PENDAHULUAN
A. Latar belakang
paru dimulai dari tuberculosis, yang berarti suatu penyakit infeksi yang
penderita yang mengandung basil berkulosis paru. Pada saat penderita batuk,
butir-butir air ludah bertebangan di udara dan terhisap oleh orang sehat, sehingga
paru. (Sholeh S.Naga,2014)
kepada orang lain terutama pada keluarga yang tinggal serumah, dan dapat
Menurut WHO memperkirakan bahwa pada tahun 2012 ada 8,7 juta kasus baru
tuberkulosis (13% merupakan koinfeksi dengan HIV) dan 1,4 juta orang
tertinggi berada pada kelompok usia produktif (15-50 tahun) yaitu berkisar 75%.
Seorang pasien tuberkulosis dewasa diperkirakan akan kehilangan rata-rata
waktu kerjanya 3-4 bulan sehingga berakibat pada kehilangan pendapatan rumah
juta kasus baru dan sekitar 140.000 kematian terjadi setiap tahunnya. Indonesia
297 per 100.000 penduduk dengan kasus baru setiap tahun mencapai 460.000
kasus. Dengan demikian, total kasus hingga 2013 mencapai sekitar 800.000-
penduduk. (www.health.kompas.com/2013)
Kalimantan Timur, Pada 2015, terdapat 2.391 kasus baru TB BTA positif.
pada 2013. Mulanya sebanyak 2.416 orang, lalu turun menjadi 1.953 orang pada
Samarinda.
Ruang lingkup penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah Asuhan Keperawatan
C. Tujuan penulisan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan khusus
Paru”.
D. Manfaat Penulisan
1. Bidang akademik
mutu pendidikan pada masa yang akan datang pada bidang keperawatan.
2. Rumah sakit
4. Penulis
selama kuliah
E. Metode Penulisan
a. Studi kepustakaan
dengan karya tulis ilmiah ini antara lain buku – buku, internet dan catatan
teoritis.
b. Studi kasus
Studi kasus dilakukan dengan pendekatan proses keperawatan dari
teknik:
a) Wawancara
b) Observasi
c) Pemeriksaan fisik
d) Diskusi
e) Studi Dokumentasi
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar
Sistem pernapasan terdiri dari saluran nafas bagian atas : rongga hidung,
(a) Rongga hidung
Rongga hidung bagian ekternal berbentuk pyramid disertai dengan satu akar dan
dasar. Bagian ini tersusun dari kerangka kerja tulang, kartilago hialin dan jaringan
menjadi rongga hidung kanan dan kiri oleh pembagi vertikal yang sempit, yang
disebut septum.Rongga hidung dilapisi selaput lendir yang sangat kaya akan
pembuluh darah, bersambung dengan lapisan faring dan selaput lendir semua
sel cangkir atau sel lendir. Sekresi sel itu membuat permukaan nares basah dan
(b) Faring
Faring (tekak) adalah pipa berotot berukuran 12,5 cm yang berjalan dari dasar
(c) Laring
dari kolumna vertebra, berjalan dari faring sampai ketinggian vertebra servikalis
dan masuk kedalam trakhe bawahnya. Laring ditopang oleh Sembilan kartilago;
(a) Trachea
terletak diatas permukaan anterior esophagus. Tuba ini berjalan dari laring sampai
kira-kira ketinggian vertebra torakalis kelima dan ditempat ini bercabang menjadi
dua bronkus. Trakea dilapisi selaput lendir yang terdiri dari epithelium bersilia
dan sel cangkir. Silia ini bergerak menuju atas ke arah laring. (Evelyn C. Pearce,
2011)
(b) Bronkus
Bronkus terbentuk dari belahan dua trakea pada ketinggian kira-kira vertebra
torakalis kelima mempunyai struktur serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis
sel yang sama. Bronkus-bronkus itu berjalan kebawah dan kesamping ke arah
(c) Bronkiolus
Bronkiolus adalah anak cabang dari batang tenggorok yang terdapat dalam rongga
bronkiolus yang menuju paru-paru kanan dan kiri tidak sama. Bronkiolus yang
menuju paru-paru sebelah kiri hanya 2 cabang. Ciri khas bronkiolus adalah tidak
adanya tulang rawan dan kelenjar pada mukosanya, pada bagian awal dari cabang
bronkiolus hanya memiliki sebaran sel globet dan epitel.(Evelyn C. Pearce, 2011)
(d) Alveolus
pertukaran udara. Sedangkan tipe II, yaitu pneumosit granular, tidak ikut serta
dalam pertukaran udara. Sel-sel tipe II inilah yang memproduksi surfaktan, yang
(e) Paru-paru
Terletak disebelah kanan dan kiri dan di tengah dipisahkan oleh jantung beserta
pembuluh darah besarnya dan struktur lainnya yang terletak didalam mediastrum.
