Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu masalah kesehatan yang kita hadapi sekarang ini adalah

penyakit saluran pencernaan seperti gastitis. Masyarakat pada umumnya mengenal

gastritis dengan sebutan penyakit maag yaitu penyakit yang menurut mereka

bukan suatu masalah yang besar, misalnya jika merasakan mual muntah maka

mereka akan langsung mengatasinya dengan minum obat, kemudian mual

muntahnya hilang. Penyakit gastritis ini bila tidak di atasi dengan cepat maka

dapat menimbulkan perdarahan sehingga banyak darah yang keluar dan

berkumpul di lambung, selain itu juga dapat menimbulkan tukak lambung bahkan

hingga kanker lambung sehingga dapat menyebabkan kematian (Harison,

2000:1550, dalam, Hastuti:2007).

Menurut World Health Organization ( WHO ) mengadakan tinjauan

terhadap beberapa negara dunia dan mendapatkan hasil persentase dari angka

kejadian gastritis di dunia, diantaranya Inggris 22%, China 31%, Jepang 14,5%,

Kanada 35%, dan Perancis 29,5%. Di dunia, insiden gastritis sekitar 1,8-2,1 juta

dari jumlah penduduk setiap tahun. Insiden terjadinya gastritis di Asia Tenggara

sekitar 583.635 dari jumlah penduduk setiap tahunnya. Prevalensi gastritis yang

dikonfirmasi melalui endoskopi pada populasi di Shanghai sekitar 17,2% yang

secara substantial lebih tinggi daripada populasi di barat yang berkisar 4,1% dan

bersifat asimptomatik.
Indonesia menempati urutan ke empat dengan jumlah penderita gastritis

yaitu berjumlah 430 juta penderita gastritis. Insiden gastritis di Asia Tenggara

sekitar 583.635 dari jumlah penduduk setiap tahunnya (Kemenkes RI, 2008).

Persentase dari angka kejadian gastritis di Indonesia mencapai angka 40,8%.

Berdasarkan profil kesehatan Indonesia tahun 2010. Gastritis termasuk ke dalam

sepuluh besar penyakit dengan posisi kelima pasien rawat inap dan posisi keenam

pasien rawat jalan di rumah sakit. Rata-rata pasien yang datang ke unit pelayanan

kesehatan baik di puskesmas maupun rumah sakit mengalami keluhan yang

berhubungan dengan mual dan muntah (Profil Dinkes Nasional, 2010). Angka

kejadian gastritis pada beberapa daerah di Indonesia cukup tinggi dengan

prevalensi 274,396 kasus dari 238,452,952 jiwa penduduk.Berdasarkan hasil

penelitian dan pengamatan yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan RI dan

angka kejadian gastritis tertinggi mencapai 91,6% yaitu di kota Medan, lalu di

beberapa kota lainnya seperti Surabaya 31,2%, Denpasar 46%,Jakarta 50%,

Bandung 32,5%,Palembang 35,35% dan Aceh 31,7%.

Penyakit gastritis termasuk ke dalam sepuluh besar penyakit rawat inap di

rumah sakit tingkat Provinsi Sulawesi Selatan dengan jumlah pasien yang keluar

karena meninggal sebanyak 1,45% dari jumlah pasien yang keluar (Dinkes Sulsel,

2010).

Dari data Dinas Kesehatan Kota Makassar kasus gastritis dari tahun 2009

sampai 2011 terus mengalami peningkatan. Dimana pada tahun 2009, kasus

gastritis yaitu 36.766 penderita. Kemudian tahun 2010 sebanyak 43.547 penderita,

dan tahun 2011 semakin meningkat yaitu sebanyak 46.939 pasien. Gastritis
termasuk 10 besar penyakit utama di Makassar dengan jumlah penderita

terbanyak. (Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Makassar Tahun 2012).

Rumah Sakit Tk. II Pelamonia Makassar merupakan salah satu rumah

sakit di kota Makassar dengan kasus gastritis yang meningkat dari tahun ke tahun.

