Anda di halaman 1dari 40

KARYA TULIS ILMIAH

IMPLEMENTASI FISIOTERAPI DADA DENGAN TEKNIK CLAPPING


PADA PASIEN GANGGUAN OKSIGENASI (BRONKITIS) DI RUANG
INTERNA RSUD WAIKANBUBAK TAHUN 2024

Proposal Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Ahli Madia Keperawatan

OLEH

NONO NGADU

5303212210366

KEMENTRIAN KESAHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANG

PROGRAM STUDI KEPERAWAT WAIKABUBAK

WAIKABUBAK 2024
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bronkitis merupakan salah satu penyakit pada sistem pernapasan
yang berlangsumg dibronkus yang disebabkan oleh virus, dan polusi udara ,
misalnya asap kebakaran, asap rokok, dan lain sebagainya sehingga timbul
gejala batuk, sesak napas , demam, dan nyeri pada dada. Menurut kemenkes
(2022) melaporkan bahwa bronkitis merupakan salah satu penyakit infeksi
pada saluran pernapasan yang menyebabkan terjadinya inflamasi pada
trakea, bronkus utama dan menengah yang akhirnya bermanifestasi
terjadinya batuk. Penyakit ini umumnya disebabkan oleh virus ataupun
bakteri dan juga polusi udara seperti asap.
World Healt Organization (WHO) (2020) Penyakit paru obstruktif
kronik (PPOK) merupakan penyebab kematian ketiga di seluruh dunia,
menyebabkan 3,23 juta kematian pada tahun 2019 penyebab utamanya
merokok. Di negara-negara berkembang, merokok menyumbang 30-40%
kasus PPOK, dan polusi udara rumah tangga merupakan faktor risiko utama.
Berdasarkan data dari Riskesda (2020) di indonesia secara nasional
mencapai target 80 % . Prevelensi PPOK tertinggi terdapat di Nusa
Tenggara Timur (12,1%), DKI Jakarta (53,0%), Banten (46,0%) dan Papua
barat (45,7%).
Data dari RSUD Waikabubak sebanyak 203 jiwa yang mengalami
(PPOK) data ini dikelompokan dari pasien rawat jalan dari tahun 2020-
2023 sebanyak 182 jiwa dan pasien rawat inap dari tahun 2020-2023
sebanyak 21 jiwa . (Rekam Medik RSUD Waikabubak 2023).
Bronkitis menjadi salah satu penyebab utama yang banyak
ditemukan disetiap rumah sakit . Bronkitis disebabkan oleh virus bakteri
maupun polusi udara . pada seseorang yang terinfeksi virus, bakteri maupun
polusi udara biasanya muncul gejala demam, sesak napas, nyeri dada dan
batuk. Seseorang yang mengalami tanda dan gejala tersebut salah satunya
sesak napas dikarenakan produksi sekret dalam bronkus berlebihan
sehingga terjadi penumpukan sekret. Jika sekret semakin menumpuk maka
mengalami gangggua dalam pemenuhan kebutuhan oksigen karene
pertukaran gas oksigen dan karbondioksida berkurang sehingga muncul
masalah jalan nafas tidak efektif .
Untuk mengatasi masalah gangguan jalan nafas tersebut maka akan
dilakukan fisoterapi dada dengan teknik Clapping , teknik ini efektif
dilakukan karena berdasarkan penelitian Sukma, (2020) tentang pengaruh
clapping pada pasien mengalamin gangguan jalan nafas menunjukkan
bahwa terdapat perubahan pada rata-rata frekuensi pernapasan responden
yaitu 26.6 kali per menit kemudian setelah dilakukan fisioterapi dada atau
clapping rata- rata frekuensi napas menurun menjadi 22.3 kali per menit.
Merujuk fenomena di atas penulis tertarik untuk melakukan studi
kasus dan penyusunan laporan karya ilmia “ implementasi fisioterapi dada
dengan teknik Clapping pada pasien gangguan oksigenasi (Bronkitis) di
ruang interna RSUD Waikabubak
B. Rumusan Masalah
Bagaimana implementasi fisioterapi dada dengan Teknik Clapping pada
pasien gangguan oksigenasi (Bronchitis) di Ruang Interna Rsud
Waiakabubak
C. Tujuan
Mampu mengimplementasikan fisioterapi dada dengan Teknik Clapping
pada pasien gangguan oksigenasi (Bronchitis) Di Ruang Interna Rsud
Waiakabubak
D. Manfaat
1. Masyarakat/pasien/keluarga
Studi kasus ini memberikan gambaran pada masyarakat khususnya pada
pasien dengan bronchitis
2. Pendididkan dan pelayanan kesehatan
Menambah fakta ilmia dalam bidang keperawatan khususnya mengenai
implementasi fisioterapi dada dengan Teknik Clapping pada pasien
gangguan oksigenasi (bronchitis) Di Ruang Interna Rsud Waiakabubak.
3. Penulis
Memperoleh pengalaman dalam mengimplementasikan hasil penelitian
mengenai fisioterapi dada dengan Teknik Clapping pada pasien
gangguan oksigenasi (bronchitis) Di Ruang Interna Rsud Waiakabubak
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Menurut Palindangan & Septriwanti (2023). Pengkajian adalah tahap
awal dan dasar dalam proses keperawatan. Pengkajian merupakan tahap
yang paling menentukan bagi tahap berikutnya pengkajian meliputi:
a. Identitas Pasien/Biodata Identitas klien :
Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku/bangsa, pendidikan, tanggal
MRS, diagnosa medis yang masuk. Serta data orang tua pasien : nama
orang tua/wali, pendidikan, pekerjaan, serta alamat orang tua/wali.
b. Keluhan Utama :
Biasanya didapatkan keluhan utama batuk kering/berdahak dari
pernyataan orang tua/ wali pasien.
c. Riwayat Penyakit Sekarang :
Riwayat penyakit saat ini pada pasien dengan bronkitis bervariasi
tingkat keparahan dan lamanya. Berawal dari gejala batuk/pilek,
demam, dahak dapat/sulit keluar, malaise, hingga mual/muntah saat
batuk. Pentingnya perawat menanyakan terapi yang telah atau biasa
diminum oleh pasien untuk mengurangi keluhan dan mengkaji kembali
apakah obat-obatan tersebut masih relevan untuk dipakai kembali.
d. Riwayat Penyakit Dahulu :
Pada pengkajian ini perawat perlu menanyakan apakah pasien
memiliki riwayat penyakit bronkitis atau adanya riwayat alergi.
e. Kemampuan Fungsional :
1) Pola Persepsi Kesehatan :
Pada pengkajian ini perawat perlu menanyakan apakah pasien atau
keluarga pasien memahami pengertian, tandagejala, penyebab,
serta penanganan dari penyakit yang diderita
2) Pola Nutrisi-Metabolisme:
Pada pengkajian ini perawat perlu menanyakan apakah ada
perubahan frekuensi makan dalam sehari, apakah ada masalah
pada nutrisi, apakah ada alergi makanan, dan apakah ada masalah
saat makan
3) Pola Eliminasi Urin dan Alvi :
Pada pengkajian ini perawat perlu menanyakan apakah ada
perubahan frekuensi pada eliminasi uri dan alvi pasien, apakah
ada masalah pada eliminasi uri dan alvi yang dikeluhkan oleh
pasien.
4) Pola Aktivitas/Latihan :
Pada pengkajian ini perawat perlu menanyakan apakah ada
masalah/hambatan pad aktivitas pasien, apakah penyakit yang
diderita mempengaruhi aktivitas pasien, apakah penyakit yang
diderita memberat saat pasien beraktivitas.
5) Pola Istirahat-Tidur :
Pada pengkajian ini perawat perlu menanyakan apakah ada
perubahan pada frekuensit tidur sebelum sakit dan saat sakit,
apakah ada masalah pada tidur pasien, apakah penyakit yang
diderita menggangu istirahat-tidur pasien.
f. Pemeriksaan Fisik :
1) Pemeriksaan Umum :
Kaji tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu. Hasil pemeriksaan
tanda-tanda vital pasien bronkitis biasanya didapatkan adanya
peningkatan suhu lebih dari 37.5°C, frekuensi napas meningkat,
frekuensi nadi biasanya meningkat seirama dengan peningkatan
suhu tubuh.
2) Pemeriksaan fisik :
a. Pemeriksaan kepala
Inspeksi : tidak tampak adanya lesi, tidak tampak adanya
odem pada kepala, kepala tampak simetris.
Palpasi : ada tidaknya benjolan, tidak ada nyeri tekan, turgor
kulit elastis.
b. Pemeriksaan rambut
Inspeksi : warna rambut hitam, tidak ada alopesia, rambut
pendek, bersih, tidak ada ketombe ataupun kutu.
Palpasi : rambut halus, tidak ada rontok
c. Pemeriksaan wajah
Inspeksi : wajah tampak simetris, tidak ada lesi, bentuk wajah
bulat.
Palpasi : tidak teraba massa, tidak ada nyeri saat ditekan.
d. Pemeriksaan mata
Inspeksi : kedua mata simetris, tidak terdapat lesi dikelopak
mata, reflek kedip baik, konjungtiva tidak anemis, pergerakan
bola mata baik.
Palpasi : tidak teraba adanya benjolan, tidak adanya nyeri saat
ditekan.
e. Pemeriksaan hidung
Inspeksi : hidung tidak kotor, tidak terdapat lesi, terlihat
adanya penumpukan secret pada hidung, pernafasan cuping
hidung, terpasang alat bantu nafas, tidak ada polip atau
sinusitis.
Palpasi : nyeri tekan tidak ada, tidak teraba massa.
f. Pemeriksaan mulut dan faring
Inspeksi : tidak ada kelainan kongenial seperti bibir sumbing,
mukosa bibir kering, mulut simetris, tidak terdapat lesi, mulut
bau, ovula tepat berada ditengah, tidak ada pembengkakan
pada tonsil.
Palpasi : ada tidaknya benjolan pada mulut, nyeri tekan pada
area mulut dan pipi.
g. Pemeriksaan telinga
Inspeksi : kedua telingan simetris, bentuk telingan normal
sama besar, tidak ada lesi, tidak terpasang alat bantu
pendengaran.
Palpasi : tidak terdapat massa/tumor pada kedua telinga,
tidak ada nyeri tekan.
h. Pemeriksaan thoraks Pemerksaan paru
Inspeksi: pernafasan tidak teratur, pergerakan dinding dada
sama antara kanan dan kiri, pergerakan dinding dada cepat.
Palpasi : vocal fremitus menurun
Perkusi : Suara sonor.
Auskultasi : terdengar suara tambaha seperti ronki atau
wheezing
i. Pemeriksaan jantung
Inspeksi: tampak Ictus cordis.
Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS 5 midclavikula.
Perkusi : Suara pekak.
Auskultasi: Suara tunggal.
j. Pemerikaan abdomen
Inspeksi : perut simetris, perut datar, warna kulit merata,
tidak ada lesi.
Auskultasi : Peristaltik pada usus terdengar normal (5-35
x/menit)
Palpasi : nyeri tekan tidak ditemukan, massa/benjolan tidak
teraba.
Perkusi : terengar tympani
k. Ekstermitas
Inspeksi : ekstermitas kiri dan kanan sama, lesi tidak tampak,
akral hangat.
Palpasi : nyeri tekan pada ektermitas atas maupun bawah
tidak ada, tidak ada benjolan pada estermitas bawah
ataupun atas.
2. Diagnose keperawatan
a) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan secret yang
tertahan
b) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan oksigen
dalam tubuh
c) Hipertermi berhubunga dengan infeksi virus atau polusi udara
d) Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya paparan informasi
e) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penyemipitan bronkus
f) Anoreksia berhubunggan dengan bauh mulut tidak sedap

