Anda di halaman 1dari 8

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Pembahasan
Pada pembahasan ini, akan membahasan antara teori dan laporan kasus asuhan keperawatan
pada By. B.K, By. V.K, dang By. V.T kasus Pneumonia Neonatal yang teah dilakukan sejak
17 Mei 2021 s.d 5 Juni 2021. Kegiatan yang dilakukan meliputi pengkajian, menegakan
diagnose keperawatan, memberikan intervensi, melakukan implementasi keperawatan dan
penerapan EBN serta evaluasi keperawtan
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah pertama dalam membuat asuhan keperawatan untuk
mengumpulkan data tentang pasien dengan metode wawancara, observasi, dan melihat
rekam medik pasien
Menurut Suyono (2019), pada pemeriksaan fisik yang di lakukan pada aak dengan
pneumonia didapatkan data keadaan umum tampak lemah dan sesak,, kesadaran
composmentis sampai somnolent, tanda-tanda vital tekanan darah : hipertensi, nadi :
takikardi, respirasi takipnea, dyspnea, nafas dangkal, suhu hipertermi. Pada kepala tidak ada
kelainan, mata konjungtiva anemis,prnafasan cuping hidu. Pada ng. Paru : pengembangan
paru berat, tidak simetris jika hanya satu sisi paru, penggunaann otot bantu nafas, adanya
nyeri tekan, peningkatan vocal fremitus pada daerah terkena, pekak terjadi bila terisi
cairan,normalnya timpani, auskultasi bisa terdengar ronki atau crackles. Jantung : Tidak ada
kelainan jantung, ekstremitas sianosis, turgor berkurang jika dehidrasi
Pola nutrisi biasanya muncul anoreksia (akibat respon sistemik melalui kontrol saraf
puasat), mual dan muntah (peningkatan rangsangan gaster sebagai dampak peningkatan
toksik mikroorganisme). Pola eliminasi penderita sering mengalami penurunan produksi
urine akibat perpindahan cairan melalu proses evaporasi
Pada pengkajian By. B.K yang dilakukan pada tanggal 18 Mei 2021 pada pukul 09.00 Wita,
dengan melakukan wawancara pada orang tua, observasi pemeriksaan fisik pada pasien, dan
catatan rekam medic pasien. Hasil pengkajian sebagai berikut : : By B.K umur 7 hari
Masukdi Nicu B pada tanggal 13 Mei 2021 merupakan rujukan dari RS budi mulia
bitung.By.B.K lahir secara sponta letak belakang kepala di tolong oleh bidan dari RS budi
mulia bitung, lahir dari ibu G2P1A0 usia 22 tahun hamil 36 minggu lahir dengan berat
badan : 2100 gram, PB : 43 cm. By.B. di rujuk karena nafas cepat. Saat dikaji tanggal 18
mei 2021 keadaan umum : lemah, nafas cepat, terdapat retraksi dinding dada, terpasang
CPAP FiO2 30% PEEP 6, tidak ada bunyi nafas tambahan, tekanan darah : 95/60 mmHg,
nadi : 170x/menit, respirasi, 79x/menit, SPO2 : 92%, berat badan sekarang 1965 gram,
terpasang IVFD nutrimix terpasang OGT pemunuhan nutrisi melalu OGT dengan jumlah
pemberian asi : 6x7 cc/hari.
Pada pengkajian By.F.K dilakukan pada tanggal 24 mei 2021 pada pukul 16.40 wita dengan
melakukan observasi pengkajian fisik, dan catatan rekam medic. By.B.K umur 4 hari masuk
Nicu B pada tanggal 24 Mei 2021 merupakan rujukan dari rumah sakit Hermina Lambean
dengan keluhan sesak, bayi lahir dengan berat badan 3000gram dan panjang badan 48 cm,
Apgar score 7-9, Downcore : 5. Saat Kaji Keadan umum lemah, nafas cepat, klien tampak
sesak, terdapat retraksi dinding dada terpasang CPAP FiO 2 PEEP 7, tidak ada bunyi nafas
tambaha, tekanan darah : 87/42 mmHg, nadi :155x/menit, respirasi:66x/menit, SPO 2 : 90%,
berat badan sekarang, 3072 gram,terpadang IVFD nutrimix pad kaki kiri terpasang OGT
dengan jumlah pemberian asi 4x5 cc/hari.
