Kunci Jawaban : D
Pembahasan :
Pada kasus tersebut diatas data-data yang dominan disajikan adalah data yang terkait
dengan masalah jalan nafas antara lain batuk berdahak berwarna kuning, ronchi positif
dan sesak napas. Data lain yang menunjang terkaid AGD pH 7,35 dalam batas normal
(N: 7,38-7,42), PCO2 46 mmHg meningkat (N: 34-42 mmHg), PO2 80 mmHg, HCO3 20
mEq/dL sedikit menurun (N: 22-28 mqL) sehingga AGD masih dalam batas toleransi.
Kunci Jawaban : D
Pembahasan :
Pada kasus diatas yang menjadi pertanyaan adalah interpretasi hasil analisis AGD. Hasil
AGD pH normal : 7,38-7,42, PCO2 normal : 38-42 mEq/dL. Jika pH darah rendah
(asidosis), maka perhatikan nilai PCO2, jika tinggi berarti respiratorik dan jika rendah
berarti metabolik. Jika pH darah tinggi (alkalosis), maka perhatikan nilai bikarbonat, jika
tinggi berarti metabolik dan jika rendah berarti respiratorik. Pada kasus di atas pH
rendah dan PCO2 tinggi.
3. Seorang wanita berusia 40 tahun sudah selama 3 hari dirawat di ruang penyakit dalam
dengan keluhan sesak napas. Hasil pengkajian menunjukkan terdapat ronkhi basah di
bagian basal paru, sulit mengeluarkan dahak dan tidak bisa berbicara karena suaranya
serak. Tekanan darah 130/80 mmHg, frekuensi napas 30 x/menit. Saat ini pasien sudah
mendapatkan terapi oksigen 3 lpm.
Apa intervensi yang harus dilakukan pada kasus tersebut?
a. Pemberian oksigen dengan masker 6 lpm.
b. Kolaborasi pemberian bronkodilator.
c. Lakukan fisioterapi dada.
d. Posisikan semifowler.
e. Ajarkan batuk efektif.
Kunci Jawaban : C
Pembahasan :
Berdasarkan kasus diatas maka ditemukan data ronkhi basah di bagian basal paru, sulit
mengeluarkan dahak dan tidak bisa berbicara karena suaranya serak. Dari data tersebut
dapat disimpulkan bahwa masalah pasien adalah kesulitan mengeluarkan dahak sehingga
tindakan mandiri yang dilakukan perawat adalah melakukan fisioterapi dada.
Kunci Jawaban : B
Pembahasan :
Pemasangan WSD dengan sistem 2 botol, botol pertama adalah sebagai botol
penampung dan botol kedua bekerja sebagai Water Seal. Botol ke-2 berfungsi untuk
menghindari udara masuk dalam pleura tekanan intra pleura menjadi stabil. Tindakan
yang segera dilakukan untuk menghindari tekanan pleura lebih tinggi disbanding tekanan
atmosfer maka segera lakukan klem selang yang dekat dengan dada (pleura).
5. Seorang pasien laki-laki berusia 74 tahun dirawat dengan keluhan batuk dan sesak nafas.
Hasil pengkajian: suara nafas wheezing, TD: 140/90 mmHg, frekuensi nadi: 94 x/menit,
frekuensi napas 26 x/, saturasi oksigen 94 %. Pasien dikakukan nebulisasi.
Apakah evaluasi setelah dilakukan tindakan tersebut?
a. Menanyakan respon verbal
b. Mengukur tekanan darah
c. Mengkaji suara napas
d. Mengukur saturasi oksigen
e. Menghitung denyut nadi
Kunci Jawaban : C
Pembahasan :
Pada kasus tersebut diatas masalah utama pada pasien ditemukan kesulitan
mengeluarkan secret yang ditandai dengan sesak napas disertai suara wheezing sehingga
dilakukan tindakan nebulasi. Berdasarkan pertanyaan maka evaluasi dari tindakan
nebulasi adalah secret akan berkurang yang ditandai dengan suara napas yang normal
(mengkaji suara napas).
b) SISTEM KARDIOVASKULER
1. Seorang laki-laki, berusia 63 tahun dirawat di ruang penyakit dalam dengan keluhan
nyeri daerah leher menyebar ke pungging kiri dengan skala 6. Hasil pengkajian
ditemuakan sesak, terdapat ronkhi, dan edema ekstremitas, gelisah dan sulit tidur di
malam hari.TD 110/85 mmHg, frekuensi nadi 99 x/menit, frekuensi nafas 28 x/menit,
SaO2 94 %. Hasil EKG menunjukkan ST elevasi.
Apakah tindakan keperawatan yang tepat dilakukan pada kasus tersebut?
a. Membatasi aktifitas
b. Membatasi retensi cairan
c. Menganjurkan pasien rileks
d. Mengajarkan latihan napas dalam
e. Kolaborasi pemberian nitrogliserin
Kunci Jawaban : E
Pembahasan :
Ciri yang ditunjukkan pada kasus tersebut adalah adanya sumbatan pembuluh darah
coroner. Tindakan yang tepat pada situasi ini adalah yang dapat menimbulkan pembuluh
darah coroner atau lisis sumbatan coroner. Nitrogliserin adalah regimen yang
menimbulkan dilatasi coroner, maka tindakan yang tepat dilakukan adalah pemberian
nitrogliserin.