3. Intervensi keperawatan
Diangnosa Tujuan Intervensi keperawatan Rasional
keperawatan keperawatan (SIKI)
(SDKI) (SLKI)
Bersihan Bersihsn jalan Latihan batu efektif kode
jalan nafas nafas (1.01006)
tidak efektif Kode (L.01001) Melatih pasien yang tidak
berhubungan Setelah dilakuan memiliki kemampuan batuk
dengan tindakan secara efektif untuk
secret yang keperawatan membersihkan laring ,
tertahan selama …x24 jam trakea, dan bronkiolus dari
diharapkan secret atau benda asing di
ekspetasi jalan jalan nafas .
nafas meningkat Observasi
dengan  Indentifikasi
Kriteria hasi : kemampuan
1. Batuk efektif batuk
meningkat
2. Produksi  Monitor adanya
sputum retensi sputum
menurun  Monitor tanda
3. Mengi dan gejala infeksi
menurun saluran nafas
4. Meconium  Monitor input
(pada dan output cairan
neonates) (misalnya,
menurun jumlah dan
5. Dyspnea krasteristik)
menurun Terapeutik
6. Ortoponea  Atur posisi semi-
menurun fowler
7. Sulit bicara  Pasang perlalak
menurun dan bengkok di
8. Sianosis pangkuan pasien
menurun  Buang secret
9. Gelisah pada tempat
menurun sputum
10. Frekuensi Edukasi
nafas  Jelaskan tujuan
membaik dan prosedur
11. Pola nafas batuk efektif
membaik  Ajurkan Tarik
nafas dalam
meklalui hidung
selama 4 detik, di
tahan selam 2
detik kemudian
keluarkan dari
mulut dengan
bibir mencucu
(dibulatkan)
selama 8 detik
 Ajurkan
mengunggulangi
tarik nafas dalam
selama 3 kali
 Ajurkan batuk
dengan kuat
setelah tarik
nafas dalam yang
ke-3
Kolaborasi
 Kolaborasi
pemberian
mukolitik atau
ekspetoran , jika
perlu
Intoleransi Toleransi aktivitas Menejemen energi kode
aktivitas kode ( L.05047) (1.05178)
berhubungan Setelah di lakukan Observasi
dengan tindakan  Indentifikasi
ketidak keperawatn gangguan fungsi
seimbangan selama …x24 jam tubuh yang
oksigen di harapkan mengakibatkan
dalam tubuh ekspetasi kelelahan
meningkat dengan  Monitor
Kriteria hasil kelelahan fisik
1. Frekuensi nadi dan emosional
meningkat  Monitor pola dan
jam tidur
2. Saturasin  Monitor lokasi
oksigen dan
meningkat ketidaknyamanan
kemudahan selama
dalam melakukan
melakukan aktivitas
aktivitas Terapeutik
sehari-hari  Sediakan
meningkat linkungan yang
3. Kecepatan nyamn dan renda
berjalan stimulus (mis,
meningkat cahaya suara,
jarak berjalan kunjuangan )
meningkat  Lakukan rentang
4. Kekuatan gerak pasif
tubuh bagian dan/atau aktif
atas meningkat  Berikan aktifitas
5. Kekuatan distraksi yang
tubuh bagian menenangkan
bawah  Fasilitasi duduk
meningkat di sisi tempat
6. Toleransi tidur, jika tidak
dalam menaiki dapat berpinda
tangga atau berjalan
meningkat Edukasi
7. Keluhan lelah  Ajurkan tirah
menurun baring
8. Dyspnea  Ajurkan
saataktivitas melakukan
menurun aktivitas secara
bertahap
9. Dyspnea  Ajurkan
setelah menghubungi
aktivitas perawat jika
menurun tanda dan gejala
10. Perasaan lemah kelelahan tidak
menurun berkurang
11. Aritmia saat  Ajarkan strategi
aktivitas koping untuk
menurun menguranggi
12. Aritmia setelah kelelehan
aktivitas Kolaborasi
menurun  Kolaborasi
13. Sianosis dengan ahli gizi
menurun tentang cara
14. Warna kulit meninkatkan
membaik asupan makanan
15. Tekanan darah
membaik
16. Frekuensi nafas
membaik
17. EKG eskemia
membaik
Tabel 1.1 intervensi keperawatan
4. Implementasi

