Anda di halaman 1dari 36

KTI-TBparu

Rabu, 11 November 2015

KTI-TUBERCULOSIS (TBC)

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Secara umum, penyakit tuberculosis paru merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi

masalah kesehatan dalam masyarakat kita. Penyakit tuberculosis paru dimulai dari
tuberculosis, yang berarti suatu penyakit infeksi yang disebabkan bakteri berbentuk (basil)
yang dikenal dengan nama Mycobacterium tuberculosis. Penularan penyakit ini melalui
perantaraan ludah atau dahak penderita yang mengandung basil berkulosis paru. Pada saat
penderita batuk, butir-butir air ludah bertebangan di udara dan terhisap oleh orang sehat,
sehingga masuk kedalam paru-parunya, yang kemudian menyebabkan penyakit tuberculosis
paru. (Sholeh S.Naga,2014)

Jika seorang telah terjangkit bakteri penyebab tuberculosis, akan berakibat buruk, seperti
menurunkan daya kerja atau produktivitas kerja, menularkan kepada orang lain terutama pada

keluarga yang tinggal serumah, dan dapat menyebabkan kematian. Pada penyakit tuberculosis,
jaringan yang paling sering diserang adalah paru-paru. (Sholeh S.Naga,2014)

Menurut WHO memperkirakan bahwa pada tahun 2012 ada 8,7 juta kasus baru

tuberkulosis (13% merupakan koinfeksi dengan HIV) dan 1,4 juta orang meninggal karena
tuberkulosis (WHO, 2012). Penderita tuberkulosis paru yang tertinggi berada pada kelompok

usia produktif (15-50 tahun) yaitu berkisar 75%. Seorang pasien tuberkulosis dewasa

http://kti-tbparu.blogspot.co.id/2015/11/kti-tuberculosis-tbc.html?m=1 19/03/18 10.18


Halaman 1 dari 36
diperkirakan akan kehilangan rata-rata waktu kerjanya 3-4 bulan sehingga berakibat pada

kehilangan pendapatan rumah tangganya yaitu sekitar 20-30%. Jika seseorang meninggal
akibat tuberkulosis, maka dia akan kehilangan pendapatannya sekitar 15 tahun. Selain

merugikan secara ekonomis, tuberkulosis juga memberikan dampak buruk lainnya, yaitu
dikucilkan oleh masyarakat (stigma) (WHO, 2012). (www.pps.unud.ac.id/2012)

Di Indonesia setiap tahunnya kasus tuberkulosis paru bertambah seperempat juta kasus

baru dan sekitar 140.000 kematian terjadi setiap tahunnya. Indonesia termasuk 10 negara
tertinggi penderita kasus tuberkulosis paru di dunia. Menurut WHO dalam laporan Global

Report prevalensi TB di Indonesia pada 2013 ialah 297 per 100.000 penduduk dengan kasus
baru setiap tahun mencapai 460.000 kasus. Dengan demikian, total kasus hingga 2013

mencapai sekitar 800.000-900.000 kasusdan angka kematian sebesar 27 kasus per 100.000
penduduk. (www.health.kompas.com/2013)

Di Kota Makassar, berdasarkan data yang diperoleh dari Bidang Bina Pencegahan
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kota Makassar, jumlah kasus TB Paru

klinis di Puskesmas dan RS sebanyak 900 kasus dan kasus baru TB BTA (+) yang ditemukan
pada tahun 2013 sebanyak 1.819 kasus (puskesmas dan rumah sakit) meningkat dibandingkan
tahun 2012 dimana dilaporkan jumlah penderita TB Paru Klinis di Puskesmas dan Rumah
Sakit sebanyak 511 Jumlah penderita TB Paru Klinis, TB BTA+ sebanyak 1608 penderita

(Puskesmas dan Rumah Sakit). (www.dinkeskotamakassar.net/2013)


Menurut data dari Rs. Bhayangkara Mappaoudang Makassar didapatkan bahwa data
penderita Tuberkulosis Paru yang didapatkan pada tahun 2013 sebanyak 25 orang dengan

kasus baru dan 25 orang dengan kasus yang berulang. Dengan demikian jumlah penderita
Tuberkulosis paru secara keseluruhan adalah sebanyak 50 orang penderita.
(http:/id.scribd.com/dataRS-Bhayangkara-mappaoudang-mksr)
Berdasarkan kenyataan tersebut diatas maka dilakukan suatu penelitian dalam rangka

penerapan asuhan keperawatan pada Klien Tn “M” dengan gangguan System pernapasan
Tuberkulosis Paru di Rumah Sakit Bhayangkara Mappaoudang Makassar.

http://kti-tbparu.blogspot.co.id/2015/11/kti-tuberculosis-tbc.html?m=1 19/03/18 10.18


Halaman 2 dari 36
B. Ruang lingkup penulisan
Ruang lingkup penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah Asuhan Keperawatan Pada Klien
Tn “M” Dengan Gangguan System Pernafasan “Tuberkulosis Paru” Di Ruangan Maleo RS.
Bhayangkara Mappaoudang Makassar

C. Tujuan penulisan
Tujuan Umum
Tujuan umum yang ingin dicapai dalam studi kasus ini adalah mendapatkan pengalaman nyata

dan menerapkan Asuhan Keperawatan secara komprehensif pada klien Tn “M” dengan gangguan
sistem pernapasan “Tuberculosis Paru” di Ruangan Maleo Rs. Bhayangkara Mappaoudang
Makassar.
Tujuan khusus

Diperoleh pengalaman nyata dalam :


a. Melakukan pengkajian keperawatan dengan benar pada klien Tn “M” dengan
Gangguan sistem pernapasan “Tuberculosis Paru”

b. Menegakkan diagnosa keperawatan dengan benar pada klien Tn “M” dengan


Gangguan sistem pernapasan “Tuberculosis Paru”
c. Menyusun perencanaan tindakan keperawatan dengan tepat pada klien Tn “M”
dengan Gangguan sistem pernapasan “Tuberculosis Paru”

d. Melakukan implementasi keperawatan dengan benar pada klien Tn “M” dengan


Gangguan sistem pernapasan “Tuberculosis Paru”
e. Melakukan evaluasi tindakan keperawatan dengan benar pada klien Tn “M” dengan

Gangguan sistem pernapasan “Tuberculosis Paru”


f. Menganalisa kesenjangan antara teori dan kasus nyata pada klien Tn “M” dengan
Gangguan sistem pernapasan “Tuberculosis Paru”
g. Melakukan pendokumentasian Asuhan Keperawatan dengan benar pada Tn “M”
dengan Gangguan sistem pernapasan “Tuberculosis Paru”

http://kti-tbparu.blogspot.co.id/2015/11/kti-tuberculosis-tbc.html?m=1 19/03/18 10.18


Halaman 3 dari 36
D. Manfaat Penulisan
1. Bidang akademik
Sebagai sumber informasi dan bahan bagi Akademik dalam meningkatkan mutu
pendidikan pada masa yang akan datang pada bidang keperawatan.
2. Rumah sakit
Sebagai masukan bagi perawat Rs. Bhayangkara Mappaoudang dalam rangka mengambil

kebijakan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan khususnya pada pasien yang
mengalami Gangguan System Pernafasan “Tuberculosis Paru”
3. Klien dan Keluarganya
Dapat meningkatkan pengetahuan klien dan keluarga tentang bagaimana merawat klien
dengan gangguan system pernafasan “Tuberkulosis Paru” khususnya dalam memenuhi
kebutuhan dasarnya.
4. Penulis

Penulis dapat memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam memberikan asuhan


keperawatan serta mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama kuliah
Metode Penulisan

a. Tempat dan waktu


Dalam menyusun karya tulis ilmiah penulis melakukan asuhan keperawatan pada Tn“M”
dengan Sistem Pernafasan “Tuberkulosis Paru” di Rs. Bhayangkara Mappaoudang
Makassar yang dilaksanakan diruang Maleo pada tanggal 28/01/2014

b. Teknik pengumpulan data


Untuk mendapatkan data- data yang dibutuhkan dalam penyusunan karya tulis ilmiah,
metode penulisan yang digunakan antara lain :
1) Studi kepustakaan