2. Seorang laki-laki, berusia 64 tahun diantar ke IGD dengan keluhan nyeri dada sejak 2
jam sebelum MRS. Hasil pengkajian didapat data pasien mengatakan dadanya terasa
panas, skala nyeri 8, akral dingin lemah dan cemas. TD 140/80 mmHg, frekuensi nadi
72x/menit, dan frekuensi napas 16 x/menit. EKG menunjukkan ST elevasi pada lead II,
III, aVF, I, aVL, V5.
Dimanakah lokasi infark yang dialami pasien pada kasus tersebut?
a. Anteroposterior jantung
b. Inferoposterior jantung
c. Posterolateral jantung
d. Anterolateral jantung
e. Inferolateral jantung
Kunci Jawabun : E
Pembahasan :
Sandapan menunjukkan arah vector dari gelombang yang muncul, lead II, III, dan AVF
menunjukkan adanya gelombang dan putus pada daerah inferior dan jantung sedangkan
V5 dan AVL menunjukkan gambaran pada lateral jantung.
3. Seorang laki-laki usia 64 tahun dirawat diruang penyakit dalam dengan keluhan sesak
napas dan kedua kaki bengkak. Sesak dirasakan memberat saat pasien beraktivitas. Hasil
pengkajian di dapatkan : Pasien terlihat pucat dan sianosis, lemah dan tidak berdaya. TD:
170/100 mmHg, frekuensi nadi: 100 x/menit, dan lema, frekuensi nafas 24 x/menit dan
dangkal, suhu: 37 oC, foto toraks menunjukkan CTR: 65 %.
Apakah masalah keperawatan yang tepat pada kasus tersebut?
a. Intoleransi aktivitas
b. Gangguan perfusi jaringan
c. Penurunan curah jantung
d. Pola nafas tidak efektif
e. Kelebihan volume cairan
Kunci Jawaban : C
Pembahasan :
Tanda yang menonjol dikemukanakan pada kasus tersebut adalah menunjukkan
ketidakmampuan jantung dalam memompa darah, mungkin akibat dari pembesaran
jantung (CTR > 50%). Kompensasi jantung adalah dengan meningkatkan nadi. Pucat
dan lemah sebagai akibat tidak sampainya darah ke perifer dan darah yang di perifer
yang banyak mengandung CO2 sulit juga kembali ke jantung.
4. Pasien laki-laki usia 80 tahun dirawat di ruang paru dengan diagnose CHV grade IV.
Pasien mengatakan telah siap meninggal dan lebih berbahagia bisa ketemu Tuhannya
dan menolak untuk dilakukan tindakan apapun. Kondisi pasien makin menurun
kesadaran spoor koma dan mengalami henti jantung. Perawat tetap melakukan tindakan
RJP.
Manakah prinsip etik yang dilanggar perawat pada kasus tersebut?
a. Justice
b. Fidelity
c. Otonomi
d. Benificience
e. Non Maleficience
Kunci Jawaban : D
Pembahasan:
Pasien mempunyai hak untuk mengelola dan memutuskan tindakan yang boleh dan tidak
boleh dialakukan terhadap dirinya sepanjang perawat telah menjelaskan dengan benar
dan proporsional. Namun keputusannya tetap di tangan pasien atau keluarga. Pada kasus
ini perawat melakukan tindakan padahal pasien sudah nyaman dengan tidak dilakukan
tindakan apapun dan itu telah menjadi pilihannya. Maka perawat telah mengabaikan hak
dan otonomi pasien.
5. Seorang perempuan berusia 45 tahun dirawat di RS dengan keluhan nyeri dada. Hasil
pengkajian ditemukan nyeri seperti diremas dengan skala 7. TD:140/90 mmHg,
frekuensi nadi 94 x/menit, frekuensi napas 24 x/menit, suhu 36 oC. Pasien direncanakan
diberi obat isosorbid dinitrat (ISDN).
Bagaimana cara pemberian obat yang tepat pada kasus tersebut?
a. Minum obat sebelum makan
b. Letakkan obat dibawah lidah
c. Obat diminum dengan cara dihisap
d. Obat diminum dengan cara dikunyah
e. Minum air putih sebelum dikunyah
Kunci Jawaban : B
Pembahasan :
Obat ini sangat baik diabsopsi tanpa makanan dan lebih cepat lagi jenis obat sublingual.
Karena nyeri yang dialami pasien itu akibat dari konstriksi atau sumbatan pembuluh
coroner maka perlu diberikan obat yang paling cepat kerjanya. Maka yang paling sering
digunakan adalah sublingual.
c) SISTEM PENCERNAAN
1. Seorang perempuan berusia 40 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan mual muntah.
Hasil pengkajian pasien mengatakan nyeri ulu hati, terlihat warna sclera dan kulit kuning.
Hasil pemeriksaan ditemukan adanya pembesaran hati dan nyeri tekan pada area hati.
Pasien didiagnosis hepatitis.
Apakah pemeriksaan penunjang yang tepat pada kasus tersebut?
a. Pemeriksaan feces
b. Pemeriksaan urinalisa
c. Pemeriksaan biopsi hati
d. Pemeriksaan rontgen
e. Pemeriksaan laboratorium SGOT dan SGPT
Kunci Jawaban : E
Pembahasan :
Peningkatan SGOT dan SGPT menggambarkan gangguan pada organ hati.