Berdasarkan data pasien di wilayah kerja Rumah Sakit Tk. II Pelamonia Makassar

tahun 2010 terdapat sebanyak 19 pasien menderita gastritis dan pada tahun 2011

terjadi peningkat terjadi peningkatan yaitu 160 pasien yang menderita gastritis.

Gastritis merupakan salah satu penyakit yang termasuk dalam 10 penyakit

terbanyak di Rumah Sakit Tk. II Pelamonia Makassar pada tahun 2012, dengan

usia tersering penderita penyakit gastritis ialah antara 15-24 tahun, dan di

dominasi oleh perempuan yaitu 81 pasien.(Data Rekam Rumah Sakit Tk. II

Pelamonia Makassar, 2012).

Dari data yang didapatkan diatas maka penulis tertarik untuk mengambil

kasus Gastritis untuk menjadikan sebuah karya tulis ilmiah (KTI) dengan judul “

asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan nutrisi pada pasien gastritis di Rumkit

Tk. II Pelamonia Makassar “.

B. Rumusan Masalah

Bagaimanakah gambaran asuhan keperawatan pasien gastritis dalam

pemenuhan kebutuhan nutrisi ?

C. Tujuan Studi Kasus

Menggambarkan asuhan keperawatan pasien gastritis dalam pemenuhan

kebutuhan nutrisi.
D. Manfaat Studi Kasus

Studi kasus ini, diharapkan memberikan manfaat bagi :

1. Masyarakat :

Membudayakan pengelolaan pasien gastritis dalam pemenuhan kebutuhan

nutrisi yang seimbang.

2. Pengembangan Ilmu dan Teknologi Keperawatan :

Menambah keluasan ilmu dan teknologi terapan bidang keperawatan

dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi pada pasien gastritis.

3. Penulis :

Memperoleh pengalaman dalam mengaplikasikan hasil riset keperawatan,

khususnya studi kasus tentang pelaksanaan pemenuhan kebutuhan nutrisi

pada pasien gastritis.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Gastritis

1. Definisi Gastritis

Gastritis adalah suatu keadaan peradangan atau perdarahan mukosa

lambung yang dapat bersifat akut, kronis, difus atau local. Dua jenis

gastritis yang sering terjadi adalah gastritis akut dan gastritis kronik (price

dan Wilson,2006).

2. Etiologi Gastritis

Menurut Suratun (2010. Hal: 60) Penyebabnya bisa karena

penderita makan secara tidak teratur, terdapat mikroorganisme yang

merugikan, mengonsumsi obat-obatan tertentu,atau sebab-sebab lainnya

seperti mengonsumsi alkohol, pola tidur yang tidak teratur dan stress.

Maag juga bisa terjadi apabila si penderita telat makan, kemudian sewaktu

makan si penderita maag makan dengan porsi yang terlalu banyak. Bagi

penderita maag yang sudah parah, penyakit maag tersebut sangat

berbahaya sekali dan dapat menyebabkan kematian.

3. Klasifikasi Gastritis

Menurut Robbins (2009. Hal: 474) gastritis diklasifikasikan kedalam dua

bagian yaitu :
a. Gastritis akut

Gastritis akut merupakan proses inflamasi yang bersifat akut dan

biasanya terjadi sepintas pada mukosa lambung. Keadaan ini paling

sering berkaitan dengan penggunaan obat obat anti inflamasi

nonsteroid (khususnya, aspirin) dalam waktu yang lama dan dengan

dosis tinggi, konsumsi alkohol yang berlebihan, dan perokok berat.

Stress berat (luka bakar dan pembedahan), iskemia dan syok juga

menyebabkan gastritis akut, seperti halnya kemoterapi, uremia, infeksi

sistemik, tertelan zat asam atau alakali, iradiasi lambung, trauma

mekanik, dan gastrektomi distal.

b. Gastritis kronis

Gastritis kronis di artikan sebagai keadaan terdapatnya perubahan

inflamatorik yang kronis pada mukosa lambung sehingga akhirnya

terjadi atrofi mukosa dan metaplasia epitel. Keadaan ini menjadi latar

belakang terjadinya dysplasia dan karsinoma.

