Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN DIAGNOSA MEDIS PNEUMONIA


DI RUANG IV LT. 1 RSPAL DR. RAMELAN SURABAYA

Disusun Oleh:
Ali Miftah
Nim. 2021003

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN PARAREL


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA
TAHUN 2022
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN DIAGNOSA MEDIS PNEUMONIA


DI RUANG IV LT. I RSPAL DR. RAMELAN SURABAYA

Setelah kami periksa dan amati, selaku pembimbing mahasiswa:


Nama : Ali Miftah
NIM : 2021003
Program Studi : D-III Keperawatan
Judul : Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pneumonia
Serta perbaikan-perbaikan sepenuhnya, maka kami menganggap dan dapat menyetujui bahwa laporan
pendahuluan ini dinyatakan layak.

Surabaya, Desember 2022


Mahasiswa

Ali Miftah
NIM: 2021003

Pembimbing Lahan Pembimbing Institusi

Sumini, Amd.Kep Christina Yuliastuti, S.Kep.,Ns.,M.Kep


NIP: 197707222007122001 NIP: 03017

Kepala Ruangan Ruang IV Lt.I

Joko Wiratno, S.Kep,.Ns


NIP: 197502082005011004
LAPORAN PENDAHULUAN PNEUMONIA

I. KONSEP MEDIS
A. Pengertian
Pneumonia adalah suatu penyakit peradangan akut parenkim paru yang biasanya dari suatu
infeksi saluran nafas bawah akut (INSBA) dan ditandai dengan gejala batuk disertai sesak
nafas yang disebabkan oleh agen infeksius seperti virus, bakteri, mycoplasma, dan substansi
asing, berupa radang paru-paru yang disertai eksudasi dan konsolidasi dan dapat dilihat
melalui gambaran radiologi (Nurarif, 2015).
Pneumonia adalah penyakit infeksi akut yang mengenai jaringan (paru-paru) tepatnya di
alveoli yang disebabkan oleh beberapa mikroorganisme seperti virus, bakteri, jamur, maupun
mikroorganisme lainnya (Kemenkes RI, 2019).
Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi yang mengenai saluran pernapasan bawah
dengan tanda dan gejala seperti batuk dan sesak napas. Hal ini diakibatkan oleh
adanya agen infeksius seperti virus, bakteri, mycoplasma (fungi), dan aspirasi substansi
asing yang berupa eksudat (cairan) dan konsolidasi (bercak berawan) pada paru-paru (Abdjul
& Herlina, 2020).

B. Klasifikasi
Menurut Departemen Kesehatan RI, pneumonia diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Pneumonia berat, bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding dada bawah ke
dalam pada waktu menarik nafas.
2. Pneumonia ringan, bila disertai dengan adanya peningkatan frekuensi pola nafas.
3. Bukan pneumonia (penyakit paru lain), tidak ditemukan adanya perubahan frekuensi pola
nafas dan tidak ada tarikan dinding dada pada saat bernafas.

C. Etiologi
Menurut Nurarif (2015), etiologi pneumonia terdiri dari:
1. Bacteria: pneumococcus, streptococcus hemolytikus, streptococcusaureus, haemophillus
influenzae, mycobacterium tuberculosis.
2. Virus: virus influenza, adenovirus.
3. Jamur: hitoplasma capsulatum, cryptococcus neuroformans, blastornyces dermatitides
4. Aspirasi: makanan, kerosene (minyak tanah, bensin, cairan amnion, benda asing).
5. Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya pneumonia ialah daya tahan tubuh yang
menurun misalnya akibat Malnutrisi Energi Protein (MEP), penyakit menahun, trauma
pada paru, anestesia, aspirasi dan pengobatan dengan antubiotik yang tidak sempurna
(Ngastiyah, 2015).