2. Seorang perempuan usia 34 tahun datang ke Poliklonik dengan keluhan deman sejak 4 hari
yang lalu. Hasil pengkajian didapatkan pasien mengeluh mual, pusing, tampak pucat dan
lemas, dan nyeri tekan abdomen kuadran kanan atas, TD: 100/70 mmHg, frekuensi nadi 78
x/menit, frekuensi napas 24 x/menit, suhu 39,5 0C, dan hasil laboratorium HbsAg +.
Apakah masalah keperawatan yang tepat pada pasien tersebut?
a. Hipertermi
b. Intoleransi aktivitas
c. Defisit perawatan diri
d. Gangguan pola napas
e. Ketidakseimbangan nutrisi
Kunci Jawaban : A
Pembahasan:
Pada kuadran kanan atas abdomen merupakan organ hati, prioritas pada pasien hepatitis
tersebut adalah hipertermi.
3. Seorang laki laki berusia 48 tahun dirawat diruang penyakit dalam dengan keluhan lemas.
Hasil pengkajian mual dan sesak napas, edema tungkai +3 dan shifting dullness pada
abdomen, tekanan darah 100/60 mmHg, frekuensi nadi 110 x/menit, suhu 37 0C, kalium 7,3
mEq/dl, albumin 1,5 gr/dL.
Apakah intervensi prioritas pada pasien tersebut?
a. Memberikan posisi nyaman buat pasien
b. Monitoring intake dan output cairan
c. Monitoring tanda-tanda vital
d. Memberikan terapi diet
e. Mengatur posisi pasien
Kunci Jawaban : B
Pembahasan:
Pada kasus tersebut pasien mengalami kondisi kelebihan volume cairan yang ditandai
dengan edema dan penumpukan cairan di rongga abdomen yang ditandai dengan adanya
shifting dullness. Maka monitoring intake cairan pasien menjadi penting.
4. Seorang perempuan berusia 55 tahun di ruang penyakit dalam dengan diare. Hasil
pengkajian, pasien mengeluh lemas, BAB sudah 10 kali, konsistensi encer, terdapat lender,
TD 90/50 mmHg, frekuensi nadi 100 x/menit, frekuensi napas 24 x/menit, suhu 38,3 0C,
keseimbangan cairan minus 600 cc/24 jam. Pasien mendapatkan infus NaCl 30 tetes per
menit.
Apakah evaluasi pada pasien tersebut?
a. Diare hilang
b. Frekuensi BAB berkurang
c. Toleransi terhadap aktivitas
d. Kebutuhan cairan terpenuhi
e. Tanda vital dalam batas normal
Kunci Jawaban : D
Pembahasan:
Diare yang terus menerus dapat menyebabkan pasien kekurangan cairan yang ditandai oleh
tekanan darah menurun, nadi yang cepat.
5. Seorang laki-laki berusia 60 tahun dilakukan perawatan kolostomi yang telah penuh dengan
feses. Saat ini sedang melepas kantung secara perlahan mulai dari bagian atas sambil
mengencangkan kulit perut pasien. Perawat menggunakan tisu untuk mengusap sisa feses
dari stoma dan menutup stoma dengan kasa lembab.
Apakah tindakan keperawatan selanjutnya pada kasus tersebut?
a. Cuci tangan
b. Mengosongkan kantung stoma
c. Pakai sarung tangan sekali pakai
d. Mengoleskan pelindung kulit jenis pasta (zink oksida)
e. Membersihkan dan mengeringkan kulit sekitar stoma.
Kunci Jawaban : E
Pembahasan :
Colostomy mungkin mengeluarkan flatus atau feses, maka harus dibersihkan sekitar stoma
untuk melindungi kulit dari feses.
d) SISTEM SARAF DAN PERILAKU
1. Seorang laki-laki berusia 65 tahun dirawat di ruang neurologi dengan keluhan penurunan
kesadaran. Hasil pengkajian saat diberi rangsang nyeri kedua lengan tampak fleksi
abnormal, pasien membuka mata dan suara menggumam, pupil anisokor kanan, refleks
cahaya lambat, TD 160/90 mmHg, frekuensi nadi 92 x/menit, frekuensi napas 20 x/menit,
suhu 36,8 0C.
Berapa nilai GCS pada kasus tersebut?
a. 5
b. 6
c. 7
d. 8
e. 9
Kunci Jawaban : C
Pembahasan :
Yang perlu diketahui dan diperhatikan dalam pemeriksaan GCS adalah jenis rangsang yang
diberikan serta respon yang ditimbulkan dari rangsang tersebut. Kasus ini menunjukkan
respon motoric fleksi abnormal, membuka mata dan suara menggumam saat diberi rangsang
nyeri (3-2-2). Jadi nilai GCS 7. Perlu dipelajari lebih baik setiap nilai dari komponen verbal,
motoric dan membuka mata.
2. Seorang perempuan berusia 75 tahun dirawat di ruang neurologi dengan diagnose medis
stroke haemorhagie. Hasil pengkajian stupor dengan GCS 9, kesan hemiparase dextra. TD
190/100 mmHg, frekuensi nadi 100 x/menit, frekuensi napas 26 x/menit dan suhu 37 0C. CT
scan menunjukkan adanya gambaran hiperden pada daerah frontotemporal kanan.
