Kelompok : IV A
2023
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SURYA
GLOBAL YOGYAKARTA PROGRAM STUDI PROFESI
NERS ANGKATAN XXIX
HALAMAN PENGESAHAN
Telah disahkan “Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Tn. Y
dengan Diagnosa Medis PNEUMONIA di Ruang ICU RSUD TJITROWARDOJO
PURWOREJO” guna memenuhi tugas Stase Keperawatan Gawat Darurat program
pendidikan profesi Ners STIKes Surya Global Yogyakarta tahun 2023
Mahasiswa
DARINA WATI
Mengetahui,
Pneumonia adalah peradangan paru dimana asinus tensi dengan cairan, dengan
atau tanpa disertai infiltrasi sel radang kedalam dinding alveol dan rongga
interstisium (Ridha, 2019).
Pneumonia adalah infeksi saluran pernapasan akut bagian bawah yang mengenai
parenkim paru (Mansjoer, 2018). Pneumonia adalah suatu peradangan paru yang
disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit) (PDPI, 2013).
Jadi pneumonia merupakan penyakit dari paru-paru dan sistem pernapasan dimana
alveoli (mikroskopik udara mengisi kantong dari paru yang bertanggung jawab untuk
menyerap oksigen dari atmosfer) menjadi radang dan dengan penimbunan cairan.
Pneumonia disebabkan oleh berbagai macam sebab, meliputi infeksi karena bakteri,
virus, jamur atau parasit.
B. ETIOLOGI
a. Bakteri
1) Pneumotorakokus, merupakan penyebab utama pneumonia. Pada orang
dewasa umumnya disebabkan oleh pneumokokus serotype 1 sampai dengan 8.
Sedangkan pada anak-anak serotype 14, 1, 6, dan 9. Insiden meningkat pada
usia lebih kecil 4 tahun dan menurun dengan meningkatnya umur.
2) Steptokokus, sering merupakan komlikasi dari penyakit virus lain, seperti
mobildan varisela atau komlikasi penyakit kuman lainnya seperti pertusis,
pneumonia oleh pnemokokus.
3) Himiphilus influenza, pneumokokus aureginosa, tuberculosa.
4) Streptokokus, lebih banyak pada anak-anak dan bersifat progresif, resisten
terhadap pengobatan dan sering menimbulkan komplikasi seperti : abses paru,
empiema, tension pneumotoraks.
b. Virus
Virus respiratory syncytial, virus influenza, virus adeno, virus sistomegalik.
c. Aspirasi
Makanan pada tetanus neonatorum, benda asing, koreson.
d. Pneumonia hipostatik
Penyakit ini disebabkan tidur terlentang terlalu lama, misal pada anak sakit
dengan kesadaran menurun.
e. Jamur
Histoplasmamosis capsultatum candi dan abicans, biastomokasis, kalsedis
mikosis, aspergilosis dan aktino mikosis.
C. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Arief Mansjoer (2008), manisfestasi klinis secara umum dapat dibagi
menjadi
a. Manifestasi nonspesifik infeksi dan toksisitas berupa demam, sakit kepala,
iritabel, gelisah, malaise, nafsu makan kurang, keluhan gastrointestinal.
b. Gejala umum pernafasan bahwa berupa batuk buruk, ekspektorasi sputum, cuping
hidung, sesak, sianosis.
c. Tanda pneumonia berupa peningkatan frekuensi nafas, suara nafas melemah,
ronchi, wheezing.
d. Tanda empiema berupa perkusi pekak, nyeri dada, kaku kuduk, nyeri abdomen.
e. Infeksi ekstrapulmonal.
D. PATOFISIOLOGI
Dalam keadaan normal, saluran pernapasan bagian bawah mulai dari faring
sampai alveoli selalu dalam keadaan steril. Ada beberapa mekanisme pertahanan
paru yaitu filtrasi partikel di hidung, pencegahan aspirasi dengan refleks epiglotis,
refleks batuk, sistem pembersihan oleh lapisan mukosiliar, dan respon imun.
Apabila mekanisme pertahanan paru ini terganggu maka partikel asing atau
organisme dapat masuk atau menginfeksi saluran pernapasan bagian atas hingga
bawah dan kemungkinan besar terjadi pneumonia.
Rute yang dilalui oleh agen infeksi berbeda-beda untuk dapat sampai ke paru-
paru dan menyebakan pneumonia. Agen infeksi ini paling sering masuk ke paru-
paru dengan cara terhirup. Penyebab tersering infeksi saluran pernapasan adalah
virus. Infeksi virus primer menyebabkan mukosa membengkak dan menghasilkan
banyak lendir sehingga bakteri dapat berkembang dengan mudah dalam mukosa.
