Anda di halaman 1dari 4

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengertian kesehatan menurut WHO yaitu “Health is a state of
complete physical, mental and social well-being and not merely the absence
of diseases or infirmity”. Menurut WHO, ada empat komponen penting yang
merupakan satu kesatuan dalam definisi sehat yaitu: sehat jasmani, sehat
mental, kesejahteraan sosial, sehat spiritual. Keempat komponen ini dikenal
sebagai sehat positif atau disebut sebagai “Positive Health” karena lebih
realistis dibandingkan dengan definisi WHO yang hanya bersifat idealistik
semata-mata (Firmanthok, 2012)..
Angka kejadian hernia inguinalis (medialis/direk dan lateralis/indirek)
10 kali lebih banyak daripada hernia femoralis dan keduanya mempunyai
persentase sekitar 75-80 % dari seluruh jenis hernia, hernia insisional 10 %,
hernia ventralis 10 %, hernia umbilikalis 3 %, dan hernia lainnya sekitar 3 %
(Sjamsuhidajat, 2010 dan Lavelle et al, 2002). Secara umum, kejadian hernia
inguinalis lebih banyak diderita oleh laki-laki daripada perempuan. Angka
perbandingan kejadian hernia inguinalis 13,9 % pada laki-laki dan 2,1 % pada
perempuan (Ruhl, 2007).
Angka kejadian hernia di amerika kurang lebih 700.000 tiap tahunnya
dan 90% terjadi pada laki-laki. Hernia tidak hanya terjadi pada orang dewasa
tetapi dapat juga pada anak-anak. Insiden hernia dilaporkan 1-5%. Hernia
terjadi pada anak-anak usia lebih dari 6 tahun. Kurang lebih 5% dari semua
wanita mengalami hernia selama hidupnya. (WHO, 2007)
Di Indonesia hernia menempati urutan ke delapan dengan jumlah
291.145 kasus. Untuk data di Jawa Tengah, mayoritas penderita selama bulan
Januari - Desember 2007 diperkirakan 425 penderita. Peningkatan angka
kejadian Penyakit Hernia Inguinalis Lateralis di Indoneisa khusunya Provinsi
Jawa Tengah bisa disebabkan karena ilmu pengetahuan dan teknologi
semakin berkembang dengan pesat, sejalan dengan hal tersebut, maka
permasalahan manusiapun semakin kompleks, salah satunya yaitu kebutuhan
ekonomi yang semakin mendesak. Hal tersebut menuntut manusia untuk
berusaha memenuhi kebutuhannya dengan usaha yang ekstra, tentunya itu
mempengaruhi pola hidup dan kesehatannya yang dapat menyebabkan kerja
tubuh yang berat yang dapat menimbulkan kelelahan dan kelemahan dari
berbagai organ tubuh (Weni, 2010,).
Salah satu rumah sakit di Indonesia yaitu RSUD dr.Sobirin kabupaten
Musi Rawas terdapat 395 pasien hernia inguinalis dari keseluruhan pasien
kasus pada tahun 2013 sampai 2015(Rekam Medik,RSUD dr.Sobirin 2016)
Hernia inguinalis dapat diderita oleh semua umur, tetapi angka
kejadian hernia inguinalis meningkat dengan bertambahnya umur dan
terdapat distribusi bimodal (dua modus) untuk usia yaitu dengan puncaknya
pada usia 1 tahun dan pada usia rerata 40 tahun. Pada anak, insidensinya 1-
2%, dengan 10 % kasus mengalami komplikasi inkarserasi. Pada usia sekitar
satu tahun, sekitar 30 % processus vaginalis belum tertutup. Hernia inguinalis
lebih sering terjadi di sebelah kanan 60 %, sebelah kiri 20-25 %, dan bilateral
15 % (Sjamsuhidajat, 2010).
Penyebab penyakit hernia yaitu dengan bekerja berat untuk memenuhi
kebutuhan seperti mengangkat benda berat, kebiasaan mengkonsumsi
makanan kurang serat, yang dapat menyebabkan konstipasi sehingga
mendorong mengejan saat defekasi. Selain itu, batuk, kehamilan, dapat juga
berpengaruh dalam meningkatkan tekanan intra abdominal sehingga terjadi
kelemahan otot – otot abdomen yang dapat menimbulkan terjadinya hernia
inguinalis, yang dapat menjadi hernia scrotalis bila kantong hernia inguinalis
mencapai scrotum. Bisa juga karena orang yang mempunyai penyakit dengan
tonjolan dilipat paha kemudian dibawa ke dukun sebelum dibawa ke rumah

https://www.scribd.com/document_downloads/direct/3244926…5&user_id=349486940&uahk=wTMzndhX_-benQ2Dih-Q5zFIKe0 19/03/18 10.12