Paru-paru adalah organ yang berbentuk kerucut dengan apeks (puncak) di atas dan
muncul sedikit lebih tinggi dari klavikula didalam dasar leher. Pangkal paru-paru
permukaan luar yang menyentuh iga-iga, permukaan dalam yang memuat tumpuk
paru-paru, sisi belakang menyentuh tulang belakang, dan sisi depan menutupi
(a) Rongga hidung
Udara dari luar akan masuk lewat rongga hidung (cavum nasalis). Rongga hidung
juga rambut pendek dan tebal yang berfungsi menyaring partikel kotoran yang
Di dalam rongga hidung terjadi penyesuaian suhu dan kelembapan udara sehingga
udara yang masuk ke paru-paru tidak terlalu kering ataupun terlalu lembap. Udara
bebas tidak hanya mengandung oksigen saja, namun juga gas-gas yang lain.
Misalnya, karbon dioksida (CO2), belerang (S), dan nitrogen (N2). Selain sebagai
organ pernapasan, hidung juga merupakan indra pembau yang sangat sensitif.
yang beracun atau berbau busuk yang mungkin mengandung bakteri dan bahan
penyakit lainnya. Dari rongga hidung, udara selanjutnya akan mengalir ke faring.
(Syaifuddin, 2011)
(b) Faring
digestif. (Syaifuddin, 2011)
(c) Laring
Laring adalah saluran pernapasan yang membawa udara menuju ke trakea Fungsi
cara menutup secara cepat pada stimulasi mekanik, sehingga mencegah masuknya
(Syaifuddin, 2011)
(a) Trakea
Trakea dilapisi selaput lendir yang terdiri dari epithelium bersilia dan sel cangkir.
Silia ini bergerak menuju atas ke arah laring. maka dengan gerakan ini debu-debu
dan butir-butirhalus lainnya yang turu masuk bersama dengan pernapasan dapat
(b) Bronkus
ini. (Syaifuddin, 2011)
(c) Bronkiolus
Bronkiolus mengadung kelenjar submukosa yang memproduksi lendir yang
(d) Alveolus
Darah yang kaya karbondioksida dipompa dari seluruh tubuh ke dalam pembuluh
(e) Paru-paru
Fungsi paru-paru adalah pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida. Pada
melalui hidung dan mulut pada waktu bernapas; oksigen masuk melalui trakea
dan pipa bronkhial ke alveoli, dan dapat berhubungan erat dengan darah di dalam
kapiler pulmonaris.
hemoglobin sel darah merah dan dibawah kejantung. Dari sini dipompa ke dalam
alveoler-kapiler dari kapiler darah ke alveoli, dan setelah melalui pipa bronkial
Tuberculosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh M.
