Keperawatan kritis termasuk
salah satu spesialisasi di bidang keperawatan yang secara khusus menangani
respon manusia terhadap masalah yang mengancam hidup. Seorang perawat kritis
bertanggung jawab untuk menjamin pasien yang kritis di Intensive Care Unit (ICU)
beserta keluarganya mendapatkan pelayanan keperawatan yang optimal (Dossey,
2002).

Untuk dapat memberikan pelayanan prima maka ICU harus dikelola dengan baik.
Perawat yang bekerja di dalam Intensive Care Unit harus memiliki kemampuan
komunikasi dan kerjasama tim. Proses keperawatan kritis mengatasi klien yang
sedang dalam kondisi gawat tersebut. Oleh karena itu, diperlukan peran seorang
perawat yang dapat bertindak cepat dan tepat serta melaksanakan standar proses
keperawatan kritis.

RUMUSAN MASALAH

o Apa definisi dari ICU?

o Apa fungsi dan tujuan ICU?

o Apa indikasi pasien masuk dan keluar ICU?

o Bagaimana alur pasien masuk ICU?


o Bagaimana peran perawat kritis dalam pemenuhan kebutuhan dasar
pasien?

o Bagaimana cara komunikasi dan kerjasama tim dalam keperawatan


kritis?

o Bagaimana konsep holism dalam lingkup perawatan kritis yang serba


menggunakan teknologi canggih?

o Bagaimana model asuhan keperawatan kritis?

o Bagaimana proses keperawatan kritis?

TUJUAN

o Tujuan Umum

Mahasiswa dapat mengetahui konsep Intensive Care Unit (ICU) dan proses
keperawatan kritis di dalamnya

Tujuan Khusus

o Mahasiswa dapat mengetahui definisi Intensive Care Unit (ICU).

o Mahasiswa dapat mengetahui fungsi dan tujuan Intensive Care Unit


(ICU).

o Mahasiswa dapat mengetahui indikasi pasien masuk dan keluar ICU.

o Mahasiswa dapat mengetahui alur pasien masuk Intensive Care Unit


(ICU).

o Mahasiswa dapat mengetahui peran perawat kritis dalam pemenuhan


kebutuhan dasar pasien.

o Mahasiswa dapat mengetahui cara komunikasi dan kerjasama tim


dalam keperawatan kritis.

o Mahasiswa dapat mengetahui konsep holism dalam lingkup perawatan


kritis yang serba menggunakan teknologi canggih.

o Mahasiswa dapat mengetahui model asuhan keperawatan kritis.

o Mahasiswa dapat mengetahui proses keperawatan kritis.

BAB II
KONSEP INTENSIVE CARE UNIT (ICU)

DEFINISI ICU

ICU atau intensive care unit dimulai pertama kali pada tahun 1950-an. Kegawat
daruratan dalam keperawatan berkembang sejak tahun 1970-an. Sebagai contoh,
kegawatan di unit operasi kardiovaskuler, pediatric, dan unit neonates.
Keperawatan gawat darurat secara khusus berkonsentrasi pada respon manusia
pada masalah yang mengancam hidup seperti trauma atau operasi mayor.
Pencegahan terhadap masalah kesehatan merupakan hal penting dalam praktik
keperawatan gawat darurat. (Hartshorn et all, 1997).

Unit perawatan kritis atau ICU adalah merupakan unit perawatan khusus yang
membutuhkan keahlian dalam penyatuan informasi, membuat keputusan dan
dalam membuat prioritas, karena saat penyakit menyerang sistem tubuh, sistem
yang lain terlibat dalam upaya mengatasi adanya ketidakseimbangan. Esensi
asuhan keperawatan kritis tidak berdasarkan kepada lingkungan yang khusus
ataupun alat-alat, tetapi dalam proses pengambilan keputusan yang didasarkan
pada pemahaman yang sungguh-sungguh tentang fisiologik dan psikologik (Hudak
& Gallo, 2012).

Intensive Care Unit (ICU) adalah suatu bagian dari rumah sakit yang mandiri,
dengan staf yang khusus dan pelengkapan yang khusus yang ditujukan untuk
observasi, perawatan, dan terapi bagi yang menderita penyakit akut, cedera atau
penyulit yang mengancam nyawa atau potensial mengancam nyawa. ICU
menyediakan sarana dan prasarana serta peralatan khusus untuk menunjang fungsi
vital dengan menggunakan keterampilan staf dalam mengelola keadaan tersebut.
Saat ini di Indonesia, rumah sakit kelas C yang lebih tinggi sebagai penyedia
pelayanan kesehatan rujukan yang profesional dan berkualitas dengan
mengedepankan keselamatan pasien.

Adapun beberapa kriteria pasien yang memerlukan perawatan di ICU adalah:

1. Pasien berat, kritis, pasien tidak stabil yang memerlukan terapi intensif
seperti bantuan ventilator, pemberian obat vasoaktif melalui infus secara
terus menerus, contoh gagal nafas berat, syok septik.

2. Pasien yang memerlukan pemantauan intensif invasive atau non invasive


sehingga komplikasi berat dapat dihindari atau dikurangi, contoh paska
bedah besar dan luas, pasien dengan penyakit jantung, paru, ginjal, atau
lainnya.

3. Pasien yang memerlukan terapi intensif untuk mengatasi komplikasi akut,


sekalipun manfaat ICU sedikit, contoh pasien dengan tumor ganas metastasis
dengan komplikasi, tamponade jantung, sumbangan jalan nafas.

Sedangkan pasien yang tidak perlu masuk ICU adalah:


1. Pasien mati batang otak (dipastikan secara klinis dan laboratorium).

2. Pasien yang menolak terapi bantuan hidup.

3. Pasien secara medis tidak ada harapan dapat disembuhkan lagi, contoh
karsinoma stadium akhir, kerusakan susunan saraf pusat dengan keadaan
vegatatif.

FUNGSI DAN TUJUAN ICU

o Fungsi ICU

Dari segi fungsinya, ICU dapat dibagi menjadi :

1. ICU Medik

2. ICU trauma/bedah

3. ICU umum

4. ICU pediatrik

5. ICU neonatus

6. ICU respiratorik

Semua jenis ICU tersebut mempunyai tujuan yang sama, yaitu mengelola pasien
yang sakit kritis sampai yang terancam jiwanya. ICU di Indonesia umumnya
berbentuk ICU umum, dengan pemisahan untuk CCU (Jantung), Unit dialisis dan
neonatal ICU. Alasan utama untuk hal ini adalah segi ekonomis dan operasional
dengan menghindari duplikasi peralatan dan pelayanan dibandingkan pemisahan
antara ICU Medik dan Bedah.

Tujuan ICU

Berikut adalah tujuan ICU :

1. Menyelamatkan kehidupan

2. Mencegah terjadinya kondisi memburuk dan komplikasi melalui observasi dan


monitaring evaluasi yang ketat disertai kemampuan menginterpretasikan
setiap data yang didapat dan melakukan tindak lanjut.

3. Meningkatkan kualitas pasien dan mempertahankan kehidupan.

4. Mengoptimalkan kemampuan fungsi organ tubuh pasien.


5. Mengurangi angka kematian pasien kritis dan mempercepat proses
penyembuhan pasien

JENIS-JENIS ICU

Pelayanan ICU dapat diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) yaitu:

1. ICU Primer

Ruang Perawatan Intensif primer memberikan pelayanan pada pasien yang


memerlukan perawatan ketat (high care). Ruang perawatan intensif mampu
melakukan resusitasi jantung paru dan memberikan ventilasi bantu 24-48 jam.
Kekhususan yang dimiliki ICU primer adalah:

1. Ruangan tersendiri, letaknya dekat dengan kamar bedah, ruang darurat, dan
ruang rawat pasien lain.

2. Memiliki kebijakan/kriteria pasien yang masuk dan yang keluar

3. Memiliki seorang anestesiologi sebagai kepala

4. Ada dokter jaga 24 jam dengan kemampuan resusitasi jantung paru

5. Konsulen yang membantu harus siap dipanggil

6. Memiliki 25% jumlah perawat yang cukup telah mempunyai sertifikat


pelatihan perawatan intensif, minimal satu orang per shift

7. Mampu dengan cepat melayani pemeriksaan laboratorium tertentu, Rontgen


untuk kemudahan diagnostic selama 24 jam dan fisioterapi (Depkes RI,
2006).

