Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PADA

TN. S DENGAN DIAGNOSA MEDIS PNEUMONIA DI RUANGAN


WALET BAWAH RSUD ANUTAPURA PALU

DI SUSUN OLEH :
SRI IRKAWATI
WN10323053

CI LAHAN CI INSITUSI

Ns. Fitriani, S.kep Ns. Elin Hidayat, S.Kep., M.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS WIDYA NUSANTARA
PALU
2023
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. S DENGAN DIAGNOSA MEDIS
PNEUMONIA DI RUANGAN WALET BAWAH
RSUD ANUTAPURA PALU

DI SUSUN OLEH :
SRI IRKAWATI
WN10323053

CI LAHAN CI INSITUSI

Ns. Fitriani, S.kep Ns. Elin Hidayat, S.Kep., M.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS WIDYA NUSANTARA
PALU
2023
A. Konsep Teori Pneumonia
1. Pengertian
Pneumonia merupakan suatu proses peradangan dimana terdapat
konsolidasi yang disebabkan pengisian rongga alveoli oleh eksudat.
Pertukaran gas tidak dapat berlangsung pada daerah yang mengalami
konsolidasi, begitupun dengan aliran darah di sekitar alveoli, menjadi
terhambat dan tidak berfungsi maksimal. Hipoksemia dapat terjadi,
bergantung pada banyaknya jaringan paru-paru yang sakit (Somantri,
2019).
Pneumonia merupakan proses inflamatori parenkim paru yang
umumnya disebabkan oleh agens infeksius (Smeltzer & Bare, 2019).
Pneumonia adalah peradaangan parenkim paru yang disebabkan
olehh mikroorganisme seperti bakteri, virus, jamur, dan parasit
(Djojodibroto, 2019).
2. Etiologi
Menurut Nurarif & Kusuma (2019) penyebaran infeksi terjadi
melalui droplet dan sering disebabkan oleh Streptococcus pneumonia,
sedangkan pada pemakaian ventilator disebabkan oleh pseuodomonas
aeruginosa dan enterobacter. Pada masa kini biasanya terjadi karena
perubahan keadaan pasien seperti kekebalan tubuh dan penyakit kronis,
polusi lingkungan, penggunaan antibiotik, yang tidak tepat. Setelah
masuk ke paru organisme bermultifikasi dan jika telah berhasil
mengalahkan mekanisme pertahanan paru, terjadilah pneumonia.
3. Manifestasi klinis
Menurut Suriadi dan Yuliani (2019) tanda dan gejala penyakit
pneumonia sebagai berikut:
a. Demam tinggi
b. Batuk kering keras, pada awalnya batuk tidak produktif, kemudian
bersputum seremukoid, sampai mukopulen atau bercak darah,
krekles dan krepitasi halus di berbagai area paru.
c. Malaise
d. Sakit kepala
e. Anoreksia
f. Sakit tenggorokan
g. Nyeri dada
4. Patofisiologi
Proses perjalanan penyakit dimulai dari adanya beberapa faktor
yang menyebabkan aspirasi berulang diantaranya: obstruksi mekanik
saluran pernafasan karena aspirasi bekuan darah, pus, makanan dan
tumor bronkus. Adanya sumber infeksi, daya tahan saluran pernafasan
yang terganggu, sehingga menimbulkan tanda dan gejala, seperti edema
trakeal/faringeal, peningkatan produksi sekret sehingga menimbulkan
batuk produktif efektif. Dari tanda dan gejala tersebut maka muncul
masalah keperawatan ketidak efektifan bersihan jalan nafas.
Peradangan pada bronkus yang menyebar pada parenkim paru
juga menyebabkan terjadinya konsolidasi pengisian rongga alveoli oleh
eksudat menimbulkan penurunan jaringan efektif paru, dan kerusakan
membran alveoli-kapiler, hal ini menimbulkan gejala sesak nafas.
Penggunaan obat bantu nafas dan pola nafas tidak efektif. Dari tanda
tersebut maka muncul masalah keperawatan gangguan pertukaran gas.
Konsolidasi pengisian rongga paru oleh eksudat menimbulkan reaksi
sistemis: bakterimia/viremia, anoreksia, mual, demam, perubahan berat
badan, dan kelemahan. Sehingga dapat menimbulkan tanda dan gejala
peningkatan laju metabolisme umum, intake nutrisi tidak adekuat, tubuh
makin kurus, ketergantungan aktivitas sehari-hari, kurang pemenuhan
isirahat dan tidur, kecemasan dan pemenuhan informasi. Dari tanda dan
gejala tersebut maka timbul masalah keperawatan yaitu pemenuhan
nutrisi kurang dari kebutuhan, gangguan pemenuhan Activity Daily
Living (ADL), gangguan pemenuhan istirahat dan tidur, kecemasan,
ketidaktahuan/pemenuhan informasi dan hipertermi (Muttaqin, 2019).
5. Pathway