Apakah masalah keperawatan yang tepat pada kasus tersebut?
a. Perfusi jaringan serebral tidak efektif
b. Hambatan mobilitas fisik
c. Pola napas tidak efektif
d. Risiko cidera
e. Hipertermi
Kunci Jawaban : A
Pembahasan :
Data yang menonjol pada kasus baik minor maupun mayor mencirikan adanya perubahan
jaringan otak. Perubahan neurologis mendadak seperti GCS, hemiparese, tekanan darah dan
didukung lagi dengan CT scan menunjukkan adanya tekanan yang meningkat pada otak
sehingga perfusi cerebral mengalami penurunan.
3. Seorang laki-laki berusia 50 tahun, pos tstroke dirawat di ruang neurologi mengalami
inkontinensia urin. Perawat akan melatih pasien dan merencanakan program latihan yang
tepat dan efektif dalam mengatasi inkontinensia.
Manakah tindakan yang tepat dilakukan pada kasus tersebut?
a. Kateterisasi intermiten setiap kali berkemih
b. Batasi asupan cairan 1200 mL setiap hari
c. Bantu pasien ke toilet setiap 2 jam
d. Gunakan “kondom” kateter
e. Pasang foley kateter
Kunci Jawaban : C
Pembahasan :
Inkontinensia adalah keterburu-buruan untuk berkemih dan seringkali tidak dapat menahan
untuk berkemih. Perasaan berkemih ini muncul dari persepsi dan mainset pasien. Maka perlu
dilakukan latihan untuk mengubah persepsi dan mainset ini. Kewajaran isi kantung kemih
adalah 0,5-1 cc per kg berat badan per jam. Maka dalam 2 jam telah diperkirakan kantung
kemih berisi 100 s.d 150 cc urin dan sudah dapat dilatih untuk mengatur spingter uretra
eksternal untuk berkemih. Namun selanjutnya dapat diajarkan lebih lama lagi misalnya
setiap 4 jam.
4. Seorang laki-laki berusia 60 tahun dirawat di ruang neurologi dengan diagnosis meningitis.
Hasil pengkajian didapatkan data extremitas dekstra tidak dapat digerakkan secara aktif,
kulit disekitar area penonjolan tulang tampak kemerahan. Pasien tampak lemas, TD 150/90
mmHg, frekuensi nadi 88 x/menit, frekuensi napas 20 x/menit, suhu 38,7 0C.
Apakah intervensi keperawatan yang tepat dilakukan pada kasus tersebut?
a. Memberi kompres hangat
b. Memasang kasur decubitus
c. Mobilisasi tiap 2 jam
d. Melakukan massage
e. Melatih ROM
Kunci Jawaban : C
Pembahasan :
Hemiparase adalah ketidakmampuan pasien untuk mengubah posisi dirinya secara mandiri.
Sebenarnya manusia sudah mempunyai pola proteksi dengan langsung mengubah posisinya
pada kondisi sudah dirasakan mengalami panas atau nyeri pada satu titik tertentu. Pasien ini
kehilangan kemampuan itu. Daerah yang tertekan lama akan kehilangan suplay darah dan
mengalami iskemia, lanjut akan terjadi gangguan metabolisme dan kerusakan jaringan
daerah tersebut. Itulah sebabnya kenapa pasien terlihat mengalami kemerahan pada kulit
daerah yang tertekan dan menonjol. Maka tindakan yang tepat dilakukan adalah ubah posisi
pasien paling tidak setiap 2 jam.
5. Seorang perempuan berusia 35 tahun dirawat di ruang neuro dengan keluhan kejang. Hasil
pengkajian didapatkan memiliki riwayat kejang sejak 2 minggu lalu. Pasien terlihat kaku
seluruh tubuh selama 1 menit, wajah menoleh ke kiri, mulut moncong ke kiri, mata
mendelik ke atas.
Apakah tindakan keperawatan yang tepat dilakukan pada kasus tersebut?
a. Miringkan pasien, jauhkan benda tajam
b. Berikan posisi terlentang, semi fowler
c. Observasi tanda-tanda vital
d. Pasang oksigen
e. Pasang spatel
Kunci Jawaban :
Pembahasan :
Pasien dengan kejang prinsipnya harus terhindar dari bahaya lingkungan termasuk benda-
benda tajam yang ada disekitar pasien. Tidak boleh memasukkan sesuatu ke dalam tubuh
pasien dengan ruda paksa karena akan terjadi cidera. Satu lagi yang perlu diamankan adalah
jalan napas agar tidak tersumbat maka hal yang tepat dilakukan adalah memiringkan pasien
ke salah satu sisi agar cairan atau muntahan yang ada tidak masuk kesaluran pernapasan
pasien.
6. Seorang laki-laki berusia 65 tahun, dirawat di ruang neuro dengan keluhan mengalami
kelemahan pada sisis kiri tubuh sejak semalam. Hasil pengkajian didapatkan wajah
asimetris, bicara pelo, diberi minum tersedak, lidah terlihat mencong ke kanan. CT scan
menunjukkan infark lobus parietal dextra.
Apakah masalah keperawatan yang tepat pada kasus tersebut?
a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
b. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral
c. Hambatan komunikasi verbal
d. Hambatan mobilitas fisik
e. Risiko aspirasi
Kunci Jawaban : E
Pembahasan :
Pasien dengan ketidakmampuan untuk mengontrol reflex menelan sangat berbahaya karena
setiap cairan yang masuk ke mulut dan faring tidak dapat dikontrol dan seringkali masuk ke
saluran pernapasan. Pasien akan mengalami distress pernapasan dan menimbulkan kematian.