Dengan mempelajari berbagai literatur atau referensi yang berhubungan dengan

http://kti-tbparu.blogspot.co.id/2015/11/kti-tuberculosis-tbc.html?m=1 19/03/18 10.18


Halaman 4 dari 36
karya tulis ilmiah ini antara lain buku – buku, internet dan catatan kuliah yang
berkaitan dengan masalah yang dibahas sebagai dasar teoritis.
2) Studi kasus
Studi kasus dilakukan dengan pendekatan proses keperawatan dari pengkajian data,
perencanaan, pelaksanaan sampai evaluasi melalui teknik:

(a) Wawancara
Untuk mendapatkan data lebih lengkap tentang masalah yang timbul pada klien,
dilakukan dengan cara auto dan allo anamnese.
(b) Observasi
Mengamati langsung perubahan yang terjadi pada klien yang mengalami
gangguan system pernafasan “Tuberkulosis paru”

(c) Pemeriksaan fisik


Menunjang data-data yang didapatkan ketika observasi yang dilakukan dengan
cara inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi pada Gangguan System Pernafasan
“Tuberkulosis Paru”
(d) Diskusi
Bila ada masalah atau kendala yang didapatkan dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan pada klien, penulis mengkonsultasikan dengan pembimbing atau

tenaga kesehatan yang terkait.

c. Studi Dokumentasi
Melihat dan membaca langsung status klien di ruang Perawatan maleo pada klien Tn
“M” dengan Gangguan System Pernafasan “Tuberkulosis Paru”.

http://kti-tbparu.blogspot.co.id/2015/11/kti-tuberculosis-tbc.html?m=1 19/03/18 10.18


Halaman 5 dari 36
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. Konsep Dasar
Anatomi dan fisiologi system pernapasan
a. Anatomi system pernafasan
Sistem pernapasan terdiri dari saluran nafas bagian atas : rongga hidung, faring, dan

laring, saluran nafas bagian bawah : trachea, bronkus, bronkuolus, alveolus, dan paru-
paru. (Evelyn C. Pearce, 2011)

Gambar 1 : anatomi system pernafasan

1) System pernafasan atas


Gambar 2 : system pernapasan atas
(a) Rongga hidung
Rongga hidung bagian ekternal berbentuk pyramid disertai dengan satu akar
dan dasar. Bagian ini tersusun dari kerangka kerja tulang, kartilago hialin dan
jaringan fibrioareolar. Bagian internal hidung adalah rongga berlorong yang
dipisahkan menjadi rongga hidung kanan dan kiri oleh pembagi vertikal yang
sempit, yang disebut septum. Rongga hidung dilapisi selaput lendir yang sangat
kaya akan pembuluh darah, bersambung dengan lapisan faring dan selaput
lendir semua sinus yang mempunyai lubang masuk ke dalam rongga hidung.

Daerah pernapasan dilapisi epithelium silinder dan sel epitel berambut yang
mengandung sel cangkir atau sel lendir. Sekresi sel itu membuat permukaan

http://kti-tbparu.blogspot.co.id/2015/11/kti-tuberculosis-tbc.html?m=1 19/03/18 10.18


Halaman 6 dari 36
nares basah dan berlendir. (Evelyn C. Pearce, 2011)
(b) Faring
Faring (tekak) adalah pipa berotot berukuran 12,5 cm yang berjalan dari
dasar tengkorak sampai persambungan dengan esophagus pada ketinggian
tulang rawan krikoid. Maka letaknya dibelakang hidung (nasofaring),
dibelakang mulut (orofaring) dan dibelakang laring (faring laryngeal). (Evelyn
C. Pearce, 2011)
(c) Laring

Laring (tenggorok) terletak didepan bagian terendah faring yang


memisahkannya dari kolumna vertebra, berjalan dari faring sampai ketinggian
vertebra servikalis dan masuk kedalam trakhe bawahnya. Laring ditopang oleh
Sembilan kartilago; tiga berpasang dan tiga tidak berpasang. (Evelyn C. Pearce,
2011)

2) System pernafasan bawah

Gambar 3 : system pernapasan bawah


(a) Trachea
Trakea adalah tuba dengan panjang 10 cm samapai 12 cm diameter 2,5 cm
serta terletak diatas permukaan anterior esophagus. Tuba ini berjalan dari laring

http://kti-tbparu.blogspot.co.id/2015/11/kti-tuberculosis-tbc.html?m=1 19/03/18 10.18


Halaman 7 dari 36
sampai kira-kira ketinggian vertebra torakalis kelima dan ditempat ini
bercabang menjadi dua bronkus. Trakea dilapisi selaput lendir yang terdiri dari
epithelium bersilia dan sel cangkir. Silia ini bergerak menuju atas ke arah
laring. (Evelyn C. Pearce, 2011)
(b) Bronkus

Bronkus terbentuk dari belahan dua trakea pada ketinggian kira-kira vertebra
torakalis kelima mempunyai struktur serupa dengan trakea dan dilapisi oleh
jenis sel yang sama. Bronkus-bronkus itu berjalan kebawah dan kesamping ke
arah tampak paru-paru. (Evelyn C. Pearce, 2011)
(c) Bronkiolus
Bronkiolus adalah anak cabang dari batang tenggorok yang terdapat
dalam rongga tenggorokan dan akan memanjang sampai ke paru-paru. Jumlah
cabang bronkiolus yang menuju paru-paru kanan dan kiri tidak sama.
Bronkiolus yang menuju paru-paru kanan mempunyai 3 cabang, sedangkan
bronkiolus yang menuju paru-paru sebelah kiri hanya 2 cabang. Ciri khas
bronkiolus adalah tidak adanya tulang rawan dan kelenjar pada mukosanya,
pada bagian awal dari cabang bronkiolus hanya memiliki sebaran sel globet
dan epitel. (Evelyn C. Pearce, 2011)
(d) Alveolus

Alveolus adalah struktur anatomi yang memiliki bentuk berongga.


Terdapat pada parenkim paru-paru, yang merupakan ujung dari saluran

pernapasan. Ukurannya bervariasi, tergantung lokasi anatomisnya, semakin


negatif tekanan intrapleura di apeks, ukuran alveolus akan semakin besar. Ada
dua tipe sel epitel alveolus. Tipe I berukuran besar, datar dan berbentuk
skuamosa, bertanggungjawab untuk pertukaran udara. Sedangkan tipe II,
yaitu pneumosit granular, tidak ikut serta dalam pertukaran udara. Sel-sel tipe
II inilah yang memproduksi surfaktan, yang melapisi alveolus dan memcegah

http://kti-tbparu.blogspot.co.id/2015/11/kti-tuberculosis-tbc.html?m=1 19/03/18 10.18


Halaman 8 dari 36
kolapsnya alveolus. (Evelyn C. Pearce, 2011)

(e) Paru-paru
Paru-paru merupakan alat pernapasan utama. Paru-paru mengisi rongga
dada. Terletak disebelah kanan dan kiri dan di tengah dipisahkan oleh jantung
beserta pembuluh darah besarnya dan struktur lainnya yang terletak didalam
mediastrum. Paru-paru adalah organ yang berbentuk kerucut dengan apeks
(puncak) di atas dan muncul sedikit lebih tinggi dari klavikula didalam dasar
leher. Pangkal paru-paru duduk diatas landai rongga toraks, diatas diafragma.
Paru-paru mempunyai permukaan luar yang menyentuh iga-iga, permukaan
dalam yang memuat tumpuk paru-paru, sisi belakang menyentuh tulang
belakang, dan sisi depan menutupi sebagian sisi depan jantung. (Evelyn C.
Pearce, 2011)
b. Fisiologi system pernafasan
1) System pernafasan bawah
(a) Rongga hidung