Diagnosa Hari Jam Tindakan keperawatan Tanda


keperawatan tanggal tangan
Bersihan
jalan nafas 1. Indentifikasi
tidak efektif kemampuan batuk
berhubungan 2. Monitor adanya retensi
dengan sputum
sekret yang 3. Monitor tanda dan
tertahan gejala infeksi saluran
nafas
4. Monitor input dan
output cairan
(misalnya, jumlah dan
krasteristik)
5. Atur posisi semi-fowler
6. Pasang perlalak dan
bengkok di pangkuan
pasien
7. Buang secret pada
tempat sputum
8. Jelaskan tujuan dan
prosedur batuk efektif
9. Ajurkan Tarik nafas
dalam meklalui hidung
selama 4 detik, di tahan
selam 2 detik
kemudian keluarkan
dari mulut dengan bibir
mencucu (dibulatkan)
selama 8 detik
10. Ajurkan
mengunggulangi tarik
nafas dalam selama 3
kali
11. Ajurkan batuk dengan
kuat setelah tarik nafas
dalam yang ke-3
12. Kolaborasi pemberian
mukolitik atau
ekspetoran , jika perlu
Intoleransi 1. Indentifikasi gangguan
aktivitas fungsi tubuh yang
berhubungan mengakibatkan
dengan kelelahan
ketidak 2. Monitor kelelahan fisik
seimbangan dan emosional
oksien 3. Monitor pola dan jam
dalam tubuh tidur
4. Monitor lokasi dan
ketidaknyamanan
selama melakukan
aktivitas
5. Sediakan linkungan
yang nyamn dan renda
stimulus (mis, cahaya
suara, kunjuangan )
6. Lakukan rentang gerak
pasif dan/atau aktif
7. Berikan aktifitas
distraksi yang
menenangkan
8. Fasilitasi duduk di sisi
tempat tidur, jika tidak
dapat berpinda atau
berjalan
9. Ajurkan tirah baring
10. Ajurkan melakukan
aktivitas secara
bertahap
11. Ajurkan menghubungi
perawat jika tanda dan
gejala kelelahan tidak
berkurang
12. Ajarkan strategi koping
untuk menguranggi
kelelehan
13. Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara
meninkatkan asupan
makanan
Tabel 1.2 implementasi keperawatan
5. Evaluasi
Menurut Palindangan & Septriwanti (2023) evaluasi keperawatan
dilakukan untuk menilai tingkat keberhasilan dari suatu tindakan
yang dilaksanakan berdasarkan tujuan dan waktu yang ditentukan.
Persepsi perawat dalam hal ini yaitu::
a) S (Subjektif) dimana perawat menemui keluhan yang masih dirasakan
klien setelah dilakukan tindakan keperawatan.
b) (Objektif), adalah data yang diperoleh berdasarkan hasil pengukuran
atau observasi perawat secara langsung pada pasien setelah tindakan
keperawatan.
c) A (Assessment) adalah kesimpulan dari data subjektif dan objektif
(biasanya ditulis dalam bentuk masalah keperawatan).
d) P (Planning) adalah perencanaan keperawatan yang akan dilanjutkan,
dihentikan, dimodifikasi, atau ditambah dari rencana tindakan
keperawatan yang telah ditentukan sebelumnya.
B. Konsep Dasar Penyakit
1. Pengertian Bronchitis
Bronkitis merupakan salah satu penyakit infeksi pada saluran
pernapasan yang menyebabkan terjadinya inflamasi pada trakea dan
bronkus yang di tandai dengan sesak napas, batuk, dan lain sebagainya .
Penyakit ini umumnya disebabkan oleh virus ataupun bakteri maupun polusi
udara. (Fadilah 2021)
Bronkitis umumnya disebabkan oleh virus seperti Rhinovirus,
Respiratory sincytial virus,virus influenza, virus pra influenza, Adenovirus,
virus rubella, dan Paramixovirus dan juga polusi udara seperti asap rokok
asap kebakaran dan lain sebagainya. ( Rizqiana and Indri 2022)
Bronkitis yaitu peradangan di saluran nafas yang menginfeksi pada
bronkus. Bronkitis biasanya menginfeksi pada orang dewasa maupun anak-
anak yang disekitar tempat tinggalnya terdapat polutan, asap roko,
kendaraan bermotor yang menyebabkan polusi udara, dan pembakaran yang
menyebabkan asap biasanya saat masak menggunakan kayu bakar. Pasien
bronkitis banyak ditemukan dengan keluhan seperti batuk, mengi,
penumpukan sputum dan sesak napas. (Magfiroh 2020)
Berdasarkan pendapat dari tiga peneliti di atas dapat kita kutip
bahwa bronkitis merupakn penyakit yang menyerang sistim pernapasan
yang berlangsung di bronkus yang di sebabkan oleh virus dan polusi udara
singga terjadi batuk, sesak nafas, dan lain sebagainya.
2. Etiologi Bronkitis
Bronkitis umumnya disebabkan oleh virus seperti Rhinovirus, RSV,
virus influenza, virus parainfluenza, Adenovirus, virus rubeola, dan
Paramixovirus. Bronkitis juga disebabkan karena polusi udara disekitar
lingkungan. Menurut kemkes (2020) bronkitis di bagi menjadi dua yaitu:
a. Bronkitis akut
Merupakan infeksi saluran pernapasan akut bawah. Ditandai dengan
gejala awal yang mendadak dan berlangsung lebih singkat. Bronchitis
akut ini biasanya mengalami inflamasi (peradangan bronkus biasanya
disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri, dan kondisinya diperparah
oleh pemaparan terhadap iritan, seperti asap rokok, udara kotor, debu,
asap kimiawi, dll.
b. Bronkitis kronis
Bronchitis kronik ini biasanya muncul gejala yang berlangsung lama (3
bulan dalam setahun selama 2 tahun berturut-turut). Pada bronkitis
kronik peradangan bronkus tetap berlanjut selama beberapa waktu dan
terjadi obstruksi atau hambatan pada jalan nafas.