8. ICU Sekunder

Pelayanan ICU sekunder adalah pelayanan yang khusus mampu memberikan


ventilasi bantu lebih lama, mampu melakukan bantuan hidup lain tetapi tidak
terlalu kompleks. Kekhususan yang dimiliki ICU sekunder adalah:

1. Ruangan tersendiri, berdekatan dengan kamar bedah, ruang darurat dan


ruang rawat lain

2. Memiliki kriteria pasien yang masuk, keluar, dan rujukan

3. Tersedia dokter spesialis sebagai konsultan yang dapat menanggulangi setiap


saat bila diperlukan

4. Memiliki seorang Kepala ICU yaitu seorang dokter konsultan intensif care atau
bila tidak tersedia oleh dokter spesialis anestesiologi, yang bertanggung
jawab secara keseluruhan dan dokter jaga yang minimal mampu melakukan
resusitasi jantung paru (bantuan hidup dasara dan hidup lanjut)

5. Memiliki tenaga keperawatan lebih dari 50% bersertifikat ICU dan minimal
berpengalaman kerja di unit penyakit dalam dan bedah selama 3 tahun

6. Kemampuan memberikan bantuan ventilasi mekanis beberapa lama dan


dalam batas tertentu, melakukan pemantauan invasif dan usaha-usaha
penunjang hidup

7. Mampu dengan cepat melayani pemeriksaan laboratorium tertentu, Rontgen


untuk kemudahan diagnostik selama 24 jam dan fisioterapi

8. Memiliki ruang isolasi dan mampu melakukan prosedur isolasi (Depkes RI,
2006).

9. ICU Tersier

Ruang perawatan ini mampu melaksanakan semua aspek perawatan intensif,


mampu memberikan pelayanan yang tertinggi termasuk dukungan atau bantuan
hidup multi system yang kompleks dalam jangka waktu yang tidak terbatas serta
mampu melakukan bantuan renal ekstrakorporal dan pemantauan kardiovaskuler
invasif dalam jangka waktu yang terbatas. Kekhususan yang dimiliki ICU tersier
adalah:

1. Tempat khusus tersendiri di dalam rumah sakit

2. Memilik kriteria pasien yang masuk, keluar, dan rujukan

3. Memiliki dokter spesialis dan sub spesialis yang dapat dipanggil setiap saat
bila diperlukan

4. Dikelola oleh seorang ahli anestesiologi konsultan intensif care atau dokter
ahli konsultan intensif care yang lain, yang bertanggung jawab secara
keseluruhan. Dan dokter jaga yang minimal mampu resusitasi jantung paru
(bantuan hidup dasar dan bantuan hidup lanjut)

5. Memiliki lebih dari 75% perawat bersertifikat ICU dan minimal


berpengalaman kerja di unit penyakit dalam dan bedah selama tiga tahun

6. Mampu melakukan semua bentuk pemantuan dan perawatan intensif baik


invasive maupun non-invasif

7. Mampu dengan cepat melayani pemeriksaan laboratorium tertentu, Rontgen


untuk kemudahan diagnostic selama 24 jam dan fisioterapi

8. Memiliki paling sedikit seorang yang mampu mendidik medic dan perawat
agar dapat memberikan pelayanan yang optimal pada pasien
9. Memiliki staf tambahan yang lain misalnya tenaga administrasi, tenaga
rekam medic, tenaga untuk kepentingan ilmiah dan penelitian (Depkes RI,
2006).

INDIKASI MASUK DAN KELUAR ICU

Apabila sarana dan prasarana ICU di suatu rumah sakit terbatas sedangkan
kebutuhan pelayanan ICU yang lebih tinggi banyak, maka diperlukan mekanisme
untuk membuat prioritas. Kepala ICU bertanggung jawab atas kesesuaian indikasi
perawatan pasien di ICU.

Kriteria Masuk

1. Golongan pasien prioritas 1

Kelompok ini merupakan pasien kritis, tidak stabil yang memerlukan terapi intensif
dan tertitrasi seperti: dukungan ventilasi, alat penunjang fungsi organ, infus, obat
vasoaktif/inotropic, obat anti aritmia. Sebagai contoh pasien pasca bedah
kardiotoraksis, sepsis berat, gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit yang
mengancam nyawa.

1. Golongan pasien prioritas 2

Golongan pasien memerlukan pelayanan pemantauan canggih di ICU, sebab sangat


beresiko bila tidak mendapatkan terapi intensif segera, misalnya pemantauan
intensif menggunakan pulmonary arterial catheter. Sebagai contoh pasien yang
mengalami penyakit dasar jantung-paru, gagal ginjal akut dan berat atau pasien
yang telah mengalami pembedahan mayor. Terapi pada golongan pasien prioritas 2
tidak mempunyai batas karena kondisi mediknya senantiasa berubah.

1. Golongan pasien priorotas 3

Pasien golongan ini adalah pasien kritis, yang tidak stabil status kesehatan
sebelumnya, yang disebabkan penyakit yang mendasarinya atau penyakit akutnya,
secara sendirian atau kombinasi. Kemungkinan sembuh dan atau manfaat terapi di
ICU pada golongan ini sangat kecil. Sebagai contoh ntara lain pasien dengan
keganasan metastatic disertai penyulit infeksi, pericardial tamponande, sumbatan
jalan nafas, atau pesien penyakit jantung, penyakit paru terminal disertai kmplikasi
penyakit akut berat. Pengelolaan pada pasien golongan ini hanya untuk mengatasi
kegawatan akutnya saja, dan usaha terapi mungkin tidak sampai melakukan
intubasi atau resusitasi jantung paru.

1. Pengecualian
Dengan pertimbangan luar biasa, dan atas persetujuan kepala ICU, indikasi masuk
pada beberapa golongan pasien bisa dikecualikan dengan catatan bahwa pasien
golongan demikian sewaktu-waktu harus bisa dikeluarkan dari ICU agar fasilitas
terbatas dapat digunakan untuk pasien prioritas 1,2,3. Sebagai contoh: pasien
yang memebuhi kriteria masuk tetapi menolak terapi tunjangan hidup yang agresif
dan hanya demi perawataan yang aman saja, pasien dengan perintah Do Not
Resuscitate, pasien dalam keadaan vegetative permanen, pasien yang ddipastikan
mati batang otak namun hanya karena kepentingan donor organ, maka pasien
dapat dirawat di ICU demi menunjang fungsi organ sebelum dilakukan pengambilan
orga untuk donasi.

Kriteria Keluar

1. Penyakit pasien telah membaik dan cukup stabil, sehingga tidak memerluka
terapi atau pemantauan yang intensif lebih lanjut.

2. Secara perkiraan dan perhitungan terapi atau pemantauan intensif tidak


bermanfaat atau tidak memberi hasil yang berarti bagi pasien. Apalagi pada
waktu itu pasien tidak menggunakan alat bantu mekanis khusus (Kemenkes
RI, 2011).

ALUR PELAYANAN ICU

Gambar 1: Alur pelayanan ICU di RS (Kemenkes RI, 2011, hal 17)

Pasien yang memerlukan pelayanan ICU berasal dari:

1. Pasien dari Instalasi Gawat Darurat (IGD)

2. Pasien dari High Care Unit (HCU)

3. Pasien dari kamar operasi atau kamar tindakan lain seperti kamar bersalin,
ruang endoskopi, ruang dialysis, dan sebagainya.

4. Pasien dari bangsal (Ruang Rawat Inap)

KARAKTERISTIK PERAWAT ICU

Karakteristik Perawat yang bekerja di lingkungan keperawatan intensif meliputi:

1. Mengelola pasien mengacu pada standar keperawatan intensif dengan


konsisten

2. Menghormati sesama sejawat dan tim lainnya

3. Mengintegrasikan kemampuan ilmiah dan ketrampilan khusus serta diikuti


oleh nilai etik dan legal dalam memberikan asuhan keperawatan
4. Berespon secara terus menerus dengan perubahan lingkungan

5. Menerapkan ketrampilan komunikasi secara efektif

6. Mendemonstrasikan kemampuan ketrampilan klinis yang tinggi

7. Menginterpretasiakan analisa situasi yang kompleks

8. Mengembangkan pendidikan kesehatan untuk pasien dan keluarga

9. Berpikir kritis

10.Mampu menghadapai tantangan

11.Mengembangkan pengetahuan dan penelitian

12.Berpikir ke depan

13.Inovatif

PERAN PERAWAT KRITIS

Keperawatan kritis adalah suatu bidang yang memerlukan perawatan pasien yang
berkualitas tinggi dan komprehensif. Untuk pasien yang kritis, waktu adalah sesuatu
hal yang vital. Proses keperawatan memberikan suatu pendekatan yang sistematis,
dimana perawat keperawatan kritis dapat mengevaluasi masalah pasien dengan
cepat (Talbot, 1997).