Pneumonia biasanya mulai pada lobus kanan bawah, kanan tengah, atau kiri bawah,
karena gaya gravitasi daerah-daerah tersebut maka kemungkinan terbesar untuk
membawa sekresi saluran napas bagian atas yang diaspirasi pada waktu tidur.
Refleks batuk yang menjadi gejala klinik pneumonia dirangsang oleh material-
material yang melalui barier-barier yaitu glottis dan laring yang berfungsi
melindungi saluran napas bagian bawah.
H. PENATALAKSANAAN
I. KOMPLIKASI
J. PENGKAJIAN
a. Pengumpulan Data
1) Identitas
Pengkajian merupakan tahap awal proses keperawatan, tahap pengkajian
diperlukan kecermatan dan ketelitian untuk mengenal masalah. Keberhasilan
proses keperawatan berikutnya sangat tergantungnya pada tahap ini.
a) Biodata klien
Nama, umur, jenis kelamin, no medrec, tanggal masuk, tanggal pengkajian,
ruangan dan diagnosa medis.
b) Biodata penanggung jawab
Nama ayah dan ibu, umur, pendidikan, pekerjaan, suku I bangsa, agama,
alamat, hubungan dengan anak (kandung atau adopsi).
2) Riwayat kesehatan
a) Keluhan utama
Keluhan yang sering dikeluhkan pada orang yang mengalami pneumonia
adalah sesak, batuk, nyeri dada, kesulitan bernafas, demam, terjadinya
kelemahan.
b) Riwayat kesehatan sekarang
Di kembangkan dari keluhan utama melalui PQRST :
P :Palliative/provokatif yaitu faktor-faktor apa saja yang memperberat atau
memperingan keluhan utama. Pada pasien pneumonia tanyakan tentang
keluhan sesak napas, hal yang 24 memperberat sesak, hal yang
memperingan sesak.
Q :Qualitatif/Quantitatif, yaitu berupa gangguan atau keluhan yang dirasakan
seberapa besar. Tanyakan tentang akibat sesak, dapat mempengaruhi
aktivitas klien, pola tidur klien dan seberapa berat sesak yang terjadi.
R :Region/radiasi, yaitu dimana terjadi gangguan atau apakah keluhan
mengalami penyebaran.
S :Skala berupa tingkat atau keadaan sakit yang dirasakan. Tanyakan tingkat
sesak yang dialami klien.
T :Timing, yaitu waktu gangguan dirasakan apakah terus menerus atau tidak.
Sesak yang dialami klien sering atau tidak. Riwayat kesehatan masa lalu
Diisi dengan riwayat penyakit yang diderita klien yang berhubungan
dengan penyakit saat ini atau penyakit yang mungkin dapat dipengaruhi
atau memengaruhi penyakit yang diderita klien saat ini.
c) Riwayat kesehatan keluarga Riwayat kesehatan keluarga dihubungkan dengan
kemungkinan adanya penyakit keturunan, kecenderungan alergi dalam satu
keluarga, penyakit yang menular akibat kontak langsung antara anggota
keluarga
3) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dengan pendekatan persistem dimulai dari kepala sampai ujung
kaki dapat lebih mudah. Dalam melakukan pemeriksaan fisik perlu dibekali
kemampuan dalam melakukan pemeriksaan fisik secara sistematis dan rasional.
Teknik pemeriksaan fisik perlu modalitas dasar yang digunakan meliputi:
inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi.
a) Penampilan umum yaitu penampilan klien dimulai pada saat mempersiapkan
klien untuk pemeriksaan.
b) Kesadaran
Status kesadaran dilakukan dengan dua penilaian yaitu kualitatif dan
kuantitatif, secara kualitatif dapat dinilai antara lain yaitu compos mentis
mempunyai arti mengalami kesadaran penuh dengan memberikan respon yang
cukup terhadap stimulus yang diberikan, apatis yaitu mengalami acuh tak acuh
terhadap 26 lingkungan sekitarnya, samnolen yaitu mengalami kesadaran yang
lebih rendah dengan ditandai tampak mengai bahwa ntuk, sopor mempunyai
arti bahwa klien memberikan respon dengan rangsangan yang kuat dan refleks
pupil terhadap cahaya tidak ada. Sedangkan penilaian kesadaran terhadap
kuantitatif dapat diukur melalui penilaian (GCS) Glasgow Coma Scale dengan
aspek membuka mata yaitu, 4 respon verbal yaitu 5dan respons motorik yaitu
nilai 6
c) Tanda Tanda Vital
Tanda tanda vital merupakan pemeriksaan fisik yang rutin dilakukan dalam
berbagai kondisi klien. Pengukuran yang paling sering dilakukan adalah
pengukuran suhu, dan frekuensi pernafasan.