Udara dari luar akan masuk lewat rongga hidung (cavum nasalis). Rongga
hidung berlapis selaput lendir, di dalamnya terdapat kelenjar minyak (kelenjar
sebasea) dan kelenjar keringat (kelenjar sudorifera). Selaput lendir berfungsi
menangkap benda asing yang masuk lewat saluran pernapasan. Selain itu,
terdapat juga rambut pendek dan tebal yang berfungsi menyaring partikel
kotoran yang masuk bersama udara. Juga terdapat konka yang mempunyai
banyak kapiler darah yang berfungsi menghangatkan udara yang masuk.
Di dalam rongga hidung terjadi penyesuaian suhu dan kelembapan udara
sehingga udara yang masuk ke paru-paru tidak terlalu kering ataupun terlalu
lembap. Udara bebas tidak hanya mengandung oksigen saja, namun juga gas-
gas yang lain. Misalnya, karbon dioksida (CO2), belerang (S), dan nitrogen
(N2). Selain sebagai organ pernapasan, hidung juga merupakan indra pembau

http://kti-tbparu.blogspot.co.id/2015/11/kti-tuberculosis-tbc.html?m=1 19/03/18 10.18


Halaman 9 dari 36
yang sangat sensitif. Dengan kemampuan tersebut, manusia dapat terhindar
dari menghirup gas-gas yang beracun atau berbau busuk yang mungkin
mengandung bakteri dan bahan penyakit lainnya. Dari rongga hidung, udara
selanjutnya akan mengalir ke faring.
(Syaifuddin, 2011)
(b) Faring
Pada bagian belakang faring (posterior) terdapat laring (tekak) tempat
terletaknya pita suara (pita vocalis). Masuknya udara melalui faring akan
menyebabkan pita suara bergetar dan terdengar sebagai suara. Faring juga
berfungsi untuk menyediakan saluran pada traktus respiratorius dan digestif.
(Syaifuddin, 2011)
(c) Laring

Laring adalah saluran pernapasan yang membawa udara menuju


ke trakea Fungsi utama laring adalah untuk melindungi saluran pernapasan
dibawahnya dengan cara menutup secara cepat pada stimulasi mekanik,
sehingga mencegah masuknya benda asing ke dalam saluran napas. Laring
mengandung pita suara (vocal cord). (Syaifuddin, 2011)
2) System pernafasan bawah
(a) Trakea
Trakea dilapisi selaput lendir yang terdiri dari epithelium bersilia dan sel
cangkir. Silia ini bergerak menuju atas ke arah laring. maka dengan gerakan ini
debu-debu dan butir-butirhalus lainnya yang turu masuk bersama dengan
pernapasan dapat dikeluarkan. (Evelyn C. Pearce, 2011)
(b) Bronkus
Bronkus adalah kaliber jalan udara pada sistem pernapasan yang membawa
udara ke paru-paru. Tidak terdapat pertukaran udara yang terjadi pada bagian

paru-paru ini. (Syaifuddin, 2011)

http://kti-tbparu.blogspot.co.id/2015/11/kti-tuberculosis-tbc.html?m=1 19/03/18 10.18


Halaman 10 dari 36
(c) Bronkiolus
Bronkiolus mengadung kelenjar submukosa yang memproduksi lendir yang
membentuk selimut tidak terputus untuk melapisi bagian dalam jalan napas.
(Evelyn C. Pearce, 2011)
(d) Alveolus

kedua sisi dari alveolus merupakan tempat pertukaran udara dengan


darah. Membran alveolaris adalah permukaan tempat terjadinya pertukaran gas.
Darah yang kaya karbondioksida dipompa dari seluruh tubuh ke dalam
pembuluh darah alveolaris, dimana, melalui difusi, ia melepaskan karbon
dioksida dan menyerap oksigen. (Syaifuddin, 2011)
(e) Paru-paru
Fungsi paru-paru adalah pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida. Pada
pernapasan melaluai paru-paru atau pernapasan eksterna, oksigen dipungut
melalui hidung dan mulut pada waktu bernapas; oksigen masuk melalui trakea
dan pipa bronkhial ke alveoli, dan dapat berhubungan erat dengan darah di
dalam kapiler pulmonaris.
Hanya satu lapis membran, yaitu membran alveoli-kapiler, yang
memisahkan oksigen dari darah. Oksigen menembus membran ini dan
dipungut oleh hemoglobin sel darah merah dan dibawah kejantung. Dari sini

dipompa ke dalam arteri ke semua bagian tubuh.


Di dalam paru-paru, salah satu hasil buangan metabolisme, menembus
membran alveoler-kapiler dari kapiler darah ke alveoli, dan setelah melalui
pipa bronkial dan trakea, dinapaskan keluar melalui hidung dan mulut.
(Evelyn C. Pearce, 2011)
Pengertian Tuberculosis Paru

http://kti-tbparu.blogspot.co.id/2015/11/kti-tuberculosis-tbc.html?m=1 19/03/18 10.18


Halaman 11 dari 36
Tuberculosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh M.
tuberculosis. Sebagian besar infeksi TB menyebar lewat udara, melalui terhirupnya nucleus
droplet yang berisikan organisme basil tuberkel dari seorang yang terinfeksi. (Sylfia A. price
&Lorraine M. Willson,2012)

Tuberculosis paru adalah penyakit radang parenkim paru karena infeksi kuman
Mycobacterium tuberculosis. Tuberculosis paru termasuk suatu pneumonia, yaitu pneumonia yang
disebabkan oleh M. tuberculosis. (Dr. R.Darmanto D, 2009)
Tuberkulosis paru atau TB adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang parenkim
paru. Tuberculosis paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh basil mikrobacterium
tuberculosis masuk ke dalam jaringan paru melalui airbone infection dan selanjutnya mengalami
proses yang dikenal sebagai focus primer dari ghon. (Andra S.F & Yessie M.P, 2012)
3. Etiologi
a. Agen infeksius utama, Mycobacterium tuberculosis adalah bakteri aerobic tahan asam
yang tumbuh dengan lambat dan sensitif terhadap panas dan sinar ultraviolet. (Andra
S.F & Yessie M.P, 2012)

b. Mycobacterium tuberculosis adalah bakteri penyebab terjadinya penyakit tuberculosis.


(Sholeh S.Naga,2014)

Insiden
Di kota makassar, berdasarkan data yang didapat dari dari Bidang Bina Pencegahan

Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kota Makassar pada tahun 2013 yaitu
jumlah penderita kasus TB Paru klinis sebanyak 900 kasus dan kasus baru TB BTA (+) sebanyak

1.819 kasus. Jumlah penderita ini meningkat di banding tahun 2012 yaitu 511 Jumlah penderita
TB Paru Klinis, TB BTA+ sebanyak 1608 penderita (Puskesmas dan Rumah Sakit).

(www.dinkeskotamakassar.net/2013)
Menurut data dari RS. Bhayangkara Mappaoudang Makassar didapatkan bahwa data

penderita Tuberkulosis Paru yang didapatkan pada tahun 2013 sebanyak 25 orang dengan

kasus baru dan 25 orang dengan kasus yang berulang. Dengan demikian jumlah penderita

http://kti-tbparu.blogspot.co.id/2015/11/kti-tuberculosis-tbc.html?m=1 19/03/18 10.18


Halaman 12 dari 36
Tuberkulosis paru secara keseluruhan adalah sebanyak 50 orang penderita.
(http:/id.scribd.com/dataRS-Bhayangkara-mappaoudang-mksr)

Patofisiologi
Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya diinhalasi sebagai unit yang

terdiri dari satu sampai tiga basil. Gumpalan basil yang lebih besar cenderung bertahan di saluran
hidung dan cabang besar bronkus dan tidak menyebabkan penyakit. Setelah berada dalam ruang

alveolus, biasanya dibagian bawah lobus atas paru atau dibagian atas lobus bawah, basil tuberkel

ini membangkitkan reaksi peradangan. Leukosit polimorfunuklear tampak pada tempat tersebut.
Sesudah sehari-hari pertama, leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli yang terserang akan

mengalami konsolidasi, dan timbul peneumonia akut. Pneumonia selulur ini dapat sembuh dengan
sendirinya, sehingga tidak ada sisa yang tertinggal, atau proses dapat berjalan terus, dan bakteri

terus difagosit atau berkembang biak di dalam sel. Basil juga menyebar melalui getah bening
menuju ke getah bening regional. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan

sebagaian bersatu sehingga membentuk sel tuberkel epiteloid, yang dikelilingi oleh limfosit.
Reaksi ini biasanya membutuhkan waktu sampai 10-12 hari.