Jadi pasien dengan ciri seperti ini harus di tangani pertama kali adalah bagaimana cara untuk
mengatasi dan mencegah hal ini terjadi.
e) SISTEM ENDOKRIN
1. Seorang perempuan berusia 65 tahun dirawat dengan diagnosis DM Tipe-2. Hasil
pengkajian: pasien mengatakan sering BAK pada malam hari, turgor lama kembali, lemah,
sering merasa haus, dan lapar. TD: 110/70 mmHg, frekuensi nadi 104 x/menit, frekuensi
napas 24 x/menit.
Kunci Jawaban : A
Pembahasan :
Berdasarkan hasil pengkajian pada kasus diatas, pasien DM Tipe-2 mengalami sering BAK
pada malam hari, turgor lama kembali dan sering merasa haus. Tanda tersebut merupakan
tanda dominan pada risiko kekurangan volume carian. Maka masalah keperawatan yang
paling sesuai adalah risiko deficit volume cairan.
3. Seorang laki-laki berusia 65 tahun dirawat di RS dengan DM. Hasil pengkajian didapatkan
pasien tampak lemah, gemetar, keluar keringat dingin, kesadaran samnolen, TD: 100/60
mmHg, frekuensi nadi 100 x/menit, frekuensi napas 22 x/menit, suhu 36 0C. Pasien disuntik
dengan atrapid 30 menit yang lalu.
Kunci Jawaban : B
Pembahasan :
Berdasarkan kasus diatas pasien memiliki riwayat DM dan telah disuntik dengan atrapid 30
menit yang lalu. Sebagai perawat, evaluasi yang perlu dilakukan adalah tanda hiperglikemia
atau hipoglikemia yang terjadi pada pasien. Berdasarkan pengkajian ditemukan tanda-tanda
hipoglikemia antara lain: pasien tampak lemah, gemetar, keluar keringat dingin, jantung
berdebar-debar, pucat dan pusing sehingga perlu di evaluasi glukosa darah.
f) MUSKULOSKELETAL
1. Seorang perempuan berusia 23 tahun dirawat di ruang bedah orthopaedic dengan keluhan
patah tulangnya tidak sembuh-sembuh. Hasil pengkajian, pasien mengalami patah tulang
tertutup pada daerah lengan kiri sejak 4 bulan yang lalu dan berobat ke dukun tulang tetapi
tidak kunjung sembuh dan lama kelamaan ototnya mengalami pengecilan, saat dikaji
kekuatan otot : pasien dapat mengangkat lengannya tetapi tidak dapat menahan tahanan.
Berapakah nilai kekuatan otot pada pasien tersebut?
a. 1
b. 2
c. 3
d. 4
e. 5
Kunci jawaban : C
Pembahasan :
Skala kekuatan otot : 0: tidak bergerak, 1: tampak gerakan otot, tetapi tidak ada pergerakan
sendi, 2: terdapat pergerakan sendi tetapi tidak bisa melawan gravitasi, 3: pergerakan dapat
melawan gravitasi tetapi tidak dapat menahan tahanan, 4: pergerakan dapat menahan
tahanan tetapi kurang dari normal, 5: kekuatan otot normal.
2. Seorang laki-laki berusia 18 tahun, dirawat di ruang bedah dengan fraktur tibia 1/3
proksimal tertutup 12 jam yang lalu. Perawat melakukan pengkajian neurovaskuler intuk
mengidentifikasi adanya syndrome kompartemen.
Apakah data fokus diagnosis pada pasien tersebut?
a. Kehilangan fungsi
b. Daerah lokal terasa lebih hangat
c. Edema pada ekstremitas yang terkena
d. Perasaan kesemutan pada tubuh yang terkena
e. Nyeri progresif yang tidak hilang dengan anlgetik
Kunci Jawaban : E
Pembahasan :
Nyeri progresif tidak hilang dengan analgetik menunjukkan proses iskemik dan selanjutnya
nekrosis, hal tersebut merupakan tanda-tanda kompartemen sindrome.
3. Seorang laki-laki berusia 60 tahun datang ke poli bedah dengan keluhan nyeri dan kaku pada
persendian kaki. Hasil pengkajian skala nyeri 2 bertambah saat pagi, lemas, kesulitan saat
bergerak dan nyeri bertambah saat digerakkan pada ekstremitas atas, pasien juga megeluh
penyakitnya tidak sembuh-sembuh, tanda herbender’s (+) dan bouchard node (+). Pasien
tidak mempunyai riwayat penyakit asam urat.
Apakah masalah utama pada pasien tersebut?
a. Kerusakan mobilitas fisik
b. Risiko tinggi cidera
c. Kelemahan
d. Cemas
e. Nyeri
Kunci Jawaban : A
Pembahasan :
Perawatan pasien OA ditujukan untuk mengurangi nyeri dan mobilitas sendi, pada pasien
tersebut yang menjdi prioritas kerusakan mobilitas fisik karena nyeri dirasakan berkurang.
4. Seorang laki-laki berusia 30 tahun dirawat di ruang bedah dengan keluhan nyeri dengan
skala 7. Pasien mengalami fraktur tertutup segmental radius 1/3 media sinistra sejak satu
hari yang lalu, saat ini pasien terpasang backslab/bidai pada area fraktur dan direncakan
tindakan operasi fiksasi internal. Hasil pengkajian area fraktur bengkak dan kemerahan.