4. Manifestasi Klinis Gastritis

Manifestasi klinis pada psien dengan gastritis menurut Robbins

(2009. Hal: 474) ialah sebagai berikut :

a. Gastritis Akut yaitu Anorexia, mual, muntah, nyeri epigastrium,

perdarahan saluran cerna pada hematemesis melena, tanda lebih lanjut

yaitu anemia
b. Gastritis Kronik Kebanyakan klien tidak mempunyai keluhan, hanya

sebagian kecil mengeluh nyeri ulu hati, anorexia, nausea, dan keluhan

anemia dan pemeriksaan fisik tidak di jumpai kelainan.

5. Patofisiologi Gastritis

Obat-obatan, alkohol, garam empedu, zat iritan lainnyadapat

merusak mukosa lambung (gastritis erosive). Mukosa lambung berperan

penting dalam melindungi lambung dari autodigesti oleh HCI dan pepsin.

Bila mukosa lambung rusak maka terjadi difusi HCI ke mukosa HCI akan

merusak mukosa. Kehadiran HCI di mukosa lambung menstimulasi

perubahan pepsinogen menjadi pepsin. Pepsin merangsang pelepasan

histamine dari sel mast. Histamine akan menyebabkan penningkata

permeabilitas kapiler sehingga terjadi perpindahan cairan dari intra sel ke

ekstra sel dan menyebabkan edemadan kerusakan kapiler sehingga timbul

perdarahan pada lambung. Biasanya lambung dapat melakukan regenerasi

mukosa oleh karena itu gangguan tersebut menghilang dengan sendirinya

(Suratun, 2010. Hal: 61).

Namun bila lambung sering terpapar dengan zat iritan maka

inflamasi akan menjadi terus menerus. Jaringan yang meradang akan diisi

oleh jaringan fibrin sehingga lapisan mukosa lambung dapat hilang dan

terjadi atropi sel mukosa lambung. Faktor intrinsik yang dihasilkan oleh

sel mukosa lambung akan menurun atau menghilang sehingga cobalamin

(Vitamin B12) tidak dapat diserap di usus halus. Sementara Vitamin B12

berperan penting dalam pertumbuhan dan maturasi sel darah merah. Pada
akhirnya klien gastritis dapat mengalami anemia. Selain itu dinding

lambung menipis rentan terhadap perforasi lambung dan perdarahan

(Suratun, 2010. Hal: 61).

B. Asuhan Keperawatan dalam Kebutuhan Nutrisi

1. Pengkajian Kebutuhan Nutrisi

Peran perawat dalam pengkajian nutrisi adalah untuk

mengidentifikasi masalah nutrisi melalui pegkajian pendekatan ABCD

yaitu, antropometri (tinggi badan dan berat badan), biochemical data (lab),

Clinical sign (kondisi umum, gcs), dan Dietary (diet) khususnya tentang

nutrisi. Dengan menggunakan pedoman tersebut status nutrisi seseorang

dapat dinilai, melalui tanda – tanda status gizi yang normal melalui

pengkajian ABCD. Tujuan dari mengkaji kebutuhan pemenuhan nutrisi

adalah untuk mengidentifikasi adanya defisiensi nutrisi dan pengaryhnya

terhadap status kesehatan (Mubarak, 2007).

a. Anthropometric measurement

Tujuan pengukuran ini adalah mengevaluasi pertumbuhan dan

mengkaji status nutrisi serta ketersediaan energi tubuh. Pengukuran

anthopometrik terdiri atas:

1) Tinggi Badan

Pengukuran tinggi badan pada individu dewasa dan alita dilakukan

dalamposisi berdiri tanpa alas kaki, sedangkan pada bayi pada

posisi terbaring. Satuan tinggi badan adalah cm atau inchi.