Halaman 1 dari 4
sakit atau dokter. Ada pula sebagian masyarakat yang merasa malu bila
diketahui mempunyai penyakit demikian, sehingga hal-hal inilah yang
kadang kala memperlambat penanganan penyakit dan khususnya hernia.
Dapat juga karena sebab didapat atau anomali congenital. (Hidayati. 2009).
Dibawah ini ada tabel yang menggambarkan kejadian kasus hernia
inguinalis yang terjadi di salah satu RS. dr.Sobirin Kabupaten Musi Rawas
dari tahun 2013 sampai 2015.
TABEL 1.1
DATA KASUS HERNIA INGUINALIS DI RAWAT INAP
RUANGAN KENANGA RUMAH SAKIT dr. SOBIRIN
KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2013 s/d 2015

TAHUN JUMLAH PASIEN JUMLAH PRESENTASE


PENDERITA
15-24 25-44 45-64 >65
2013 9 32 74 29 191 48,4 %
2014 7 26 53 31 159 40,2 %
2015 2 14 15 11 45 11,4 %
TOTAL 18 71 132 71 395 100 %
Sumber : Data rekam medis RS dr. Sobirin, Kab. Musi Rawas 2015.
Berdasarkan uraian di atas, terdapat ada 395 kasus dengan post op
hernia inguinalis yang pernah terjadi di RS.dr.Sobirin pada tahun 2013
sampai 2015.
Beberapa studi memiliki pendapat bahwa insiden hernia inguinalis
lebih rendah pada overweight dan obesitas dibandingkan dengan berat badan
normal. Obesitas dibandingkan dengan berat badan normal dapat mengurangi
risiko kejadian hernia inguinalis sebesar 43 %. Hernia inguinalis lebih mudah
dideteksi pada pria kurus. Pasien kurus dan obesitas dapat meningkatkan
risiko komplikasi post-operasi dan kekambuhan (Ruhl, 2007).
Berdasarkan uraian di atas, terdapat total 395 jumlah penderita kasus
hernia inguinalis dengan angka kematian mencapai 10 orang yang terjadi di
Rs.dr.Sobirin Kabupaten Musi Rawas pada tahun 2013 sampai 2015. (Data
Rekam Medis Rs.dr.Sobirin Kabupaten Musi Rawas, 2015)

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan asuhan


keperawatan dengan kasus kejadian hernia inguinalis di rawat inap
RS. dr. Sobirin Kabupaten Musi Rawas.

1.2 Ruang Lingkup Penulisan


Bagian ini memaparkan keluasan cakupan penelitian. Keluasan
cakupan penelitian dapat dibatasi dengan pembatasan lokasi (kancah)
penelitian, membatasi banyaknya variabel yang akan dikaji, dan membatasi
subjek penelitian misalnya terbatas dalam satu kelas atau beberapa kelas
disekolah tertentu atau disekolah secara independen. (Wayan, 2009)
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan
asuhan keperawatan dengan post op hernia inguinalis di rawat inap
RS.dr.Sobirin Kabupaten Musi Rawas pada Tahun 2016.

1.3. Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mampu melaksanankan asuhan keperawatan dengan kasus hernia
inguinalis di ruang kenanga RS.dr.Sobirin Kabupaten Musi Rawas
tahun 2016.

1.3.2 Tujuan Khusus

https://www.scribd.com/document_downloads/direct/3244926…5&user_id=349486940&uahk=wTMzndhX_-benQ2Dih-Q5zFIKe0 19/03/18 10.12


Halaman 2 dari 4
a. Menjelaskan mengenai hernia inguinalis,
b. Mampu melakukan pengkajian pada pasien post op hernia inguinalis.
c. Mampu menyusun diagnose keperawatan.
d. Mampu menyusun intervensi keperawatan pada pasien post op hernia
inguinalis
e. Mampu melakukan implementasi keperawatan yang tepat dalam
asuhan keperawatan pada pasien dengan post op hernia inguinalis.
f. Mampu mengevaluasi tindakan keperawatan yang diberikan pada
pasien dengan post op hernia inguinalis.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Bagi Penulis
Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam penerapan ilmu
pada bidang asuhan keperawatan medical bedah khususnya dalam
masalah post op hernia inguinalis.
1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan
​Penulis mengharapkan agar nantinya hasil penelitian ini dapat
menjadi bahan bacaan dan masukan bagi mahasiswa/i dan juga
melengkapi sumber informasi data terbaru di perpustakaan.
1.4.3 Bagi Lahan Penelitian
​Dapat menambah wawasan dan informasi kepada keluarga
pasien dan petugas kesehatan yang diruangan tentang masalah post op
hernia.