Apakah tindakan yang tepat pada pasien tersebut?
a. Mengkaji status neurovascular daerah distal
b. Meninggikan posisi tangan yang fraktur
c. Mengatur posisi datar pada tangan kiri
d. Memberikan kompres dingin
e. Melatih tehnik relaksasi
Kunci Jawaban : A
Pembahasan :
Fase pertama penyembuhan tulang adalah pembentukan hematoma sehingga akan terjadi
edema, perawat harus memastikan status neurovascular untuk mengidentifikasi risiko
gangguan neurovascular.
5. Seorang laki-laki berusia 65 tahun dirawat di ruang bedah orthopaedic post operasi THA
(Total Hip Arthroplasty) 3 hari yang lalu. Hasil pengkajian pasien mengeluh nyeri skala 2,
TD: 120/80 mmHg, frekuensi nadi 80 x/menit, suhu 37,8 0C, drainase sudah di Up sejak 2
hari yang lalu. Perawat merencanakan discharge planning.
Apakah intervensi keperawatan yang tepat pada pasien tersebut?
a. Atur posisi miring kanan dan miring kiri setiap 2 jam sekali
b. Anjurkan untuk menyilangkan kaki saat duduk
c. Hindari fleksi pada kaki kurang dari 90 derajat
d. Latih napas dalam setiap 4 jam sekali
e. Dianjurkan madi di Tub Baths
Kunci Jawaban : C
Pembahasan :
Posisi fleksi kurang dari 90 derajat dapat menimbulkan dislokasi sendi panggul.
g) SISTEM GINJAL DAN PERKEMIHAN
1. Seorang perempuan berusia 45 tahun rawat di ruang penyakit dalam dengan keluhan sesak
napas, setelah hemodialysis 2 hari yang lalu. Hasil pengkajian:edema di ekstremitas bawah
+/+, urin output 100 cc/24 jam, TD 150/90 mmHg, frekuensi nadi 88 x/menit, frekuensi
napas 28 x/menit, dan suhu 37 0C.
Apakah pengkajian selanjutnya yang dilakukan pada kasus tersebut?
a. Adanya bunyi napas tambahan
b. Kenaikan berat badan pada pasien
c. Nilai ureum dan kreatinin
d. Asupan cairan pasien
e. Kadar hemoglobin
Kunci Jawaban : B
Pembahasan :
Kelebihan cairan dapat diidentifikasi, kelebihan cairan dapat dihitung dari kenaikan berat
badan, kenaikan 1 kg BB=1 liter air.
2. Seorang wanita berusia 58 tahun dirawat di ruang penyakit dalam karena gagal ginjal
terminal. Hasil pengkajian; pasien tampak sesak napas, edema anasarka. Urin output 250
ml/24 jam, TD 160/110 mmHg, frekuensi nadi 114 x/menit ireguler, frekuensi napas24
x/menit, dan suhu 38 0C, dan napas berbau amoniak.
Apakah masalah keperawatan utama pada pasien tersebut?
a. Bersihan jalan napas tidak efektif
b. Risiko kerusakan integritas kulit
c. Perubahan pola eliminasi
d. Kelebihan volume cairan
e. Perubahan citra tubuh
Kunci Jawaban : D
Pembahasan :
Fokus perawatan pasien dengan gagal ginjal terminal adalah mengkaji status cairan dan
mengidentifikasi potensi penyebab ketidakseimbangan, dilanjutkan dengan program diet.
3. Seorang laki-laki berusia 67 tahun dirawat di ruang bedah pasca operasi prostatektomi. Hasil
pengkajian pasien mengeluh nyeri ringan saat melakukan latihan napas dalam dan batuk
efektif.
Apakah respon perawat yang tepat pada situasi tersebut?
a. “Lakukan napas dalam secara rutin”
b. “Saya akan memberi anda obat anti nyeri”
c. “Nyeri berangsur-angsur akan berkurang”
d. “Nyeri merupakan hal normal setelah pembedahan”
e. “Dengan menggunakan banta, lakukan tekanan ringan di atas insisi”
Kunci Jawaban : D
Pembahasan :
Pengembangan paru saat latihan napas dalam dapat menimbulkan distensi pada abdomen
sehingga menimbulkan rangsang nyeri, perawat perlu menjelaskan bahwa hal tersebut
normal.
4. Seorang laki-laki berusia 45 tahun dirawat diruang bedah karena kesulitan berkemih. Pasien
akan dilakukan pemasangan kateter urin (foley chateter). Setelah pelumasan kateter dengan
jelly, kateter dimasukkan dengan mudah dan tanpa hambatan, segera urin terlihat keluar dan
ditampung dalam bengkok.
Apakah tindakan selanjutnya pada pasien tersebut?
a. Memfiksasi kateter dengan penis menghadap keatas
b. Meneruskan pemasukan kateter sampai percabangan
c. Mengembungkan balon dengan NaCl 0,9 %
d. Menyambungkan kateter ke kantung urin
e. Menekan pubis pasien dengan lembut
Kunci Jawaban : B
Pembahasan :
Saat insersi kateter dan urin keluar diperkkirakan balon fiksasi baru sampai ke uretra, untuk
keamanan maka kateter harus dimasukkan sampai ke percabangan agar saat
mengembangkan balon tidak menimbulkan trauma atau rupture pada uretra.
h) SISTEM INTEGUMEN
1. Seorang laki-laki berusia 25 tahun dirawat di ruang rawat luka bakar akibat tersiram air
panas. Hasil pengkajian: terdapat luka bakar pada lengan kanan dan kiri serta punggung.