D. Patofisiologi
Pneumonia merupakan inflamasi paru yang ditandai dengan konsulidasi karena eksudat yang
mengisi alveoli dan bronkiolus, saat saluran nafas bagian bawah terinfeksi, respon inflamasi
normal terjadi, disertai dengan obstruksi jalan nafas. Sebagian besar pneumonia didapat
melalui aspirasi partikel inefektif seperti menghirup bibit penyakit di udara. Ada beberapa
mekanisme yang pada keadaan normal melindungi paru dari infeksi. Partikel infeksius
difiltrasi dihidung atau terperangkap dan dibersihkan oleh mukus dan epitel bersilia di saluran
napas. Bila suatu partikel dapat mencapai paru-paru, partikel tersebut akan berhadapan dengan
makrofag alveoler dan juga dengan mekanisme imun sistemik dan humoral. Infeksi pulmonal
bisa terjadi karena terganggunya salah satu mekanisme pertahanan dan organisme dapat
mencapai traktus respiratorius terbawah melalui aspirasi maupun rute hematologi. Ketika
patogen mencapai akhir bronkiolus maka terjadi penumpahan dari cairan edema ke alveoli,
diikuti leukosit dalam jumlah besar.
Kemudian makrofag bergerak mematikan sel dan bakterial debris. Sistem limpatik dapat
mencapai bakteri sampai darah atau pleura viceral. Jaringan paru menjadi terkonsolidasi.
Kapasitas vital dan pemenuhan paru menurun dan aliran darah menjadi 13 terkonsolidasi, area
yang tidak terventilasi menjadi fisiologis right-to-left shunt dengan ventilasi perfusi yang tidak
pas dan menghasilkan hipoksia. Kerja jantung menjadi meningkat karena penurunan saturasi
oksigen dan hiperkapnia.

E. Manifestasi Klinis
1. Menggigil mendadak dan dengan cepat berlanjut menjadi demam (38,5° C s/d 40,5° C).
2. Nyeri dada pleuritik yang semakin ketika bernapas dan batuk.
3. Pasien yang sakit parah mengalami takipnea (25 sampai 45 kali pernapasan/menit) dan
dyspnea, prtopnea ketika disangga.
4. Nadi cepat dan memantul, dapat meningkat 10 kali/menit per satu derajat peningkatan
suhu tubuh (Celcius).
5. Bradikardi relativ untuk tingginya demam menunjukkan infeksi virus, infeksi
mikroplasma, atau infeksi organisme Legionella.
6. Tanda lain : infeksi saluran napas atas, sakit kepala, demam derajat rendah, nyeri pleuritik,
myalgia, ruam faringitis, setelah beberapa hari, sputum mucoid atau mukopurulen
dikeluarkan.
7. Pneumonia : pipi memerah, bibi dan bantalan kuku menunjukkan sianosis sentral.
8. Sputum purulent, bewarna seperti katar, bercampur darah, kental, atau hijau, bergantung
pada agen penyebab.
9. Nafsu makan buruk, dan pasien mengalami diaphoresis dan mudah lelah.

F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada orang dengan masalah pneumonia
adalah:
1. Sinar X: Mengidentifikasikan distribusi struktural (misalnyanya: lobar, bronchial), dapat
juga menyatakan abses.
2. Pemeriksaan gram/ kultur, sputum dan darah : untuk dapat mengidentifikasi semua
organisme yang ada.
3. Pemeriksaan serologi: membantu dalam membedakan diagnosis organisme khusus.
4. Pemeriksaan fingsi paru: untuk mengetahui paru-paru, menetapkan luas berat penyakit
dan membantu diagnosis keadaaan.
5. Biopsi paru: untuk menetapkan diagnosis.
6. Spirometrik static: untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi.
7. Bronchoskopi: untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda asing.

G. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi antara lain :
1. Pleuritis: Peradangan pada selaput pembungkusau paru-paru atau pleura.
2. Atelektasis: Keadaan dimana paru-paru tidak dapat mengembang dengan sempurna
akibat kurangnya mobilisasi atau reflek batuk hilang.
3. Empiema: Adanya pus pada rongga pleura.
4. Abses paru: Penyakit yang menyerang organ paru-paru karena infeksi bakteri yang
menyebabkan jaringan paru-paru menjadi bernanah.
5. Edema pulmonary: Suatu keadaan dimana cairan merembes keluar dari pembuluh
darah kecil paru ke dalam kantong udara dan daerah disekitarnya.
6. Infeksi super perikarditis: Peradangan yang terjadi pada selaput pembungkus jantung
(perikardium).
7. Meningitis: Infeksi yang menyerang selaput otak.
8. Arthritis: Suatu penyakit dimana persendian mengalami peradangan (biasanya terjadi pada
kaki dan tangan).

