Anda di halaman 1dari 7

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.

W DENGAN MASALAH
KEPERAWATAN POLA NAPAS TIDAK EFEKTIF DENGAN DIAGNOSA
MEDIS BRONKEKTASIS TERINFEKSI DI RUNGAN GARDENIS RUMAH
SAKIT KRISTEN MOJOWARNO

Oleh :

JOEL DANY ADU

2020.01.018

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN Tk 2

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WILLIAM BOOTH

SURABAYA

2022

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Bronkiektasis adalah penyakit kronis progresif yang ditandai dengan dilatasi
bronkus dan bronkiolus yang bersifat menetap serta penebalan dinding bronkus.
Keadaan ini disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri yang kronis, dan inflamasi
yang diikuti dengan pelepasan mediator (Nataprawira, 2012).
Riwayat bronkiektasis pertama kali dikemukakan oleh Rene Theophile Hyacinthe
Laennec pada tahun 1819 pada pasien dengan flegmon supuratif. Tahun 1922, Jean
Athanase Sicard dapat menjelaskan perubahan distruktif saluran respiratorik. Pada
gambaran radiologis melalui penemuannya, yaitu bronkografi dengan kontras.
Dengan pemberian imunisasi terhadap pertusis, campak dan juga regimen pengobatan
penyakit TB yang lebih baik, maka diduga pravalens penyakit ini semakin rendah.
Hal ini dikarenakan penyakit TB dan pertusis merupakan salah satu penyebab dari
bronkiektasis (Emmons, 2008).
Penelitian pada tahun 2005 didapatkan sekitar 110.000 pasien dengan
bronkiektasis di Amerika serikat. Pada tahun 2005 penyakit ini sering terjadi pada
usia tua dengan dua pertiga adalah wanita. Weycker et al melaporkan prevalensi
bronkiektasis di amerika serikat 4,2 per 100.00 orang dengan usia 18-34 tahun dan
272 per 100.000 orang dengan usia 75 tahun. Sedangkan di Auckland, New Zealand
terdapat 1 per 6.000 penderita bronkiektasis (Syahrul,2011).
Indonesia sendiri belum ada laporan tentang angka-angka yang pasti mengenai
penyakit ini. Kenyataannya penyakit ini cukup sering ditemukan di rumah sakit dan
di klinik-klinik dan diderita oleh laki-laki maupun perempuan. Penyakit ini dapat
diderita mulai sejak anak-anak, bahkan dapat merupakan kelainan konginetal.
Fisioterapi sebagai tenaga kesehatan ikut berperan dalam menangani kasus
Bronkiektasis, dengan tujuan untuk mengembalikan fungsi paru dan mengurangi
problematika yang ada. Dalam kasus ini problematika fisioterapi meliputi
impraiment, functional limitation dan disability. Dalam mengatasi hal ini fisioterapi
menggunakan modalitas infrared, nebulizer dan chest therapy. Dengan adanya
modalitas fisioterapi diatas sebagai jalan untuk mengurangi gejala-gejala yang sering
timbul seperti sesak napas, membantu mengeluarkan sputum sehingga pasien dengan
penyakit bronkiektasis dapat bersosialisasi dimasyarakat.

2
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan masalah yang ada diatas, maka penulis merumuskan :
1. Bagaimana pengkajian pada Tn.W dengan diagnosa medis Bronkiektasis di
RS Kristen Mojowarno Jombang?
2. Apa saja diagnosa keperawatan pada Tn.W dengan diagnosa medis
Bronkiektasis di RS Kristen Mojowarno Jombang?
3. Apa saja intervensi keperawatan pada Tn.W dengan dianosa medis
Bronkiektasis di RS Kristen Mojowarno Jombang?
4. Bagaimana implementasi keperawatan pada Tn.W dengan diagnosa medis
Bronkiektasis di  RS Kristen Mojowarno Jombang?
5. Bagaimana Evaluasi Keperawatan pada Tn.W dengan diagnosa medis
Bronkiektasis di RS Mojowarno Jombang?
1.3 Tujuan
Mengetahui tentang Bronkiektasis dan memberikan asuhan keperawatan pada pasien
dengan Bronkiektasis.
1. Tujuan Umum
untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan Bronkiektasis.
2. Tujuan Khusus
1) Untuk menggambarkan pengkajian pada Tn.W dengan diagnosa medis
Bronkiektasis di RS Mojowarno Jombang.
2) Untuk mengetahui diagnosa keperawatan pada Tn.W dengan diagnosa
medis Bronkiektasis di RS Mojowarno Jombang.
3) Untuk mengetahui intervensi keperawatan pada Tn.W dengan diagnosa
medis Bronkiektasis di RS Mojowarno Jombang.
4) Untuk mengetahui Implementasi Keperawatan pada Tn.W dengan
diagnosa medis Bronkiektasis di RS Mojowarno Jombang.
5) Untuk mengetahui evaluasi keperawatan pada Tn.W dengan diagnosa
medis Bronkiektasis di RS Mojowarno Jombang.