Lesi primer paru disebut focus ghon dan gabungan terserangnya kelenjar getah bening
regional dan lesi primer disebut kompleks ghon. Kompleks ghon yang mengalami perkapuran ini

dapat dilihat pada orang sehat yang kebetulan menjalani pemeriksaan radiogram rutin. Namun,
kebanyakan infeksi TB paru tidak terlihat secara klinis atau dengan radiografi.

Respons lain yang dapat terjadi pada daerah nekrosis adalah pencairan, yaitu bahan cair

lepas ke dalam bronkus yang berhubungan dan menimbulkan kavitas. Bahan tubercular yang
dilepaskan dari didinding kavitas akan masuk kedalam percabangan trakeobronkial. Proses ini

dapat berulang kembali di bagian lain dari paru, atau basil dapat terbawa sampai ke laring, telinga
tengah atau usus.

Walaupun tanpa pengobatan, kavitas yang kecil dapat menutup dan meninggalkan jaringan
parut fibrosis. Bila, peradangan mereda, lumen bronkus dapat menyempit dan menutup oleh

http://kti-tbparu.blogspot.co.id/2015/11/kti-tuberculosis-tbc.html?m=1 19/03/18 10.18


Halaman 13 dari 36
jaringan parut yang terdapat dekat dengan taut bronkus dan rongga. Bahan perkijuan dapat
mengental dan tidak dapat mengalir melalaui saluran penghubung, sehingga kavitas penuh dengan

bahan perkijuan, dan lesi mirip dengan lesi berkapsul yang tidak terlepas. Keadaan ini tidak dapat
menimbulkan gejala dalam waktu lama atau membentuk lagi hubungan dengan bronkus dan

menjadi tempat peradangan aktif.

Penyakit dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah. Organisme yang
lolos dari kelenjar getah bening akan mencapai aliran darah dalam jumlah kecil, yang kadang-

kandang dapat menimbulkan lesi pada berbagai organ lain. Jenis penyebaran ini dikenal sebagai
penyebaran limfahematogen, yang biasanya sembuh sendiri. Penyebaran hematogen merupakan

suatu fenomena akut yang biasanya meyebabkan TB milier, ini terjadi apabila fokus nekrotik
merusak pembuluh darah sehingga banyak organisme masuk kedalam sistem vaskuler dan

tersebar ke organ-organ tubuh.


(Sylfia & Lorraine,2012)

Manifestasi Klinik
Terdapat beberapa pendapat tentang manifestasi klinik dari Tuberculosis paru yaitu:

a. Menurut Zulkifli Amin & Asril Bahar, 2009 keluhan yang dirasakan pasien tuberculosis
dapat bermacam-macam atau malah banyak pasien ditemukan TB paru tanpa keluhan

sama sekali dalam pemeriksaan kesehatan. Keluhan yang terbanyak adalah :

1) Demam
Biasanya subfebril menyerupai demam influenza. Tetapi kadang-kadang panas

badan dapat mencapai 40-41oC. Serangan demam pertama dapat sembuh sebentar,

tetapi kemudian dapat timbul kembali. Begitulah seterusnya hilang timbulnya


demam influenza ini, sehingga pasien merasa tidak pernah terbebas dari serangan

demam influenza. Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh pasien dan
berat ringannya infeksi tuberculosis yang masuk.

2) Batuk/batuk berdarah
Batuk ini terjadi karena ada iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk

http://kti-tbparu.blogspot.co.id/2015/11/kti-tuberculosis-tbc.html?m=1 19/03/18 10.18


Halaman 14 dari 36
membuang produk-produk radang keluar. Karena terlibatnya bronkus pada setiap

penyakit tidak sama. Mungkin saja batuk baru ada setelah penyakit berkembang
dalam jaringan paru yakni setelah berminggu-minggu atau berbulan-bulan

peradangan bermula. Sifat batuk ini dimulai dari batuk kering (non-produktif)
kemudian setelah timbul peradangan menjadi produktif (menghsilkan sputum).

Keadaan yang lanjut adalah berupa batuk darah karena terdapat pembuluh darah
yang pecah. Kebanyakan batuk darah pada tuberculosis pada kavitas, tetapi dapat

juga terjadi pada ulkus dinding bronkus.


3) Sesak napas

Pada penyakit yang ringan (baru kambuh) belum dirasakan sesak napas. Sesak
napas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut yang infiltrasinya sudah

meliputi setengah bagian paru-paru.


4) Nyeri dada

Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah

samapi ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan kedua pleura


sewaktu pasien menarik melepaskan napasnya.

5) Malaise
Penyakit tuberculosis bersifat radang yang radang menahun. Gejala malaise sering

ditemukan berupa anoreksia tidak ada nafsu makan, badan makin kurus (berat
badan turun), sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam, dll. Gejala malaise

ini makin lama makin berat dan terjadi hilang timbul secara tidak teratur.
b. Menurut Andra S.F & Yessie M.P, 2012 gambran klinik Tb paru dapat digolongkan

menjadi 2 golongan, gejala respiratorik dan gejala sistematik


Gejala respiratorik :

1) Batuk
Gejala batuk timbul paling dini dan merupakan gangguan yang paling sering

dikeluhkan. Mula-mula bersifat non-produktif kemudian berdahak bahkan

http://kti-tbparu.blogspot.co.id/2015/11/kti-tuberculosis-tbc.html?m=1 19/03/18 10.18


Halaman 15 dari 36
bercampur darah bila sudah ada kerusakan jaringan.

2) Batuk berdarah
Darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi, mungkin tampak berupa garis

bercak-bercak darah, gumpalan darah atau darah segar dalam jumlah yang sangat
banyak. Batuk darah terjadi karena pecahhya pembuluh darah. Berat ringannya

batuk darah tergantung dari besar kecilnya pembuluh darah yang pecah.
3) Sesak napas

Gejala ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau ada karena hal-
hal yang menyertai seperti efusi pleura, pneumotorax, anemia dan lain-lain.

4) Nyeri dada
Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri preulitik yang ringan. Gejala ini timbul

apabila system persarafan di pleura terkena.

Gejala sistematik :
1) Demam

Merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul pada soreh dan malam hari
mirip dengan influenza, hilang timbul dan makin lama semakin panjang

serangannya sedang masa bebas serangan makin pendek.


1) Gejala sistematik lain : Keringat malam, anorexia, penurunan berat badan serta

malaise.
2) Timbul gejala biasanya gradual dalam beberapa minggu-bulan, akan tetapi

penampilan akut dengan batuk, panas, sesak napas walaupun jarang dapat juga
timbul menyerupai gejala pneumonia.

c. Menurut Sholeh S. Naga, 2014 ada beberapa tanda seseorang terjangkit tuberculosis
paru diantaranya:

1) Batuk berdahak lebih dari 2 minggu,

2) Batuk dengan mengeluarkan darah atau pernah mengeluarkan darah,

http://kti-tbparu.blogspot.co.id/2015/11/kti-tuberculosis-tbc.html?m=1 19/03/18 10.18


Halaman 16 dari 36
3) Dada terasa sakit atau nyeri, dan

4) Dada terasa sesak waktu bernapas.

Test Diagnostic

Test diagnostic menurut Andra S.F & Yessie M.P, 2012

JENIS PEMERIKSAAN INTERPRETASI HASIL

1) Sputum

a. Kultur Mycobacterium tuberculosis positif pada tahap aktif,

penting untuk menetapkan dignosa pasti dan


menetukan uji kepekaan terhadap obat.
b. Ziehl-Neelsen BTA positif.
2) Tes Kulit (PPD, Mantoux, Reaksi posistif (area indurasi 10 mm atau lebih)
Vollmer) menunjukkan infeksi masa lalu dan adanya antibody
tetapi tidak berarti untuk menunjukkan keaktivan

penyakit.
3) Foto Thorax Dapat menunjukkan infiltrasi lesi awal area paru,

simpanan kalsium lesi sembuh primer, efusi cairan,


akumulasi udara, area cavitas, area fibrosa dan

penyimpangan struktur mediastinal.


