Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

PNEUMONIA BERAT DI RUANG ICU


RSUD dr.H.ANDI ABDURRAHMAN NOOR

Disusun Oleh:

EKA NURDAMAYANTI
NIM 1114190633

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES DARUL AZHAR BATULICIN
TAHUN 2023
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN

PNEUMONIA BERAT DI RUANG ICU

RSUD dr.H.ANDI ABDURRAHMAN NOOR

Oleh :

EKA NURDAMAYANTI
NIM 1114190633

Tanah Bumbu, Januari 2023


Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

( ) ( )
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definis

Pneumonia adalah peradangan


pada paru-.paru dan bronkiolus
yang disebabkan oleh
bakteri, jamur ,virus, atau
aspirasi karena makanan atau
benda asing. Pneumonia
adalah
infeksi pada parenkim paru,
biasanya berhubungan dengan
pengisian cairan didalam
alveoli
hal ini terjadi akibat adanya
infeksi agen/ infeksius atau
adanya kondisi yang
mengganggu
tekanan saluran
trakheabronkialis. (Ngastiyah,
1997)
Pneumonia adalah peradangan
pada paru-.paru dan bronkiolus
yang disebabkan oleh
bakteri, jamur ,virus, atau
aspirasi karena makanan atau
benda asing. Pneumonia
adalah
infeksi pada parenkim paru,
biasanya berhubungan dengan
pengisian cairan didalam
alveoli
hal ini terjadi akibat adanya
infeksi agen/ infeksius atau
adanya kondisi yang
mengganggu
tekanan saluran
trakheabronkialis. (Ngastiyah,
1997)
Pneumonia adalah peradangan pada paru-paru dan bronkiolus yang disebabkan
oleh bakteri, jamur, virus, atau aspirasi karena makanan atau benda asing. Pneumonia
adalah infeksi pada parenkim paru, biasanya berhubungan dengan pengisian cairan
didalam alveoli hal ini terjadi akibat adanya infeksi agen/ infeksius atau adanya kondisi
yang mengganggu tekanan saluran trakhea bronkialis. (Ngastiyah, 2017)
Pneumonia adalah salah satu penyakit peradangan akut parenkim paru yang
biasanya dari suatu infeksi saluran pernafasan bawah akut (ISNBA). Dengan gejala batuk
dan disertai dengan sesak nafas yang disebabkan agen infeksius seperti virus, bakteri,
mycoplasma (fungi) dan aspirasi substansi asing, berupa radang paru-paru yang disertai
eksudasi dan konsolidasi dan dapat dilihat melalui gambaran radiologis. (Nursalam, 2015)
Pneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang biasanya terjadi apada
anak-anak tetapi terjadi lebih sering pada bayi dan awal masa kanak-kanak dan secara
klinis penumoniadapat terjadi sebagai penyakit primer atau komplikasi dari penyakit lain.
(Seyawati, 2018)

B. Etiologi
Menurutt Nurarif (2018), etiologi pneumonia terdiri dari:
1. Bakteri : Pneumococcus, streptococcus hemolytikus, streptococcus aureus,
haemophilus influenzae, mycobacterium tuberculosis.
2. Virus : Influenza, parainfluenza, adenovirus.
3. Jamur :Candidiasis, histoplasmosis, aspergifosis, coccidioido mycosis,
ryptococosis, pneumocytis ca
4. Aspirasi : Makanan, cairan, lambung.
5. Inhalasi : Racun atau bahan kimia, rokok, debu dan gas
Pada bayi dan anak-anak penyebab yang paling sering adalah:
1. Virus sinsisial pernafasan
2. Adenovirus
3. Virus parainfluenza
4. Virus influenza.

