Anda di halaman 1dari 13

28

BAB IV

HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

A. HASIL STUDI KASUS

Hasil Studi Kasus Hasil penelitian melalui proses pengolahan data.

Adapun hasil penelitian berisikan peran perawat sebagai pelaksana dalam

pemberian asuhan keperawatan dengan penerapan pemenuhan kebutuhan

oksigenasi pada pasien Status Asmatikus di ruang IGD Rumah Sakit Umum

Haji yang meliputi pengkajian, perumusan diagnosa keperawatan,

perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Dalam studi kasus ini dilakukan pada

dua pasien Status Asmatikus

1. Pengkajian

Pengkajian Primer Subyek 1 Subyek 2

A (Airway) keluhan sesak napas, Sesak napas disertai batuk,


didapatkan bunyi napas didapatkan bunyi napas
tambahan wheezing tambahan wheezing
B (Breathing) frekuensi napas cepat, frekuensi napas cepat
pergerakan tidak simetris pergerakan tidak simetris
antara dada kiri dan kanan antara dada kiri dan kanan
suara napas Wheezing suara napas Wheezing

C (Circulation) Nadi teraba, sianosis tidak Nadi teraba, sianosis tidak


ada, Pendarahan tidak ada, Pendarahan tidak ada,
ada, dan eksremitas teraba dan eksremitas teraba
hangat hangat

D (Disability) Respon verbal, kesadaran Respon verbal, kesadaran


Compos Mentis, GCS : Compos Mentis, GCS :
E4V5M6, refleks cahaya E4V5M6, refleks cahaya
29

ada ada
E (Exposure) Semuanya Normal, tidak Semuanya Normal, tidak
ada kecacatan ada kecacatan
Pemeriksaan Spesimen Sputum Spesimen Sputum
Penunjang (BTA) Negatif (BTA) Negatif

Tabel 4.2 : Riwayat Pengkajian

a. Subyek I

Catatan keperawatan pasien yang dilakukan pada tanggal 28 Agustus

2019 pukul 08.00 WITA di ruang perawatan interna Rumah Sakit

Umum Haji didapatkan data identitas, umur 62 tahun, beragama islam,

pendidikan terakhir SD, bekerja sebagai Petani, alamat Jl. Salenrang,

Makassar. Penulis mendapatkan data subjektif : Sesak napas disertai

batuk dan nyeri dada. Data objektif : keadaan umum lemah, TTV

Tekanan Darah 140/100 mmHg, Nadi 92x/menit, Suhu 37,5 °C.

Pernapasan 28x/menit

b. Subyek II

Catatan keperawatan pasien yang dilakukan pada tanggal 28 Agustus

2019 pukul 08.00 WITA di ruang IGD Rumah Sakit Umum Haji

didapatkan data identitas, umur 51 tahun, beragama islam, pendidikan

terakhir SD, bekerja sebagai Petani, alamat Jl. Bonto ramba,

Makassar. Penulis mendapatkan data subjektif : Sesak napas disertai

batuk. Data objektif : keadaan umum lemah, TTV Tekanan Darah

110/90 mmHg, Nadi 100x/menit, Suhu 37,5 °C. Pernapasan 30x/menit

2. Analisa data
30

Kedua pasien mengatakan dalam data subyektif mengeluh sesak napas,

batuk, dan nyeri dada, kemudian dalam data obyektif yaitu keadaan umum

lemah, nampak sesak dan batuk dan pemeriksaan pernapasan berada

rentang diatas 27 kali/menit.

3. Diagnosa

Pada kasus 1 dan 2 adapun beberapa diagnosis keperawatan yang dapat

dirumuskan berdasarkan data pengkajian yaitu:

a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b/d penumpukan sputum

b. Ketidakefektifan pola napas b/d penurunan kemampuan bernapas

Berdasarkan fokus studi kasus, adapun prioritas masalahnya yakni

bersihan jalan napas tidak efektif dan ketidakefektifan pola pernapasan.

Data yang menunjang diagnosa keperawatan tersebut adalah data subyektif

klien mengeluh sesak disertai batuk dan nyeri pada dada.

2. Intervensi keperawatan

Rencana keparawatan pada pasien I dan II yang akan dilakukan untuk

diagnosa diatas tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan sebanyak

1x24 jam, diharapkan masalah keperawatan yang pertama yaitu tidak

efektifnya bersihan jalan napas teratasi dengan kriteria hasil yaitu:

Saluran pernapasan pasien menjadi bersih, Pasien dapat mengeluarkan

secret dan Suara napas dan keadaan kulit menjadi normal. Intervensi

antara lain Kaji pola dan frekuensi pernapasan pasien, Kaji kemampuan

refleks batuk pasien, Kaji keadaan secret, warna, dan produktifitasnya,

Kaji bunyi paru, Anjurkan pasien untuk minum air hangat jika
31

memungkinkan, Ajarkan tehnik batuk efektif, Kolaborasi dengan tim

medis dalam pemberian oksigen, Menekan produksi secret dan memenuhi

kebutuhan oksigen, Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian

oksigen, Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian inhalasi atau

nebulizer, Inhalasi dapat melonggarkan saluran pernapasan, Kolaborasi

dengan tim medis dalam melakukan pengisapan, Mengeluarkan secret

dengan melakukan penyedotan karena perbedaan tekanan pada mesin

pengisapan, Atur posisi pasien semifowler atau duduk, Lakukan perkusi

atau fibrasi dada, Anjurkan minum air hangat dan hindari minuman dingin

dan manis, Catat dan dokumentasi tindakan keperawatan. Adapun masalah

keperawatan yang kedua yaitu Tidak efektifnya pola pernapasan teratasi

dengan kriteria hasil yaitu Pasien dapat mendemostrasikan pola

pernapasan yang alternative, Data objektif menunjukkan pola pernapasan

vang efektit, Pasien merasa lebih nyaman dalam bernapas. Intervensi

antara lain Kaji pola dan frekuensi pernapasan pasien, Monitor bunyi

paru, Monitor hasil analisis gas darah, Abnormalitas gas darah

menunjukkan tidak adekuatnya oksigenasi, Monitor tanda vital, Monitor

kadar hemoglobin, Atur posisi pasien dengan semifowler atau duduk,

Observasi adanya pernapasan cuping hidung, sianosis, Kolaborasi dengan

tim medis dalam pemberian oksigen, Hindari kondisi yang dapat

meningkatkan konsumsi oksigen tubuh seperti aktivitas berlebihan, kondisi

lingkungan yang panas, demam, kejang, Kolaborasi dengan tim medis


32

dalam pemberian inhalasi atau nebulizer, Monitor hasil radiologi paru,

Laksanakan program pengobatan medis

3. Implementasi

a. Subyek I

Pada hari Rabu 28 Agustus 2019, pukul 09.00 Observasi tanda-

tanda vital Hasilnya TD 170/110 mmHg, Nadi 112x/menit, Suhu 37,5

°C, Pernafasan 30x/menit, pukul 09.15 mengatur posisi pasien

semifowler hasilnya Klien dengan posisi semifowler, Pemberian

oksigen hasilnya 5 Ltr/mnt, menggunakan nasal kanul, pukul 09.30

Pemberian inhalasi atau nebulizer hasilnya pemberian selama 10 mnt,

dengan obat Conbivent 1 Amp.

b. Subyek II

Pada hari Rabu 28 Agustus 2019, pukul 08.15 Observasi tanda-

tanda vital Hasilnya TD 110/110 mmHg, Nadi 88x/menit, Suhu 37,2

°C, Pernafasan 30x/menit, pukul 08.30 mengatur posisi pasien

semifowler hasilnya Klien dengan posisi semifowler, pukul 08.35

Pemberian oksigen hasilnya 4 Ltr/mnt, menggunakan nasal kanul,

pukul 09.30 Pemberian inhalasi atau nebulizer hasilnya pemberian

selama 10 mnt, dengan obat Conbivent 1 Amp.

4. Evaluasi keperawatan

a. Subyek I
33

Evaluasi dari tindakan yang sudah dilakukan dengan masalah

keperawatan didapatkan hasil evaluasi secara subjektif pasien

mengatakan pasien tidak sesak. hasil observasi didapatkan

pernapasan 20 kali permenit klien tampak rileks, assesment

masalah belum teratasi, Planning lanjutkan intervensi .

b. Subyek II

Evaluasi dari tindakan yang sudah dilakukan diatas dengan

masalah keperawatan didapatkan hasil evaluasi secara subjektif

pasien mengatakan pasien. tidak sesak. Hasil observasi didapatkan

pernapasan 20 kali, suara nafas vasikuler, klien tampak rileks,

assesment masalah teratasi, Planning lanjutkan intervensi.

B. PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas “Asuhan Keperawatan

Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi pada Pasien Status Asmatikus di Rumah

Sakit Umum Haji”. Pembahasan pada bab ini terutama membahas adanya

kesesuaian manapun kesenjangan antara teori dengan kasus. Disamping itu,

penulis akan membahas faktor pendukung, faktor penghambat dan

kesenjangan dalam memberikan asuhan keperawatan ada dua pasien dengan

proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan,

intervensi, implementasi dan evaluasi. Pada tahap penulis tidak mengalami

kesulitan karena pengumpulan data dengan menggunakan wawancara,

pengamatan dan observasi.

1. Pengkajian
34

Pengkajian merupakan langkah pertama dari proses keperawatan

dengan mengumpulkan data-data yang akurat dari pasien sehingga akan

diketahui berbagai permasalahan yang ada (Hidayat, 2006).

Keluhan utama yang didapatkan saat pengkajian terhadap kedua

pasien ialah sesak nafas, secret sulit keluar dan sulit untuk bernafas

sehingga kedua pasien memerlukan oksigen. Hal ini sesuai dengan teori

yang mengatakan bahwa Status Asmatikus adalah proses inflamasi

parenkim paru yang terdapat konsolidasi dan terjadi pengisian rongga

alveoli oleh eksudat yang ditandai dengan peningkatan suhu, peningkatan

pernafasan, dan batuk disertai sputum mukopurulen dan mukoid

(Ardinasari 2016). Dari karakteristik Status Asmatikus tersebut, keluhan

yang dirasakan oleh kedua pasien sama bahwa pasien mengalami batuk

disertai sputum yang menyebabkan bersihan jalan nafas tidak efektif.

Ketidakefektifan bersihan jalan nafas adalah ketidakmampuan untuk

membersihkan sekresi ataui obstruksi saluran pernafasan

mempertahankan jalan nafas yang bersih (Wilkinson, 2013).

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan perumusan masalah untuk

memutuskan klinis mengenai seseorang, keluarga, atau masyarakat

sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual

atau potensial (Hidayat, 2006). Dalam teori ini permasalahan utama pada

kedua pasien adalah pola nafas, tetapi dalam kasus ini penulis lebih

memprioritaskan bersihan jalan nafas karena berdasarkan keluhan


35

utamanya pasien mengatakan batuk yang sangat mengganggu sampai

adanya secret yang sulit untuk dikeluarkan dan terasa sesak. Adapun data

obyektif yang diperoleh yaitu pernafasan pasien pertama 28 x/mnt, pasien

kedua 30 kali permenit, suara redup pada saat perkusi, bunyi ronchi pada

lobusi paru anterior kanan atas saat auskultasi paru. Sesuai dengan teori

karakteristik Status Asmatikus yaitu pada penderita Status Asmatikus

mengalami batuk disertai sputum disertai suara redup pada lobus pru

anterior kanan atas, suara dada terlokalisasi padal auskultasi seperti ronchi

kasar atau suara redup menandakan pneumon1ai bukan bronkitis (Caisa,

2006). Untuk dapat menentukan etiologi Status Asmatikus bergantung

pada penemuan kelalaian fisis atau bukti radiologis yang menunjukan

konsolidasi, riwayat penyakit yang lengkap, pemeriksaan fisik yang teliti.

dani pemeriksaan penunjang (Slamet, 2003). Dibuktikan dengan

pemeriksaan radiologi pada kedua pasien dengan hasil terdapatnya

konsolidasi atau penyebaran bakteri pada lobus paru anterior kanan atas.

Sehingga diagnosa keperawatan yang dapat diambil yaitu bersihan jalan

nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret.

Setelah penulis mendapatkan data-data dari pengkajian dari kedua

pasien, maka penulis dapat merumuskan diagnosa keperawatan yaitu

bersihan jalan napas tidak efektif dan tidak efektifnya pola pernapasan

dikarnakan secret jalan napas dan pada akhirnya terjadi sesak hal ini

diakibatkan peradangan dan keterbatasan aliran udara masuk dan keluar

paru-paru terjadilah penyempitan saluran udara tepatnya dibagian saluran


36

trakea sehingga udara yang masuk tidak efektif kinerja dari alveoli hal ini

disebabkan seringnya terkontaminasi dengan debu, asap dan polusi.

3. Intervensi Keperawatan

Intervensi Keperawatan adalah Perencanaan tindakan sebagai

panduan untuk perilaku spesifik yangi diharapkan dari pasien dan

tindakan yang harus dilakukan oleh perawat (Deswani, 2009).

Perencanaan tindakan keperawatan pada kasus ini didasarkan pada

tujuan intervensi pada masalah keperawatan dengan kasus bersihan jalan

nafas tidak efektif, yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan selama

1 x 24 jam diharapkan bersihan jalan nafas efektif, dengan kriteria hasil

pasien tidak sesak nafas, sekret keluar, pernafasan 16 sampai 20 kali

permenit, tidak ada suara tambahan ronch. Dengan ditegakkan diagnosa

keperawatan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan

secret (Nanda, 2012), penulis merencanakan tindakan untuk mengatasi

bersihan jalan nafas. Intervensi yang ditegakkan yaitu kaji jumlah

pernafasan untuk evaluasi awal untuki melihat kemajuan dari hasil

intervensi yang telah dilakukan, Intervensi yang dibuat berdasarkan

diagnosa keperawatan adalah observasi tanda-tanda vital yang rasionalnya

untuk mendeteksi adanya jalan napas yang tidak efektif adalah perubahan

pola dan frekuensi pernapasan, kaji kemampuan refleks batuk berlendir

pasien rasionalnya kemampuan batuk dapat mengeluarkan secret, kaji

bunyi paru rasionalnya menentukan produktivitas atau adanya sekret pada

paru-paru, atur posisi pasien fowler atau semi fowler rasionalnya


37

meningkatkan pengembangan paru-paru dan melonggarkan diafragma,

anjurkan klien untuk. meminum air hangat jika memungkinkan

rasionalnya nengencerkan sekret, ajarkan teknik batuk efektif rasionalnya

membantu, mengeluarkan secret, kolaborasi dengan tim medis dalam

pemberian obat mukolitik rasionalnya mencairkan produksi secret

kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian oksigen rasionalnya

memenuhi kebutuhan oksigen, kolaborasi dengan tim medis dalam

pemberian inhalasi dan nebulizer rasionalnya inhalasi dapat

melonggarkannya saluran pernapasan,

Pada kedua kasus menpunyai kesamaan diagnosa yakni maka

membahas rencana keperawatan sesuai dengan prioritas masalah pada

pasien. Rencana keperawatan dengan tujuan telah dilakukan tindakan

keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan teratasi dengan kriteria hasil

dengan adanya kemampuan untuk bernapas, Jalan napas bersih, tidak ada

sumbatan, frekuensi irama, dan kedalaman nafas normal, pasien Nampak

rileks, TTV dalam batas normal.

4. Implementasi keperawatan

Tahap implementasi merupakan langkah keempat dalam tahap

proses keperawatan dengan melaksanakan berbagal strategi keperawatan

yang telah direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan (Hidayat,

2006).

Tindakan keperawatan yang dilakukan penulis secara umum

merupakan tindakan dari rencana keperawatan yang telah disusun, namun


38

ada beberapa tindakan yang dilakukan tidak sesuai dengan intervensi,

misalnya tindakan keperawatan pada hari pertama tidak sepenuhnya

sesuai dengan rencana tindakan yang telah ditentukan.

Pada kedua pasien tindakan keperawatan yang penulis lakukan

sudah sesuai dengan intervensi yang penulis tegakkan yaitu hari pertama,

kedua dan kedua penulis lakukan semuanya yaitu Intervensi yang dibuat

berdasarkan diagnosa keperawatan observasi tanda-tanda vital yang

rasionalnya untuk mendeteksi adanya perubahan sistem tubuh, kaji

frekuensi dan pola pernafasan pasien rasionalnya memanifestasi adanya

jalan nafas yang tidak efektif adalah perubahan pola dan frekuensi

pernafasan, kaji kemampuan refleks batuk pasien rasionalnya kemampuan

batuk dapat mengeluarkan secret, kaji bunyi paru rasionalnya

produktivitas atau adanya sekret pada paru-paru, atur posisi pasien fowler

atau semi fowler rasionalnya meningkatkan pengembangan paru-paru dan

melonggarkan diafragma, anjurkan klien. meminum air hangat jika

memungkinkan rasionalnya secret, ajarkan teknik batuk efektif

rasionalnya mengeluarkan secret, kolaborasi dengan tim medis dalam

pemberian obat mukolitik rasionalnya mencairkan produksi secret

kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian oksigen rasionalnya

memenuhi kebutuhan oksigen, kolaborasi dengan tim medis dalam

pemberian inhalasi dan nebulizer rasionalnya inhalasi dapat

melonggarkannya saluran pernapasan.

5. Evaluasi
39

Evaluasi pada Pasien pertama setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x

24 jam pada pasien pertama, evaluasi dari tindakan yang sudah dilakukan

dicatat tanggal 24 Agustus 2019 pukul 10.00 WITA dengan masalah

keperawatan didapatkan hasil evaluasi secara subjektif pasien mengatakan

pasien tidak sesak. hasil observasi didapatkan pernapasan 24 kali

permenit klien tampak rileks, assesment masalah belum teratasi,

Planning lanjutkan intervensi, adapun evaluasi pada Pasien kedua setelah

dilakukan tindakan keperawatan 1 x 24 jam pada pasien kedua, evaluasi

dari tindakan yang sudah dilakukan dengan masalah keperawatan

didapatkan hasil evaluasi secara subjektif pasien mengatakan pasien. tidak

sesak. Hasil observasi didapatkan pernapasan 24 kali, suara nafas

vasikuler, klien tampak rileks, assesment masalah teratasi, Planning

lanjutkan intervensi. Intervensi dilanjutkan observasi oksigen 3 liter kali

per menit, posisikan pasien senyaman mungkin dengan diberi posisi

semifowler, anjurkan minum air hangat, pantau oksigenasi, evaluasi untuk

batuk efektif Batuk memungkinkan pasien mengeluarkan sekresi dari

jalan nafas bagian atas dan bagian bawah (Perry & Potter, 2005)

C. Keterbatasan Studi Kasus

Penulis akan membahas hal-hal yang mempengaruhi kasus atau

keterbatasan dalam pengumpulan data misalnya kurangnya pasien Status

Asmatikus di Rumah Sakit Umum Haji. Kemudian penulis terlebih dahulu


40

mencari informasi tentang kasus Status Asmatikus. Dimana data tersebut

berasal dari petugas kesehatan bekerja di ruangan tersebut. Kemudian dalam

pengkajian pasien tersebut harus melewati banyak perizinan yaitu dari kepala

ruangan, petugas kesehatan yang bertugas pada hari itu kemudian suami atau

keluarga dan tentunya pasien.

Penulis sengaja mengemukakan penelitian dan analisa secara

berulang-ulang dikarnakan proses disaat pengumpulan data seperti itulah

kenyataannya pada saat menangani klien yang mengalami kondisi tersebut,

mulai dari SOP dan keluhan klien hampir semuanya sama, sehingga pada

proses observasi yang penulis amati hanya hal-hal tindakan yang terus

berulang-ulang setiap harinya.

Anda mungkin juga menyukai