3
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Pengkajian
Secara teori bronkiektasis adalah dilatasi broaki broakilus kronis yang
mungkin disebabkan oleh berbagai kondisi, termasuk infeksi paru dan
obstruksi bronkus : aspirasi benda asing muntahan dan benda-benda dari
saluran pernapasan atas : dan tekanan akibat tumor, penbuluh darah yang
berdilatas dan pembesaran nodus limfa (bruner dan sudart,2018).
Secara kasus nyata bronkiektasis yang dialami pasien berupa berbagai
keluhan yang dialami pasien, sesak napas hilang timbul dan di sertai batuk
berdahak. Dengan ini dsapat disimpulkan bahwa secara kasus nyata dan
tinjauan teori terdapat persamaan kriteria pada pasien yang mengalami
bronkiektasis.
4.2 Diagnosa
Ada 3 diagnosa yang muncul secara teori, ketidak efektifan bersihan
jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi secret atau sekresi
kental, pola napas tidak efektif berhubungan dengan posisi tubuh yang
menghambatkan ekspansi paru, keletihan berhubungan dengan kondisi
fisiologis. Sedangkan pada kasus nyata terdapat 3 diagnosa diantaranya :
bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang tertahan,
pola napas tidak efektif berhubungan dengan upaya napa, keletihan
berhubungan dengan kondisi fisiologis. Jadi dari diagnose teori tidak ada
kesenjangan dengan kasus secara nyata.
4.3 Intervensi
Intervensi yang dilakukan pada kasus secara teori dan kasus nyata tida
terdapat kesenjangan karena pada kasus teori dan kasus nyata mengobserfasi
bersihan jalan napas tidak efektif, pola napas tidak efektif dan keletihan. Jadi
tidak terdapat kesenjangan dalam intervensi kasusnyata dan kasus teori.

4
4.4 Implementasi
Implementasi pada pasien tidak terdapat kesenjangan karena untuk setiap
strategi melaksanakan tindakan yang diberikan dapat dilakukan dengan baik
oleh pasien sehinga masalah keperawatan teratasi.
4.5 Evaluasi
Evaluasi pada pasien berdasarkan teori yaitu pola napas tidak efektif
yang dirasakan sesuai dengan kriteria hasil yang didapatkan.

5
BAB V
PENUTUP

1.1 Kesimpulan
1) Dari tinjauan kasus yang diuraikan pada kasus sebelumnya dapat disimpulkan
bahwa kondisi yang mengalami pola napas teratasi.
2) Diagnose keperawatan yang ditemukan pada kasus yaitu ; kebersihan jalan
napas tidak efektif berhungan dengan sekresi yang tertahan, pola napas tidak
efektif berhubungan dengan upaya napas, keletihan berhungan dengan
kondisi fisiologis.
3) Intervensi yang dilakuakn secara teori dan kasus nyata yaitu strategi
pelaksanaan
4) Implementasi yang dilakukan pada pasien suda sesuai antara kasusnyata dan
teori. Untuk masalah yang suda teratasi dan sesuai dengan kriteria hasil yang
dihentikan yaitu : bersihan jalan napas tidak efektif, pola napas tidak efektif
dan keletihan
5) Evaluasi dan tindakan keperawatan yang diberikan telah teratasi sepenuhnya.
1.2 Saran
Sebagai perawat diharapkan mampu memberikan asuhan keperawatan sesuai
dengan kondisi dan kebutuhan akan proses penyembuhan pasien. Dan untuk
pasien diharapkan untuk tetap mempertahankan kecapaian tindakan yang
diberikan dan menerapkan secara mendiri setiap tindakan nonfarmakologi untuk
mencegah penyakit yang dialami pasien. Sedangkan bagi mahasiswa di harapkan
selalu menambah wawasan mengenai konsep dasar dan tindakan keperawatan
yang dilakukan pada pasien bronkiektasis.

6
7

Anda mungkin juga menyukai