4) Histology atau kultur Hasil positif dapat menunjukkan serangan
jaringan (termasuk bilasan ekstrapulmonal
lambung, urin, cairan
serebrospinal, biopsy kulit)

5) Biopsy jarum pada jaringan Positif untuk granuloma TB, adanya giant cell
paru menunjukkan nekrosis

http://kti-tbparu.blogspot.co.id/2015/11/kti-tuberculosis-tbc.html?m=1 19/03/18 10.18


Halaman 17 dari 36
6) Darah:

a. LED Indicator stabilitas biologic penderita, respon

terhadap pongobatan dan prediksi tingkat

penyembuhan. Sering meningkat pada proses aktif.


b. Limfosit Menggambarkan status imunitas penderita (normal

atau supresi)
c. Elektrolit Hiponatremia dapat terjadi akibat retensi cairan pada

TB paru kronis luas.

d. Analisa Gas Darah Hasil bervariasi tergantung lokasi dan beratnya

kerusakan paru.

7) Tes Faal Paru Penurunan kapitas vital, peningkatan ruang mati,

peningkatan rasio udara residu dan kapitas paru total,


penurunan saturasi oksigen sebagai akibat dari

infiltrasi parenkim/fibrosis, kehilangan jaringan paru


dan penyakit pleural.

Table 1.2 : Test diagnostic

Penatalaksanaan Medic

Menurut Dr. Taufan Nugroho, 2011 ada beberapa pentalaksanaan medic TBC yaitu:
Kriteria diagnosa :

a. Batuk > 4 minggu, batuk berdahak, nyeri dada


b. Demam, malaise, kadang terdapat gejala flu

c. Keringat malam, nafsu makan kurang, BB kurang, sesak nafas


Klasifikasi :

http://kti-tbparu.blogspot.co.id/2015/11/kti-tuberculosis-tbc.html?m=1 19/03/18 10.18


Halaman 18 dari 36
a. TB tersangka : gejala klinis adalah ronsens sesuai TB, BTA –
b. TB paru : gejala klinis dan ronsens sesuai TB, BTA 2 kali berturut-turut +/biakan

positif
c. Bekas TB : BTA -, ronsens lesi sisa (fibrosis, klasifikasi, penebalan pleura)

Pemeriksaan penunjang
a. Ronsens torak

b. BTA 3 kali biakan


c. LED meningkat, hitung jenis limfosit meningkat

Terapi
a. Perbaiki gizi

b. Pankes
c. OAT

Penyulit

a. Hemoptisis masif
b. Penyebaran milier

c. Efusi pleura/empisema
d. Pneumotorak

Lama rawatan : tergantung penyulit


Komplikasi

Penyakit tuberkulosis apabila tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan komplikasi.
Komplikasi dibagi atas komplikasi dini dan komplikasi lanjut.

a. Komplikasi dini : Pleuritis, efusi pleura, empiema, laryngitis, usus, poncet’s arthopathy
b. Komplikasi lanjut: Obstruksi jalan nafas,kerusakan parenkim berat ->fibrosis paru,

kuch pulmonal, amiloidosis, karsinoma paru, sidrom gagal nafas dewasa (ARDS)
sering terjadi pada TB milier dan kavitas TB. (Zulkifli Amin & Asril Bahar, 2009)

10. Pencegahan

http://kti-tbparu.blogspot.co.id/2015/11/kti-tuberculosis-tbc.html?m=1 19/03/18 10.18


Halaman 19 dari 36
Menurut Sholeh S. Naga, 2014 banyak hal yang bisa dilakukan mencegah terjangkitnya TBC
paru. Pencegahan-pencegahan berikut dapat dikerjakan oleh penderita, masyarakat, maupun

petugas kesehatan:
a. Bagi penderita : pencegahan penularan dapat dilakukan dengan menutup mulut saat

batuk, dan membuang dahak tidak sembarang tempat.


b. Bagi masyarakat : pencegahan penularan dapat dilakukan dengan meningkatkan

ketahanan terhdap bayi, yaitu dengan memberikan vaksinasi BCG.


c. Bagi petugas kesehatan : pencegahan dapat diakukan dengan memberikan penyuluhan

tentang penyakit TBC, yang meliputi gejala, bahaya, dan akibat yang ditimbulkannya
terhadap kehidupan masyarakat pada umumnya.

d. Petugas kesehatan juga harus segera melakukan pengisolasian dan pemeriksaan

terhadap orang-orang yang terinfeksi, atau dengan memberikan pengobatan khusus


kepada penderita TBC ini.

e. Pencegahan penularan juga dapat dicegah dengan melaksanakan desinfeksi seperti cuci
tangan, kebersihan rumah yang ketat, perhatian khusus terhadap muntahan atau ludah

anggota keluarga yang terjangkit penyakit ini (piring, tempat tidur, pakaian), dan
menyediakan ventilasi rumah dan sinar matahari yang cukup.

f. Melakukan imunisasi orang-orang yang melakukan kontak langsung dengan penderita,


seperti keluarga, perawat, dokter, petugas kesehatan, dan orang lain yang terindikasi,

dengan vaksin BCG dan tindak lanjut bagi yang positif tertular.
g. Melakukan penyelidikan terhadap orang-orang kontak. Perlu dilakukan Tes Tuberkulin

bagi seluruh anggota keluarga. Apabila cara ini menunjukkan hasil negative, perlu
diulang pemeriksaan tiap bulan selama 3 bulan dan perlu penyelidikan intensif.

11. Pengobatan

Pengobatan Tuberkulosisi paru menggunakan Obat Anti Tuberculosis (OAT) dengan metode
Directly Observed Treatment Shortcourse (DOTS).

a. Kategeori I (2 HRZE/4 H3R3) untuk pasien TBC baru

http://kti-tbparu.blogspot.co.id/2015/11/kti-tuberculosis-tbc.html?m=1 19/03/18 10.18


Halaman 20 dari 36
b. Kategori II ( 2 HRZES/HRZE/5 H3R3E3) utuk pasien ulangan (pasien yang
pengobatan kategori I-nya gagal atau pasien yang kambuh)

c. Kategori III (2 HRZ/4 H3R3) untuk pasien baru dengan BTA (-), Ro (+)
d. Sisipan (HRZE) digunakan sebagai tambahan bila pada pemeriksaan akhir tahap

intensif dari pengobatan dengan kategori I atau kategori II ditemukan BTA (+)
Obat diminum sekaligus 1 jam sebelum makan pagi.

Kategori I

a. Tahap permulaan diberikan setiap hari selama 2 bulan (2 HRZE):


1) INH (H) : 300 mg – 1 tablet

2) Rimfampisin (R) : 450 mg – 1 kaplet


3) Pirazinamid (Z) : 1500 mg – 3 kaplet @500 mg

4) Etambutol (E) : 750 mg – 3 kaplet @250 mg


Obat tersebut diminun setiap hari secara intensif sebanyak 60 kali. Regimen ini disebut

kombipak II
b. Tahap lanjutan diberikan 3 kali dalam seminggu selama 4 bulan (4 H3R3):

1) INH (H) : 600 mg – 2 tablet @ 300 mg


2) Rimfampisin (R) : 450 mg – 1 kaplet

Obat diminum 3 kali dalam seminggu (intermiten) sebanyak 54 kali. Regimen ini disebut
kombipak III. (Widoyono, 2011)

Konsep Asuhan Keperawatan


Konsep keperawatan Tuberkulosis paru menurut Arif Muttaqin, 2009 meliputi :

1. Pengkajian

a. Anamnesis
1) Keluhan utama

Keluhan yang sering menyebabkan klien dengan TB paru meminta pertolongan pada
tenaga medis dibagi menjadi 2 keluhan yaitu :

(a) Batuk

http://kti-tbparu.blogspot.co.id/2015/11/kti-tuberculosis-tbc.html?m=1 19/03/18 10.18