Hasil pengkajian: TD: 110/70 mmHg, frekuensi nadi: 100 x/menit, frekuensi napas: 24
x/menit. Berat badan: 60 kg dan tinggi badan: 160 cm.
Berapakah cairan yang diperlukan dalam 24 jam menurut Rumus Parkland?
a. 4.320 ml
b. 6.480 ml
c. 7.200 ml
d. 8.640 ml
e. 9.600 ml
Kunci Jawaban : B
Pembahasan :
Pada kasus tersebut diatas harus menentukan luas luka bakar terlebih dahulu menggunakan
“Rule of Nine”. Luka bakar terjadi pada lengan kanan = 9%, lengan kiri = 9% serta
punggung = 9% = 27 %. Rumus Parkland
Larutan ringer laktat : 4ml X kg BB X luas luka bakar
4 ml x 60 kg x 27% = 6.480
Hari 1: Separuh diberikan dalam 8 jam pertama, separuh sisanya dalam 16 jam selanjutnya.
Hari 2: Bervariasi. Ditambahkan koloid.
2. Seorang laki-laki berusia 26 tahun dirawat di unit luka bakar karena mengalami luka bakar
akibat tersiram air panas. Hasil pengkajian: luka bakar pada ekstremitas kiri dan kanan.
Kondisi luka: jaringan granulasi mulai terbentuk, permukaan luka tampak kemerahan dan
pinggir luka rapi, tidak ada pus dan tidak terdapat jaringan nekrosis.
Apakah fase penyembuhan luka tersebut?
a. Hemostasis
b. Inflamasi
c. Proliferasi
d. Epitalisasi
e. Remodelling
Kunci Jawaban : C
Pembahasan :
Penyembuhan luka melalui 3 fase antara lain fase inflamasi, fase proliferasi dan fase
maturasi. Fase inflamasi ditandai dengan adanya pelepasan platelet dan vasokonstriksi
pembuluh darah yang mengakibatkan clout, sedangkan fase proliferasi ditandai dengan
pertumbuhan jaringan fibroblast dan neovaskurelerisasi yang membentuk terjadinya
granulosa jaringan serta terbentuk matriks kolagen yang mengakibatkan kontraksi luka. Pada
fase maturasi ditandai dengan terjadi pembentukan epitelisasi dan keratinisasi.
3. Seorang perempuan usia 34 tahun di rawat di ruang bedah dengan luka bakar derajat II.
Pasien mengeluh nyeri, lemas dan haus. Hasil pengkajian mengalami luka bakar daerah
dada, tangan kanan dan paha kanan. Luka terlihat merah, TD: 95/60 mmHg, frekuensi nadi
100 x/menit, frekuensi napas 25 x/menit, BB 50 Kg dan urin 125 cc/10 jam.
Berapakah presentase luka bakar yang dialami pasien tersebut?
a. 44 %
b. 42 %
c. 34 %
d. 32 %
e. 27 %
Kunci Jawaban : E
Pembahasan :
Berdasarkan hasil pengkajian pada kasus luka bakar diatas ditemukan luka bakar daerah
dada, tangan kanan dan paha kanan. Untuk menentukan presentase luas luka bakar maka
digunakan “Rule of Nine”. Pada daerah dada nilainya = 9%, tangan kanan = 9%, paha kanan
= 9%.
4. Seorang perempuan berusia 25 tahun dirawat dengan luka bakar. Hasil pengkajian diperoleh
data grade II dengan luas 35 %, BB: 50 kg, TB: 156 cm, TD: 100/60 mmHg, frekuensi nadi:
60 x/menit, frekuensi napas: 20 x/menit. Pasien telah diterapi cairan RL sebanyak 2000 cc.
Apakah yang menjadi kriteria keberhasilan terapi cairan tersebut?
a. Urin output 12,5 – 25 ml/jam
b. Urin output 25 – 50 ml/jam
c. Urin output 50 – 75 ml/jam
d. Urin output 75 – 100 ml/jam
e. Urin output 100 – 125 ml/jam
Kunci Jawaban : B
Pembahasan :
Penentuan kriteria keberhasilan terapi cairan menggunakan rumus output urin = 0,5-1
cc/kg/BB (0,5 x 50 kg = 25 ml/jam dan (1 x 50 kg = 50 ml/jam), sehingga urin output 25-50
ml/jam.
i) SISTEM DARAH DAN KEKEBALAN IMUN
1. Seorang perempuan berusia 46 tahun dirawat di ruang interna dengan DHF. Hasil
pengkajian ditemukan suhu 38,2 0C, terdapat petekie pada kedua lengan pasien, dan lemas.
Hb: 12 mg/dl, Hematokrit: 50%, Trombosit: 45.000/mm.