d) Sistem neurologi
Pada sistem neurologi kaji tingkat kesadaran dan refleks
e) Sistem pendengaran
Pada sistem pendengaran kaji tingkat ketajaman klien dalam mendengarkan
kata kata, palpasi bentuk 27 telinga, adanya cairan atau tidak, adanya tekan
ataupun lesi kulit.
f) Sistem pernafasan
Pada sistem pernafasan kaji bentuk dada, gerakan pernafasan, adanya nyeri
tekan atau tidak, adanya penumpukan cairan atu tidak dan bunyi khas nafas
serta bunyi paru-paru
g) Sistem kardiovaskular
Pada sistem kariovaskular kaji adanya sianosis atau tidak, oedema pada
ektremitas, adanya peningkatan JVP atau tidak , bunyi jantung.
h) Sistem gastrointestinal
Pada sistem gastrointesnital kaji bentuk abdomen, frekuensi bising usus,
adanya nyeri tekan atau tidak, adanya masa benjolan atau tidak, bunyi yang
dihasilkan saat melakuka perkusi.
i) Sistem perkemihan
Pada sistem perkemihan kaji adanya nyeri atau tidak adanya keluhan saat
miksi, adanya oedema atau tidak, adanya masa atau tidak pada ginjal.
j) Sistem integumen
Pada sistem integumen dilakukan secara anamnesis pada klien untuk
menemukan permasalahan yang dikeluhkan oleh klien meliputi : warna kulit,
tekstur kulit, turgor kulit, suhu tubuh, apakah ada oedema atau adanya trauma
kulit.
k) Sistem musculoskeletal
Kaji adnya deformitas atau tidak,adanya keterbatasan gerak atau tidak.
l) Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan penunjang ditulis tanggal pemeriksaan, jenis pemeriksaan,
hasil dan satuanya. Pemeriksaan penunjang diantaranya : pemeriksaan
laboratorium, foto rotgen, rekam kardiografi, dan lainlain
m) Therapy Pada therapy tulis nama obat lengkap, dosis, frekuensi pemberian dan
cara pemberian, secara oral, parental dan lain-lain
K. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pola nafas tidak efektif
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif
3. Gangguan pertukaran gas
4. Defisit nutrisi
5. Resiko volume cairan
6. Intoleransi aktivitas
L. INTERVENSI KEPERAWATAN
Edukasi
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
mukolitik atau
ekspektoran, jika perlu.
Observasi
Terapeutik
Pertahankan kepatenan
jalan napas dengan head
tilt dan chin lift ( jaw
thrust jika curiga trauma
fraktur servikal
Posisikan semi-fowler atau
fowler
Berikan minum hangat
lakukan fisioterapi dada
jika perlu
Lakukan penghisapan
lendir kurang dari 15 detik
Lakukan hiperoksigenasi
sebelum penghisapan
endotrakeal
Keluarkan sumbatan
benda padat dengan forsep
McGill
Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik,
jika perlu.
1. Pertahankan kepatenan
jalan napas dengan
head-tilt dan chin-lift
(jaw thrust jika curiga
trauma fraktur servikal)
2. Posisikan semi-fowler
atau fowler
3. Berikan minum hangat
4. Lakukan fisioerapi
dada, jika perlu
5. Lakukan penghisapan
lendir kurang dari 15
detik
6. Lakukan
hiperoksigenasi sebelum
penghisapan
endotrakeal
7. Keluarkan sumbatan
benda padat dengan
forsep McGill
8. Berikan oksigen, jika
perlu
Edukasi
1. Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik,
jika perlu.
Observasi
1. Monitor frekuensi,
irama, kedalaman dan
upaya napas
2. Monitor pola napas
(seperti bradypnea,
takipnea, hiperventilasi,
kussmaul, Cheyne-
stokes, biot, ataksik)
3. Monitor kemampuan
batuk efektif
4. Monitor adanya
produksi sputum
5. Monitor adanya
sumbatan jalan napas
6. Palpasi kesimetrisan
ekspansi paru
7. Auskultasi bunyi napas
8. Monitor saturasi
oksigen
9. Monitor nilai analisa
gas darah
10. Monitor hasil x-ray
thoraks
Terapeutik
1. Atur interval
pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
2. Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
1. Atur interval
pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
2. Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
2. Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu.