H. Penatalaksaan
Penatalaksanaan pneumonia antara lain:
1. Manajemen Umum
a. Humidifikasi: humidifier atau nebulizer jika sekret yang kental dan berlebihan.
b. Oksigenasi: jika pasien memiliki PaO2.
c. Fisioterapi: berperan dalam mempercepat resolusi pneumonia, pasien harus didorong
setidaknya untuk batuk dan bernafas dalam untuk memaksimalkan kemampuan
ventilator.
d. Hidrasi: pemantauan asupan dan keluaran, cairan tambahan untuk mempertahanakan
hidrasi dan mencairkan sekresi.
2. Operasi
Thoracentesis dengan tabung penyisipan dada : mungkin diperlukan jika masalah sekunder
seperti emfisema terjadi.
3. Terapi Obat
Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi uji resistensi tapi karena hal itu perlu waktu dan
pasien pneumonia perlu diberikan terapi secepatnya maka biasanya diberikan oantibiotik
golongan Penicillin G untuk infeksi pneumonia virus, Eritromicin, Tetrasiklin, derivat
tetrasiklin untuk infeksi pneumonia.
II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Menurut Rohmah & Walid (2019) Pengkajian adalah proses melakukan pemeriksaan atau
penyelidikan oleh seorang perawat untuk mempelajari kondisi pasien sebagai langkah awal
yang akan dijadikan pengambilan keputusan klinik keperawatan. Oleh karena itu pengakjian
harus dilakukan dengan teliti dan cermat sehingga seluruh kebutuhan keperawatan dapat
teridentifikasi. Pada pasien peneumonia pengkajian meliputi :
1. Identitas pasien
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, pendidikan, pekerjaan, agama, suku/bangsa, status
pernikahan.
2. Identitas Pennggung Jawab
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, pendidikan, pekerjaan, agama, suku/bangsa, status
pernikahan, hubungan dengan pasien.
3. Riwayat Kesehatan
a) Keluhan utama
Keluhan utama pada pasien Bronkopneumonia adalah sesak napas.
b) Riwayat Keluhan Utama
Keluhan utama disertai Keluhan lain yang dirasakan klien seperti lemah, sianosis, sesak
napas, adanya suara napas tambahan (ronchi dan wheezing), batuk, demam, sianosis
daerah mulut dan hidung, muntah, diare)
c) Riwayat Kesehatan Masa lalu
Dikaji apakah klien pernah menderita penyakit seperti ISPA, TBC Paru, trauma. Hal ini
diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya faktor predisposisi.
d) Riwayat kesehatan keluarga
Dikaji apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit-penyakit yang disinyalir
sebagai penyebab pneumonia seperti Ca Paru, asma, TBC Paru dan lain sebagainya.
4. Pola Fungsi Kesehatan
a) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Hal yang perlu dikaji yaitu kebersihan lingkungan, riwayat perokok.
b) Pola nutrisi
Biasanya muncul anoreksia, mual dan muntah Karena peningkatan rangsangan gaster
sebagai dampak peningkatan toksik mikrorganisme.
c) Pola eliminasi
Penderita sering mengalami penurunan produksi urin akibat perpindahan cairan evaporasi
karena demam.
d) Pola istirahat/tidur
Penderita sering mengalami gangguan istirahat dan tidur karena adanya sesak nafas.
e) Pola aktfitas dan latihan
Aktifitas dan latihan klien akan menurun karena adanya kelemahan fisik.
5. Pemeriksaan Fisik
a) Head to toe.
b) Data fokus.

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons klien terhadap
masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik berlangsung aktual maupun
potensial. Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada kasus pneumonia menurut PPNI
(2017) sebagai berikut
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif (D.0001)
2. Pola nafas tidak efektif (D.0005)
3. Hipertermia (D.0130)
4. Gangguan pertukaran gas (D.0003)
5. Defisit nutrisi (D0019)
6. Intoleran aktivitas (D.0056)