2) Berat Badan

Alat ukur berat badan yang lazim digunakan adalah timbangan

manual. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengukur berat

badan:

a) Alat ukur skala ukur yang digunakan tetap sama setiap kali

menimbang.

b) Menimbang tanpa alas kaki.

c) Pakaian diusahakan tidak tebal dan relatif sama beratnya setiap

kali menimbang.

d) Waktu (jam) penimbangan relatif sama, misalnya sebelum dan

sesudah makan (menurut Wanit Iqbal Mubarak, SKM dan Ns

Nurul Chayati, S.Kep, 2007. “Buku ajar Kebutuhan Dasar

Manusia Teori dan Aplikasi dalam Praktik”).

b. Biochemical Data (data laboratorium)

Pengkajian status nutrisi klien ditunjang dengan pemeriksaan

laboratorium. Klien diperiksa darah dan urinnya yang meliputi

pemeriksaan hemoglobin, hemaktokrit dan albumin.

1) Hemoglobin normal

a) Pria : 13-16 g/dl

b) Wanita : 12-14 g/dl

2) Hematokrit normal

a) Pria : 40-48 vol %

b) Wanita : 37-43 vol%


3) Albumin normal

a) Pria dan wanita : 4-5,2 g/dl

c. Clinical sign (kondisi umum, gcs)

Klien dengan maslah nutrisi akan memperhatikan tanda-tanda

abnormal tersebut bukan saja pada organ-organ fisiknya tetapi juga

fisiologisnya. Tanda-tanda klinik untuk mengetahui status individu:

Organ / sistem Tanda normal Tanda abnormal

tubuh

Rambut Licin, berkilau, baik Kusam, rontok, tumbuh

kering atau berminyak tidak sempurna

Kulit Halus, sedikit basah, Kering, pecah-pecah,

tugor baik bersisik

Mata Bersih an bersinar, Tidak bercahaya,

konjuntiva tidak pucat konjungtiva pucat

Cardiovaskuler HR, tensi, nadi, irama HR, tensi tidak normal,

jantung teratur irama jantung tidak

teratur

Otot-otot Kuat dan berkembang Lembek dan

biak berkembang tidak baik

Gastrointestinal Nafsu makan baik, Nafsu makan kurang,

BAB/BAK teratur dan diare, sulit menelan,

normal konstipasi

Aktifitas Bersemangat, giat dan Energi kurang, lemah,


tidur normal susah tidur

Neurologi Refleks normal, emosi Refleks kurang,

dan perhatian baik iritable, perhatian

kurang, dan emosi labil

d. Dietary

Masyarakat pada umumnya pernah melakukan diet. Akan tetapi

cara ini hanya merangsang pengeluaran cairan, bukan perubahan

kebiasaan makanan (Moore Courney, Mary, 1997).

Pola diet/makan Vegetarian, tidak makan ikan laut, dll

Pengetahuan tentang Penentuan tingkat pengetahuan klien

nutrisi mengenai kebutuhan nutrisi

Kebiasaan Makanan MI melihat bersama-sama, makan sambil

mendengarkan musik, makan sambil

melihat televisi

Makanan kesukaan Suka makan lalap, suka sambel, suka

coklat, suka roti

Pemasukan cairan Jumlah cairan tiap hari yang diminum,

jenis minuman, jarang minum

Problem diet Sukar menelan, kesulitan mengunyah

Tingkat aktivitas Jenis pekerjaan, waktu bekerja

siang/malam, perlu makanan tambahan

atau tidak
Riwayat kesehatan/ Adanya riwayat penyakit diabetus melitus,

pengkomsumsian obat adanya alergi

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada asuhan

keperawatan kebutuhan nutrisi adalah ketidakseimbangan nutrisi kurang

dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan absorbsI (mual,

muntah dan anoreksia), (Nanda 2015).

3. Perencanaan Keperawatan

a. Tujuan : Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi

b. Intervensi

1) Kaji status nutrisi pasien

Rasional : pengkajian penting dilakukan untuk mengetahui

status nutrisi pasien sehingga dapat menentukan

intervensi yang diberikan.

2) Kaji frekuensi mual, durasi dan tingkat keparahan yang

menyebabkan muntah.

Rasional : apabila karakteristik mual dan faktor penyebab

mual diketahui maka dapat menentukan intervensi

yang diberikan.

3) Observasi berat badan pasien jika memungkinkan.

Rasional : dengan menimbang berat badan dapat memantau

peningkatan dan penurunan status gizi.