Pada Pengkajian By. V.T dilakukan pada tanggal 31 mei 2021 pada pukul 09.30 wita
dengan melakukan wawancara dengan orang tua, observasi pengkajian, dan cetatan rekam
medic . By. B.K umur 21 hari merupakan rujukan dari rumah sakit Kaaloran Amurang
dengan keluhan nafas cepat, lahir spontan pervaginam, lahir dari ibu G 2P1A0 dengan berat
badan lahir 3300 gram, Panjang badan lahir: 49 cm,apgar score tidak di ketahui , Bayi V.T
merupakan pindahan dari Nicu A pada tanggal 25 mei 2021. Saat dikaji pada tanggal 31
mwei 2021 keadaaan umum lemah, nafas cepat, tampak sesak, terdapat retraksi dinding
dada, dwoncore : 5, terpasang CPAP FiO2 30% PEEP 7, terpasang IVFD pada tangan
kanan, dan PICC pada tangan kiri, terpasang OGT dengan jumlah pemberian asi 8x10
cc/hari.
Berdasarakan teori dan studi kasus di atas menemukan kesenjangan pada pemeriksaan fisik
yaitu hipertermi,nyeri tekan tidak dapat di ukur pada bayi tidak ada, tidak terdapat sianosis,
turgor kulit baik, tidak terdapat sianosis, tidakterdapat gangguan pada pola eliminasi
Sedangkan pada teori terdapat hipertermi, terdapat nyeri tekan, terdapat tsianosis dan tanda
dehidrasi, anoreksi, mual dan muntah, dan terdapat penurunan eliminasi.
2. Diagnosa
Diagnosa keperawatan adalah langkah kedua dalam proses asuhan keperawatan yaitu
menganalisa data subjektif dan data objektif yang telah di dapatkan pada taha pengkajian
untuk menengakan masalah keperawatan keperawatan yang terjadi pada pasien
Menurut Suriadi&Yuliani (2010), ada bebeapa masalah keperawtan yang di dapatkan
dnegan pneumonia dalam pemenuhan oksigenasi yaitu ketidakefektifan bersihan jalan
napas, ketidak efektifan polsa nafas, dan gangguan pertukaran gas.
Berdasarkan teori diatas ada diagnosa keperawatan yang tidak ditemukan pada By.B.K yaitu
bersihan jalan nafas tidak efektif dan gangguan pertukaran gas. Masalah keperawatan yang
di dapatkan dari hasil pengkajian By.B.K adalah Pola nafas tidak efektif berhubungan
dengan hambatan upayah nafas (kelemahan otot pernafasan) ditandai dengan nafas klirn
cepat, terpasang CPAP FiO2 305 PEEP 6 Respirasi 70x/menit,HR:60 x/meni, SPO2:
92%,terdapat retraksi dinding dada. Ditemukan juga masalah keperatwan resiko yaitu
resiko defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makanan di tandai
dengan berat badan lahir : 2100 gram berat badan sekarang : 2000 gram, mukosa bibir
kering, terpanag ogt. Bayi dengan pneumonia dan berat badan rendah dalam perawatan juga
beresiko infeksi baik dari lingkungan, efek prosedur invasif maupun petugas, sehingga
diagnosa resiko infeksi juga haru di tegakan. Resiko infeksi b.d prosedur invasif di tandai
dengan klien terasang infus pada kaki kanan dan tangan kiri, terpasang CPEP FiO 2 PEEP 6,
klien terpasang ogt ,Hb 12.0 g/dL. Hasil penglakian hanya 3 diagnosa yang ,muncul
berdasarkan analisa data.
Berdasarkan teori diatas ada diagnosa keperawatan yang tidak ditemukan pada By.F.K yaitu
bersihan jalan nafas tidak efektif dan gangguan pertukaran gas. Masalah keperawatan yang
di dapatkan dari hasil pengkajian By.F.K adalah Pola nafas tidak efektif berhubungan
dengan hambatan upayah nafas (kelemahan otot pernafasan) ditandai nafas klien cepat,
terpasang CPAP FiO2 30% PEEP 7 Respirasi 66x/menit, HR : 155x/menit, SPO 2 :
92x/menit, terdapat retraksi dinding dada. Ditemukan juga masalah keperatwan resiko yaitu
resiko defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makanan di tandai
dengan berat badan lahir : 3200 gram, berat badan sekarang 2072 gram, mukosa bibir kering
terpasang ogt. . Bayi dengan pneumonia dalam perawatan juga beresiko infeksi baik dari
lingkungan, efek prosedur invasif maupun petugas, sehingga diagnosa resiko infeksi juga
haru di tegakan. Resiko infeksi b.d prosedur invasif di tandai dengan klien terpasang infus
pada kaki kanan, klien terpasang CPAP FiO2 pada kaki kanan, terpadang ogt.
Berdasarkan teori diatas ada diagnosa keperawatan yang tidak ditemukan pada By.V.T yaitu
bersihan jalan nafas tidak efektif dan gangguan pertukaran gas. Masalah keperawatan yang
di dapatkan dari hasil pengkajian By.V.T adalah Pola nafas tidak efektif berhubungan
dengan hambatan upayah nafas (kelemahan otot pernafasan) ditandai nafas klien cepat,klien
tampak sesak, terpasang CPAP FiO2 30% PEEP 7 Respirasi 68x/menit, HR : 136x/menit,
SPO2 : 80x/menit, terdapat retraksi dinding dada. Ditemukan juga masalah keperatwan
resiko yaitu resiko defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makanan
di tandai dengan berat badan lahir : 3300 gram, berat badan sekarang 3297 gram, mukosa
bibir kering terpasang ogt. . Bayi dengan pneumonia dalam perawatan juga beresiko infeksi
baik dari lingkungan, efek prosedur invasif maupun petugas, sehingga diagnosa resiko
infeksi juga haru di tegakan. Resiko infeksi b.d efek prosedur invasif di tandai dengan klien
terpasang infus pada kaki kanan, klien terpasang CPAP FiO2 pada kaki kanan, terpadang ogt.
Menurut Kemenkes RI (2010), keluhan utama yang biasa terdapat pada anak usia 2yang
menderita pneumonia usia <5 tahun adalah sesak nafas, di tandai dengan adanya tarikan
dinding dada (Chest in drawing), dan nafas cepat. Pada kasuss By. B.K, By.F.K, By.V.T
dibawah di rumah sakit RSUP Prof. Dr. R. D Kandou Manado dengan keluhan nafas cepat.
3. Intervensi
Intervensi keperawatan merupakan langkah etiga dalam proses keperawatan yang membuat
suatu rencana tindakan untuk menangani serta encegah terjadinya komplikasi.
Diagnosa keperawatan yang di dapatkan dari hasil pengkajian pada By. B.K, By. F.K,
By.V.T adalah pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upayah nafas
(kelemahan otot pernafasan), resiko defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan
menelan makanan, . Resiko infeksi b.d efek prosedur invasive, sehingga perencanaan
ditujukan sebagai upaya untuk mengambalikan pola nafas efektif dan membaik, pencegahan
sehingga tidak terjadi defisit nutrisi dan tidak terjadi infeksi
Menurut Standar Intervensi Keperawatan Indoesia (2018), intervensi yang dapat diberikan
pada pola nafas tidak efektif adalah manajemen jalan nafas yaitu monitor pola nafas,
monitor bunyi nafas, monitor sputu, Pertahankan kepatenan jalan nafas, posisikan semi
fowler atau fowler, lakukan fisioterpi dada jika perlu, berikan oksigen, kolaborasi
pemberian bronkodilator jika perlu. Intervensi yang dapat diberikan pada diagnosa
keperawatan resiko defisit nutrisi adalah manajemen nutrisi dan pemberian makanan enteral
yaitu identifikasi status nutrisi, identifikasi perulnya selang nsogastrik, moitor berat ,
Periksa posisi NGT/OGT dengan memeriksa residu lambung atau mengauskultasi
hembusan udara, Gunakan tehnik bersihh dalam pemberian makanan via selang, dan icara
dengan bayi selama diberikan makanan/asi untuk menstimulus bayi. Selanjutny intervensi
yang dapat diberikan pada diagnos keperawatan resiko infeksi adalah oencegahan infeksi,
yaitu ,monitor tanda dan gejala infeksi, batasi jumlah pengunung, Cuci tangan sebelum dan
sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan pasien, ertahankan tehnik aseptic pada
pasien beresiko tinggi.
Dalam intervensi keperawatan yang diberikan pada By. B.K, By. F.K dan By. V.T pada
diagnose pola nafas tidak efektif adalah : monitor pola nafas, monitor bunyi nafas, monitor
sputum,pertahankan kepatenan jalan nafas, beri posisi semirecumbent sesuai jurnal (Do
different positions affect the oxygen saturation and comfort level of children under five
with pneumonia), berikan oksigen.
Dalam intervensi keperawatan yang diberikan pada By. B.K, By. F.K dan By. V.T pada
diagnosa resiko defisit nutrisi adalah : identifikasi status nutrisi, identifikasi perulnya selang
nsogastrik, moitor berat badan, periksa posisi NGT/OGT dengan memeriksa residu
lambung atau mengauskultasi hembusan udara, Gunakan tehnik bersih dalam pemberian
makanan via selang, bicara dengan bayi selama diberikan makanan/asi untuk menstimulus
bayi.
Dalam intervensi keperawatan yang diberikan pada By. B.K, By. F.K dan By. V.T pada
diagnose resiko infeksi adalah : Monitor tanda dan gejala infeksi,batasi jumlah
pengunung,cuci tangan sebelum dan sesudah kontakdengan pasien dan lingkungan pasien,
dan pertahankan tehnik aseptic pada pasien beresiko tinggi.
4. Implementasi
Implemetasi keperawatan adalah langkah keempat dalam proses asuhan keperawatan
dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan kriteria hasil yang ditentukan.
Diagnosa peratawa pada By.B.K, By.F.K, By. V.T yaitu pola nafas tidak efektif,
tindakan yang telah dilakukan adalah 1) memonitor pola nafas, 2) bunyi nafas, 3)
Memonitor sputum di dapatkan hasil pada By.B.K frekuensi nafas : 58x/menit, SPO 2 :
92X/menit, terpasang CPAP FiO2 30% PEEP 6, terdapat retraksi diding dada, tidak terdapat
bunyi nafas tambahan, tidak terdapat sputum.hasil yang dapatkan pada By.F.K frekuensi
nafas 66x/menit, terpasang CPAP FiO2 30% PEEP 7, SPO2 89%, terdapat retraksi dinding
dada, tidak ada bunyi nafas tambahan tidak ada sputum. Pada By.V.T di dapatkn hasil
Frekuensi nafas 59x/menit, SPO2 : 94%, terdapat retraksi dinding dada, terpasang CPAP
FiO2 30% PEEP 7 tidak ada bunyi nafas tambahan, tidak ada sputum.
Tindakan selanjutnya 4) mempertahankan kepatenan jalan nafas untuk mempertahankan
kepatenan jalan nafas yaitu dengan pemasangan CPAP pada By.B.K By.F.K, dan By.V.T
di dapatkan hasil pada By. B.K terpasang CPAP FiO 2 30% PEEP 6, By. F.K terpasang
CPAP FiO2 30% PEEP 7, By. V.T terpasang CPAP FiO2 30% PEEP 7.
Menurut penelitian Chisti dkk(2015) didapatkan hasil terapi bubble CPAP bisa bermanfat
di rumah sakit di Negara berkembang dimanan satu-satunya antuk untuk menobati
pneumonia berat dan hipoksemia sebelum intubasi ventilasi mekanik.
Tindakan selanjutnya 5) mengatur posisi semirecumbent untuk meningkatkan saturasi
oksigen pada bayi dengan pneumonia. Didaptkan hasil Pada By.B.K tampak tenang saat
diposisikan semirecumbent dan terjadi peningkat saturasi oksigen saat diberikan posisi
semirecumbent dari 92% menjadi 95%. Hasil yang di dapatkan dari By.F.K klien tampak
tenang dan terjadi peningkatan saturasi oksigen saat diberikan posisi semirecumbent
dari89% menjadi 92%. Hasil yang didaptakn pada By.V.T saat diberikan posisi
semirecument tampak tenang dan terdapat peningkatan saturasi oksigen dari 89%
meningkat hingga 95%.
Tindakan selanjutnya 6) Memberikan oksigen, pemberian oksigen kepada ketiga bayi di
berikan terapi CPAP(Continous Positive Airway Presur). CPAP(Continous Positive
Airway Presur) adalah salah satu alat yang digunana untuk memberikan tekanan positif
kepada bayi yang bisa pernafas spontan tetapi rentan mengalami apnea. hasil pada By. B.K
terpasang Bubble CPAP FiO2 30% PEEP 6, By. F.K terpasang Bubble CPAP FiO 2 30%
PEEP 7, terpasang CPAP Ventilator FiO2 30% PEEP 7.
Implementasi pada diagnosa keperawatan kedua resiko defisitNutri pada By. B.K,
By.F.K, dan By.V.T yaitu : 1) Mengidentifikasi status nutrisi, 2) Mengidentifikasi perulnya
selang nasogastric, 3) Memoitor berat badan, 3) Memeriksa posisi NGT/OGT dengan
memeriksa residu lambung atau mengauskultasi hembusan udara,4) Menggunakan tehnik
bersih dalam pemberian makanan via selang, 5) Berbicara dengan bayi selama diberikan
makanan/Asi untuk menstimulus bayi.
Implementasi pada diagnosa keperawatan ketiga resiko infeksipada pada By. B.K, By.F.K,
dan By.V.T yaitu : 1)memonitor tanda dan gejala infeksi, 2) Membatasi jumlah
pengunjung, 2)Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan
pasien, 3) Mempertahankan tehnik aseptic pada pasien beresiko tinggi. Diruangan Nicu B
selalu merepkan tindakan untuk penceghan infeksi seperti menggunakan baju khusus saat
melkukan tindakan, menerapkan 5 moment cuci tangan, meningkatkan tehnik aseptic dan
membatasi pengunjung, dan bayi juga medapatkan terapi antibiotic sesuai indikasi

5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan langkah terakhir proses keperawatan untuk mengetahui
sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai.
Evaluasi pada By. B.K dari asuhan keperawatan selama 5 hari pada diagnosa keperawatan
pola nafas tidak efekitf didapatkan hasil evaluasi Klien tampak sesak, sesak tampak
berkurang, terpasang O2 Nasal Kanul 0,5 L/menit, frekuensi nafas : 53x/MenitSPO2 :
95%,Tidak ada retraksi dinding dada, masalah keperawatan belum teratasi tetapi sudah ada
perubahan seperti sudah tidak terpasang CPAP dan diganti dengan O2 Nasal kanul 0,5
L/menit, sudah tidak terdapat retraksi dinding dada dan By.B.K sudah di pindahkan di Nicu
A.
Evaluasi pada By. F.K dari asuhan keperawatan selama 4 hari pada diagnosa keperawatan
pola nafas tidak efekitf didapatkan hasil evaluasi nafas klien cepat,klien tampak sesak,
perpasang CPAP FiO2 30% PEEP 7,frekuensi nafas : 65x/Menit,SPO2 : 97%, Terdapat
retraksi dinding dada. Masalah kesehatan belum teratasi dan dihentikan karena pasien
meninggal.
Evaluasi pada By. V.T dari asuhan keperawatan selama 6 hari pada diagnosa keperawatan
pola nafas tidak efekitf didapatkan hasil evaluasi nafas klien cepat, terpasang CPAP FiO2
30% PEEP 6, frekuensi nafas : 48x/Menit,SPO2 : 100%, terdapat retraksi dinding dada.
Terjadi peningkatan saturasi oksigen. Masalah keperawatan belum teratasi.
Evaluasi pada By. B.K dari asuhan keperawatan selama 5 hari pada resiko defisit nutrisi
didapatkan hasil evaluasi berat badan sekarang: 2037 gram,mukosa bibir lembab, terpasang
OGT, klien mengonsumsi Asi 10x/7cc perhari.Masalah keperawatan defisit nutrisi tidak
terjadi.
Evaluasi pada By. F.K dari asuhan keperawatan selama 4 hari pada diagnosa keperawatan
resiko defisit nutrisi didapatkan hasil evaluasi berat badan sekarang : 3000 gram, mukosa
bibir kering, terpasang OGT. Masaah keperawatan defisit nutrsi tidak terjadi
Evaluasi pada By. V.T dari asuhan keperawatan selama 6 hari pada diagnosa keperawatan
resiko defisit nutrisi didapatkan hasil evaluasi berat : 3297 gram, mukosa bibir
kering,terpasang OGT. Masalah keperawatan defisit nutrisi tidak terjadi.
Evaluasi pada By. B.K dari asuhan keperawatan selama 5 hari pada resiko infeks didapatkan
hasil evaluasi klien terpasang infus pada kaki kanan dan tangan kiri,Terpasang O2 Nasal
Kanul 0,5 L/menit,klien terpasang OGT, tidak ada tand-tanda infeksi.
Evaluasi pada By. F.K dari asuhan keperawatan selama 4 hari pada diagnosa keperawatan
resiko infeksi didapatkan hasil evaluasi klien terpasang infus di kaki kiri,klien terpasang
CPAP PiO2 30% PEEP 7, klien terpasang OGT, tidak ada tanda-tanda infeksi
Evaluasi pada By. V.T dari asuhan keperawatan selama 6 hari pada diagnosa keperawatan
resiko infeksi didapatkan hasil evaluasi klien terpasang infus pada kaki kanan dan tangan
kiri, klien terpasang CPAP FiO2 30% PEEP 7, klien terpasang OGT, terpasang Infus di
tangan kanan,terpaanag Picc di tangan kiri, tidak ada tanda-tanda infeksi.

1. Penerapan EBN
Berdasarkan hasil intervensi setelah dilakukan pemberian posisi semirecumbent menunjukan
peningkatan saturasi oksigen.Hali ini dapat di lihat dari peningkatan saturasi oksigen pada
By. B.K sebelum diberikan intervensi nilai rata-rata saturasi oksigen 92.25setelah diberikan
intervensi saturasi oksigen meningkat menjadi 96.25. Pada By.F.K sebelum diberikan
intervensi nilai rata-rata saturasi oksigen 89.25 , setelah diberikan intervensi nilai rata-rata
saturasi oksigen meningkat 95.5 . Pada By.V.T sebelum diberikan intervensi nilai rata-rata
saturasi oksigen 92.3, setelah diberikan intervensi nilai rata-rata saturasi oksigen meningkat
menjadi 97.5
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mawaddah, dkk(2018). Dengan judul
“Do Different Positions Affect The Oxygen Saturation And Comfort Level Of Children Under
Five With Pneumonia”. Dari hasil penelitian tersebut di dapatkan bahwa ada pengaruhposisi
semirecumbent terhadap peningkatan saturasi oksigen pada anak dengan pneumonia. Anak
atau bayi dengan pneumpnia membutuhan posisi yang tepat untuk meningkatkan saturasi
oksigen, dan posisi semirecumbent merupakan salah satu posisi yang tepat untuk
meningkatkan saturasi oksigen. Anak dengan pneumonia mengalami masalah oksigenasi dan
membutuhkan terapi oksigen jika tingkat saturasi oksigen (SpO2) kurang dari 90%4. Salah
satu intervensi keperawatan pada anak dengan masalah oksigenasi adalah positioning.
Positioning dianggap mempengaruhi tubuh manusia dan berbagai kondisi penyakit dalam hal
perluasan paru-paru dan efek gravitasi yang mempengaruhi tubuh manusia.

1. Kesimpulan
Praktek kliniki keperawatan gawat darurat peminatan anak di ruangan nicu b (neonatal intensive
care) RSUP. Prof.DR.R.D Kandou Manado selama 3 mingg sejak tanggal 17 mei 2021-05 juni
2021. Dapat di ambi kesimpulan setelah melakukan asuhan keperawatan pada bayi dengan
diagnose medis pneumonia neonatal berdasarkan hasil pengkajian pada tiga bayi di dapatkan
masalah keperawatan yaitu Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upayah nafas
(kelemahan otot pernafasan), resiko defisit nutrisi berhubungan dengan ketidak mampuamenelan
makanan ,Resiko infeksi b.d efek prosedur infasive. Dan telah implementasi keperawatan untuk

Hasil intervensi berdasrkan Evidence Base Nursing (EBN) tentang “Do Different Positions
Affect The Oxygen Saturation And Comfort Level Of Children Under Five With Pneumonia”.
Yaitu pemberian posisi semirecumbent untuk meningkatkan saturasi oksigen pada bayi dengan
pneumonia. Hasil dari intervensi menunjukan terdapat peningkatan saturasi oksigen pada bayi
sebelum diberikan posisi semirecumbent dan sesudah diberikan posisi semirecumbent. Posisi
recumbent adalah cara efktif untuk meningkatkan saturasi oksigenasi pasien. Hasil penelelitan
menunjukan bahwa posisi semirecumbent berpengaruh cepat terhadap peningkatan oksigenasi
dalam darah.

Anda mungkin juga menyukai