1.5 Metode Penelitian


1.5.1 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi tentang klien
yang dilakukan secara sistematis untuk menentukan masalah-masalah,
serta kebutuhan-kebutuhan keperawatan dan kesehatan klien.
Pengumpulan data dimulai sejak klien masuk ke rumah sakit
(initial assessment), selama klien dirawat secara terus-menerus
(ongoing assessment), serta pengkajian ulang untuk menambah /
melengkapi data (re-assessment).

1.5.1.1. Wawancara/Anamnesa
Biasa juga disebut dengan anamnesa adalah menanyakan
atau tanya jawab yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi
klien dan merupakan suatu komunikasi yang direncanakan. Teknik
tersebut mencakup keterampilan secara verbal maupun non verbal,
empati dan rasa kepedulian yang tinggi. Teknik verbal meliputi
pertanyaan terbuka maupun tertutup, menggali jawaban dan
memvalidasi respon klien. Teknik non verbal meliputi
mendengarkan secara aktif, diam, sentuhan dan kontak mata.
Mendengarkan secara aktif merupakan suatu hal yang perlu dilatih.

1.5.1.2 Observasi dan Pengukuran


Tahap kedua dalam pengumpulan data adalah pengamatan,
dan pada praktiknya kita lebih sering menyebutnya dengan
observasi. Observasi adalah mengamati perilaku dan keadaan klien
untuk memperoleh data tentang masalah kesehatan dan
keperawatan klien. Tujuan dari observasi adalah mengumpulkan
data tentang masalah yang dihadapi klien melalui kepekaan alat
panca indra.

https://www.scribd.com/document_downloads/direct/3244926…5&user_id=349486940&uahk=wTMzndhX_-benQ2Dih-Q5zFIKe0 19/03/18 10.12


Halaman 3 dari 4
1.5.1.3 Pemeriksaan Fisik
Tahap ketiga dalam pengumpulan data adalah pemeriksaan
fisik. Pemeriksaan fisik dalam keperawatan digunakan untuk
mendapatkan data objektif dari riwayat keperawatan klien.
Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan bersamaan dengan
wawancara. Keterampilan pengkajian fisik meliputi inspeksi,
palpasi, perkusi, dan auskultasi. Tujuan dari pemeriksaan fisik
dalam keperawatan adalah untuk menentukan status kesehatan
klien, mengidentifikasi masalah klien dan mengambil data dasar
untuk menentukan rencana tindakan keperawatan.

1.5.1.4 Penelurusan Data Sekunder


Orang terdekat, informasi dapat diperoleh melalui orang
tua, suami atau istri, anak, teman klien, jika klien mengalami
gangguan kesadaran.

1.5.2 Sistematika Penulisan


Adapun sistematika penulisan adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini terdiri meliputi latar belakang, ruang lingkup
penelitian, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode
penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini terdiri melitupi konsep penyakit sindrom
nefrotik dan konsep asuhan keperawatan post op hernia
inguinalis.
BAB III TINJAUAN KASUS
Pada bab ini terdiri asuhan keperawatan medical bedah
dengan post op hernia inguinalis meliputi : pengkajian, analisa
data, perumusan diagnosa keperawatan, perencanaan
keperawatan, implementasi dan evaluasi.
BAB IV PEMBAHASAN
Pada bab ini terdiri dari kasus yang bertujuan untuk
menentukan kesenjangan antara teori dan fakta yang ada dari
pengkajian, diagnose keperawatan, perencanaan, implementasi
dan evaluasi.
BAB V PENUTUP
Pada bab ini terdiri dari penutup meliputi kesimpulan, saran
dan di akhiri dengan daftar pustaka.

Poltekkes Kemenkes Palembang

https://www.scribd.com/document_downloads/direct/3244926…5&user_id=349486940&uahk=wTMzndhX_-benQ2Dih-Q5zFIKe0 19/03/18 10.12


Halaman 4 dari 4

Anda mungkin juga menyukai