C. Rencana Asuhan Keperawatan


No Diagnosa Keperawatan Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
1. D.0001 Setelah dilakukan tindakan Intervensi utama:
Bersihan Jalan Nafas keperawatan selama 3 x 24 Latihan Batuk Efektif
Tidak Efektif b.d. sekresi jam diharapkan bersihan jalan (I.01006, hal.142)
yang tertahan. napas meningkat, dengan
Dibuktikan dengan: kriteria hasil: Observasi:
- Sputum berlebih. Luaran Utama: 1. Identifikasi kemampuan batuk.
2. Monitor adanya retensi
- Batuk tidak efektif. Bersihan jalan napas sputum.
- Tidak mampu batuk. (L.01001, hal.18) 3. Monitor tanda dan gejala
- Mengi, wheezing, atau 1. Batuk efektif meningkat. infeksi saluran napas.
ronki kering. 2. Produksi sputum 4. Monitor input dan output
- Dispnea. menurun. cairan (mis.jumlah dan
- Pola nafas berubah. 3. Mengi menurun. karakteristik).
- Frekuensi nafas 4. Wheezing menurun. Terapeutik:
bertambah. 5. Dispnea membaik. 5. Atur posisi semi-Fowler atau
6. Frekuensi napas Fowler.
membaik. 6. Pasang berlak dan bengkok di
7. Pola napas membaik. pangkuan pasien.
7. Buang secret pada tempat
sputum.
Edukasi:
8. Jelaskan tujuan dan prosedur
batuk efektif.
9. Anjurkan Tarik napas dalam
melalui hidung selama 4 detik,
ditahan selama 2 detik,
kemudian keluarkan dari mulut
dengan bibir mecucu
(dibulatkan) selama 8 detik.
10. Anjurkan mengulangi Tarik
napas dalm hingga 3 kali.
11. Anjurkan batuk dengan kuat
langsung setelah tarik napas
dalam yang ke-3.
Kolaborasi:
12. Kolaborasi pemberian
mukolitik atau ekspektoran,
jika perlu.

2. D.0005 Setelah dilakukan tindakan Intervensi utama:


Pola Nafas Tidak Efektif keperawatan selama 3 x 24 Manajemen Jalan Napas (I.01011,
b.d. deformitas dinding jam diharapkan pola napas hal.187)
dada. membaik, dengan kriteria
Dibuktikan dengan: hasil: Observasi:
- Penggunaan otot bantu Luaran Utama: 1. Monitor pola napas (frekuensi,
pernapasan. Pola napas (L.01004, hal.95) kedalaman, usaha napas).
- Fase ekspirasi 1. Ventilasi semenit 2. Pantau bunyi napas tambahan
memanjang. meningkat. (mis. Gurgling, mengi,
- Dispnea. 2. Kapasitas vital weezing, ronkhi kering).
- Pola nafas abnormal. meningkat. 3. Pantau sputum (jumlah, warna,
3. Diameter thoraks anteriot- aroma).
posterior meningkat. Terapeutik:
4. Dispnea menurun. 4. Pertahankan kepatenan jalan
5. Penggunaan otot bantu napas dengan head-tilt dan
napas menurun. chin-lift (jaw-thrust jika curiga
6. Pemanjangan fase trauma serviks).
ekspirasi menurun. 5. Posisikan semi-Fowler atau
7. Frekuensi napas Fowler.
membaik. 6. Berikan minum hangat.
8. Kedalaman napas 7. Lakukan fisioterapi dada, bila
membaik. perlu.
8. Lakukan penghisapan lendir
kurang dari 15 detik.
9. Lakukan hiperoksigenasi
sebelum penghisapan
endotrakeal.
10. Keluarkan sumbatan benda
padat dengan forsep McGill.
11. Berikan oksigen, jika perlu.
Edukasi:
12. Anjurkan asupan cairan 2000
ml/hari, jika tidak ada
kontraindikasi.
13. Ajarkan teknik batuk efektif.
Kolaborasi:
14. Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu.

3. D.0003 Setelah dilakukan tindakan Intervensi utama:


Gangguan Pertukaran Gas keperawatan selama 3 x 24 Pemantauan Respirasi
b.d ketidakseimbangan jam diharapkan pertukaran (I.01014, hal.247)
ventilasi-perfusi. gas meningkat, dengan
Dibuktikan dengan: kriteria hasil: Observasi:
- Dispnea. Luaran Utama: 1. Monitor frekuensi, irama,
- Takikardi. Pertukaran gas (L.01003, kedalaman dan upaya napas.
- Bunyi nafas tambahan. hal.94) 2. Monitor pola napas (mis.terasa
- PCO2 meningkat/ 1. Tingkat kesadaran tajam, tumpul, diremas-remas,
menurun. meningkat. ditimpa beban berat).
- P02 menurun. 2. Dispnea menurun. 3. Monitor kemampuan batuk
- Pusing. 3. Bunyi napas tambahan efektif.
- Penglihatan kabur menurun. 4. Monitor adanya produksi
- Sianosis. 4. PCO2 membaik. sputum.
- Gelisah. 5. PO2 membaik. 5. Monitor adanya sumbatan
- Nafas cuping hidung. 6. Takikardia membaik. jalan napas.
- Pola nafas abnormal. 7. pH arteri membaik. 6. Palpasi kesimetrisan ekspansi
- Kesadaran menurun. paru.
7. Auskultasi bunyi napas.
8. Monitor saturasi oksigen.
9. Monitor nilai AGD.
10. Monitor hasil X-ray Thoraks.
Terapeutik:
11. Atur interval pemantauan
respirasi sesuai kondisi pasien.
12. Dokumentasikan hasil
pemantauan.
Edukasi:
13. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan.
14. Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu.