Apakah masalah keperawatan yang tepat pada kasus tersebut?
a. Risiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
b. Gangguan integritas kulit
c. Risiko perdarahan
d. Intoleransi aktifitas
e. Hipertermi
Kunci Jawaban : C
Pembahasan :
Tanda-tanda perdarahan sudah terlihat dengan adanya petekie namun yang lebih besar harus
dicurigai adalah perdarahan internal pada sistem gastrointestinal khususnya. Pasien
mengalami hal ini karena adanya penurunan drastis pada unsur pembekuan darah yakni
trombosit maka patut dicurigai karena faktor risiko untuk itu sudah sangat jelas.
2. Seorang perempuan berusia 25 tahun dirawat diruang penyakit dalam dengan keluhan
demam tinggi, hasil pengkajian ditemukan mukosa bibir kering, petekie (+), badan terasa
lemas, gusi berdarah. Hb: 17,2 g/dl, Ht: 51%, Trombosit: 44.000/mm3, leukosit: 3.800/mm3,
urin: 200 cc/8 jam, dalam mendapat terapi cairan RL 2500 ml/hari.
Berapa jumlah tetesan infus permenit pada pasien tersebut?
a. 14 tts/mnt
b. 21 tts/mnt
c. 28 tts/mnt
d. 35 tts/mnt
e. 42 tts/mnt
Kunci Jawaban : D
Pembahasan:
Rumus yang digunakan untuk menghitung tetesan adalah jumlah cairan yang diberikan x
faktor tetes (15 tetes permenit atau 20 tetes permenit, tergantung pada alat yang dipakai)/24
jam x 60 menit. Hasilnya adalah dengan satuan tetes/mnt (silahkan mencoba).
3. Seorang laki-laki berusia 45 tahun dirawat diruang penyakit dalam dengan keluhan diare
kronis sejak sebulan yang lalu. Pasien mempunyai riwayat HIV, mengalami penurunan berat
badan 18 kg dalam 4 bulan terakhir. Hasil pengkajian: turgor kulit tidak elastis, membrane
mukosa kering, dan konsentrasi menurun.
Apakah masalah keperawatan prioritas pada pasien tersebut?
a. Gangguan nutrisi; kurang dari kebutuhan tubuh
b. Kekurangan volume cairan tubuh
c. Gangguan integritas kulit
d. Gangguan proses pikir
e. Diare
Kunci Jawaban : B
Pembahasan :
Diare adalah salah satu infeksi opertonistik dari penderita HIV, diare menimbulkan
keluarnya cairan dan elektrolit berlebih maka pasien akan mengalami kekurangan cairan dan
elektrolit. Kasus ini sangat terlihat pasien mengalami hal tersebut dengan data seperti turgor
kulit jelek, membrane mukosa kering, turun berat badan secara drastic.
4. Seorang laki-laki berusia 40 tahun dirawat diruang penyakit dalam dengan diagnosis
leukemia. Hasil pengkajian Hb. 6,4 gr/dl, pasien direncanakan untuk transfuse darah.
Perawat telah memasang jalur intravena dan memberikan NaCl 0,9 % 50 cc, darah yang
dilemari diambil dan dihangatkan.
Apakah langkah yang dilakukan berikutnya?
a. Mengobservasi pasien
b. Memasang darah transfuse
c. Mengecek label darah dan mencocokkannya
d. Mendokumentasikan data yang relevan
e. Menutup klem yang berada dibawah kantong normal salin
Kunci Jawaban : C
Pembahasan :
Keamanan sangat penting dalam pemberian produk darah atau lainnya. Hal yang tidak boleh
dilupakan dalam prosedur ini adalah mencocokkan label darah dengan apa yang telah di
orderkan. Produk yang keliru akan menimbulkan respon alergi atau anapilaktif dan akan
sangat berbahaya bagi pasien bahkan dapat menimbulkan kematian.
j) SISTEM PENGINDERAAN
1. Seorang perempuan berusia 60 tahun dirawat diruang bedah pasca operasi katarak. Pasien
direncanakan untuk pulang dan perawat menjelaskan hal-hal yang tidak boleh dilakukkan
oleh pasien.
Apakah tindakan yang tepat pada kasus tersebut?
a. Tidak menutup mata saat mandi
b. Tidak boleh diberikan tetes mata
c. Tidak boleh membaca majalah
d. Tidak memakai kaca mata
e. Tidak menggosok mata
Kunci Jawaban : E
Pembahasan :
Menggosok mata dapat menimbulkan infeksi pada mata
Kunci Jawaban : B
Pembahasan :
Test Schwabach adalah test pendengaran dengan menggunakan garputala dimana
membandingkan kondusi getaran pada tulang mastoid yang dirasakan pasien dengan perawat
3. Seorang laki-laki berusia 30 tahun dirawat diruang bedah pasca operasi hari pertama pada
telinga bagian tengah. Hasil pengkajian; pasien mengatakan nyeri operasi, skala 7 (0-10) dan
mual. Ekspresi wajah meringis saat menahan nyeri, masih terasa lemas, dan takut untuk
bergerak. TD 100/80 mmHg, frekuensi nadi 100x/menit, frekuensi napas 18 x/menit dan
suhu 36,7 0C. Pasien menanyakan kapan boleh pulang?
Apakah masalah keperawatan pada kasus diatas?
a. Nyeri
b. Cemas
c. Risiko infeksi
d. Gangguan istirahat tidur
e. Gangguan mobilitas fisik
Kunci Jawaban : A
Pembahasan :
Masalah prioritas pada pasien pasca operasi hari pertama operasi telinga adalah nyeri.