ICU atau intensive care unit dimulai pertama kali pada tahun 1950-an. Kegawat
daruratan dalam keperawatan berkembang sejak tahun 1970-an. Sebagai contoh,
kegawatan di unit operasi kardiovaskuler, pediatric, dan unit neonates.
Keperawatan gawat darurat secara khusus berkonsentrasi pada respon manusia
pada masalah yang mengancam hidup seperti trauma atau operasi mayor.
Pencegahan terhadap masalah kesehatan merupakan hal penting dalam praktik
keperawatan gawat darurat. (Hartshorn et all, 1997).

Peran perawat kritis sebagai berikut:

1. Advokat

Perawat juga berperan sebagai advokat atau pelindung klien, yaitu membantu
mempertahankan lingkungan yang aman bagi klien dan mengambil tindakan untuk
mencegah terjadinya kecelakaan dan melindungi klien dari efek yang tidak
diinginkan yang berasal dari pengobatan atau tindakan diagnostik tertentu (Potter
dan Perry, 2005).

1. Care giver
Perawat memberikan bantuan secara langsung pada klien dan keluarga yang
mengalami masalah kesehatan (Vicky, 2010).

1. Kolaborator

Peran ini dilakukan perawat karena perawat bekerja bersama tim kesehatan lainnya
seperti dokter, fisioterapis, ahli gizi, apoteker, dan lainnya dalam upaya
memberikan pelayanan yang baik (Vicky, 2010).

1. Peneliti

Peran sebagai pembaharu dan peneliti dilakukan dengan mengadakan


perencanaan, kerjasama, perubahan sistematis, dan terarah sesuai metode
pemberian pelayanan (Vicky, 2010). Selain itu juga meningkatkan pengetahuan dan
mengembangkan ketrampilan, baik dalam praktik maupun dalam pendidikan
keperawatan (Aryatmo, 1993).

1. Koordinator

Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan, dan mengorganisasi


pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemberian layanan dapat
terarah serta sesuai kebutuhan (Vicky, 2010).

1. Konsultan

Perawat sebagai narasumber bagi keluarga dalam mengatasi masalah keperawatan


terutama mengenai keamanan pasien dan keluarga (Vicky, 2010).

KOLABORASI TIM KEPERAWATAN KRITIS

o Kolaborasi Tim dalam Keperawatan Kritis

Dasar pengelolaan pasien ICU adalah pendekatan multidisiplin dari beberapa


disiplin ilmu terkait yang dapat memberikan kontribusinya sesuai dengan bidang
keahliannya dan bekerjasama di dalam tim. Tim tersebut terdiri dari:

1. Spesialis anestesi

2. Dokter spesialis

3. Perawat ICU

4. Dokter ahli mikrobiologi klinik

5. Ahli farmasi klinik

6. Ahli nutrisi
7. Fisioterapis

8. Tenaga lain sesuai klasifikasi pelayanan ICU

Tim Multidisiplin mempunyai 5 (lima) karakteristik:

1. Staf medik dan keperawatan yang tanggung jawab

2. Staf medik, keperawatan, farmasi klinik, farmakologi klinik, gizi klinik dan
mikrobiologi klinik yang berkolaborasi pada pendekatan

3. Mempergunakan standar, protocol atau guideline untuk memastikan


pelayanan yang konsisten baik oleh dokter, perawat maupun staf yang lain.

4. Memiliki dedikasi untuk melakukan koordinasi dan komunikasi.

5. Menekankan pada pelayaanan yang sudah tersertifikasi, pendidikan,


penelitian, masalah etik dan pengutamaan pasien (Kemenkes, 2011)

Peran koordinasi dan integrasi dalam kerjasama tim

Mengingat keadaan pasien yang sedang dalam kondisi kritis, maka sistem kerja tim
multidisiplin diatur sebagai berikut :

1. Dokter primer yang merawat pasien melakukan evaluasi pasien sesuai


bidangnya dan memberi pandangan atau usulan

2. Ketua tim melakukan evaluasi menyeluruh, mengambil kesimpulan, memberi


instruksi terapi dan tindakan secara tertulis dengan mempertimbangkan
usulan anggota tim lainnya.

3. Ketua tim berkonsultasi pada konsultan lain dengan mempertimbangkan


usulan-usulan anggota tim dan memberikan perintah baik tertulis dalam
status maupun lisan.

4. Untuk menghindari kesimpangsiuran/tumpang tindih pelaksanaan


pengelolaan pasien, maka perintah yang dijalankan oleh petugas hanya
yang berasal dari ketua tim saja (Kemenkes,2011).

KONSEP HOLISM DALAM PERAWATAN KRITIS

Salah satu teori yang mendasari praktik keperawatan profesional adalah


memandang manusia secara holistik, yaitu meliputi dimensi fisiologis, psikologis,
sosiokultural dan spiritual sebagai suatu kesatuan yang utuh. Apabila satu dimensi
terganggu akan mempengaruhi dimensi lainnya. Sebagai pemberi asuhan
keperawatan, konsep holistik ini merupakan salah satu konsep keperawatan yang
harus di pahami oleh perawat agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang
berkualitas kepada klien.

Dengan menggunakan konsep holistik perawat dapat melihat apa saja dampak
lingkungan perawatan kritis yang mengganggu pasien. Sebagai contoh dalam
lingkungan unit perawatan intensif (intencive care unit, ICU) perawat dapat
menggambarkan lingkungan ICU dalam hal fisik dan emosional yang dapat
mengganggu pasien. Sehingga perawat dapat mengendalikan lingkungan untuk
meningkatkan kesembuhan pasien serta dapat memberikan intervensi kritis
bagaimana cara mengatasinya (Hudak&Gallo, 2012).

Gambaran Fisik ICU

Secara umum gambaran fisik lingkungan ICU terdapat monitor yang berkedip,
ventilator, pompa intravena (IV), kebisingan dari peralatan dan banyak orang yang
berbicara disisi tempat tidur, cahaya terang dan langkah yg tergesa-gesa di
ruangan ramai. Oleh sebab itu, asuhan keperawatan kritis dibentuk untuk
mengatasi pasien sakit dan cidera sangat serius agar mendapatkan asuhan
keperawatan yang fokus untuk meningkatkan ketahanan hidup.

Tabel 2.1 Desain Unit Perawatan Intensif (ICU)

Generasi
Generasi Generasi
Generasi Ketiga (1980- Keempat Masa
Pertama (1950- Kedua (1970-
an) yang akan
an) an)
datang

Karakteristi Unit/bangsal Kamar Kamar tersendiri. Kamar tersendiri.


k terbuka. tersendiri atau
ruangang kecil Mempunyai pintu kaca Pintu kaca lipat
Tidak ada dengan lipat atau geser. atau geser
pembagian pembatas. Ruangan sering kali dengan
kecuali tirai atau diatur setengah tirai/penutup
layar. Stasi/meja Ruangan lingkaran atau tersendiri.
perawat dipusat sering kali di melingkar dengan stasi Rencananya
atau di kaki kedua sisi keperawatan lantai berbentuk
tempat tidur. lorong yang ditengahnya. Beberapa kelopak/melingk
Pengontrolan merupakan unit dibentuk dengan a. Desainnya
pencahayaan sebuah stasi stasi keperawatan meningkatkan
unit sering kali keperawatan tersebar. Jendela penurunan
dengan satu terbuka atau ruangan pasien kebisingan.
tombol. mengelilingi dengan Jendela pasien
sebuah stasi pemandangan/pencah dengan
keperawatan ayaan luar. pemandangan
terbuka Peningkatan luar (alamiah
dengan tiga
atau empat sisi
(bentuk empat
persegi
panjang.

Pemantauan
pusat.

Beberapa unit ataupun buatan)


tanpa Rencana area
dilengkapi keluarga dalam
dengan jendela ruangan pasien.
pengontrolan tingkat
ruangan Peningkatan
pencahayaan ruangan
pasien ke luar pemakaian
pasien.
(meningkatkan warna dan
insiden tekstur di
delirium). dinding, lantai
Pencahayaan dan langit-langit.
ruangan
pasien dengan
tombol
terpisah dari
stasi
keperawatan.
Kalender dan
jam diletakkan
dalam ruangan
pasien.