4. D.0130 Setelah dilakukan intervensi Intervensi utama:


Hipertermia b.d proses keperawatan selama 3 x 24 Manajemen Hipertermia (I.15506,
penyakit (infeksi jam diharapkan termogulasi hal.181)
mycobacterium membaik dengan kriteria
tuberculosis). hasil: Observasi
Dibuktikan dengan : Luaran Utama: 1. Identifikasi penyebab
- Suhu tubuh diatas nilai Termoregulasi (L.14134, hipertermia.
normal. hal.129) 2. Monitor suhu tubuh.
- Kejang. 1. Menggigil membaik. 3. Monitor warna dan suhu kulit.
- Takikardi. 2. Kejang menurun. Teraupetik
- Takipnea. 3. Takikardi membaik. 4. Longgarkan atau lepaslan
- Kulit terasa hangat. 4. Takipnea membaik. pakaian.
5. Suhu tubuh membaik. 5. Berikan cairan oral.
6. Suhu kulit membaik. 6. Lakukan kompres dingin.
7. Tekanan darah membaik. 7. Sesuaikan suhu lingkungan
8. Ventilasi membaik. dengan kebutuhan pasien.
Edukasi
8. Anjurkan tirah baring.
Kolaborasi
9. Kolaborasi pemberian cairan
elektrolit.
10. Kolaborasikan pemberian
antipiretik.

5. D.0019 Setelah dilakukan intervensi Intervensi utama:


Defisit nutrisi b.d. keperawatan selama 3 x 24 Manajemen Nutrisi (I.03119,
peningkatan kebutuhan jam diharapkan status nutrisi hal.200)
metabolisme. membaik dengan kriteria
Dibuktikan dengan : hasil : Observasi
- Nafsu makan menurut. Luaran Utama: 1. Identifikasi status nutrisi.
- Berat badan menurun. Status nutrisi (L.03030, 2. Identifikasi makanan yang
- Bising usus hiperaktif. hal.121) disukai.
- Membrane mukosa 1. Berat badan membaik. 3. Identifikasi kebutuhan kalori
pucat. 2. Indeks masa tubuh dan jenis makanan.
- Sariawan. membaik (IMT). 4. Monitor asupan makanan.
3. Frekuensi makan 5. Monitor mual & muntah.
membaik. 6. Monitor berat badan.
4. Nafsu makan membaik. Teraupetik
5. Membrane mukosa 7. Lakukan oral hygiene sebelum
membaik. makan.
6. Porsi makan yang 8. Berikan makanan yang tinggi
dihabiskan meningkat serat untuk mencegah
konstipasi.
9. Berikan makanan yang tinggi
protein dan tinggi kalori.
10. Berikan suplemen makanan.
Edukasi
11. Anjurkan posisi duduk.
12. Ajarkan diet yang
diprogramkan.
Kolaborasi
13. Kolaborasikan pemberian
medikasi sebelum makan.