Virus, bakteri,
jamur

Masuk saluran pernapasan

Leukosit PMN Reseptor


Reaksi radang pada bronkus dan alveolus
mengisi alveoli peradangan

Peningkatan produksi sekret


Konsolidasi di alveoli hipothalamus

Sekret sukar dikeluarkan


Konsolidasi di paru Suhu tubuh
meningkat

Batuk
Compliance paru
meningkat Hipertermi
Bersihan jalan napas tidak efektif
Pola napas tidak
efektif
6. Pemeriksaan penunjang
Untuk mendiagnosa penyakit secara lebih tepat, maka diperlukan
pemeriksaan penunjang. Foto thoraks sebaiknya dibuat posterior anterior dan
lateral untuk melihat keberadaan konsolidasi rotrokardial sehingga lebih
mudah untuk menentukan lobus yang terkena. Densitasnya bergantung pada
intensitas eksudat dan hampir selalu ada bronchogram pada masa akut,
biasanya tidak ada pengecilan lobus yang terkena sedangkan pada masa
resolusi mungkin ada atelektasis sebab eksudat menyebabkan obstruksi.
Gambaran konsolidasi tidak selalu mengisi seluruh lobus karena mulai dari
perifer gambar kosolidasi hampir selalu berbatasan dengan permukaan pleura
viselaris, maka dari itu dapat mudah dilihat dengan foto lateral
(Muttaqin,2019).
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan penyakit pneumonia sebagai berikut:
a. Posisikan klien semi fowler
b. Pemberian O2 yang adekuat
c. Pemberian IV line untuk hidrasi tubuh secara umum
d. Pemberian antibiotik.