terhirupnya nucleus droplet yang berisikan organisme basil tuberkel dari seorang
2009)
parenkim paru. Tuberculosis paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan
airbone infection dan selanjutnya mengalami proses yang dikenal sebagai focus
3. Etiologi
a. Agen infeksius utama, Mycobacterium tuberculosis adalah bakteri aerobic
tahan asam yang tumbuh dengan lambat dan sensitif terhadap panas dan sinar
tuberculosis. (Sholeh S.Naga,2014)
4. Insiden
ini meningkat di banding tahun 2012 yaitu 511 Jumlah penderita TB Paru Klinis,
Sakit). (www.dinkeskotamakassar.net/2013)
orang dengan kasus baru dan 25 orang dengan kasus yang berulang. Dengan
sebanyak 50 orang penderita. (http:/id.scribd.com/dataRS-Bhayangkara-
mappaoudang-mksr)
5. Patofisiologi
Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya diinhalasi sebagai unit
yang terdiri dari satu sampai tiga basil. Gumpalan basil yang lebih besar
cenderung bertahan di saluran hidung dan cabang besar bronkus dan tidak
bawah lobus atas paru atau dibagian atas lobus bawah, basil tuberkel ini
Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi, dan timbul peneumonia akut.
Pneumonia selulur ini dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa
yang tertinggal, atau proses dapat berjalan terus, dan bakteri terus difagosit atau
berkembang biak di dalam sel. Basil juga menyebar melalui getah bening menuju
panjang dan sebagaian bersatu sehingga membentuk sel tuberkel epiteloid, yang
dikelilingi oleh limfosit. Reaksi ini biasanya membutuhkan waktu sampai 10-12
hari.
Lesi primer paru disebut focus ghon dan gabungan terserangnya kelenjar
getah bening regional dan lesi primer disebut kompleks ghon. Kompleks ghon
yang mengalami perkapuran ini dapat dilihat pada orang sehat yang kebetulan
Respons lain yang dapat terjadi pada daerah nekrosis adalah pencairan,
yaitu bahan cair lepas ke dalam bronkus yang berhubungan dan menimbulkan
kavitas. Bahan tubercular yang dilepaskan dari didinding kavitas akan masuk
kedalam percabangan trakeobronkial. Proses ini dapat berulang kembali di bagian
lain dari paru, atau basil dapat terbawa sampai ke laring, telinga tengah atau usus.
dapat menyempit dan menutup oleh jaringan parut yang terdapat dekat dengan
taut bronkus dan rongga. Bahan perkijuan dapat mengental dan tidak dapat
perkijuan, dan lesi mirip dengan lesi berkapsul yang tidak terlepas. Keadaan ini
tidak dapat menimbulkan gejala dalam waktu lama atau membentuk lagi
Organisme yang lolos dari kelenjar getah bening akan mencapai aliran darah
dalam jumlah kecil, yang kadang-kandang dapat menimbulkan lesi pada berbagai
akut yang biasanya meyebabkan TB milier, ini terjadi apabila fokus nekrotik
(Sylfia & Lorraine,2012)
6. Manifestasi Klinik
yaitu:
a. Menurut Zulkifli Amin & Asril Bahar, 2009 keluhan yang dirasakan pasien
paru tanpa keluhan sama sekali dalam pemeriksaan kesehatan. Keluhan yang
terbanyak adalah :
1) Demam
badan dapat mencapai 40-41oC. Serangan demam pertama dapat sembuh sebentar,
demam influenza ini, sehingga pasien merasa tidak pernah terbebas dari serangan
demam influenza. Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh pasien
2) Batuk/batuk berdarah
Batuk ini terjadi karena ada iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk
penyakit tidak sama. Mungkin saja batuk baru ada setelah penyakit berkembang
peradangan bermula. Sifat batuk ini dimulai dari batuk kering (non-produktif)
Keadaan yang lanjut adalah berupa batuk darah karena terdapat pembuluh darah
yang pecah. Kebanyakan batuk darah pada tuberculosis pada kavitas, tetapi dapat
3) Sesak napas
Pada penyakit yang ringan (baru kambuh) belum dirasakan sesak napas. Sesak
napas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut yang infiltrasinya sudah
4) Nyeri dada
Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah
5) Malaise
Penyakit tuberculosis bersifat radang yang radang menahun. Gejala malaise sering
ditemukan berupa anoreksia tidak ada nafsu makan, badan makin kurus (berat
badan turun), sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam, dll. Gejala
malaise ini makin lama makin berat dan terjadi hilang timbul secara tidak teratur.
Gejala respiratorik :
1) Batuk
Gejala batuk timbul paling dini dan merupakan gangguan yang paling sering
2) Batuk berdarah
Darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi, mungkin tampak berupa garis
bercak-bercak darah, gumpalan darah atau darah segar dalam jumlah yang sangat
banyak. Batuk darah terjadi karena pecahhya pembuluh darah. Berat ringannya
batuk darah tergantung dari besar kecilnya pembuluh darah yang pecah.
3) Sesak napas
Gejala ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau ada karena
hal-hal yang menyertai seperti efusi pleura, pneumotorax, anemia dan lain-lain.
4) Nyeri dada
Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri preulitik yang ringan. Gejala ini timbul
Gejala sistematik :
1) Demam
Merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul pada soreh dan malam
hari mirip dengan influenza, hilang timbul dan makin lama semakin panjang
serta malaise.
2) Timbul gejala biasanya gradual dalam beberapa minggu-bulan, akan tetapi
penampilan akut dengan batuk, panas, sesak napas walaupun jarang dapat juga
7. Test Diagnostic
1) Sputum
BTA positif.
ekstrapulmonal
lambung, urin, cairan Positif untuk granuloma TB, adanya giant cell
jaringan paru
Indicator stabilitas biologic penderita, respon
8. Penatalaksanaan Medic
Menurut Dr. Taufan Nugroho, 2011 ada beberapa pentalaksanaan medic TBC
yaitu:
Kriteria diagnosa :
Klasifikasi :
b. TB paru : gejala klinis dan ronsens sesuai TB, BTA 2 kali berturut-turut
+/biakan positif
pleura)
Pemeriksaan penunjang
a. Ronsens torak
Terapi
a. Perbaiki gizi
b. Pankes
c. OAT
Penyulit
a. Hemoptisis masif
b. Penyebaran milier
c. Efusi pleura/empisema
d. Pneumotorak
Lama rawatan : tergantung penyulit
9. Komplikasi
arthopathy
>fibrosis paru, kuch pulmonal, amiloidosis, karsinoma paru, sidrom gagal nafas
dewasa (ARDS) sering terjadi pada TB milier dan kavitas TB. (Zulkifli Amin &
10. Pencegahan
Menurut Sholeh S. Naga, 2014 banyak hal yang bisa dilakukan mencegah
penyuluhan tentang penyakit TBC, yang meliputi gejala, bahaya, dan akibat yang
seperti cuci tangan, kebersihan rumah yang ketat, perhatian khusus terhadap
muntahan atau ludah anggota keluarga yang terjangkit penyakit ini (piring, tempat
tidur, pakaian), dan menyediakan ventilasi rumah dan sinar matahari yang cukup.
penderita, seperti keluarga, perawat, dokter, petugas kesehatan, dan orang lain
yang terindikasi, dengan vaksin BCG dan tindak lanjut bagi yang positif tertular.
g. Melakukan penyelidikan terhadap orang-orang kontak. Perlu dilakukan Tes
Tuberkulin bagi seluruh anggota keluarga. Apabila cara ini menunjukkan hasil
penyelidikan intensif.
11. Pengobatan
c. Kategori III (2 HRZ/4 H3R3) untuk pasien baru dengan BTA (-), Ro (+)
BTA (+)
Kategori I
Obat tersebut diminun setiap hari secara intensif sebanyak 60 kali. Regimen ini
disebut kombipak II
Obat diminum 3 kali dalam seminggu (intermiten) sebanyak 54 kali. Regimen ini
II. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Anamnesis
1) Keluhan utama
(a) Batuk
Keluhan batuk timbul paling awal dan paling sering dikeluhkan, apakah batuk
(b) Batuk darah
Seberapa banyak darah yang keluar atau hanya blood streak, berupa garis, atau
bercak-bercak darah
(c) Sesak napas
Keluhan ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau karena atau
ada hal-hal yang menyertai seperti efusi pleura, pneumotoraks, anemia dll
(d) Nyeri dada
2) Keluhan sistematis
(a) Demam
Keluhan ini sering dijumpai yang biasanya timbul pada soreh hari atau pada
Keluhan yang timbul antra lain : keringat malam, anoreksia, penurunan berat
b. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang :
(b) Nyeri dada
(c) Batuk, dan
(d) Sputum
2) Kesehatan dahulu :
Jenis gangguan kesehatan yang baru saja dialami, cedera, dan pembedahan
3) Kesehatan keluarga
c. Pemeriksaan fisik
tubuh secara signifikan, frekuensi napas meningkat disertai sesak napas, denyut
pernapasan, dan tekanan darah biasanya sesuai dengan adanya penyakit penyulit
seperti hipertensi
2) Breathing
Inspeksi :
Klien dengan Tb paru biasanya terlihat kurus sehingga pada bentuk dada terlihat
yang purulen.
Palpasi :
pada saat dilakukan palpasi, gerakan dada biasanya normal dan seimbang bagian
ditemukan pada klien Tb paru dengan kerusakan parenkim paru yang luas.
Taktil fremitus
klien yang disertai komplikasi efusi pleural massif, sehingga hantaran suara
menurun.
Perkusi :
Pada klien Tb paru tanpa komplikasi biasanya ditemukan resonan atau sonor pada
seluruh lapang paru. Pada klien dengan komplikasi efusi pleura didapatakn bunyi
redup sampai pekak pada sisi yang sakit sesuai dengan akumulasi cairan.
Aukultasi :
Pada klien Tb paru bunyi nafas tambahan ronki pada sisi yang sakit.
3) Brain
gangguan perfusi jaringan berat. Pengkajian objekif, klien tampak wajah meringis,
didapatakan konjungtiva anemis pada Tb paru yang hemaptu, dan ikterik pada
4) Bledder
5) Bowel
penurunan berat badan
6) Bone
d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d keletihan, anoreksia, dan
4. Intervensi keperawatan
Kretieria evaluasi :
a. Klien mampu melakukan batuk efektif
INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
yang selanjutnya
pernapasan.
adakontraindikasi
pembersihan
h. Bronkodilator meningkatkan
trakheobronkhial sehingga
kehidupan.
h. Bronkodilator
i. Kortikosteroid
Kreteria evaluasi :
pada pemeriksaan rontgen dada tidak ditemukan adanya akumulasi cairan, dan
paru
d. Auskultasi bunyi napas
g. Mempertahankan tekanan
negative intrapleural yang
penghisap dan perahankan pada batas dari pleura sesuai dengan yang
pneumotoraks
menunjukkan berulangnya
keluhan nyeri
bronchial
Kretria evaluasi :
INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
pendek
klien
alveolar paru
f. Pemberian oksigen sesuai
kehidupan.
g. Kortikosteroid
kriteria evaluasi :
menjadi adekuat
INTERVENSI RASIONAL
selanjutnya
kriteria evaluasi :
INTERVENSI RASIONAL
d. Tekankan pentingnya
tinggi serta intake cairan yang cukup kebutuhan metabolic tubuh. Pendidikan
perawatan penyakitnya
terjadi kecemasan
kriteria evaluasi :
Klien terlihat mampu bernapas secara normal dan mampu beradaptasi dengan
kecemasan
diketahui.
5. Implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan langkah keempat dalam tahap
telah direncanakan dalam intervensi keperawatan. Dalam tahap ini perawat harus
tentang hak-hak dari pasien serta dalam memahami tingkat perkembangan pasien.
tindakan keperawatan mandiri atau yang dikenal dengan tindakan independent dan
6. Evaluasi
Press, yogyakarta
Medika, Yogyakarta
http://dinkeskotamakassar.net/2012.pdf