Akses
Peningkatan
keperawatan
privasi pasien.
dan ketersediaan
Peningkatan Pengontrolan Peningkatan akses
perawatan
kedekatan pencahayaan, keperawatan selama
Keuntungan berteknologi
perawat dengan kebisingan, aktivitas yang
tinggi dalam
pasien dan infeksi berintensitas tinggi.
lingkungan yang
yang lebih
lebih mirip
baik.
rumah.

Kerugian Kurangnya Kurangnya Pintu kaca mengurangi


privasi. akses/ privasi pasien.
Ketidakmampua pengamatan
langsung ke
n untuk
pasien.
mengontrol
Pengontrolan
kebisingan dan
kebisingan dan
cahaya. Masalah
pencahayaan
pengendalian
kurang
infeksi.
optimal.

Gambaran Emosional ICU

Gambaran emosional lingkungan ICU sama pentingnya dengan elemen fisik, dan
bahkan lebih penting untuk hasil pasien. Elemen ini mencakup gejala yang timbul
pada pasien karena dirawat di ICU demikian juga dengan pola komunikasi semua
orang yang memberikan perawatan di unit yang menimbulkan stres ini. Bahkan
untuk pengunjung yang baru pertama kali datang ke ICU, perasaan berlebihan
tentang tempat tersebut dapat menimbulkan rasa takut. Lingkungan ICU
menciptakan rasa rapuh karena ketergantungan fisik dan emosional, kurangnya
informasi dan perawatan yang menyamakan semua pasien dapat menumbuhkan
ketakutan dan kecemasan.

Pengidentifikasian gambaran dan respons emosional di lingkungan ICU sangatlah


penting karena banyak yang dapat ditangani oleh intervensi keperawatan. Langkah
pertamanya adlah pengenalan dan pemahaman terhadap paradoks yang terjadi di
lingkungan ICU. Lingkungan yang tidak bersahabat tersebut harus menjadi tempat
penyembuhan bagi pasien, keluarga dan perawat. Perawat perlu mempunyai
pemahaman yang baik mengenai lingkungan dan kemungkinan bencana yang
dapat ditimbulkan oleh lingkungan pada pasien yang keadaan fisiologis dan
emosionalnya telah terganggu. Mengubah lingkungan yang kemungkinan tidak
bersahabat menjadi lingkungan yang menyembuhkan adalah sebuah tantangan
bagi semua perawat perawatan kritis.

Selain itu, kualitas emosional di lingkungan ICU sering kali ditentukan oleh tingkat
pembagian tanggung jawab, kolaborasi dan caring yang diperlihatkan oleh seluruh
tim perawatan kesehatan. Hidup dan mati pasien secara harfiah bergantung pada
tingkat komunikasi dokter dan perawat tentang pasien tersebut. Perhatian terhadap
struktur organisasi yang membantu kolaborasi ini dan kemitraan yang sejajar antara
dokter dan perawat sebagai coleader unit adalah penting. Menciptakan budaya
yang menerapkan komunikasi yang saling menghargai antara semua anggota tim
perawatan kesehatan adalah standar kesempurnaan yang merupakan unsur penting
untuksemua lingkungan penyembuhan. Perawat pemula perlu belajar dan
mempraktiakn ketrampilan advokasi pasien selama ronde klinis di samping tempat
tidur di ICU. Cara keluarga diperlakukan dan dihormati sebagai mitra penuh dalam
perawatan adalah ukuran penting dari kualitas emosional dan budaya positif di ICU.
BAB III

PROSES KEPERAWATAN KRITIS

MODEL ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS

Tujuan asuhan keperawatan adalah untuk meningkatkan status kesehatan pasien


sehingga dapat berfungsi secara optimal. Untuk mencapai kondisi tersebut
diperlukan manajemen asuhan keperawatan yang profesional, dan salah satu faktor
yang menentukan dalam manajemen tersebut adalah bagaimana asuhan
keperawatan diberikan oleh perawat melalui berbagai pendekatan model asuhan
keperawatan yang diberikan (Sitorus, 2005).

Ada lima metode pemberian asuhan keperawatan di Rumah Sakit yaitu metode
fungsional, metode kasus, metode tim, metode primer, dan metode modular.
Metode fungsional berorientasi kepada tugas, yaitu semua tugas atau tindakan
keperawatan yang ada dibagi kepada perawat yang sedang dinas pada saat itu.
Seorang perawat dapat melakukan dua jenis tugas atau lebih untuk semua klien
yang ada di unit tersebut. Kepala ruangan bertanggung jawab dalam pembagian
tugas tersebut dan menerima laporan tentang semua klien serta menjawab semua
pertanyaan tentang klien. Metode ini tidak berorientasi pada masalah pasien. Pada
metode primer, penugasan diberikan kepada Primary Nurse atas pasien yang
dirawat dimulai sejak pasien masuk ke rumah sakit yang didasarkan kepada
kebutuhan pasien atau masalah keperawatan yang disesuaikan dengan
kemampuan Primary Nurse. Pada metode tim, didasarkan pada pemberian asuhan
keperawatan dimana seorang perawat profesional memimpin sekelompok tenaga
keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan pada sekelompok pasien
melalui upaya kooperatif dan kolaboratif. Sedangkan metode modular adalah
gbungan dari metode primer dan metode tim (Sitorus, 2005).

Model Praktek Keperawatan Profesional dengan menggunakan metode kasus


diharapkan akan menghasilkan kontinuitas keperawatan yang bersifat komprehensif
di unit perawatan kritis atau ICU.

Metode kasus adalah pengorganisasian pelayanan atau asuhan keperawatan untuk


satu atau beberapa klien oleh satu orang perawat pada saat bertugas atau jaga
selama periode waktu tertentu sampai klien pulang. Kepala ruangan bertanggung
jawab dalam pembagian tugas dan menerima semua laporan tentang pelayanan
keperawatan klien (Sitorus, 2005).

Manajemen kasus adalah model yang digunakan untuk mengidentifikasi, koordinasi,


dan monitoring implementasi kebutuhan pelayanan untuk mencapai asuhan yang
diinginkan dalam periode waktu tertentu.
Elemen penting dalam manajemen kasus meliputi :

1) Kerjasama dan dukungan dari semua anggota pelayanan dan anggota kunci
dalam organisasi ( Administrator, dokter dan perawat).

2) Kualifikasi perawat manajer kasus.

3) Praktek kerjasama Tim.

4) Kualitas sistem manajemen yang diterapkan.

5) Menggunakan prinsip perbaikan mutu yang terus menerus.

6) Menggunakan Critical pathway (hasil) atau asuhan MAPS (Multidisciplinary


Action Plans) yaitu kombinasi Clinical Path dengan Care Plans.

7) Promosi praktek keperawatan profesional

Dalam 1 unit diperlukan 2 manajer kasus yang bekerja mengkoordinasikan,


mengkomunikasikan, bekerjasama untuk menyelesaikan masalah dan memfasilitasi
asuhan sekelompok pasien. Idealnya 1 orang manajer kasus mempunyai 10 15
kasus pasien dimana perkembangan pasien akan diikuti terus oleh manajer kasus
dari masuk sampai pulang. Bila diperlukan mengikuti perkembangan pasien di
rawat jalan. Keuntungan dari manajemen kasus meningkatnya mutu asuhan karena
perkembangan kesehatan pasien dimonitoring terus menerus sehingga selalu ada
perbaikan bila asuhan yang diberikan tidak memberikan perbaikan, dan adanya
kerjasama yang harmonis antara manajer kasus dengan tim kesehatan lain
merupakan elemen penting yang mempengaruhi meningkatnya mutu asuhan,
menurunnya komplikasi dan biaya menjadi lebih efektif (Junaidi, 1999).

Manajer kasus melakukan monitoring terhadap asuhan keperawatan yang


dilaksanakan oleh tenaga perawat dan non keperawatan. Setiap perawat ditugaskan
untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat ia dinas. Metode penugasan kasus
biasa diterapkan satu pasien satu perawat, dan hal ini umumnya dilaksanakan
untuk perawat privat atau untuk keperawatan khusus seperti isolasi, intensive care.
Metode ini berdasarkan pendekatan holistik dari filosofi keperawatan. Perawat
bertanggung jawab terhadap asuhan dan observasi pada pasien tertentu (Nursalam,
2002).

Konsep dasar metode kasus dalam asuhan keperawatan professional adalah ada
tanggung jawab dan tanggung gugat, otonomi, serta ketertiban pasien dan
keluarga.

Tugas perawat dalam metode kasus yaitu:

1. Menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara komprehensif

2. Membuat tujuan dan rencana keperawatan


3. Melaksanakan semua rencana yang telah dibuat selama ini

4. Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang diberikan oleh


disiplin lain maupun perawat lain.

5. Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai.

6. Menerima dan menyesuaikan rencana.

7. Menyiapkan penyuluhan pulang.

8. Melakukan rujukan kepada pekerja sosial, kontak dengan lembaga sosial


masyarakat.

9. Membuat jadwal perjanjian klinik.

Metoda ini adalah suatu penugasan yang diberikan kepada perawat untuk
memberikan asuhan secara total terhadap seorang atau sekelompok klien.
Keuntungan model asuhan keperawatan kasus yaitu asuhan yang diberikan
komprehensif, berkesinambungan, dan holistik. Perawat dalam metode kasus
mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap pasien, perawat, dokter, dan
rumah sakit (Gillies,1998). Keuntungan yang dirasakan adalah pasien merasa
dimanusiawikan karena terpenuhinya kebutuhan secara individu. Selain itu asuhan
diberiakan bermutut tinggi dan tercapai pelayanan yang efektif terhadap
pengobatan, dukungan, proteksi, informasi dan advokasi sehingga pasien merasa
puas. Dokter juga merasakan kepuasan karena senantiasa mendapatkan informasi
tentang kondisi pasien yang selalu diperbaharui dan komprehensif. Selain itu,
masalah pasien dapat dipahami oleh perawat dan kepuasan tugas secara
keseluruhan dapat dicapai.

Sedangkan kerugiannya adalah kurang efisien karena memerlukan perawat


profesional dengan keterampilan tinggi dan imbalan yang tinggi, sedangkan masih
ada pekerjaan yang dapat dikerjakan oleh asisten perawat. Beban kerja tinggi
terutama jika jumlah klien banyak sehingga tugas rutin yang sederhana
terlewatkan. Pendelegasian perawatan klien hanya sebagian selama perawat
penaggung jawab klien bertugas (Priharjo,1995).

PROSES KEPERAWATAN KRITIS

Proses keperawatan adalah susunan metode pemecahan masalah yang meliputi


pengkajian, analisa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.
Tabel 1 Standar proses American Association of Critical Care Nurse

Keperawatan Kritis harus menggunakan proses keperawatan dalam


memberikan asuhan keperawatan.

1. Data akan dikumpulkan secara terus menerus pada semua


pasien yang sakit kritis dimanapun tempatnya

2. Identifikasi masalah/kebutuhan pasien dan prioritas harus


didasarkan pada data yang dikumpulkan

3. Rencana asuhan keperawatan yang tepat harus diformulasikan

4. Rencana asuhan keperawatan harus diimplementasikan


menurut prioritas dari identifikasi masalah/kebutuhan

5. Hasil dari asuhan keperawatan harus dievaluasi secara terus


menerus

Dari American Association of Critical Care Nurses: Standards for nursing care of the
criticaly ill, ed 2, San Mateo, Calif, 1989, Appleton & Lange, hlm. 6-13.

Asuhan Keperawatan Intensif adalah kegiatan praktek keperawatan intensif yang


diberikan pada pasien/keluarga. Asuhan keperawatan dilakukan dengan
menggunakan pendekatan proses keperawatan yang merupakan metode ilmiah dan
panduan dalam memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas guna mengatasi
masalah pasien. Langkah-langkah yang harus dilakukan meliputi pengkajian,
masalah/diagnose keperawatan, rencana tindakan dan evaluasi (Depkes RI, 2006).

Pengkajian

Pengkajian merupakan langkah awal proses keperawatan yang mengharuskan


perawat menemukan data kesehatan klien secara tepat. Pengkajian awal di dalam
keperawatan intensif sama dengan pengkajian umumnya yaitu dengan pendekatan
system yang meliputi aspek bio-psiko-sosio-kultural-spiritual, namun ketika klien
yang dirawat telah menggunakan alat bantu mekanik seperti alat bantu napas,
hemodialisa, pengkajian juga diarahkan ke hal-hal yang lebih khusus yakni terkait
dengan terapi dan dampak dari penggunaan alat-alat tersebut.

Penetapan Masalah/Diagnosa Keperawatan

Setelah data dikumpulkan, data dianalisa. Dari pengkajian data dasar, masalah
yang aktual, potensial dan beresiko tinggi diidentifikasi dan diuraikan menurut
prioritas sesuai dengan kebutuhan keperawatan pasien kritis. Hal ini mungkin
merupakan masalah yang kompleks disebabkan oleh beratnya kondisi pasien.
Prioritas paling tinggi diberikan pada masalah yang mengancam kehidupan, lalu
dapat dilanjutkan dengan mengidentifikasi alternative diagnose untuk
meningkatkan keamanan, kenyamanan, dan diagnose untuk mencegah komplikasi.
Perencanaan

Pembuatan tujuan, identifikasi dari tindakan keperawatan yang tepat dan


pernyataan atas hasil yang diharapkan merumuskan rencana keperawatan.
Perencanaan tindakan keperawatan dibuat apabila diagnose telah diprioritaskan.
Perencanaan tindakan mencakup 4 unsur kegiatan yaitu observasi/monitoring,
terapi keperawatan, pendidikan dan tindakan kolaboratif. Pertimbangan lain adalah
kemampuan untuk melaksanakan rencana dilihat dari ketrampilan perawat,
fasilitas, kebijakan, dan standar operasional prosedur. Tujuan dari perencanaan ini
adalah untuk membuat efisiensi sumber-sumber, mengukur kemampuan dan
mengoptimalkan penyelesaian masalah (Depkes RI, 2006).

Implementasi

Perencanaan dimasukkan dalam tindakan selama fase implementasi. Ini merupakan


fase kerja aktual dari proses keperawatan.

Evaluasi

Suatu perbandingan antara hasil aktual pasien dan hasil yang diharapkan terjadi
dalam fase evaluasi. Pada bagian ini menunjukkan pentingnya modifikasi dalam
rencana keperawatan atau pengkajian ulang total dapa diidentifikasi.

Masalah Keperawatan yang biasanya muncul dan intervensi yang diberikan di ruang
perawatan kritis atau ICU adalah (Doengoes, 2002):

1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas

2. Observasi keabu-abuan menyeluruh dan sianosis pada jaringan hangat


seperti daun telinga, bibir, lidah, dan membrane lidah

3. Lakukan tindakan untuk memperbaiki/mempertahankan jalan nafas,


misalnya: batuk atau suction.

4. Kaji status pernafasan.

5. Catat adanya dispnea dan penggunaan otot bantu

6. Pertahankan kepatenan jalan nafas (posisi kepala dan leher netral anatomis,
cegah fleksi leher)

7. Pertahankan elevasi kepala tempat tidur 30 45 derajat

8. Beri oksigen dengan metode dan indikasi yang tepat

9. Gangguan perfusi jaringan cerebral


1. Monitor status neurologi dan menentukan faktor penyebab gangguan

2. Catat perubahan dalam penglihatan, seperti adanya kebutaan,


kebutuhan lapang pandang / kedalaman persepsi

3. Kaji fungsi-fungsi yang lebih tinggi, sperti fungsi bicara jika klien sadar.

4. Berikan posisi kepala ditinggikan sedikit dengan posisi netral (hanya


tempat tidurnya saja yang ditinggikan)

5. Kolaborasi pemberian oksigen

10.Ketidakefektifan Pola Nafas

11.Pantau kecepatan, irama, kedalaman dan usaha respirasi

12.Perhatikan pergerakan dada pasien, amati kesimetrisan, penggunaan otot


bantu, serta retraksi otot supraklavikular dan intercostals.

13.Pantau pola pernafasan : bradipne, takipne, hiperventilasi

14.Kaji kemampuan untuk mempertahankan patensi jalan nafas.

15.Pertahankan ketinggian bagian kepala tempat tidur.

16.Kaji AGD untuk membuktikan pertukaran gas yang adekuat

17.Waspada terhadap dampak obat-obat depresan atau sedatif.

18.Pantau frekensi dan irama jantung.

19.Lakukan suction sesuai kebutuhan,

20.Nilai hasil laporan foto dada setiap hari.

21.Resiko tinggi terhadap infeksi

22.Lakukan isolasi pencegahan sesuai individual

23.Bersihkan luka bila ada luka dengan teknik steril dan bersihakan min. 2 kali
sehari

24.Dorong keseimbanagn istirahat adekuat dengan aktivitas sedang. Tingkatkan


masukan nutrisi adekuat

25.Mengawasi kekefektifan terapi antimicrobial

26.Selidiki perubahan tiba-tiba/penyimpangan kondisi, seperti peningkatan nyeri


dada, bunyi jantung ekstra, gangguan sensori, berulangnya demam,
perubahan karakteristik pus.
27.Kekurangan volume cairan

28.Pantau warna,jumlah, dan frekuensi kehilangan cairan

29.Observasi khususnya terhadap kehilanagn cairan yang tinggi elektrolit


(misalnya diare, drainase luka, pengisapan nasogastrik dll)

30.Pantau perdarahan

31.Tinjau ulang elektrolit, terutama natrium, kalium klorida dan kreatinin)

32.Pantau status hidrasi

BAB IV

PENUTUP

KESIMPULAN

Intensive Care Unit (ICU) adalah suatu bagian dari rumah sakit yang mandiri
(instalasi dibawah direktur pelayanan), dengan staf yang khusus dan perlengkapan
yang khusus yang ditujukan untuk observasi, perawatan dan terapi pasien-pasien
yang menderita penyakit,cedera atau penyulit-penyulit yang mengancam nyawa
atau potensial mengancam nyawa. Keperawatan kritis menangani respon manusia
terhadap masalah yang mengancam hidup. Perawatan kritis berperan sebagai
advokat, care giver, kolaborator, peneliti, dan koordinator serta berkomunikasi dan
bekerjasama dalam tim.

SARAN

Sebagai perawat professional kita harus mampu memberikan asuhan keperawatan


kritis yang tepat pada klien dengan kondisi gawat. Selain itu pemahaman terhadap
konsep holism, komunikasi, dan kerjasama tim dalam keperawatan kritis penting
untuk menunjang perawatan terhadap klien agar kondisi klien lebih baik dan status
kesehatan meningkat sehingga angka kematian dapat ditekan semaksimal
mungkin.
DAFTAR PUSTAKA

Carolyn, et all. 1997. Critical Care Nursing Seventh Edition. Philadelphia: Lippincott
Company.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2006. Standar Pelayanan Keperawatan


di ICU. Jakarta: Depkes

Doengoes, M. E. (2002). Nursing care plane: Guidelines for planning & documenting
patient care, 3rd edition, FA. Davis

Dossey, B. M. 2002. Critical Care Nursing: body-mind-spirit. (3rd ed.). Philadelphia: J.


B. Lippincott Company.

George. (1995). Nursing Theories (The Base for Profesional Nursing Practice), Fourth
Edition. USA : Appleton & Lange.

Hartshorn et all. 1997. Introduction To Critical Care Nursing Second Edition.


Philadelphia: WB Saunders Company.

Hidayat AA. (2004). Pengantar konsep dasar keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Hudak, CM. Gallo, BM. 2012. Critical Care Nursing: A Holistic Approach. Edisi ke-8.
Alih Bahasa Subekti. Jakarta: EGC

Kemenkes. 2011. Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Pelayanan ICU di Rumah Sakit.


Diakses pada 18 September 2013 melalui www.kemenkes.go.id

Mansjoer, A. 2011. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2 Edisi 3. Jakarta: Media


Aesculapius.

Marquis, BL & Huston, Cj. 1998. Management Decision Making For Nurses 3th Ed.
Philadelphia: JB Lippincott

Perry, Anne .G. & Potter, Patricia. A. 1997. Fundamental of Nursing : Concepts,
process and Practice (vol 2). Washington DC: The C.V. Mosby Company.
Sitorus, R.Y. 2005. Model Praktik Keperawatan Profesional di Rumah Sakit; Penataan
Struktur dan Proses (Sistem) Pemberian Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat.
Jakarta: EGC

Talbot, Laura, dan Mary Meyers-Marquardt. 1997. Pengkajian Keperawatan Kritis ed


2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Tomey. Alligood M.R.(2006). Nursing Theorists and Their work. 6

Ed. USA : Mosby Inc.

Vicky. 2010. Keperawatan Gawat Darurat. Diakses pada 17 September 2013 melalui
Unismus Web: http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-vickynurpr-
5195-3-bab2.pdf

Critical Care Statistics

The Society of Critical Care Medicine (SCCM) represents nearly 16,000 highly
trained professionals in more than 100 countries who provide care in specialized
units and work toward the best outcome possible for all critically ill and injured
patients. The Society maintains that the Right Care, Right Now is best provided by
an integrated team of dedicated experts directed by a trained and present physician
credentialed in critical care medicine (an intensivist), also referred to as the
multiprofessional team model. Care delivered by a multiprofessional team optimizes
care for patients, improves conditions for healthcare providers, and boosts the
financial performance of the hospital. This guide provides statistics on many of the
current issues in critical care in the United States. It is intended to be used as a
reference in efforts such as advocacy, public relations, and general education.

Cost Savings

Between 2000 and 2005, annual critical care medicine costs increased from $56.6
billion to $81.7 billion, representing 13.4% of hospital costs, 4.1% of national health
expenditures, and 0.66% of gross domestic product. Cost savings of up to $1 billion
per quality life year gained can be attained with critical care management of severe
sepsis, acute respiratory failure, and general critical care interventions. Twenty-four
hour intensivist staffing reduces intensive care unit (ICU) costs and lengths of stay
(LOS). Up to $13 million in annual hospital cost savings can be realized when care is
delivered by an intensivist-directed multiprofessional team. The impact of this type
of care is demonstrated by the example of a community hospital that achieved
105% return on investment by implementing mandatory intensivist consultation and
admission standards, thereby reducing ICU lengths of stay, ventilator-associated
events, and central venous access device infection rates. Hospitals without on-site
intensivists may benefit from telemedicine ICU, in which sophisticated electronic
systems connect ICU patient data to intensivists at remote locations. The
intensivists provide real-time monitoring, diagnostic, and intervention services in
conjunction with bedside staff. In selected settings, tele-ICU (or e-ICU) care has
demonstrated shorter ICU lengths of stay and lower ICU mortality, which may
translate into lower hospital costs and better use of resources.

Sources:

Halpern NA, Pastores SM. Critical care medicine in the United States 2000-
2005: an analysis of bed numbers, occupancy rates, payer mix, and costs.
Crit Care Med. 2010 Jan;38(1):65-71.

Talmor D, Shapiro N, Greenberg D, Stone PW, Neumann PJ. When is critical


care medicine cost-effective? A systematic review of the cost-effectiveness
literature. Crit Care Med. 2006 Nov;34(11):2738-2747.

Banerjee R, Naessens JM, Seferian EG, et al. Economic implications of


nighttime attending intensivist coverage in a medical intensive care unit. Crit
Care Med. 2011 Jun;39(6):1257-1262.

Pronovost PJ, Needham DM, Waters H, et.al. Intensive care unit physician
staffing: financial modeling of the Leapfrog standard. Crit Care Med. 2004
Jun;32(6):1247-1253.

Parikh A, Huang SA, Murthy P, et.al. Quality improvement and cost savings
after implementation of the Leapfrog intensive care unit physician staffing
standard at a community teaching hospital. Crit Care Med. 2012
Oct;40(10):2754-2759.

Kumar S, Merchant S, Reynolds R. Tele-ICU: efficacy and cost-effectiveness


approach of remotely managing the critical care. Open Med Inform J.
2013;7:24-29.

Young LB, Chan PS, Lu X, Nallamothu BK, Sasson C, Cram PM. Impact of
telemedicine intensive care unit coverage on patient outcomes: a systematic
review and meta-analysis. Arch Intern Med. 2011 Mar 28;171(6):498-506.

Critical Care Patients


More than 5.7 million patients are admitted annually to intensive care units (ICUs) in
the United States (U.S.) for intensive or invasive monitoring; support of airway,
breathing or circulation; stabilization of acute or life-threatening medical problems;
comprehensive management of injury and/or illness; and restoration to stable
health status or comfort while dying within an interdisciplinary and collaborative
environment. Approximately 20% of acute care admissions are to an ICU; up to 58%
of emergency department admissions result in an ICU admission. ICU patients are a
heterogeneous population, but all share the need for frequent assessment and
greater need for technological support compared to patients admitted to non-ICU
beds.