3. Anatomi Fisiologi Sistim Pernapasan


Menurut Hesty widowati (2020) Respirasi atau pernapasan
merupakan suatu mekanisme pertukaran gas oksigen (O²) yang dibutuhkan
tubuh untuk metabolisme sel dengan karbondioksida (CO²) yang dihasilkan
dari metabolisme.
a) Hidung
Hidung adalah organ indra penciuman dan juga sebagai saluran respirasi
yang pertama sebagai jalan masuk udara. Hidung berfungsi untuk
mehangatkan, melembabkan dan menyaring udara yang masuk melalu
hidung.

Gambar 1.1 anatomi hidung


b) Faring
Faring adalah bagian dari sistem pernapasan dan pencernaan yang
merupakan saluran otot dan mukosa berbentuk seperti tabung dengan
panjang sekitar 13 cm. Faring juga adalah pipa berotot yang berjalan
dari dasar tengkorak sampai persambungannya dengan oesofagus pada
ketinggian tulang rawan krikoid faring memiliki panjang 12-14 cm dan
memanjang dari dasar tengkorak hingga vertebra servikalis ke-6.
Berada di belakang hidung, mulut dan laring serta lebih lebar di bagian
atasnya.

Gambar 1.2 anatomi faring


c) Laring
Laring terdiri dari rangkaian cincin tulang rawan yang dihubungkan
oleh otot-otot yang mengandung pita suara, selain fonasi laring juga
berfungsi sebagai pelindung. Laring berperan untuk pembentukan suara
dan untuk melindungi jalan nafas terhadap masuknya makanan dan
cairan.

Gambar 1.3 anatomi laring

d) Trakea
Trakea atau batang tenggorokan adalah organ tubuh yang
menghubungkan laring dengan bronkus. Dalam sistem pernapasan,
fungsi trakea bukan hanya sebagai jalur masuk dan keluarnya udara,
namun juga untuk menyaring partikel kotoran yang mungkin terbawa
udara sebelum masuk ke paru-paru. Trakea juga merupakan lanjutan
dari laring yang dibentuk oleh 16 sampai 20 cincin kartilago yang terdiri
dari tulang-tulang rawan yang terbentuk seperti C.
Gambar 1.5 anatomi trakea

e) Bronkus
Bronkus merupakan organ dalam sistem pernapasan yang menjadi
penghubung batang tenggorokan/trakea dengan paru-paru. Fungsi
bronkus dalam sistem pernapasan cukup penting, salah satunya adalah
memastikan aliran udara masuk dan keluar paru-paru Bronkus juga
merupakan percabangan trachea. Setiap bronkus primer bercabang 9
sampai 12 kali untuk membentuk bronki sekunder dan tersier dengan
diameter yang semakin kecil. Struktur mendasar dari paru-paru adalah
percabangan bronchial yang selanjutnya secara berurutan adalah bronki,
bronkiolus, bronkiolus terminalis, bronkiolus respiratorik, duktus
alveolar, dan alveoli
Gambar 1.6 anatomi bronkus

f) Paru-paru
Paru-paru merupakan salah satu organ tubuh yang memiliki peranan
penting dalam menjalankan sistem respirasi (pernapasan) pada
manusia. Sistem respirasi berguna untuk menyediakan oksigen ke
jaringan tubuh untuk pernapasan seluler, menghilangkan sisa
karbondioksida, dan membantu menjaga keseimbangan asam-basa
(Prasetio & Setiawan 2023). kapasitas vital paru adalah udara yang
dapat dicapai masuk dan keluar paru-paru pada penarikan nafas dan
pengeluaran nafas paling kuat, diukur dengan menggunakan alat yang
bernama spirometer. Pada laki-laki normal kapasitas paru-parunya
adalah 4-5 liter, sedangkan pada perempuan normal kapasitas paru-
parunya adalah 3-4 liter. Kapasitas vital paru dapat berkurang pada
penyakit paru, penyakit jantung (yang menimbulkan kongesti paru-paru)
dan kelemahan pada otot pernafasan
1. Macam Volume Paru
a) Tidal Volume
Merupakan volume udara yang diinspirasikan dan
diekspirasikan dengan setiap pernafasan normal (± 500 ml).
b) Volume Cadangan Inspirasi
Merupakan volume tambahan udara yang dapat
diinspirasikan di atas tidal volume normal (± 3000 ml).
c) Volume Cadangan Ekspirasi
Jumlah udara yang masih dapat dikeluarkan dengan
ekspirasi kuat setelah akhir suatu ekspirasi tidal yang normal
(± 1100 ml).
d) Volume Residual
Volume udara yang masih tersisa di dalam paru-paru setelah
melakukan ekspirasi kuat (± 1200 ml). (Hesty Widowati,
2020)

Gambar 1.7 gambar anatomi paru- paru

4. Patofisiologi
Bronkitis terjadi karena respiratory syncytial Virus (RSV), virus
influenza, virus pra influenza, asap rokok, polusi udara yang terhirup selama
masa inkubasi virus kurang lebih 5-8 hari. Unsur-unsur iritan ini
menimbulkan inflamasi pada percabangan trakeobronkial, yang
menyebabkan peningkatan produksi sekret dan penyempitan atau
penyumbatan jalan napas. Seiring berlanjutnya proses inflamasi perubahan
pada sel-sel yang membentuk dinding traktus respiratorius akan
mengakibatkan resistensi jalan napas yang kecil dan ketidakseimbangan
ventilasi perfusi yang berat sehingga menimbulkan penurunan oksigenasi
daerah arteri.
Efek tambahan lainnya meliputi inflamasi yang menyebar luas,
penyempitan jalan napas dan penumpukan mukus di dalam jalan napas.
Dinding bronkus mengalami inflamasi, penebalan akibat edema dan
penumpukan sel-sel inflamasi. Efek bronkospasme otot polos akan
mempersempit lumen bronkus.
Diawali dengan bronkus besar yang terlibat inflamasi ini, tetapi
kemudian semua saluran napas turut terkena. Jalan napas menjadi tersumbat
dan terjadi penutupan, khususnya pada saat ekspirasi. Dengan demikian,
udara napas akan terperangkap di bagian distal paru. Keadaan ini
akanterjadi hipoventilasi yang menyebabkan ketidakcocokan dan timbul
hipoksemia. Hipoksemia dan hiperkapnia terjadi sekunder karena
hipoventilasi. Resistensi vaskuler paru meningkat ketika vasokonstriksi
yang terjadi karena inflamasi dan konpensasi pada daerah yang mengalami
hipoventilasi membuat arteri pulmonalis menyempit menyebabkan sesak
napas. (Fadilah, 2021)
5. Pathaway
(RAGIL,2023)

Pajajan iritan Asap Pajanan debu Pajajan gas Infeksi oleh


rokok berbahaya virus

hots

Inflamasi percabangan
bronchial

Peradangan pada bronkus

bronkitis

Hipertrofi dan hyperlansia Implamasi Kurangya


kelenjer mukoosa paparan
informasi
Degranulasi sel
mas
Merangsang mukosa
Pelepasan histamin bronskospasmes Defisit
pengetahuan
Produkuksi mucus
berlebihan kurangnya O2 Akumulasimonosit Bronkus
makrof dan sel t menyempit
helper
Sesak Merangsang Udara
hipotalamus untuk pernafasan
memperoduksi panas terangakap di
Bersihan jalan nafas daerah paru
tidak efektif Ketidak
Demam, menggigil Fase ekspirasi seimbangan
oksigen dalam
Bau mulut tidak sedap tubuh
dan rasa tidak enak pada hipertermi
Pola nafas tidak
efektif Kelemahan
anoreksia
Intoleransi
akititas
6. Manifestasi klinis
Menurut Palindangan & Septriwanti Kondo (2023) Pada pasien
bronchitis yang akan menimbulkan tanda dan gejala seperti:
a. Demam dengan kisaran suhu normal 40˚C
b. Batuk produktif dengan mukus kental dan sputum berlebih
c. Takipnea
d. dispnea
e. Terdengar suara ronkhi dan wheezing
f. Sianosis
g. Anoreksia dan sukar makan
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada
klien bronkitis menurut Utami, dkk. (2020) antara lain :
a. Pemeriksaan laboratorium Pemeriksaan laboratorium menggunakan cek
darah dan pada pemeriksaan ini akan didapatkan data terjadinya
peningkatan leukosit.
b. Pemeriksaan rontgen atau x-ray dada Pemeriksaan rontgen akan
didapatkan hasil yang signifikan, biasanya hanya tampak hyperemia.
Selain itu akan tampak juga hiperinflasi paru, diafragma mendatar. Hasil
pemeriksaan rontgen akan ditemukan adanya bercak pada saluran napas
c. Pemeriksaan kultur sputum Jika pengobatan yang diberikan tidak
memberikan perkembangan, maka perlu dilakukan pemeriksaan kultur
sputum untuk menentukan pemberian antibiotik yang tepat.
d. Pemeriksaan Analisa Gas Darah (AGD) Pemeriksaan ini akan
menunjukkan apakah ada penurunan oksigen arteri dan peningkatan
karbondioksida arteri.
8. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan keperawatan
1) Pemberian tindakan keperawatan fisioterapi dada untuk
mengeluarkan mukus
2) Ajarkan pada anak yang sudah mengerti tentang batuk efektif agar
mukus yang ada pada saluran pernapasan dapat berkurang
3) Berikan pendidikan kesehatan terhadap keluarga agar
meminimalkan pajanan dengan polutan saat perjalanan maupun di
lingkungan sekitar
4) Pemberian terapi uap nebulizer sebagai tindakan lanjutan untuk
mengeluarkan mukus
5) Terapi oksigenasi perlu dilakukan jika terjadi penurunan gas darah
6) Pemberian obat anti virus jika bronchitis disebabkan virus, dan obat
anti virus yang diberikan adalah Ribarivin
7) Pemberian antibiotik jika bronkitis disebabkan oleh bakteri
8) Menjaga asupan makan dan beri minum yang banyak terutama dari
sari buah
b. Penatalaksanaan farmakologi
1) Pemberian antibiotik.
2) Pemberian antipiretik, analgetik, bronchodilator.
3) Pemberian oksigen.
4) Pemberian cairan indikasi.
9. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada penyakit bronkitis, antara lain :
a. Sinusitis
b. Pneumonia
c. Otitis media
d. Bronkhiektasis
e. Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK)
f. Gagal napas
g. Infeksi saluran napas yang kambuhan (rekuren)
C. Konsep Dasar Oksigenasi
Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling mendasar
yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh, mempertahankan
hidup dan aktivitas berbagai organ sel dan tubuh. Keberadaan oksigen
merupakan salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme
dan untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh. Secara
normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup O2 setiapa kali bernapas
dari atmosfer. Oksigen (O2) untuk kemudian diedarkan ke seluruh jaringan
tubuh .
menurut Fadilah, (2021) Kebutuhan oksigenasi dalam tubuh harus
terpenuhi, karena jika kebutuhan oksigen dalam tubuh tidak terpenuhi, maka
akan terjadi kerusakan pada jaringan otak dan apabila hal itu berlangsung lama
akan menimbulkan kematian. Sistem yang berperan dalam proses pemenuhan
kebutuhan oksigenasi adalah sistem pernapasan, persarafan, dan kardiovaskuler.
Pada manusia, proses pemenuhan kebutuhan oksigenasi dapat dilakukan
dengan cara pemberian oksigen melalui saluran pernapasan, memulihkan dan
memperbaiki organ pernapasan agar berfungsi secara normal serta
membebaskan saluran pernapasan dari sumbatan yang menghalangi masuknya
oksigen.
1. Definisi Kebutuhan Oksigenasi
Menurut Hamas (2023) oksigenasi merupakan kebutuhan dasar
manusia yang paling mendasar yang digunakan untuk kelangsungan
metabolisme sel tubuh, mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai
organ sel dan tubuh. Keberadaan oksigen merupakan salah satu komponen
gas dan unsur vital dalam proses metabolisme dan untuk mempertahankan
kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh. Secara normal elemen ini
diperoleh dengan cara menghirup O2 setiapa kali bernapas dari atmosfer.
Oksigen (O2) untuk kemudian diedarkan ke seluruh jaringan tubuh.
2. Proses fisiologi pernafasan
Menurur Fadilah, (2021), proses pernapasan terdiri dari:
a. Ventilasi
Ventilasi adalah pergerakan udara masuk dan keluar dari paruparu.
Ada tiga kekuatan yang berperan dalam ventilasi, yaitu: compliance
ventilasi dan dinding dada, tegangan permukaan yang disebabkan oleh
adanya surfaktan, serta pengaruh otot-otot inspirasi.
b. Difusi
Difusi adalah proses pertukaran oksigen dan karbon dioksida dari
alveolus ke kapiler pulmonal melalui membran, dari area dengan
konsentrasi tinggi ke area dengan konsentrasi rendah. Oksigen
berdifusi masuk dari alveolus ke darah dan karbon dioksida berdifusi
keluar dari darah ke alveolus. Karbon dioksida di difusi 20 kali lebih
cepat dari difusi oksigen, karena CO2 daya larutnya lebih tinggi.
c. Perfusi Paru
Perfusi paru adalah pergerakan aliran darah melalui sirkulasi
pulmonal. Darah dipompakan masuk ke paru-paru melalui ventrikel
kanan kemudian masuk ke arteri pulmonal
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Oksigen
Menurut Hamas (2023), ada 5 faktor yang mempengaruhi kebutuhan
kosigenasi antara lain :
a) Faktor Fisiologis
Setiap kondisi yang mempengaruhi kardiopulmonar secara langsung
akan mempengaruhi kemampuan tubuh untuk memenuhi kebutuhan
oksigen. Proses fisiologi selain yang mempengaruhi proses oksigenasi
pada klien termasuk perubahan yang mempengaruhi kapasitas darah
untuk membawa oksigen, seperti anemia, peningkatan kebutuhan
metabolisme, seperti infeksi.
b) Faktor Perkembangan
Tahap perkembangan klien dan proses penuaan yang normal
mempengaruhi oksigenasi jaringan. Saat lahir terjadi perubahan
respirasi yang besar yaitu paru-paru yang sebelumnya berisi cairan
menjadi berisi udara. Bayi memiliki dada yang kecil dan jalan napas
yang pendek. Bentuk dada bulat pada waktu bayi dan masa kanak- kanak,
diameter dari depan ke belakang berkurang dengan proporsi terhadap
diameter transversal. Pada orang dewasa thorak diasumsikan berebentuk
oval. Pada lanjut usia juga terjadi perubahan pada bentuk thorak dan
pola napas. Dewasa tua: Adanya proses penuaan yang mengakibatkan
kemungkinan arteriosklerosis, elastisitas menurun, ekspansi paru
menurun.
c. Faktor Perilaku
Perilaku atau gaya hidup baik seacara langsung maupun tidak langsung
mempengaruhi kemampuan tubuh dalam memenuhi kebutuhan oksigen.
Faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi pernapasan meliputi: Nutrisi,
latihan fisik, merokok, penyalahgunaan substansi.
d. Faktor Lingkungan
a) Tempat kerja (polusi)
b) Suhu lingkungan
c) Ketinggian tempat dari permukaan laut
e. Faktor psikologi
Stres adalah kondisi dimana seorang mengalami ketidakenakan oleh
karena harus menyesuaikan diri dengan keadaan yang tidak dikehendaki
(stresor). Stres akut biasanya terjadi oleh karena pengaruh stresor yang
sangat berat, datang tiba-tiba, tidak terduga, tidak dapat mengelak, serta
menimbulkan kebingungan untuk mengambil tindakan. Stres akut tidak
hanya berdampak pada psikologisnya saja tetapi juga pada biologisnya,
yaitu mempengaruhi sistem fisiologi tubuh, khususnya organ tubuh
bagian dalam yang tidak dipengaruhi oleh kehendak kita. Jadi, stres
tersebut berpengaruh terhadap organ yang disarafi oleh saraf otonom.
D. Konsep Dasar Teknik Clapping
1. Pengertian fisioterapi dada
Fisioterapi dada adalah terapi membantu pasien untuk memobilisasi
sekresi saluran nafas melalui perkusi, getaran dan drainase postural, perkusi
dan vibrasi dada, latihan pernafasan/latihan ulang pernafasan dan batuk
efektif. menurut Alami & Laili (2023) fisioterapi dada adalah terapi yang
terdiri dari drainase postural, perkusi dada, dan vibrasi dada dimana
tujuannya adalah untuk mengeluarkan sekresi pada jalan 16 nafas,
menggunakan grafitasi untuk mendrainase dan melepaskan sekresi
berlebihan dan menurunkan akumulasi sekresi pada klien tidak sadar atau
lemah. Fisioterapi dada termasuk drinase postural, perkusi dan vibrasi dada,
latihan pernafasan/latihan ulang pernafasan dan batuk efektif bertujuan
untuk membuang sekresi bronkhial, memperbaiki ventilasi dan
meningkatkan efisiensi otot-otot pernafasan.( Alami, U., & Laili, S. I. 2023)
Fisioterapi dada juga diartikan suatu cara yang digunakan untuk
mengeluarkan cairan yang berlebihan dari paru-paru dengan menggunakan
gaya gravitasi yang dikombinasikan dengan manual perkusi, tekanan pada
dada, batuk efektif dan latihan pernafasan. Fisioterapi dada adalah salah
satu dari pada fisioterapi yang sangat berguna bagi penderita penyakit
respirasi baik yang bersifat akut maupun kronis untuk mengatasi jalan nafas
tidak efektif maka di lakukan fisioterapi dada dengan teknik clapping .
Clapping/perkusi Perkusi adalah tepukan dilakukan pada dinding dada
atau punggung dengan tangan dibentuk seperti mangkok. Tujuannya untuk
melepaskan sekret yang tertahan atau melekat pada bronkhus dan
memudahkannya mengalir ke tenggorokan. Hal ini akan lebih
mempermudah anak mengeluarkan lendirnya (Rahim, 2023)
2. Tujuan fisoterpi data
Fisioterapi dada bertujuan untuk memfasilitasi pengeluaran sekret,
mengencerkan sekret, menjaga kepatenan jalan napas, dan mencegah
obstruksi pada pasien dengan peningkatan sputum . Tujuan pokok
fisioterapi pada penyakit paru adalah mengembalikan dan memelihara
fungsi otot-otot pernapasan dan membantu membersihkan sekret dari
bronkus dan untuk mencegah penumpukan sekret, memperbaiki
pergerakan dan aliran sekret. Penggunaan bronkodilator yang sesuai akan
membantu pengeluaran sekret dari paru-paru (Rahim, 2023)
3. Indikasi
Indikasi Secara umum fisioterapi dada diindikasikan pada semua
penyakit yang mengakibatkan timbulnya sekret yang berlebih sehingga
timbul komplikasi akibat akumulasi sekret intrabronkial dan materi yang
teraspirasi. Fisioterapi dada juga dilakukan pada pasien yang mengalami
kegagalan fungsi mukosiliar saluran respiratori dan refleks batuk. Menurut
Rahim (2023) indikasi dari fisioterapi dada, antara lain:
a. Profilaksis untuk mencegah penumpukan sekret, yaitu pada:
1) Pasien yang memakai ventilasi
2) Pasien yang melakukan tirah baring yang lama
3) Pasien yang produksi sputum meningkat seperti pada fibrosis
kistik atau bronkektasis
b. Pasien dengan batuk yang tidak efektif
c. Mobilisasi sekret yang tertahan, yaitu pada:
1) Pasien dengan atelektasis yang disebabkan oleh sekret
2) Pasien dengan abses paru
3) Pasien dengan pneumonia
4) Pasien pre dan post op operatif
5) Pasien neurologi dengan kelemahan umum dan gangguan
menelan atau batuk.
4. Kontraindikasi pada fisioterapi dada antara lain :
a) Tension pneumothorax
b) Gangguan sistem kardiovaskuler seperti hipertensi, infark miokard,
dan aritmia
c) Edema paru
d) Efusi pleura
e) Fraktur sternum
f) Kelainan yang berhubungan dengan darah: kelainan pembekuan,
hemoptisis, perdarahan intrabronkial yang masif
g) Aritmia jantung

5. Standar operating procedur (SOP)

Pengertian Fisioterapi dada adalah suatu rangkaian tindakan


keperawatan yang terdiri atas perkusi (clapping),
vibrasi, dan postural drainage
Tujuan 1. Membantu melepaskan atau mengeluarkan
sekret yang melekat di jalan napas dengan
memanfaatkan gaya gravitasi.
2. Memperbaiki ventilasi.
3. Meningkatkan efisiensi otot-otot pernapasan.
4. Memberi rasa nyaman.
Alat dan bahan a. Stetoskop
b. Handuk
c. Sputum pot
d. Handscoon
e. Tissue
f. Bengkok
g. Alat tulis
Tahap interaksi 1. Mahasiswa menyiapkan diri
2. Membaca intruksi tindakan yang yang akan di
lakukan
3. Menyiapkan alat dan bahan
a. Stetoskop
b. Handuk
c. Sputum pot
d. Handscoon
e. Tissue
f. Bengkok
g. Alat tulis
Tahap orientasi 4. Menyiapkan pasien
a. Salam terapeutik
b. Kontrak : perkenalkan (indentifikasi pasien
menggunakan nama , nomor rekam medik dan
tanggal lahir )
c. Menjelaskan prosedur dan tujuan kepada
pasien dan keluarga
d. Kontrak waktu
e. Menjaga privasi pasien

Tahap kerja a. Perawat mencuci tangan, lalu memasang


sarung tangan
b. Auskultasi area lapang paru untuk
menentukan lokasi sekret
c. atur posisi pasien
d. Letakkan handuk diatas kulit pasien
e. Rapatkan jari-jari dan sedikit difleksikan
membentuk mangkok tangan
f. Lakukan perkusi dengan menggerakkan sendi
pergelangan tangan, prosedur benar jika
terdengar suara gema pada saat perkusi
g. Perkusi seluruh area target, dengan
menggunakan pola yang sistematis
h. Instruksikan pasien untuk tarik nafas dalam
dan mengeluarkan napas perlahan-lahan
i. Pada saat buang napas, lakukan prosedur
vibrasi, dengan teknik: Tangan non dominan
berada dibawah tangan dominan, dan
diletakkan pada area target.
j. Instruksikan untuk menarik nafas dalam
k. Pada saat membuangn napas, perlahan
getarkan tangan dengan cepat tanpa
melakukan penekanan berlebihan
l. Posisikan pasien untuk dilakukan tindakan
batuk efektif
Tahap a. Kaji respon pasien
terminasi b. Bereskan alat dan simpan ketempat semula
c. Mengakhiri komunikasi
Tahap a. Mencatata hari tanggal, bulan , tahun dan jam
dokumentasi di lakukan tindakan
b. Dokumentasi hasil tindakan pada catatan
perawat : nama klien, nama dan waktu
c. Respons klien
d. Nama dan tanda tangan perawat
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Rencana Studi Kasus


Dalam studi kasus ini, studi deskriptif digunakan untuk meringkas.
mengklasifikasikan, dan menyajikan data. Metode ini digunakan untuk
memberikan perawatan keperawatan yang melibatkan studi, diagnosis,
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
B. Subyek Studi Kasus
Pada penulisan suatu studi kasus tidak menggunakan populasi dan sampel
tetapi lebih mengarah pada istilah "subjek studi kasus" dimana subjek yang
menjadi sudi kasus implementasi fisioterapi dada dengan tekni clapping pada
pasien dengan gangguan oksigenasi (brobkitis ) di ruang interna rsud
waikababubak
C. Fokus Studi Kasus
Fokus studi kasus adalah pemenuhan kebutuhan oksigenasi dengan bronkitis
D. Definisi Operasional Studi Kasus
E. Instrumen studi kasus
F. Metode pengumpulan data
G. Langka-langka pelaksanaa studi kasus
H. Lokasi Dan Waktu Studi Kasus
1. Tempat studi kasus
Studi kasus dilakukan di RSUD Waikabubak
2. Waktu Studi Kasus
Maret 2023
I. Analisi Data
J. Penyajian Data
Penyajian data dapat dilakukan dengan gambar, bagan, tabel, maupun teks
naratif
K. Etika Studi Kasus
3. Anonymity (tanpa nama)
Untuk menjaga kerahasiaan responden, studi kasus tidak mencantumkan
nama responden, akan tetapi lembar tersebut diberikan kode responden.
4. Confidentiality (kerahasiaan)
Semua infromasi dari responden yang telah dikumpulkan dalam studi kasus
harus menjaga kerahasiaannya, hanya kelompok data tertentu yang akan
dilaporkan pada hasil studi kasus
5. Informed consent (lembar persetujuan)
Lembar persetujuan diberikan kepada responden yang akan dikaji disertai
dengan judul dan manfaat studi kasus. Bila responden menolak studi kasus
tidak boleh memaksa dan tetap menghormati hak-hak responden.
DAFTAR PUSTAKA

Dwi Ambarwati Rizqiana, And Heri Susanti Indri. 2022. “Asuhan Keperawatan
Bersihan Jalan Nafastidak Efektif Pada Pasien Bronkhitis Fisiotrapi Dada Di
Ruang Edelweis Atas Rsud Kardinah Kota Tegal.” Jurnal Inovasi Penelitian
3(3): 1–4.
Kemenkes Ri (2022). Profil Kesehatan Indonesia 2022. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.
Who. 2020 .Prevalensi Data Bronkitis: World Health Organization.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2022). Badan Penelitian Dan Pengembangan
Kesehatan Kementerian Ri Tahun 2022.
Sukma. (2020). Pengaruh Pelaksanaan Fisioterapi Dada (Clapping) Terhadap
Bersihan Jalan Nafas Pada Anak Dengan Bronkitis. Journal Of Nursing &
Heal (Jnh).
Tim Pokja Sdki Dpp Ppni. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi Dan Indikator Diagnostik. Jakarta Selatan:
Tim Pokja Slki Dpp Ppni. 2017 . Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi
Dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Tim Pokja Siki Dpp Ppni. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Definisi Dan Tindakan Keperawatan. Jakarta Selatan:
Fadilah, Putri. 2021. “Asuhan Keperawatan Gangguan Kebutuhan Oksigenasi
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif Pada Bapak S Keluarga Bapak S Dengan
Bronkitis Kronis Di Desa Kota Gajah Kecamatan Kota Gajah Kabupaten
Lampung Tengah Tahun 2021.” Https://Medium.Com/: 5–27.
Magfiroh, Magfiroh (2021). 2020. “Penyakit Sistem Pernafasan.” Universitas
Muhammadiyah Ponorogo 3(April): 49–58.
Www.Kemkes.Go.Id. 2020. “No 主観的健康感を中心とした在宅高齢者にお

ける 健康関連指標に関する共分散構造分析title.” Satukan Tekad Menuju


Indonesia Sehat: 25–48.
Palindangan, R., & Septriwanti Kondo, R. (2023). Asuhan Keperawatan Pada
Pasien Dengan Bronchitis Di Ruang Bernadeth Ii Rumah Sakit Stella Maris
Makassar (Doctoral Dissertation, Stik Stella Maris Makassar).
Alami, U., & Laili, S. I. (2023). Analisis Asuhan Keperawatan Anak Pada Pasien
Bronkitis Dengan Masalah Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif Melalui
Penerapan Fisioterapi Dada (Clapping).
Kusuma, L. P., Prasetio, B. H., & Setiawan, E. (2023). Sistem Identifikasi Penyakit
Paru Obstruktif Kronik (Ppok) Berdasarkan Suara Paru-Paru Menggunakan
Jaringan Saraf Tiruan Berbasis Raspberry Pi. Jurnal Teknologi Informasi Dan
Ilmu Komputer, 10(1), 215-226.
Rahim, H. M. (2023). Penerapan Fisioterapi Dada Terhadap Masalah Bersihan
Jalan Napas Tidak Efektif Pada Anak Dengan Pneumonia Di Ruang Menur
Rsup Dr Soeradji Tirtonegoro Klaten (Doctoral Dissertation, Poltekkes
Kemenkes Yogyakarta).
Ragil, S. P. (2023). Asuhan Keperawatan Pola Napas Tidak Efektif Pada An. A
Dengan Bronkitis Di Ruang Firdaus Rsi Banjarnegara (Doctoral Dissertation,
Universitas Harapan Bangsa).
Hamas Ugi Prayogi, H. U. (2023). Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gangguan
Oksigenasi Pada Kasus Bronkitis Terhadap Ny. N Di Ruang Paru Rsd
Mayjend Hm Ryacudu Kotabumi Lampung Utara Tanggal 24-26 Oktober
2022 (Doctoral Dissertation, Poltekkes Kemenkes Tanjungkarang).

Anda mungkin juga menyukai