Halaman 21 dari 36
Keluhan batuk timbul paling awal dan paling sering dikeluhkan, apakah batuk
besifat produktif/nonproduktif, sputum bercampur darah

(b) Batuk darah

Seberapa banyak darah yang keluar atau hanya blood streak, berupa garis, atau
bercak-bercak darah

(c) Sesak napas


Keluhan ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau karena atau

ada hal-hal yang menyertai seperti efusi pleura, pneumotoraks, anemia dll
(d) Nyeri dada

Gejala ini timbul apabila system persarafan di pleural terkena Tb


2) Keluhan sistematis

(a) Demam
Keluhan ini sering dijumpai yang biasanya timbul pada soreh hari atau pada

malam hari mirip dengan influenza


(b) Keluhan sistematis lain

Keluhan yang timbul antra lain : keringat malam, anoreksia, penurunan berat

badan, dan malaise


b. Riwayat kesehatan

1) Riwayat kesehatan sekarang :


(a) Keadaan pernapasan (napas pendek)

(b) Nyeri dada


(c) Batuk, dan

(d) Sputum
2) Kesehatan dahulu :

Jenis gangguan kesehatan yang baru saja dialami, cedera, dan pembedahan

http://kti-tbparu.blogspot.co.id/2015/11/kti-tuberculosis-tbc.html?m=1 19/03/18 10.18


Halaman 22 dari 36
3) Kesehatan keluarga

Adakah anggota keluarga yang menderita empisema, asama, alergi, dan TB


c. Pemeriksaan fisik

1) Keadaan umum dan tanda-tanda vital


Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital klien biasanya didapatakan peningkatan suhu

tubuh secara signifikan, frekuensi napas meningkat disertai sesak napas, denyut
madi meningkat seirama dengan peningkatan suhu tubuh dan frekuensi pernapasan,

dan tekanan darah biasanya sesuai dengan adanya penyakit penyulit seperti
hipertensi

2) Breathing
Inspeksi :

(a) Bentuk dada dan gerakan pernapasan


Klien dengan Tb paru biasanya terlihat kurus sehingga pada bentuk dada terlihat

adanya penurunan proporsi anterior-posterior bading prosprsi diameter lateral

(b) Batuk dan sputum


Batuk produktif disertai adanya peningkatan produksi secret dan sekresi sputum

yang purulen.

Palpasi :

Gerakan dinding toraks anterior/ekskrusi pernapasan. Tb paru tanpa komplikasi pada


saat dilakukan palpasi, gerakan dada biasanya normal dan seimbang bagian kiri dan

kanan. Adanya penurunan gerakan dinding pernapasan biasanya ditemukan pada


klien Tb paru dengan kerusakan parenkim paru yang luas.

Taktil fremitus
Adanya penurunan taktil fremitus pada klien TB paru biasanya ditemukan pada

klien yang disertai komplikasi efusi pleural massif, sehingga hantaran suara

http://kti-tbparu.blogspot.co.id/2015/11/kti-tuberculosis-tbc.html?m=1 19/03/18 10.18


Halaman 23 dari 36
menurun.

Perkusi :
Pada klien Tb paru tanpa komplikasi biasanya ditemukan resonan atau sonor pada

seluruh lapang paru. Pada klien dengan komplikasi efusi pleura didapatakn bunyi

redup sampai pekak pada sisi yang sakit sesuai dengan akumulasi cairan.
Aukultasi :

Pada klien Tb paru bunyi nafas tambahan ronki pada sisi yang sakit.

3) Brain

Kesadaran biasanya composmentis, ditemukan adanya sianosis perifer apabila


gangguan perfusi jaringan berat. Pengkajian objekif, klien tampak wajah meringis,

menangis, merintih. Pada saat dilakukan pengakajian pada mata, biasanya

didapatakan konjungtiva anemis pada Tb paru yang hemaptu, dan ikterik pada

pasien Tb paru dengan gangguan fungsi hati.

4) Bledder
Pengukuran volume output urin berhubungan dengan intake cairan. Memonitor

adanya oliguria karena hal tersebut merupakan tanda awal syok.

5) Bowel

Klien biasanya mengalami mual, muntah, penurunan nafsu makan, dan penurunan
berat badan

6) Bone

Aktivitas sehari-hari berkurang banyak pada klien Tb paru. Gejala yang muncul

antara lain kelemahan, kelelahan, insomnia, pola hidup menetap


Dignosa keperawatan

a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d sekresi mucus yang kental, hemoptisis,

kelemahan, upaya batuk buruk, edema tracheal/faringeal.

b. Ketidakefektifan pola pernapasan b.d menurunnya ekspansi paru sekunder terhadap

penumpukan cairan dalam rongga pleura

http://kti-tbparu.blogspot.co.id/2015/11/kti-tuberculosis-tbc.html?m=1 19/03/18 10.18


Halaman 24 dari 36
c. Resiko tinggi gangguan pertukaran gas b.d penurunan jaringan efekif paru, atelaktasis,
kerusakan membrane alveolar kapiler, dan edema bronchial

d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d keletihan, anoreksia, dan atau

dipsnea, dan peningkatan metabolisme tubuh

e. Kurang informasi dan pengetahuan mengenal kondisi, aturan pengobatan, proses


penyakit dan penatalaksanaan perawatan dirumah

f. Cemas b.d adanya ancaman kematian yang dibayangkan (ketidakmampuan untuk

bernapas) dan prognosis penyakit yang belum jelas.

Intervensi keperawatan

DX I : Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d sekresi mucus yang kental, hemoptisis,
kelemahan, upaya batuk buruk, edema tracheal/faringeal.

Tujuan : bersihan jalan nafas kembali menjadi efektif

Kretieria evaluasi :

a. Klien mampu melakukan batuk efektif

b. Pernapasan klien normal (16-20x/menit) tanpa ada penggunaan otot bantu nafas, bunyi

nafas normal dan pergerakan pernapasan normal

INTERVENSI RASIONAL

Mandiri
a. Kaji fungsi pernapasan (bunyi nafas, a. Penurunan bunyi nafas

kecepatan, irama, kedalaman, dan menunjukkan atelaktasis, ronkhi

penggunaan otot bantu pernapasan) menunjukkan akumulasi secret dan

ketidakefekifan pengeluaran secret


yang selanjutnya menimbulkan

penggunaan otot bantu nafas dan

peningkatan kerja pernapasan.

b. Pengeluaran akan sulit bila secret

http://kti-tbparu.blogspot.co.id/2015/11/kti-tuberculosis-tbc.html?m=1 19/03/18 10.18


Halaman 25 dari 36
b. Kaji kemampuan mengeluarkan secret, kental (efek infeksi dan hidrasi yang
catat karakter, warna sputum, adanya tidak adekuat). Sputum berdarah bila

hemoptisis ada kerusakan kavitas paru atau luka

bronchial dan memerlukan intervensi

lebih lanjut.

c. Posisi fowler memaksimalkan


ekspansi paru dan menurunkan
c. Berikan posisi fowler/ semi fowler dan upaya napas. Ventilasi maksimal
bantu klien berlatih napas dalam dan membuka area atelaktasis dan
batuk efektif meningkatkan gerakan secret ke
jalan napas besar untuk di keluarkan.

d. Hidrasi yang adekuat membantu

mengencerkan secret dan

mengefektifkan jalan napas.


d. Pertahankan volume cairan sedikitnya
2500 ml/ hari anjurkan minum dalam e. Mencegah obstrukasi dan aspirasi.
kondisi hangat jika tidak ada Pengisapan diperlukan bila klien
kontraindikasi tidak mampu mengeluarkan secret.
e. Bersihkan secret dari mulut dan trakea
bila perlu lakukan pengisapan (suction)

Kalaborasi Pemberian obat sesuai indikasi : f. Pengobatan tuberculosis terbagi


f. OAT menjadi 2 fase, yaitu fase intensif (2-

3 bulan) dan fase lanjutan (4-7

bulan). Paduan obat yang digunakan


terdiri atas obat utama yang

digunakan sesuai dengan

rekomendasi WHO adalah

http://kti-tbparu.blogspot.co.id/2015/11/kti-tuberculosis-tbc.html?m=1 19/03/18 10.18


Halaman 26 dari 36
rifampisin, INH, pirazinamide,

streptomycin, dan etambutol


g. Agen mukolitik g. Agen mukolitik menurunkan

kekentalan dan perlengketan secret

paru untuk memudahkan pembersihan

h. Bronkodilator meningkatkan
h. Bronkodilator diameter lumen percabangan

trakheobronkhial sehingga

menurunkan tahanan terhadap aliran

udara.
i. Kortikosteroid berguna dalam
i. Kortikosteroid
keterlibatan luas hipoksemia dan bila

reaksi inflamasi mengancam

kehidupan.