4) Berikan nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan pasien.

Rasional : untuk membantu memenuhi kebutuhan nutrisi

pasien.

5) Anjurkan pasien makan sedikit demi sedikit tapi sering.

Rasional : makan sedikit demi sedikit tapi sering dapat

meningkatkan intake nutrisi.

6) Anjurkan pasien untuk makan selagi makanan hangat.

Rasional : makanan dalam kondisi hangat dapat menurunkan

rasa mual muntah sehingga intake nutrisi dapat

ditingkatkan.

7) Anjurkan pasien untuk mengkonsumsi makanan yang tinggi

dengan zat besi.

Rasional : zat besi dapat membantu tubuh sebagauzat

penambah darah sehingga mencegah terjadinya

anemia atau kekurangan darah.

8) Kolaborasi pemberian obat antiemetic.

Rasional : antiemetic dapat digunakan sebagai terapi

farmakologis dalam manajemen mual dengan

menghambat sekresi asam lambung.

9) Berikan HE tentang kebutuhan nutrisi yang tepat dan sesuai.

Rasional : informasi yang diberikan dapat memotivasi pasien

untuk meningkatkan intake nutrisi.


10) Berikan HE tentang pasien dan keluarga pasien tentang pentingnya

intake nutrisi dan hal - hal yang dapat menyebabkan penurunan

berat badan.

Rasional : membantu memilih alternatif pemenuhan nutrisi

yang adekuat (Nanda 2015).

4. Pelaksanaan Keperawatan

a. Mengkaji status nutrisi pasien.

b. Mengkaji frekuensi mual, durasi dan tingkat keparahan yang

menyebabkan muntah.

c. Mengobservasi berat badan pasien jika memungkinkan.

d. Memberikan nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan pasien.

e. Menganjurkan pasien makan sedikit demi sedikit tapi sering.

f. Menganjurkan pasien untuk makan selagi makanan hangat.

g. Menganjurkan pasien untuk mengkonsumsi makanan yang tinggi

dengan zat besi.

h. Kolaborasi pemberian obat antiemetic.

i. Memberikan HE tentang kebutuhan nutrisi yang tepat dan sesuai.

j. Memberikan HE tentang pasien dan keluarga pasien tentang

pentingnya intake nutrisi dan hal - hal yang dapat menyebabkan

penurunan berat badan (Nanda 2015).

5. Evaluasi Keperawatan

Hal yang diharapkan dari pasien adalah:

a. Adanya peningkatan berat badan sesuai tujuan.


b. Berat badan ideal sesuai tinggi badan.

c. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi.

d. Tidak ada tanda malnutrisi.

e. Tidak terjadi penutunan berat badan yang berarti (Nanda 2015).

C. Nutrisi pada Gastritis

1. Pengertian

a. Nutrisi

Nutrisi adalah zat-zat gizi dan zat lain yang berhubungan dengan

kesehatan dan penyakit, termasuk keseluruhan proses proses dalam

tubuh manusia untuk menerima makanan atau bahan-bahan dari

lingkungan hidupnya dan menggunakan bahan-bahan tersebut untuk

aktivitas penting dalam tubuhnya serta mengeluarkan sisanya. Nutrisi

dapat dikatakan sebagai ilmu tentang makanan, zat-zat gizi dan zat lain

yang terkandung, aksi reaksi dan keseimbangan yang berhubungan

dengan kesehatan dan penyakit. ( Wartonah, 2010 ).

b. Gastritis

Menurut Suratun (2010. Hal 59), gastritis adalah suatu peradangan

mukosa lambung yang bersifat akut, kronik difus, atau lokal dengan

karakteristik anoreksia, rasa penuh, tidak enak pada epigastrium, mual

dan muntah.
2. Gangguan nutrisi pada gastritis

Gangguan kebutuhan nutrisi pada pasien gastritis adalah

ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan gangguan absorbsI (mual, muntah dan anoreksia), (Nanda 2015).

3. Pengaturan diet nutrisi gastritis

Diet pada penderita gastritis adalah diet lambung. Prinsip diet pada

penyakit lambung bersifat ad libitum, yang artinya adalah bahwa diet

lambung dilaksanakan berdasarkan kehendak pasien. Prinsip diet

diantaranya pasien dianjurkan untuk makan secara teratur, tidak terlalu

kenyang dan tidak boleh berpuasa. Makanan yang dikonsumsi harus

mengandung cukup kalori dan protein (TKTP) namun kandungan

lemak/minyak, khususnya yang jenuh harus dikurangi. Makanan pada diet

lambung harus mudah dicernakan dan mengandung serat makanan yang

halus (soluble dietary fiber). Makanan tidak boleh mengandung bahan

yang merangsang, menimbulkan gas, bersifat asam, mengandung minyak/

lemak secara berlebihan, dan yang bersifat melekat. Selain itu, makanan

tidak boleh terlalu panas atau dingin (Dr. Sunita Almatsier, 2012).

Tujuan diet ini adalah untuk menghilangkan gejala penyakit,

menetralisir asam lambung, mengurangi gerakan paristaltik lambung serta

memperbaiki kebiasaan makan penderita. Dengan cara itu diharapkan luka

di dinding lambung perlahan-lahan akan sembuh. Syarat diet penyakit

gastritis Makanan yang disajikan harus mudah dicerna, tidak merangsang

tetapi dapat memenuhi kebutuhan energi dan gizi, jumlah energipun harus
disesuaikan dengan kebutuhan penderita. Sebaliknya, asupan protein harus

cukup tinggi (sekitar 20-25% dari total jumlah energi yang biasa

diberikan), sedangkan lemak perlu dibatasi. Protein berperan dalam

menetralisir asam lambung. Bila terpaksa menggunakan lemak, pilih jenis

lemak yang mengandung jenis asam lemak tak jenuh. Pemberian lemak

atau minyak perlu dipertimbangka dengan teliti. Lemak yang berlebihan

dapat menimbulkan rasa mual, rasa tidak enak di ulu hati dan muntah

karena tekanan dari dalam lambung meningkat (Dr. Sunita Almatsier,

2012).

4. Edukasi nutrisi gastritis

Menurut Persagi (2011) edukasi pada pasien gastritis yaitu:

a. Mengkonsumsi jenis makanan yang mengandung asam lemak tak

jenuh secukupnya merupakan pilihan tepat, sebab lemak jenis ini lebih

mudah di cerna. Porsi makanan yang diberikan dalam porsi kecil tapi

sering. Kebutuhan zat gizi Jenis energi yang dikonsumsi harus

disesuaikan dengan berat badan dan umur penderita. Jenis dan bentuk

makanan.

b. Sebaiknya penderita gastritis menghindari makanan yang bersifat

merangsang, diantaranya makanan berserat dan penghasil gas maupun

mengandung banyak bumbu-bumbu rendah. Selain itu perlu

memperhatikan tehnik memasaknya, direbus, dikukus, atau

dipanggang adalah tehnik masak yang dianjurkan. Sebaliknya,

menggoreng bahan makanan tidak dianjurkan.


5. Diet Nutrisi gastritis

Berdasarkan data dari (instalasi gizi perjan RS. Dr. Cipto Mangkusumo,

2012) jenis – jenis diet pada pasien gastritis diantaranya:

a. Diet lambung I

Di berikan pada penderita gastritis berat yang disertai pendarahan.

Jenis makanan yang diberikan, meliputi susu dan bubur susu yang

diberikan setiap 3 jam sekali.

b. Diet lambung II

Untuk penderita gastritis akut yang sudah dalam perawatan.

Makanan yang diberikan merupakan makanan saring atau cincang

pemberiannya sama 3 jam sekali.

c. Diet lambung III

Untuk penderita gastritis yang tidak begitu berat atau ringan.

Bentuk makanan harus lunak dan diberikan enam kali sehari.

d. Diet lambung IV

Orst ini diberikan pada penderita gastritis ringan, makanan dapat

berbentuk lunak atau biasa. Jenis makanan yang boleh diberikan pada

penyakit gastritis.
BAB III

METODE STUDI KASUS

A. Jenis dan Desain Studi Kasus

Karya tulis ini menggunakan study kasus deskriptif untuk

mendeskripsikan fenomena yang ada, mencari kesamaan dan perbedaan kasus

dalam berbagai hal di lapangan yang bertujuan agar peneliti dapat memahami

secara mendalam (M Dasim,2012). Desain yang digunakan yaitu study kasus

untuk mengkaji pemenuhan kebutuhan nutrisi pada pasien gastritis.

B. Subjek Studi Kasus

Subjek study kasus sekurang kurangnya tiga orang pasien gastritis dengan

kriteria inklusi dan kriteria eksklusi.

1. Kriteria inklusi : pasien gastritis yang dirawat di rumah sakit

2. Kriteria eksklusi : pasien gastritis yang mengalami penurunan

kesadaran

C. Fokus Studi Kasus

Study kasus ini berfokus pada pemenuhan kebutuhan nutrisi pada pasien

gastritis yang mengalami gangguan nutrisi akibat pengaturan diet yang tidak

tepat.

D. Definisi Operasional

Variabel Definisi operasional Objek

Kebutuhan Kebutuhan tubuh terhadap zat zat Pemberian nutrisi pada

nutrisi makanan tertentu untuk diolah pasien diberikan 1x

dan digunakan dalam proses sehari.


pertumbuhan dan pertahanan dari Indikator:

seluruh jaringan tubuh dan Tidak terjadi penurunan

menormalkan fungsi dari semua berat badan yang berarti

proses tubuh. atau malnutrisi.

Terjadi peningkatan nafsu

makan.

Mampu mengidentifikasi

kebutuhan nutrisi.

Gastritis Suatu keadaan dimana terjadi Pada pasien gastritis yang

iritasi atau peradangan pada dirawat di Rumah sakit

mukosa lambung akibat dan tidak mengalami

peningkatan asam lambung. penurunan kesadaran.

Akut : muncul secara

mendadak dan cepat

redah.

Kronik : terjadi secara

mendadak dan cepat

perlahan dan berlangsung

lama.
E. Instrument Studi Kasus dan Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang

dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian. Pada penelitian ini

pengumpulan data dilakukan dengan metode:

1. Instrument

Instrument yang disajikan dalam studi kasus ini adalah observasi

dan wawncara pada pasien gastritis.

2. Metode pengumpulan data

Metode pengumpulan data pada studi kasus ini dengan cara

wawancara dan pemeriksaan fisik melalui pelaksanaan asuhan

keperawatan terfokus pendekatan proses keperawatan meliputi:

a. Pengkajian

b. Diagnosis

c. Perencanaan

d. Pelaksanaan

e. Evaluasi

F. Lokasi dan Waktu Studi Kasus

1. Lokasi studi kasus

Studi kasus dilaksanakan diruang perawatan interna Rumah sakit.

2. Waktu studi kasus

Studi kasus dilakukan pada bulan mei – juni.


G. Analisa Data dan Penyajian Data

Analisa data dilakukan setelah selesai pengumpulan data asuhan

keperawatan dan hasil yang diperoleh maka selanjutnya data di analisa untuk

mengetahui gambaran asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan nutrisi pada

pasien gastritis.

H. Etika Studi Kasus

Etika yang mendasari penyusunan studi kasus, terdiri dari:

1. Informant concent (persetujuan menjadi klien)

Merupakan cara persetujuan antara peneliti dan participant dengan

menberikan lembar persetujuan yang diberikan sebelum penelitian

dilaksanakan. Tujuan dari informed concent adalah agar participant

mengerti maksud dan tujuan penelitian mengetahui dampaknya, jika

participant bersedia maka mereka harus menandatangani lembar info dan

partisipant bersedia maka peneliti harus menghormati hak pasien.

2. Anonymity (tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak akan mencamtumkan

nama responden pada format pengumpulan data (kuisioner) yang diisi oleh

responden tapi lembar tersebut hanya diberi kode tertentu.

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dari subjek dijamin

oleh peneliti identitas pasien dituliskan dengan inisial.

Anda mungkin juga menyukai