C. Patofisiologi
Menurut (Muttaqin,2019) proses perjalanan penyakit dimulai dari adanya beberapa
faktor yang menyebabkan aspirasi berulang diantaranya: obstruksi mekanik saluran
pernafasan karena aspirasi bekuan darah, pus, makanan dan tumor bronkus. Adanya
sumber infeksi, daya tahan saluran pernafasan yang terganggu, sehingga menimbulkan
tanda dan gejala seperti edema trakeal/ faringeal, peningkatan produksi sekret sehingga
menimbulkan batuk produktif efektif. Dari tanda dan gejala tersebut maka muncul
masalah keperawatan ketidak efektifan bersihan jalan nafas.
Peradangan pada bronkus yang menyebar pada parenkim paru juga menyebabkan
terjadinya konsolidasi pengisisian rongga alveoli oleh eksudat menimbulkan penurunan
jaringan efektif paru, dan kerusakan membran alveoli-kapiler, hal ini menimbulkan
gejala sesak nafas. Penggunaan obat bantu nafas dan pola nafas tidak efektif. Dari tanda
terebut maka muncul masalah keperawatan gangguan pertukaran gas. Konsolidasi
pengisian rongga paru oleh eksudat menimbulkan reaksi sitemis: bakterimia/ viremia,
anoreksia, mual, demam, perubahan berat badan, dan kelemahan. Sehingga dapat
menimbulkan tanda dan gejala peningkatan laju metabolisme umum, intake nutrisi tidak
adekuat, tubuh makin kurus, ketergantungan aktivitas sehari-hari, kurang pemenuhan
isirahat dan tidur, kecemasan dan pemenuhan informasi. Dari tanda dan gejala tersebut
maka timbul masalah keperawatan yaitu pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan,
gangguan pemenuhan Activity Daily Living(ADL), gangguan pemenuhan istirahat dan
tidur, kecemasan, ketidaktahuan/ pemenuhan informasi dan hipertermi.
Sumber : (Muttaqin,2019)
D. Tanda dan Gejala

Menurut (Gumelar &


Universa, 2020) tanda dan
gejala pneumonia yaitu:
1. Nyeri dada saat bernapas
atau batuk
2. Batuk, batuk berdahak
3. Demam tinggi, berkeringat
dan menggigil
4. Lebih rendah dari suhu
tubuh normal (pada orang
dewasa yang lebih tua dari usia
65
dan orang dengan sistem
kekebalan yang lemah), hal
unik ini bisa terjadi.
5. Mual, muntah atau diare
6. Sesak napas
7. Mudah lelah dan kelelahan
8. Bayi baru lahir dan
bayi mungkin tidak
menunjukkan tanda-tanda
infeksi. Atau
mereka mungkin muntah,
demam dan batuk, tampak
gelisah atau lelah dan tanpa
energi, atau mengalami
kesulitan bernapas dan makan
Menurut (Gumelar, 2020) tanda dan gejala pneumonia yaitu:
1. Nyeri dada saat bernapas atau batuk
2. Batuk, batuk berdahak
3. Demam tinggi, berkeringat dan menggigil
4. Lebih rendah dari suhu tubuh normal (pada orang dewasa yang lebih tua dari
usia dan orang dengan sistem kekebalan yang lemah), hal unik ini bisa terjadi.
5. Mual, muntah atau diare
6. Sesak napas
7. Mudah lelah dan kelelahan
8. Bayi baru lahir dan bayi mungkin tidak menunjukkan tanda-tanda
infeksi. Atau mereka mungkin muntah, demam dan batuk, tampak gelisah
atau lelah dan tanpa energi, atau mengalami kesulitan bernapas dan makan

E. Klasifikasi

Klasifikasi Pneumonia
menurut Zul Dahlan 2001
dalam Padila (2013) :
a. Berdasarkan cirri radiologis
dan gejala klinis, dibagi atas :
1. Pneumonia tipikal,
bercirikan tanda-tanda
pneumonia lobaris dengan
opasitas lobus
atau loburis.
2. Pneumonia atipikal,
ditandai gangguan repirasi
yang meningkat lambat
dengan
gambaran infiltrast paru
bilateral yang difus.
b. Berdasarkan factor
lingkungan :
1. Pneumonia komunitas
2. Pneumonia nosocomial
3. Pneumonia rekurens
4. Pneumonia aspirasi
5. Pneumonia pada gangguan
imun
6. Pneumonia hipostatik
Klasifikasi Pneumonia menurut (Dahlan 2017) adalah sebagai berikut :
a. Berdasarkan ciri radiologis dan gejala klinis, dibagi atas :
1. Pneumonia tipikal, bercirikan tanda-tanda pneumonia lobaris dengan opasitas
lobus atau loburis
2. Pneumonia atipikal, ditandai gangguan repirasi yang meningkat
lambat dengan gambaran infiltrast paru bilateral yang difus
b. Berdasarkan factor lingkungan :
1. Pneumonia komunitas
2. Pneumonia nosocomial
3. Pneumonia rekurens
4. Pneumonia aspirasi
5. Pneumonia pada gangguan imun
6. Pneumonia hipostatik