6. D.0056 Setelah dilakukan intervensi Intervensi utama:


Intoleransi Aktivitas b.d keperawatan selama 3 x 24 Manajemen Energi (I.05178,
tirah baring, kelemahan, jam diharapkan toleransi hal.176)
ketidakseimbangan antara aktivitas meningkat dengan
suplai dan kebutuhan kriteria hasil: Observasi
oksigen. Luaran Utama: 1. Identifikasi gangguan fungsi
Dibuktikan dengan: Toleransi aktivitas (L.05047, tubuh yang mengakibatkan
- Mengeluh lelah. hal.149) kelelahan.
- Frekuensi jantung 1. Kemudahan dalam 2. Monitor kelelahan fisik dan
meningkat. melakukan aktivitas emosional.
- Dyspnea. sehari-hari meningkat. 3. Monitor pola dan jam tidur.
- Sianosis. 2. Kekuatan tubuh bagian Teraupetik
atas dan bawah 4. Sediakan lingkungan nyaman
meningkat. dan rendah stimulus.
3. Keluhan lelah membaik. 5. Latihan gerak pasif dan/atau
4. Dispnea saat aktivitas aktif.
menurun. 6. Berikan aktivitas distraksi
yang menenangkan.
7. Libatkan keluarga dalam
aktivitas
Edukasi
8. Anjurkan tirah baring.
9. Anjurkan melakukan aktivitas
secara bertahap.
10. Anjurkan menghubungi
perawat jika tanda dan gejala
kelelahan tidak berkurang.
11. Ajarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan.
Kolaborasi
12. Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan.
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi Keperawatan adalah pelaksanaan rencana keperawatan yang dilakukan secara
mandiri maupun dengan kolaborasi dengan multidisiplin yang lain. Perawat bertanggung
jawab terhadap asuhan keperawatan yang berfokus pada pasien dan berorientasi pada tujuan
dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dimana tindakan dilakukan dan
diselesaikan, sebagaimana di gambarkan dalam rencana yang sudah dibuat (Patrisia et al.,
2020)

E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara membandingkan
tindakan keperawatan yang dilakukan terhadap hasil yang diharapkan. Evaluasi juga dilakukan
untuk mengidentifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak.
Dalam melakukan evaluasi, perawat seharusnya memiliki pengetahuan dan kemampuan
dalam memahami respon terhadap intervensi keperawatan, kemampuan menggambarkan
kesimpulan tentang tujuan yang ingin dicapai serta kemampuan dalam menghubungkan
tindakan keperawatan dalam kriteria hasil (Patrisia et al., 2020).
PATHWAY

Normal (system Organisme


pertahanan) terganggu

Virus Saluran nafas Stapilokokus


bagian bahwah
Kuman patogen
Trombu
mencapai bronkioli.
Eksudat masuk ke alveoli
Terminalis merusak sel
epitel bersila, sel globlet Toksin, Koagulase
Sel darah merah
Cairan edema + leukosit ke leukosit. Pneumokukus
alveoli Permukaan lapisan
mengisi alveoli
pleura tertutup tebal
Konsulidasi Paru eksudat trombus vena
Leukosit+fibrin
mengalami Nekrosis hemoragik
Kapasitas vita, kompliance
menurun, hemoraagik
Leukositosis

Produksi sputum
Absesmeningkat
pneumotocele (kerusakan jaringan p

Kelemahan Peningkatan suhu tubuh

Hipertermia
Intoleransi Aktivitas
D.0130 Batuk
D.0056
Pola nafas
Disten tidak efektif
Bersihan jalan nafas tidak efektif
Gangguan Pertukaran Gas si
D.0001 D.0001 D.0005
Mual
,
Defisit
Nutrisi
Intake
nutrisi
DAFTAR PUSTAKA

Abdjul, R. L., & Herlina, S. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dewasa Dengan
Pneumonia : Study Kasus Indonesian Jurnal of Health Development. Indonesian Jurnal
of Health Development, 2 (2), 102–107.

Kemenkes RI. (2019). Profil Kesehatan Indonesia 2018 [Indonesia Health Profile 2018].
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan- indonesia/Data-
dan-Informasi_Profil-Kesehatan-Indonesia-2018.pdf

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: Mediaction

Patrisia, I., Juhdeliena, J., Kartika, L., Pakpahan, M., Siregar, D., Biantoro, B., Hutapea, A. D.,
Khusniyah, Z., & Sihombing, R. M. (2020). Asuhan Keperawatan Dasar Pada
Kebutuhan Manusia (Edisi 1). Yayasan Kita Menulis. (diakes tanggal 15 juni 2021, jam
15.00)

Rohmah, N., & Walid, S. (2019). Proses Keperawatan Berbasis KKNI (Kerangka Kualifikasi
Nasional Indonesia) (Edisi I). AR-RUZZ Media. (diakes tanggal 17 juni 2021, jam 11.50)

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.Jakarta
Selatan.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta
Selatan.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan

Anda mungkin juga menyukai