Table 2.2 : Intervensi diagnosa keperawatan 1

Dx II : Ketidakefektifan pola pernapasan b.d menurunnya ekspansi paru sekunder

terhadap penumpukan cairan dalam rongga pleura

Tujuan : pola napas kembali efekif


Kreteria evaluasi :

a. Klien mampu melakukan batuk efektif

b. Irama, frekuensi, dan kedalaman pernapasan berada dalam batas normal, pada

pemeriksaan rontgen dada tidak ditemukan adanya akumulasi cairan, dan bunyi napas
terdengar jelas.

RENCANA INTERVENSI RASIONAL

a. Identifikasi factor penyebab a. Dengan mengidentifikasikan penyebab,

kita dapat menentukan jenis efusi pleura

http://kti-tbparu.blogspot.co.id/2015/11/kti-tuberculosis-tbc.html?m=1 19/03/18 10.18


Halaman 27 dari 36
sehingga dapat mengambil tindakan yang

tepat
b. Kaji fungsi pernapasan, catat kecepatan b. Distress pernapasan dan perubahan tanda
pernapasan, dispnea, sianosis, dan vital dapat terjadi sebagai akibat stress
perubahan tanda vital fisiologi dan nyeri atau dapat

menunjukkan terjadinya syok akibat


hipoksia
c. Berikan posisi semifowler/fowler tinggi c. Posisi fowler memaksimalkan ekspansi
dan miring pada sisi yang sakit, bantu paru dan menurunkan upaya bernapas.
klien napas dalam, dan batuk efektif Ventilasi maksimal membuka area

atelaktasis dan meningkatkan gerakan


sekret ke jalan napas besar untuk
d. Auskultasi bunyi napas dikeluarkan

d. Bunyi napas dapat menurun/tidak ada

pada area kolaps yang meliputi satu


lobus, segmen paru, atau seluruh area paru
e. Kaji pengembangan dada dan posisi
e. Ekspansi paru menurun pada area kolaps.
trakea
Deviasi trakea kearah sisi lain yang sehat

pada tension pneumotoraks


f. Bertujuan sebagai evakuasi caiaran atau
f. Kalaborasi untuk tindakan torakosentesis
udara dan memudahkan ekspansi paru
atau kalau perlu WSD
secara maksimal
g. Bila dipasanag WSD: periksa pengontrol
g. Mempertahankan tekanan negative
penghisap dan jumlah isapan yang benar
intrapleural yang meningkatkan ekspansi
h. Periksa batas cairan pada botol
paru optimum
penghisap dan perahankan pada batas
h. Air dalam botol penampungan berfungsi
yang ditentukan
sebagai sekat yang mencegah udara

http://kti-tbparu.blogspot.co.id/2015/11/kti-tuberculosis-tbc.html?m=1 19/03/18 10.18


Halaman 28 dari 36
i. Observasi gelembung udara dalam botol atmosfer masuk kedalam pleura

penampungan i. Gelembung udara selama ekspirasi


menunjukkan keluarnya udara dari pleura

sesuai dengan yang diharapkan.

Gelembung biasanya menurun seiring

dengan bertambahnya ekspansi paru.

Tidak adanya gelembung udara dapat


menunjukkan bahwa ekspansi paru sudah

optimal atau tersumbatnya selang

drainase
j. Setelah WSD di lepas, tutup sisi lubang
j. Deteksi dini terjadinya komplikasi
masuk dengan kasa steril dan observasi
penting seperti berulangnya
tanda yang dapat menunjukkan
pneumotoraks
berulangnya pneumotoraks seperti napas

pendek, keluhan nyeri

Tabel 3.2: Intervensi diagnosa keperawatan 2


Dx III :Resiko tinggi gangguan pertukaran gas b.d penurunan jaringan efekif paru,

atelaktasis, kerusakan membrane alveolar kapiler, dan edema bronchial

Tujuan : Gangguan pertukaran gas tidak terjadi.

Kretria evaluasi :

a. Melaporkan tidak adanya/penurunan dipsnea


b. Klien menunjukkan tidak ada distress pernapasan

c. Menunjukkan perubahan ventilasi dan kadar oksigen jaringan adekuat dengan gas

darah arteri dalam rentang normal

INTERVENSI RASIONAL

Mandiri

a. Kaji dispnea, takipnea, bunyi napas, a. Tb paru mengakibatkan efek luas

http://kti-tbparu.blogspot.co.id/2015/11/kti-tuberculosis-tbc.html?m=1 19/03/18 10.18


Halaman 29 dari 36
peningkatan upaya pernapasan, pada paru dari bagian kecil

ekspansi toraks, dan kelemahan bronkopneomunia sampai inflamasi

difus yang luas, nekrosis,efusi pleura,


b. Evaluasi perubahan tingkat dan fibrosis yang luas
kesadaran, catat sianosis dan b. Akumulasi secret dan berkurangnnya
perubahan warna kulit, termasuk jaringan paru yang sehat dapat
membrane mukosa dan kuku mengganggu oksigenasi organ vital
c. Tujukkan dan dukung pernapasan dan jaringan tubuh
bibir selama ekspirasi khususnya c. Membuat tahanan yang melawan
untuk pasien dengan fibrosis dan udara luar untuk mencegah
kerusakan parekim paru kolpas/penyempitan jalan napas
sehingga membantu penyebaran udara

melalui paru dan mengurangi napas


d. Tingkatkan tirah baring, batasi pendek
aktivitas, dan bantu kebutuhan d. Menurunkan konsumsi oksigen
perawatan sehari-hari sesuai keadaan selama periode penurunan pernapasan
klien dan dapat menurunkan beratnya gejala
Kalaborasi

e. Pemeriksaan AGD e. Penurunan kadar O2 (PO2) dan atau


saturasi dan peningkatan PCO2

menunjukkan kebutuhan untuk

intervensi/perubahan program terapi


f. Pemberian oksigen sesuai kebutuhan f. Terapi oksigen dapat mengoreksi
tambahan hipoksemia terjadi akibat penurunan

ventilasi /menurunnya permukaan

alveolar paru
g. Kortikosteroid g. Kortikosteroid berguna dengan

http://kti-tbparu.blogspot.co.id/2015/11/kti-tuberculosis-tbc.html?m=1 19/03/18 10.18


Halaman 30 dari 36
keterlibatan luas pada hipoksemia dan

bila reaksi inflamasi mengancam

kehidupan.