Berdasarkan sindrom klinis :


1. Pneumonia bakterial berupa:
pneumonia bakterial tipe
tipikal yang terutama
mengenal
parenkim paru dalam bentuk
bronkopneumonia dan
pneumonia lobar serta
pneumonia
bakterial tipe campuran
atipikal yaitu perjalanan
penyakit ringan dan jarang
disertai
konsolidasi paru.
2. Pneumonia non bakterial,
dikenal pneumonia atipikal
yang disebabkan Mycoplasma,
Chlamydia pneumonia atau
Legionella.
c. Berdasarkan sindrom klinis :
1. Pneumonia bakterial berupa: pneumonia bakterial tipe tipikal yang terutama
mengenal parenkim paru dalam bentuk bronko pneumonia dan pneumonia
lobar serta pneumonia bakterial tipe campuran atipikal yaitu perjalanan
penyakit ringan dan jarang disertai konsolidasi paru
2. Pneumonia non bakterial, dikenal pneumonia atipikal yang disebabkan
Mycoplasma, Chlamydia pneumonia atau Legionella

F. Komplikasi
Menurut (Dahlan, 2017) komplikasi pneumonia adalah:
1. Sianosis merupakan warna kulit dan membran mukosa kebiruan atau pucat karena
kandungan oksigen yang rendah dalam darah
2. Hipoksemia merupakan penurunan tekanan parsial oksigen dalam darah, kadang-
kadang khusus sebagai kurang dari yang tanpa spesifikasi lebih lanjut, akan
mencakup baik konsentrasi oksigen terlarut dan oksigen yang terikat pada
hemoglobin
3. Bronkaltasis merupakan kelainan morfologis yang terdiri dari pelebaran bronkus
yang abnormal dan menetap disebabkan kerusakan komponen elastis dan
muskular dinding bronkus
4. Atelektasis (pengembangan paru yang tidak sempurna/ bagian paru-paru yang
diserang tidak mengandung udara dan kolaps). Terjadi akibat penumpukan secret
5. Meningitis terjadi karena adanya infeksi dari cairan yang mengelilingi otak dan
sumsum tulang belakang
G. Pemeriksan Penunjang
Untuk mendiagnosa penyakit secara lebih tepat maka diperlukan pemeriksaan
penunjang. Foto thoraks sebaiknya dibuat posterior anterior dan lateral untuk melihat
keberadaan konsolidasi rotrokardial sehingga lebih mudah untuk menentukan lobus yang
terkena. Densitasnya bergantung pada intensitas eksudat dan hampir selalu
adabronhogram pada masa akut, biasanya tidak ada pengecilan lobus yang terkena
sedangkan pada masa resolusi mungkin ada atelektasis sebab eksudat menyebabkan
obstruksi. Gambaran konsolidasi tidak selalu mengisi seluruh lobus karena mulai dari
perifer gambar kosolidasi hampir selalu berbatasan dengan permukaan pleura viselaris
maka dari itu dapat mudah dilihat dengan foto lateral. (Muttaqin, 2019)

H. Fokus Pengkajian Asuhan Keperawatan Pada Pasien Pneumonia


1. Pengkajian
a. Riwayat Keperawatan
a) Riwayat Penyakit Sekarang
1) Keluhan yang dirasakan klien
2) Usaha yang dilakukan klien untuk mengatasikeluhan
b) Riwayat Penyakit Dahulu
1) Pernah menderita ISPA
2) Riwayat terjadi aspirasi
3) Sistem imun anak yang mengalami penurunan
c) Riwayat penyakit keluarga
1) Ada anggota keluarga yang sakit ISPA
2) Ada anggota keluarga yang sakit Pneumonia
b. Pemeriksaan Fisik Keperawatan
Pada penderita pneumonia hasil pemeriksaan fisik yang biasanya muncul, yaitu:
a) Keadaan umum : tampak lemah dan sesak nafas 
b) Kesadaran : tergantung tingkat keparahan bisasomnolent
c) Tanda-tanda vital
TD : hipertensi
 Nadi : takikardi
RR : takipnea, dispnea, nafas dangkal
Suhu : hipertermi
d) Kepala : tidak ada kelainan
e) Mata : konjungtiva bisa anemis
f) Hidung : jika sesak akan terdengar nafascuping hidung
g) Paru
Inspeksi : pengembangan paru berat, tidak simetris kiri dan kanan, ada
penggunaan otot bantu nafas
Palpasi : adanya nyeri tekan, peningkatan vocal fremitus pada daerah yang
terkena
Perkusi : pekak terjadi bila terisi cairan, normalnya timpani
Auskultasi : bisa terdengar ronki
Jantung : jika tidak ada kelainan jantung, pemeriksaan jantung tidak ada
kelemahan
 