Observasi
1. Monitor kecepatan
aliran oksigen
2. Monitor posisi alat
terapi oksigen
3. Monitor aliran oksigen
secara periodik dan
pastikan fraksi yang
diberikan cukup
4. Monitor efektifitas
terapi oksigen (mis.
Oksimetri, Analisa gas
darah), jika perlu
5. Monitor kemampuan
melepaskan oksigen
saat makan
6. Monitor tanda tanda
hipoventilasi
7. Monitor monitor tanda
dan gejala toksikasi
oksigen dan atelektasis
8. Monitor tingkat
kecemasan akibat terapi
oksigen
9. Monitor integritas
mukosa hidung akibat
pemasangan oksigen
Terapeutik
1. Kolaborasi penentuan
dosis oksigen
2. Kolaborasi penggunaan
oksigen saat aktivitas
dan/atau tidur
1. Fasilitasi menentukan
pedoman diet (mis:
piramida makanan)
2. Sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang
sesuai
3. Berikan makanan tinggi
serat untuk mencegah
konstipasi
4. Berikan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein
5. Berikan suplemen
makanan, jika perlu
6. Hentikan pemberian
makan melalui selang
nasogastik jika asupan
oral dapat ditoleransi
7. Lakukan oral hygiene
sebelum makan, jika
perlu
Edukasi
1. Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum
makan (mis: Pereda
nyeri, antiemetik), jika
perlu
2. Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrien yang
dibutuhkan, jika perlu
Observasi
1. Identifikasi
kemungkinan penyebab
BB kurang
2. Monitor adanya mual
dan muntah
3. Monitor jumlah kalori
yang di konsumsi
sehari-hari
4. Monitor berat badan
5. Monitor albumin,
limfosit, dan elektrolit
serum
Terapeutik
1. Berikan perawatan mulut
sebelum pemberian
makan, jika perlu
2. Sediakan makanan yang
tepat sesuai kondisi
pasien (mis: makanan
dengan tekstur halus,
makanan yang
diblender, makanan cair
yang diberikan melalui
NGT atau gastrostomy,
total parenteral nutrition
sesuai indikasi)
3. Hidangkan makanan
secara menarik
4. Berikan suplemen, jika
perlu
5. Berikan pujian pada
pasien/keluarga untuk
peningkatan yang
dicapai
Edukasi
1. Kolaborasi pemberian
diuretik, jika perlu
Observasi
1. Sediakan lingkungan
nyaman dan rendah
stimulus (mis: cahaya,
suara, kunjungan)
2. Lakukan latihan rentang
gerak pasif dan/atau aktif
Berikan aktivitas distraksi
yang menenangkan
3. Fasilitasi duduk di sisi
tempat tidur, jika tidak
dapat berpindah atau
berjalan
Edukasi
Observasi
1. Identifikasi defisit
tingkat aktivitas
2. Identifikasi kemampuan
berpartisipasi dalam
aktivitas tertentu
3. Identifikasi sumber
daya untuk aktivitas
yang diinginkan
4. Identifikasi strategi
meningkatkan
partisipasi dalam
aktivitas
5. Identifikasi makna
aktivitas rutin (mis:
bekerja) dan waktu
luang
6. Monitor respons
emosional, fisik, sosial,
dan spiritual terhadap
aktivitas
Terapeutik
1. Jelaskan metode
aktivitas fisik sehari-
hari, jika perlu
2. Ajarkan cara melakukan
aktivitas yang dipilih
3. Anjurkan melakukan
aktivitas fisik, sosial,
spiritual, dan kognitif
dalam menjaga fungsi
dan Kesehatan
4. Anjurkan terlibat dalam
aktivitas kelompok atau
terapi, jika sesuai
5. Anjurkan keluarga
untuk memberi
penguatan positif atas
partisipasi dalam
aktivitas
Kolaborasi
N. Evaluasi Keperawatan
1) Evaluasi Formatif
Evaluasi formatif merupakan hasil observasi dan analisa perawat terhadap
respon segera pada saat dan setelah dilakukan tindakan keperawatan.
2) Evaluasi Sumatif
Evaluasi Sumatif merupakan rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan
analisa status kesehatan sesuai waktu pada tujuan ditulis pada catatan
perkemban
DAFTAR PUSTAKA