Table 4.2 : Intervensi diagnosa keperawatan 3


Dx IV :Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d keletihan, anoreksia, dan atau

dipsnea, dan peningkatan metabolisme tubuh

Tujuan : intake nutrisi klien terpenuhi

kriteria evaluasi :
a. Klien dapat mempertahankan status nutrisinya dari yang semula kurang menjadi adekuat

b. Pernyataan motivasi kuat untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya

INTERVENSI RASIONAL

a. Kaji status nutrisi klien, turgor kulit, a. Memvalidasi dan menetapkan derajat

berat badan, derajat penurunan berat masalah untuk menetapkan pilihan

badan, integritas mukosa oral, intervensi yang tepat

kemampuan menelan, riwayat


mual/muntah, dan diare

b. Fasilitasi klien untuk memperoleh

diet biasa yang disukai klien (sesuai b. Memperhitungkan keinginan individu

indikasi) dapat memperbaiki intake nutrisi

c. Pantau intake dan output, timbang c. Berguna untuk mengukur kefektifan

berat badan secara periodic (sekali intake nutrisi dan dukungan cairan

seminggu)

d. Lakukan dan ajarkan perawatan d. Menurunkan rasa tidak enak karena

mulut sebelum dan sesudah makan sisa makanan, sisa sputum, atau obat

pada pengobatan sistem pernapasan

yang dapat merangsang pusat muntah

e. Merencanakan diet dengan kandungan

http://kti-tbparu.blogspot.co.id/2015/11/kti-tuberculosis-tbc.html?m=1 19/03/18 10.18


Halaman 31 dari 36
e. Kalaborasi dengan ahli gizi untuk gizi yang cukup untuk memenuhi

menetapkan komposisi dan jenis diet peningkatan kebutuhan energy dan

yang tepat kalori sehubungan dengan status


hipermetabolik klien

f. Menilai kemajuan terapi diet dan


f. Kalaborasi untuk pemeriksaan membantu perencanaan intervensi
laboratorium khususnya BUN, selanjutnya
protein serum dan albumin

Table 5.2: Intervensi keperawatan 4


Dx V : Kurang informasi dan pengetahuan mengenal kondisi, aturan pengobatan, proses

penyakit dan penatalaksanaan perawatan dirumah

Tujuan: klien mampu melaksanakan apa yang telah di informasikan

kriteria evaluasi :
Klien terlihat mengalami penurunan potensi menularkan penyakit

INTERVENSI RASIONAL

a. Kaji kemampuan klien untuk a. Keberhasilan proses pembelajaran

mengikuti pembelajaran (tingkat dipengaruhi oleh kesiapan fisik,

kecemasan, kelelahan umum, emosional, dan lingkungan yang

pengetahuan klien sebelumnya, dan kondusif


suasana yang tepat)

b. Jelasakan tentang dosis obat, b. Meningkatkan partisipasi klien dalam

frekuensi pemberian, kerja yang program pengobatan dan mencegah

diharapkan, dan alasan mengapa putus obat karena membaiknya

pengobatan TB berlangsung dalam kondisi fisik klien sebelum jadwal

waktu yang lama terapi selesai

c. Ajarkan dan nilai kemampuan klien c. Dapat menunjukkan pengaktifan

http://kti-tbparu.blogspot.co.id/2015/11/kti-tuberculosis-tbc.html?m=1 19/03/18 10.18


Halaman 32 dari 36
untuk mengidentifikasi gejala/tanda ulang proses penyakit dan efek obat

reaktivasi penyakit (hemoptisis, yang memerlukan evaluasi lanjut

demam, nyeri dada, kesulitan


bernapas, kehilangan pendengaran,

dan vertigo)

d. Tekankan pentingnya d. Diet TKTP dan cairan yang adekuat

mempertahankan intake nutrisi yang memenuhi peningkatan kebutuhan

mengandung protein dan kalori yang metabolic tubuh. Pendidikan

tinggi serta intake cairan yang cukup kesehatan tentang hal ini akan

setiap hari. meningkatkan kemandirian klien

dalam perawatan penyakitnya

Table 6.2: Intervensi diagnosa keperawatan 5

Dx VI :Cemas b.d adanya ancaman kematian yang dibayangkan (ketidakmampuan untuk

bernapas) dan prognosis penyaki yang belum jelas.


Tujuan : klien mampu memahami dan menerima keadaaanya sehingga tidak terjadi

kecemasan

kriteria evaluasi :

Klien terlihat mampu bernapas secara normal dan mampu beradaptasi dengan keadaannya

sehingga tidak terjadi kecemasan.

INTERVENSI RASIONAL

a. Bantu dalam mengidentifikasi sumber a. Pemanfaatan sumber koping yang ada


koping yang ada secara konstruktif sangat bermanfaat

dalam mengatasi stress


b. Ajarkan teknik relaksasi b. Mengurangi ketegangan otot dan

kecemasan
c. Pertahankan hubungan saling percaya c. Hubungan saling percaya membantu
antara perawat dan klien memperlancar proses terapeutik

http://kti-tbparu.blogspot.co.id/2015/11/kti-tuberculosis-tbc.html?m=1 19/03/18 10.18


Halaman 33 dari 36
d. Kaji factor yang menyebabkan d. Tindakan yang tepat diperlukan dalam

timbulnya rasa cemas mengatasi masalah yang diahadapi klien

dan membangun kepercayaan dalam

mengurangi kecemasan
e. Rasa cemas merupakan efek emosi
e. Bantu klien mengenali dan mengakui sehingga apabila sudah teridentifikasi
rasa cemasnya dengan baik, maka perasaan yang

mengganggu dapat diketahui.

Table 7.2 : Intervensi diagnosa keperawatan 6


Implementasi keperawatan

Implementasi keperawatan merupakan langkah keempat dalam tahap proses keperawatan

dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan yang telah direncanakan dalam intervensi

keperawatan. Dalam tahap ini perawat harus mengetahui berbagai hal diantaranya bahaya-bahaya
fisik dan perlindungan pada klien, teknik komunikasi, kemampuan dalam prosedur tindakan,

pemahaman tentang hak-hak dari pasien serta dalam memahami tingkat perkembangan pasien.

Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan terdapat dua jenis tindakan yaitu tindakan keperawatan

mandiri atau yang dikenal dengan tindakan independent dan tindakan kalaborasi atau dikenal

dengan tindakan interdependent. Sebagai profesi, perawat mempunyai kewenangan dan tanggung
jawab dalam menentukan asuhan keperawatan. (A. Aziz Alimul Hidayat, 2009)

Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara melakuakan

identifikasi seajauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak. Dalam melakukan
evaluasi perawat seharusnya memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam memahami respon

terhadap intervensi keperawatan, kemampuan menggambarkan kesimpulan tentang tujuan yang

ingin diacapai serta kemampuan dalam menghubungkan tindakan keperawatan pada kriteria hasil.

(A. Aziz Alimul Hidayat, 2009)

http://kti-tbparu.blogspot.co.id/2015/11/kti-tuberculosis-tbc.html?m=1 19/03/18 10.18


Halaman 34 dari 36
DAFTAR PUSTAKA

Naga S. Sholeh 2014, Paduan Lengkap Ilmu Penyakit Dalam, Penerbit Diva Press, yogyakarta

Andra F.S & Yessie M.P 2013, Keperawatan Medikal Bedah, Penerbit Nuha Medika, Yogyakarta

Muttaqin Arif 2009. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Pernafasan ,
Penerbit Salemba Medika, Jakarta.

A. Price Sylvia, M. Lorainne Wilson 2012, Patofisiologis: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit,

edisi ke 6, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta.

Aru Sudoyono W, Dkk 2009, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam edisi ke 5, Penerbit Buku
Kedokteran, Internal Publishing, Jakarta.

Dr.Widyono, 2011. Penyakit Tropis: epidemiologi, penularan, pencegahan &

Pemberantasannya, edisi ke 2, Penerbit Erlangga, Jakarta.

A. Alimul Aziz Hidayat, 2009. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, Penerbit Salemba Madika,
Jakarta.

Syaifuddin, 2011. Fisiologi Tubuh Manusia, Penerbit Salemba Medika, Jakarta.

C. Evelyn Pearce, 2011. Anatomi Fisiologi Tubuh Manusia Untuk Paramedis, Penerbit Internal,

Jakarta.

http://dinkeskotamakassar.net/2012.pdf

Indah SRi Wahyuni di 22.52

Berbagi

http://kti-tbparu.blogspot.co.id/2015/11/kti-tuberculosis-tbc.html?m=1 19/03/18 10.18


Halaman 35 dari 36
1 komentar:

widian siallagan 5 Mei 2017 05.27


bab 3 samapi 5 mana ??
Balas

Masukkan komentar Anda...

Beri komentar sebagai: Google Account

Publikasikan Pratinjau

Beranda

Lihat versi web

Mengenai Saya

Indah SRi Wahyuni


Ikuti 8

Lihat profil lengkapku

Diberdayakan oleh Blogger.

http://kti-tbparu.blogspot.co.id/2015/11/kti-tuberculosis-tbc.html?m=1 19/03/18 10.18


Halaman 36 dari 36

Anda mungkin juga menyukai