Ekstremitas : sianosis, turgor berkurang jika dehidrasi
c. Diagnostik Tes
a) Pemeriksaan Darah
Pemeriksaan darah menunjukkan leukosistosis dengan predominan PMN
atau dapat ditemukan leucopenia yang menandakan prognosis buruk. Dapat
ditemukan anemia ringan atau sedang
b) Pemeriksaan Radiologis
1) Bercak konsolidasi merata pada bronko pneumonia
2) Bercak konsolidasi satu lobus pada pneumonia lobaris
3) Gambaran bronko pneumonia difus infiltratintertisialis pada pneumonia
stafilokok

I. Diagnosa Keperawatan
Menurut (Muttaqin, 2019) Diagnosa Keperawatan Pneumonia adalah sebagai berikut:
1. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif b.d Sekresi Yang Tertahan
2. Pola Nafas Tidak Efektif b.d Hambatan Upaya Nafas (Kelemahan Otot Pernapasan)
3. Hipertermia b.d Proses Penyakit
J. Penatalaksanaan
Menurut (Muttaqin, 2019) Penatalaksanaan penyakit pneumonia sebagai berikut:
a. Posisikan klien semi fowler dengan sudut 45°
b. Pemberian O2 yang adekuat
c. Pemberian IV line untuk hidrasi tubuh secara umum
d. Pemberian antibiotik terpilih

K. Intervensi Keperawatan
Berdasarkan SDKI (2016), SIKI dan SLKI (2018) sebagai berikut:

No Diagnosa Tujuan Intervensi


1. Bersihan Jalan Nafas Setelah dilakukan Latihan Batuk Efektif
Tidak Efektif b.d Sekresi Asuhan Keperawatan Observasi:
Yang Tertahan 3 x 24 jam Bersihan 1. Identifikasi
Jalan Nafas kemampuan batuk
meningkat 2. Monitor adanya retensi
(Kode D.0001, Hal 18) Dengan kriteria hasil: sputum
1. Batuk efektif 3. Monitor tanda-tanda
meningkat gejala infeksi saluran
napas
4. Monitor ouput cairan
(mis jumlah dan
karakteristik )
Terepeutik:
1. Atur posisi semi fowler
2. Pasang perlak dan
bengkok dipangkuan
pasien
3. Buang sekret pada
tempat sputum
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan
prosedur batuk efektif
2. Anjurkan tarik napas
dalam melalui hidung
selama 4 detik,ditahan
selama 2 detik.
Kemudian dikeluarkan
dari mulut dengan
bibir mencucu
(dibulatkan) selama 8
detik
3. Anjurkan mengulangi
tarik napas dalam
hingga 3 kali
4. Anjurkan batuk
dengan kuat langsung
setelah tarik napas
dalam yang ke 3
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
mukolitik atau
ekspektor, jika perlu
2. Pola Nafas Tidak Efektif Setelah dilakukan Manajemen Jalan Nafas
b.d Hambatan Upaya Asuhan Keperawatan Observasi:
Nafas (Kelemahan Otot 3 x 24 jam Pola Nafas 1. Monitor pola nafas
Pernapasan) membaik 2. Monitor bunyi nafas
Dengan kriteria hasil: Terapeutik:
1. Frekuensi nafas 1. Pertahankan kepatenan
(Kode D.0005, Hal 26) membaik jalan nafas dengan
2. Kedalaman nafas head-tilt dan chin-lift
membaik 2. Posisikan semi fowler
3. Ekskrusi dada 3. Berikan oksigen, jika
membaik perlu
Edukasi:
1. Anjurkan asupan
cairan 2000 ml/ hari,
jika tidak ada kontra
indikasi
2. Ajarkan batuk efektif
3. Hipertermia b.d Proses Setelah dilakukan Manajemen Hipertermia
Penyakit Asuhan Keperawatan Observasi:
3 x 24 jam 1. Identifikasi penyebab
Termoregulasi hipertermia
(Kode D.0130, Hal 284) membaik 2. Monitor suhu tubuh
Dengan kriteria hasil:
1. Suhu tubuh Terapeutik:
membaik 1. Sediakan lingkungan
2. Tekanan darah yang dingin
membaik 2. Longgarkan atau
lepaskan pakaian
3. Berikan oksigen, jika
perlu
Edukasi:
1. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu

L. Evaluasi
Menurut Dermawan (2019) evaluasi adalah membandingkan suatu hasil/perbuatan
dengan standar untuk tujuan pengambilan keputusan yang tepat sejauh mana tujuan
tercapai. Tujuan evaluasi antara lain:
a. Untuk menentukan perkembangan kesehatan pasien
b. Untuk menilai efektivitas, efisiensi, dan produktifitas dari tindakan keperawatan
yang diberikan
c. Untuk menilai pelaksanaan asuhan keperawatan
d. Sebagai tanggung jawab dan tanggung gugat dalam pelaksanaan pelayanan
kesehatan
e. Untuk penentuan masalah teratasi, atau tidak teratasi adalah dengan cara
membandingkan antara SOAP dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah
ditetapkan.
Format evaluasi menggunakan:
a) Subjective adalah informasi yang berupa ungkapan yang didapat dari pasien
setelah tindakan diperbaiki
b) Objektif adalah informasi yang didapat melalui hasil pengamatan, penilaian,
pengukuran yang dilakukan oleh perawat setelah dilakukan tindakan
c) Analisa data adalah membandingkan antara informasi subjektif dan objektiv
dengan tujuan dan kriteria hasil, kemudian diambil kesimpulan bahwa
masalah teratasi dan tidak tertasi
d) Planing adalah rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan
berdasarkan hasil analisa
DAFTAR PUSTAKA

Dahlan. (2017). Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak  . Dept.Ilmu KesehatanAnak FK-
UNHAS: Makassar

https://www.academia.edu/40183132/LAPORAN_PENDAHULUAN_PNEUMONIA

Dermawan. (2019). Standar Intervensi Keperawatan


Indonesia Definisi dan  Tindakan Keperawatan. Dewan Pengurus Pusat
PersatuanPerawat Nasional Indonesia: Jakarta Selatan

http://repository.poltekkes kdi.ac.id/2568/1/REVISI%20KTI%20BETRICKS
%20LENGKAP.pdf

Gumelar. (2020). Animagine: Enlightendig Open Mind Generations. Jurnal Study Desain,
5(9)

https://www.studocu.com/id/document/sekolah-tinggi-ilmu-kesehatan-banyuwangi/
fokus-kesehatan/laporan-pendahuluan-pneumonia-kel/37294100

Mutaqqin. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dewasa Dengan

Pneumonia: Study Kasus Indonesian Jurnal of Health Development. Indonesian.

https://www.studocu.com/id/document/sekolah-tinggi-ilmu-kesehatan-banyuwangi/
fokus-kesehatan/laporan-pendahuluan-pneumonia-kel/37294100

Nastiyah. (2017). Perawatan Anak Sakit, Edisi 1, EGC, Jakarta.

https://www.studocu.com/id/document/sekolah-tinggi-ilmu-kesehatan-banyuwangi/
fokus-kesehatan/laporan-pendahuluan-pneumonia-kel/37294100

Nurarif. (2018). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA
NIC-NOC. Jogjakarta: Mediaction.

https://www.studocu.com/id/document/sekolah-tinggi-ilmu-kesehatan-banyuwangi/
fokus-kesehatan/laporan-pendahuluan-pneumonia-kel/37294100
Nurusalam. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis& NANDA
NIC-NOC jilid 1. Media Action: Jakarta.

https://www.google.com/search?
q=LAPORAN+PENDAHULUAN+PNEUMONIA+BERAT+SDKI&oq=LAPORAN
+PENDAHULUAN+PNEUMONIA+BERAT+SDKI&aqs=chrome..69i57j0i22i30.16
318j0j7&sourceid=chrome&ie=UTF-8

PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik,

Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil

Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan

Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

Seyawati. (2018). Tata Laksana Kasus Batuk dan atau Kesulitan Bernafas:  Literature
Review.Jurnal Ilmiah Kesehatan.

https://www.academia.edu/40183132/LAPORAN_PENDAHULUAN_PNEUMONIA

Anda mungkin juga menyukai