Cardiac, respiratory and neurologic conditions are common in adult ICU patients.
The five primary ICU admission diagnoses for adults are, in decreasing order:
respiratory system diagnosis with ventilator support, acute myocardial infarction,
intracranial hemorrhage or cerebral infarction, percutaneous cardiovascular
procedure with drug-eluting stent, and septicemia or severe sepsis without
mechanical ventilation. Other conditions and procedures involving high ICU use are
poisoning and toxic effects of drugs, pulmonary edema and respiratory failure, heart
failure and shock, cardiac arrhythmia and conduction disorders, renal failure with
major complication or comorbidity, gastrointestinal hemorrhage with complication
or comorbidity, and diabetes with complication or comorbidity. The most common
technological support is mechanical ventilation, with 20-30% of U.S. ICU admissions
requiring this type of intervention.

Patients admitted to the pediatric ICU (PICU) often have complex chronic conditions.
Respiratory illnesses are the most common diagnoses. Trauma, post-surgical care,
infection, and fluid and electrolyte derangements are also reported as frequent
diagnoses in unplanned PICU admissions. Childhood-onset chronic conditions,
including congenital heart abnormalities, cerebral palsy, and chromosomal
abnormities, have been reported in 53% of children admitted to PICUs.

Patients admitted to the neonatal ICU (NICU) are generally preterm with very low
birth weight (i.e., less than 1500 grams [3.3 pounds]); these two conditions account
for 70-90% of NICU admissions. Common to neonates are diagnoses of respiratory
illnesses and infections. As with adults, mechanical ventilation is a common
technological support in both pediatric and neonatal patients.

Sources:

Wunsch H, Angus DC, Harrison DA, Linde-Zwirble WT, Rowan KM. Comparison
of medical admissions to intensive care units in the United States and United
Kingdom. Am J Respir Crit Care Med. 2011 Jun 15;183(12):1666-1673.

Barrett ML, Smith MW, Elixhauser A, Honigman LS, Pines JM. Utilization of
Intensive Care Services, 2011. Healthcare Cost and Ultization Project. 2014.
http://hcup-us.ahrq.gov/reports/statbriefs/sb185-Hospital-Intensive-Care-
Units-2011.jsp. Accessed December 10, 2015.

Wunsch H, Wagner J, Herlim M, Chong DH, Kramer AA, Halpern SD. ICU
occupancy and mechanical ventilator use in the United States. Critical Care
Med. 2013 Dec;41(12):2712-2719.

Edwards JD, Houtrow AJ, Vasilevskis EE, et al. Chronic conditions among
children admitted to U.S. pediatric intensive care units: their prevalence and
impact on risk for mortality and prolonged length of stay. Critical Care Med.
2012 Jul;40(7):2196-2203.

Krmpotic K, Lobos AT. Clinical profile of children requiring early unplanned


admission to the PICU. Hosp Pediatr. 2013 Jul;3(3):212-218.

Harrison W, Goodman D. Epidemiologic trends in neonatal intensive care,


2007-2012. JAMA Pediatr. 2015 Sep;169(9):855-862.

Centers for Disease Control and Prevention. Neonatal Intensive-Care Unit


Admission of Infants with Very Low Birth Weight19 States, 2006. Centers for
Disease Control and Prevention. November 12, 2010.
http://www.cdc.gov/mmwr/preview/mmwrhtml/mm5944a4.htm. Accessed
December 10, 2015.

Pollack MM, Holubkov R, Funai T, et al. Pediatric intensive care outcomes:


development of new morbidities during pediatric critical care. Pediatr Crit
Care Med. 2014 Nov;15(9):821-827.

Intensive Care Unit Facilities

According to the American Hospital Associations 2014 annual survey, the U.S. has
5,686 hospitals, down from 5,795 in 2009. These hospitals have a total of 914,513
staffed beds, down from 944,277 in 2009. All acute care hospitals have at least one
intensive care unit (ICU), and approximately 55,000 critically ill patients are cared
for each day. From 2006 to 2010, the number of critical care beds in the United
States increased 15%, from 67,579 to 77,809. A minority of U.S. regions accounted
for a majority of the growth during this period. Additionally, the United States has
more than 400 pediatric ICUs, with approximately 4,044 beds, and more than 1,500
neonatal ICUs, with approximately 20,000 beds.

Sources:

Carr BG, Addyson DK, Kahn JM. Variation in critical care beds per capita in the
United States: Implications for pandemic and disaster planning. JAMA. 2010
Apr 14;303(14):1371-1372.
Health Forum, LLC. American Hospital Association Hospital Statistics, 2015
(2014 survey data). Chicago, IL: American Hospital Association; 2015.

Odetola FO, Clark SJ, Freed GL, Bratton SL, Davis MM. A national survey of
pediatric critical care resources in the United States. Pediatrics. 2005
Apr;115(4):e382-e386.

Wallace DJ, Angus DC, Seymour CW, Kahn JM. Temporal changes in critical
care bed supply in the United States [Abstract presented at American
Thoracic Society 2014 International Conference, May 16-21, 2014, San
Diego]. Am J Respir Crit Care Med. Vol. 189, Meeting Abstracts, 2014.

Wallace DJ, Angus DC, Seymour CW, Barnato AE, Kahn JM. Critical care bed
growth in the United States. A comparison of regional and national trends.
Am J Respir Crit Care Med. 2015 Feb;191(4):410-416.

Length of Stay

Intensive care unit (ICU) length of stay (LOS) has been estimated at 3.8 days in the
United States. However, it varies depending on patient and ICU attributes.
Prolonged ICU stays are emotionally and financially burdensome to patients and
families. Strategies for reducing ICU LOS are multifactorial, primarily focusing on
improved quality of healthcare delivery. Adherence to Surviving Sepsis Campaign
performance bundles, early patient mobilization, use of high-intensity ICU physician
staffing, and enhanced staff and family communication all improve ICU LOS. In
remote areas without direct access to intensivist coverage, ICU LOS can be reduced
by the integration of telemedicine. Models for predicting ICU LOS in critically ill
patient groups, such as Acute Physiology and Chronic Health Evaluation (APACHE) IV
for adult patients and Pediatric Index of Mortality (PIM) and Pediatric Risk of
Mortality (PRISM) for pediatric patients, can be useful in benchmarking.

Sources:

Deslich S, Coustasse A. Expanding technology in the ICU: the case for the
utilization of telemedicine. Telemed J E Health. 2014 May;20(5):485-492.

Gruenberg DA, Shelton W, Rose SL, Rutter AE, Socaris S, McGee G. Factors
influencing length of stay in the intensive care unit. Am J Crit Care. 2006
Sep;15(5):502-509.

Kruklitis RJ, Tracy JA, McCambridge MM. Clinical and financial considerations
for implementing an ICU telemedicine program. Chest. 2014 Jun;145(6):1392-
1396.

Levy MM, Rhodes A, Phillips GS, et al. Surviving Sepsis Campaign: association
between performance metrics and outcomes in a 7.5-year study. Crit Care
Med. 2015 Jan;43(1):3-12.
Logani S, Green A, Gasperino J. Benefits of high-intensity intensive care unit
physician staffing under the Affordable Care Act. Crit Care Res Prac.
2011;2011:170814.

Zimmerman JE, Kramer AA, McNair DS, Malila FM, Shaffer VL. Intensive care
unit length of stay: benchmarking based on Acute Physiology and Chronic
Health Evaluation (APACHE) IV. Crit Care Med. 2006 Oct;34(10):2517-2529.

Morbidity and Mortality

Although patients in intensive care units (ICUs) receive care for a large variety of
disease states, the leading causes of death in the ICU are multi-organ failure,
cardiovascular failure, and sepsis. Multi-organ failure has a mortality rate of up to
15-28% when more than one organ system fails, new-onset renal failure has a
mortality rate of up to 61%, and severe respiratory failure has a mortality rate
ranging from 20% to 50%. Sepsis, the second leading cause of death in non-
coronary ICUs, has a mortality rate of up to 45%. Of patients who are diagnosed
with sepsis, up to 51% develop acute renal failure, and up to 20% have acute
respiratory failure requiring mechanical ventilatory support. Overall, mortality rates
in patients admitted to adult ICUs average 10% to 29%, depending on age and
severity of illness. The mortality rate for patients who have been admitted to the
ICU is greater for the next 10 years after they leave the ICU compared to patients of
the same age who have never been admitted to the ICU. The pediatric mortality
rate associated with sepsis is 25%, whereas the overall mortality rate for pediatric
ICU patients ranges from 2% to 6%.

Sources:

Dombrovskiy VY, Martin AA, Sunderram J, Paz HL. Rapid increase in


hospitalization and mortality rates for severe sepsis in the United States: a
trend analysis from 1993 to 2003. Crit Care Med. 2007 May;35(5):1244-1250.

Druml W, Lenz K, Laggner AN. Our paper 20 years later: from acute renal
failure to acute kidney injurythe metamorphosis of a syndrome. Intensive
Care Med. 2015 Nov;41(11):1941-1949.

Elias KM, Moromizato T, Gibbons FK, Christopher KB. Derivation and


validation of the acute organ failure score to predict outcome in critically ill
patients: a cohort study. Crit Care Med. 2015 Apr;43(4):856-64.

Levy MM, Dellinger RP, Townsend SR, et al. The Surviving Sepsis Campaign:
results of an international guideline-based performance improvement
program targeting severe sepsis. Intensive Care Med. 2010 Feb;36(2):222-
231.
Randolph AG, McCulloh RJ. Pediatric sepsis: important considerations for
diagnosing and managing severe infections in infants, children, and
adolescents. Virulence. 2014 Jan 1;5(1):179-189.

Gupta RG, Hartigan SM, Kashiouris MG, Sessler CN, Bearman GM. Early goal-
directed resuscitation of patients with septic shock: current evidence and
future directions. Crit Care. 2015 Aug 28;19:286.

Weiss SL, Fitzgerald JC, Pappachan J, et al. Global epidemiology of pediatric


severe sepsis: the sepsis prevalence, outcomes, and therapies study. Am J
Respir Crit Care Med. 2015 May 15;191(10):1147-1157.

Wunsch H, Guerra C, Barnato AE, Angus DC, Li G, Linde-Zwirble WT. Three-


year outcomes for Medicare beneficiaries who survive intensive care. JAMA.
2010 Mar 3;303(9):849-856.

Staffing/Salary

Patient care in the ICU is best provided by an integrated team of dedicated experts
directed by a trained and present physician credentialed in critical care medicine
(an intensivist). The team may consist of critical care nurses, intensivists, nurse
practitioners, pharmacists, physician assistants, physician specialists, primary care
physicians, respiratory therapists, other professionals, and patients and their
families. Nearly 10,360 intensivists, 503,124 critical care nurses, and 15,375 acute
care nurse practitioners practice in the United States. The average base salaries for
members of the multiprofessional team are: critical care staff physician, $283,000;
critical care staff nurse, $97,990; critical care nurse practitioner, $105,200; staff
critical care respiratory therapist, $56,182; and critical care clinical pharmacist,
$111,582.

Sources:

American Association of Critical-Care Nurses. About Critical Care Nursing.


2015.
http://www.aacn.org/wd/publishing/content/pressroom/aboutcriticalcarenursin
g.pcms?menu=. Accessed October 20, 2015.

American Association of Nurse Practitioners. NP Facts. Updated November 23,


2015. http://www.aanp.org/images/documents/about-nps/npfacts.pdf.
Accessed December 10, 2015.

Joint Commission Resources. Improving Care in the ICU. Oakbrook Terrace, IL:
Joint Commission Resources; 2004.

Peckham C. Medscape Intensivist Compensation Report 2015.


http://www.medscape.com/features/slideshow/compensation/2015/criticalcare
. Accessed October 20, 2015.
Clinical Pharmacist Salaries. December 2015. http://www1.salary.com/Clinical-
Pharmacist-Salary.html. Accessed December 10, 2015.

Society of Critical Care Medicine. Compensation of Critical Care Professionals.


2nd ed. Mount Prospect, IL: Society of Critical Care Medicine; 2008.

US Department of Labor, Bureau of Labor Statistics. May 2014 National


Occupational Employment and Wage Estimates United States. Updated March
25, 2015. http://www.bls.gov/oes/current/oes_nat.htm. Accessed December
10, 2015.

US Department of Health and Human Services, Health Resources and


Services Administration. Report to Congress. The Critical Care Workforce: A
Study of the Supply and Demand for Critical Care Physicians. May 2006.
http://bhpr.hrsa.gov/healthworkforce/reports/studycriticalcarephys.pdf.
Accessed October 23, 2015.

Work Force Shortage

An improved life expectancy, a larger aging population, and improvements in the


delivery of healthcare have increased the demand for critical care services. In spite
of the increase in physician fellows pursuing critical care subspecialty training
between 2003/2004 and 2004/2005, the long-standing shortage of nurses, clinical
pharmacists, and respiratory therapists continue to make it difficult to meet patient
demand and consistently deliver high-level care. Research indicates that the
demand will create a 35% shortfall of intensivist hours by 2020.

The Society of Critical Care Medicine (SCCM) is a member of the Critical Care
Societies Collaborative (CCSC), which is working to propose solutions to alleviate
the critical care workforce shortage in the U.S. healthcare system. CCSC is an
alliance of four medical societies that represent more than 100,000 members
integral to critical care delivery: American Association of Critical-Care Nurses,
American College of Chest Physicians, American Thoracic Society, and SCCM.
CCSCs website is http://ccsconline.org.

Sources:

HSM Group, Ltd. Acute care hospital survey of RN vacancy and turnover rates
in 2000. J Nurs Adm. 2002 Sep;32(9):437-439.

Angus DC, Kelly MA, Schmitz RJ, White A, Popovich J Jr. Committee on
Manpower for Pulmonary and Critical Care Societies. Caring for the critically ill
patient. Current and projected workforce requirements for care of the
critically ill and patients with pulmonary disease: Can we meet the
requirements of an aging population? JAMA. 2000 Dec;284(21):2762-2770.
Brotherton SE, Rockey PH., Etzel SI. US graduate medical education, 2004-
2005: Trends in primary care specialties. JAMA. 2005 Sep;294(9):1075-1082.

ICU staffing shortages linked to aging population. ATS Bulletin. December 1,


2011. http://ats-365.ascendeventmedia.com/icu-staffing-shortages-linked-to-
aging-population/. Accessed December 10, 2015.

Joint Commission Resources. Improving Care in the ICU. Oakbrook Terrace, IL:
Joint Commission Resources; 2004.

National Center for Health Workforce Analysis. Projecting the Supply of Non-
Primary Care Specialty and Subspecialty Clinicians: 2010-2025. Health
Resources and Services Administration. July 2014.

US Department of Health and Human Services. The Future of the Nursing


Workforce: National- and State-Level Projections, 2012-2025. Washington,
DC: US Department of Health and Human Services. December 2014.
http://bhw.hrsa.gov/healthworkforce/supplydemand/nursing/workforceprojecti
ons/nursingprojections.pdf. Accessed October 23, 2015.

US Department of Health and Human Services. The U.S. Health Workforce


State Profiles. Washington, DC: US Department of Health and Human
Services. August 2014.
http://bhw.hrsa.gov/healthworkforce/supplydemand/usworkforce/stateprofiles/
usworkforcestateprofiles.pdf. Accessed October 23, 2015.

US Department of Health and Human Services, Health Resources and


Services Administration. Report to Congress. The Critical Care Workforce: A
Study of the Supply and Demand for Critical Care Physicians. May 2006.
http://bhpr.hrsa.gov/healthworkforce/reports/studycriticalcarephys.pdf.
Accessed October 23, 2015.

2001-2017 Society of Critical Care Medicine. All rights reserved.


Contact Us | Privacy Statement | Terms and Conditions | Feedback

0 (sakit tak terbayangkan tak dapat diungkapkan) = Nyeri begitu kuat tak sadarkan
diri. Kebanyakan orang tidak pernah mengalami sakala rasa sakit ini. Karena sudah
keburu pingsan seperti mengalami kecelakaan parah, tangan hancur, dan
kesadaran akan hilang sebagai akibat dari rasa sakit yang luar biasa parah.
Pengelompokan: Skala nyeri 1-3 berarti Nyeri Ringan (masih bisa ditahan, aktifitas
tak terganggu) Skala nyeri 4-6 berarti Nyeri Sedang (menganggu aktifitas fisik)
Skala nyeri 7-10 berarti Nyeri Berat (tidak dapat melakukan aktifitas secara mandiri)
Bersumber dari: Menilai Skala Nyeri | Mediskus

Anda mungkin juga menyukai