B. Konsep Dasar Keperawatan


1. Pengkajian keperawatan
Pengkajian merupakan dasar utama dalam memberikan asuhan
keperawat an sesuai dengan kebutuhan individu (pasien), oleh karena
itu pengkajian yang benar, akurat, lengkap, dan sesuai dengan
kenyataan sangat penting dalam merumuskan suatu diagnosis
keperawatan dan dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan
respon individu (Aspiani 2015).
a. Identitas Pasien
Identitas meliputi nama, usia, tanggal lahir, nomor rekam
medik, pendidikan, pekerjaan, status, alamat dan diagnosa.
b. Keluhan utama
Keluhan utama pada pasien gagal jantung meliputi sesak napas,
kelemahan saat beraktivitas, nyeri dada, edema ekremitas bawah,
distensi abdomen dan urine menurun.
c. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Untuk mengetahui riwayat penyakit sekarang dengan
memberikan pertanyaan yang mendukung keluhan utama dengan
gejala terkait vaskuler.
2) Riwayat kesehatan dahulu
Untuk mengetahui riwayat penyakit dahulu dengan
menyakan pada pasien apakah sebelumnya pernah menderita
penyakit seperti diabetes meilitus, hipertensi, hiperlipidemia,
infark miokard serta menanyakan obat yang pernah dikonsumsi
pada masa lalu untuk menunjang data yang relevan.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Pada riwayat kesehatan keluarga perawat menanyakan
apakah dari bapak, ibu dan turunan di atasnya memiliki riwayat
penyakit turunan seperti yang di derita klien.
d. Aktivitas dan istirahat
1) Terdapat kelelahan, insomnia, kurang istirahat, nyeri dada,
latergi, sesak napas saat aktvitas atau sedang tidak beraktivitas.
2) Sirkulasi
Apakah ada riwayat hipertensi, anemia, syok septik, sianosis,
peningkatan vena jugularis, fibrilasi atrial, disaritmia, kontraksi
ventrikel prematur.
3) Respirasi
Sesak napas saat beraktivitas, takipnea, ada riwayat paru.
4) Pola makan dan cairan
Penurunan nafsu makan, mual dan muntah.
5) Eliminasi
Penurunan volume urine, nokturia, diare, konstipasi
6) Neurologis
Penurunan kesadaran, disorientasi, pusing.
7) Interaksi sosial
Berkurangnya aktivitas sosial
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis terkait
respons pasien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
dialaminya baik masalah yang berlangsung aktual maupun potensial
(PPNI, 2017).
a. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas.
b. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan hipersekresi
jalan napas.
c. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
3. Intervensi keperawatan
No Diagnosa Tujuan Intervensi
1. Pola napas tidak Pola Napas L. 01004 Manajemen Jalan
efektif b.d hambatan Setelah dilakukan Napas I. 01011
upaya napas tindakan Observasi :
keperawatan 3x24 1. Monitor pola
jam diharapkan curah napas
jantung membaik 2. Monitor bunyi
dengan kriteria hasil : napas.
1. Dispnea Edukasi :
menurun 3. Pertahankan
2. Penggunaan otot kepatenan jalan
bantu napas napas
menurun 4. Posisikan semi-
3. Penggunaan otot fowler
bantu napas 5. Lakukan
menurun penghisapan
4. Frekuensinapas lendir
membaik 6. Lakukan
5. Kedalaman hiperoksigenasi
napas membaik 7. Berikan oksigen
jika perlu
Edukasi
8. Anjurkan asupan
cairan 2000
ml/hari
Kolaborasi
9. Kolaborasi
pemberian
bronkodilator.
2. Bersihan jalan napas Setelah dilakukan Manajemen jalan
tidak efektif asuhan napas
berhubungan dengan keperawatan Observasi
hipersekresi jalan selama 3 x 24 jam, 1. Monitor pola
napas diharapkan napas
bersihan jalan 2. Monitor bunyi
napas meningkat, napas
dengan kriteria 3. Monitor sputum
hasil: teraupetik
1. Batuk efektif 4. Berikan minum
meningkat air hangat
2. Produksi 5. Lakukan
sputum fisioterapi dada
menurun jika perlu
3. Dyspnea 6. Lakukan
menurun penghisapan
lendir kurang
dari 15 detik
edukasi
7. Ajarkan batuk
efektif
kolaborasi
8. Kolaborasi
pemberian
mukolitik.
3. Hipertermi Setelah dilakukan Manajemen
berhubungan dengan asuhan keperawatan Hipertermia
proses penyakit. selama 3 x 24 jam Observasi
diharapkan 1. Identifikasi
termoregulasi penyebab
membaik, dengan hipertermia
kriteria hasil: 2. Monitor suhu
1. Menggigil tubuh
menurun. Teraupetik
2. Kulit merah 3. Longgarkan
menurun. atau lepaskan
3. Pucat menurun. pakaian
4. Suhu tubuh 4. Berikan cairan
membaik. oral
5. Suhu kulit
membaik. Edukasi
6. Tekanan darah 5. Anjurkan tirah
membaik. baring
Kolaborasi
6. Kolaborasi
pemberian
cairan intravena,
jika perlu

4. Implementasi
Implementasi/pelaksanaan keperawatan adalah realisasi tindakan
untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan. Kegiatan dalam
pelaksanaan juga meliputi pengumpulan data berkelanjutan,
mengobservasi respon klien selama dan sesudah pelaksanaan tindakan,
serta menilai data yang baru (Dian Hadinata, 2022).
5. Evaluasi
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan
keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang
dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi mengacu kepada penilaian,
tahapan dan perbaikan. Dalam evaluasi, perawat menilai reaksi klien
terhadap intervensi yang telah diberikan dan menetapkan apa yang
menjadi sasaran dari rencana keperawatan dapat diterima. Perawat
menetapkan kembali informasi baru yang diberikan kepada klien untuk
mengganti atau menghapus diagnosa keperawatan, tujuan atau intervensi
keperawatan. Evaluasi juga membantu perawat dalam menentukan target
dari suatu hasil yang ingin dicapai berdasarkan keputusan bersama antara
perawat dan klien. Evaluasi berfokus pada individu klien dan kelompok
dari klien itu sendiri. Kemampuan dalam pengetahuan standar asuhan
keperawatan, respon klien yang normal terhadap tindakan keperawatan
(Dian Hadinata, 2022).

DAFTAR PUSTAKA
Djojodibroto. (2019). Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran
Pernapasan Untuk Penanggulangan Pneumonia. Jakarta: CV Trans Info
Media.
Hadinata, Dian, And Awaludin J. Abdillah, (2022). Metodologi Keperawatan.
Edited By Wahyuni, Sri, Cv Widina Media Utama.
Mutaqqin, Arif. (2019). Asuhan Keperawatan Kliendengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika.

PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi Dan Indiktor


Diagnostik, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi Dan Tindakan


Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi Dan Kriteria


Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai