Anda di halaman 1dari 11

PROPOSAL KEGIATAN TERAPI BERMAIN ANAK DI RUANG

PERAWATAN NURI BAWAH RUMAH SAKIT


UMUM DAERAH ANUTAPURA PALU

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK III

ABUYASIDUL BUSTANI (WN10323001)


FATRIA (WN10323010)
NILAWATI (WN10323031)
NUR INTAN KHAIRUNNISA (WN10323035)
SRI INDRIYANI (WN10323052)
SRI IRKAWATI (WN10323053)

CI LAHAN CI INSTITUSI

Ns. Netty Vonny Yanty, S.Kep Ns. Katrina Feby Lestari, S.Kep., M.P.H
NIP. 197511302005012008 NIK. 20120901027

PROGRAM PROFESI NERS


UNIVERSITAS WIDYA NUSANTARA
2024
A. Konsep Teori Bermain
1. Pengertian
Bermain yaitu cerminan kemampuan fisik, inteketual, emosional dan
sosial. Bermain merupakan media belajar bagi anak karena dengan
bermain, anak akan berkomunikasi, belajar menyesuaikan diri dengan
lingkungan, melakukan apa yang dapat dilakukannya dan mengenal waktu,
jarak serta suara (Prasetyono, 2018).
Terapi bermain adalah kegiatan bermain yang dilakukan untuk
membantu dalam proses penyembuhan anak dan sarana dalam melanjutkan
pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal. Dengan diberikan
terapi bermain pada anak usia sekolah diharapkan kecemasan pada anak
menurun dan dapat bekerjasama pada petugas kesehatan (Oktiawati et al.,
2020).
2. Klasifikasi bermain
Klasifikasi bermain berdasarkan klasifikasi sosial menurut Khobir (2018)
diantaranya yaitu:
a) Onlooker Play
Onlooker play yaitu anak hanya mengamati temannya yang sedang
bermain, tanpa ada inisiatif ikut berpartisifasi dalam permainan seperti
bermain congkak. Anak hanya mengamati hal yang menarik
perhatiannya tanpa mau terlibat atau anak hanya menjadi penonton
yang aktif. Contoh lainnya yaitu anak mengamati anak-anak lain
bermain sepeda. Permainan ini cocok untuk anak usia 2 Tahun.
b) Solitary Play
Solitary play yaitu anak tampak berada dalam kelompok permainan,
tetapi anak bermain sendiri dengan alat permainan yg dimilikinya.
Anak asyik bermain sendirian, namun terdapat anak lain dengan mainan
yang berbeda tetapi dalam area yang sama. Permainan ini cocok untuk
usia 2-3 Tahun.
c) Parallel Play
Parallel play yaitu anak menggunakan alat permainan yg sama, tetapi
antara satu anak dengan anak lain tidak terjadi kontak satu sama lain,
sehingga antara anak satu dengan lainya tidak ada sosialisasi. Jenis
permainan ini biasanya dilakukan oleh toddler atau balita, dimana
masing-masing anak memiliki mainan yang sama, berada dalam satu
area, namun tidak ada interaksi dan tidak saling bergantung pada anak.
Contohnya, anak mengamati anak-anak lain bermain sepeda.
d) Assosiative Play
Associative play yaitu permainan ini sudah terjadi komunikasi antara
satu anak dengan anak lain, tetapi tidak terorganisasi, tidak ada
pemimpin. Merupakan tipe bermain dimana anak bermain dalam
kelompok, dengan aktivitas yang sama, dapat saling meminjamkan
mainan, tetapi belum teorganisir dengan baik. Anak bermain sesuai
keinginan masing-masing. Contohnya, anak bermain robot-robotan,
mobil-mobilan, anak bermain masak-masakan. Cocok untuk anak usia
5-6 Tahun.
e) Cooperatif Play
Cooperative play yaitu aturan permainan dalam kelompok tampak lebih
jelas pada permainan jenis ini dan punya tujuan serta pemimpin.
Contohnya main sepak bola. Merupakan tipe bermain dimana anak
bermain dalam kelompok dengan permainan yang terorganisir,
terencana dan ada aturan tertentu. Contohnya, anak bermain petak
umpet, ular tangga, dan halma. Permainan ini cocok untuk anak usia
sekolah dasar 7-12 Tahun.
3. Fungsi Bermain
a) Perkembangan Sensori Motorik, membantu perkembangan gerak
dengan memainkan objek tertentu, misalnya meraih pensil, memainkan
slime.
b) Perkembangan Kognitif, membantu mengenal benda sekitar misalnya
menebak warna, bentuk dan kegunaan.
c) Kreativitas, mengembangkan kreativitas dengan mencoba ide baru
misalnya menyusun balok.
d) Perkembangan Sosial, diperoleh dengan belajar berinteraksi dengan
orang lain dan belajar dalam bentuk kelompok.
e) Terapi Bermain sebagai terapi dapat memberikan kesempatan pada
anak untuk mengekspresikan perasaan yang tidak enak misalnya
perasaan marah, takut, cemas, dan benci.
f) Komunikasi Bermain sebagai komunikasi sebagai alat bagi anak yang
belum dapat mengatakan secara verbal, misalnya melukis,
menggambar, dan bermain peran.
4. Tahapan Perkembangan Bermain
Menurut Hurlock (2020,) tahapan perkembangan bermain terdiri dari
tahap eksplorasi, tahap permainan, tahap bermain dan tahap melamun.
a) Tahap eksplorasi
Hingga bayi berusia sekitar 3 bulan, permainan mereka terutama terdiri
atas melihat orang dan benda serta melakukan usaha acak untuk
menggapai benda yang diacungkan dihadapannya. Bayi dapat
mengendalikan tangan sehingga cukup memungkinkan bagi mereka
untuk mengambil, memegang dan mempelajari benda kecil, setelah
mereka dapat merangkak atau berjalan, mulai memperhatikan apa saja
yang berada dalam jarak jangkauannya.
b) Tahap permainan
Bermain barang mainan dimulai pada tahun pertama dan mencapai
puncaknya pada usia antara 5 dan 6 tahun. Anak semula hanya
mengeksplorasi mainannya. Usia antara 2 dan 3 tahun, mereka
membayangkan bahwa mainannya mempunyai sifat hidup dapat
bergerak, berbicara dan merasakan, semakin berkembangnya
kecerdasan anak, mereka tidak lagi menganggap benda mati sebagai
sesuatu yang hidup dan hal ini mengurangi minatnya pada barang
mainan. Faktor lain yang mendorong penyusutan minat dengan barang
mainan ini adalah bahwa permainan ini sifatnya menyendiri sedangkan
mereka menginginkan teman. Tahapan usia masuk sekolah, kebanyakan
anak menganggap bermain barang mainan sebagai “permainan bayi”.
c) Tahap bermain
Tahapan usia masuk sekolah, jenis permainan mereka sangat beragam,
semula mereka meneruskan bermain dengan barang mainan, terutama
bila sendirian, selain itu mereka merasa tertarik dengan permainan, olah
raga, hobi dan bentuk permainan matang lainnya.
d) Tahap Melamun
Mendekati masa puber, mereka mulai kehilangan minat dalam
permainan yang sebelumnya disenangi dan banyak menghabiskan
waktunya dengan melamun. Melamun yang merupakan ciri khas anak
remaja adalah saat berkorban, saat mereka menganggap dirinya tidak
diperlukan dengan baik dan tidak dimengerti oleh siapapun.
5. Jenis Permainan Berdasarkan Usia Anak
a) usia 0 – 9 bulan.
Karakteristik permainan anak usia bayi adalah “sense of pleasure play”.
Alat permainan yang biasa digunakan, misalnya mainan gantungan
yang berwarna terang dengan bunyi musik yang menarik. Dari
permainan tersebut, secara visual bayi diberi objek yang berwarna
terang dengan tujuan menstimuli penglihatannya.
b) Usia 1 tahun – 3 tahun
Anak usia toddler menunjukkan karakteristik yang khas, yaitu banyak
bergerak, tidak bias diam dan mulai mengembangkan otonomi dan
kemampuannya untuk mandiri. Oleh karena itu, dalam melakukan
permainan, anak lebih bebas, spontan, dan menunjukkan otonomi baik
dalam memilih mainan maupun dalam aktivitas bermainnya. Anak
mempunyai rasa ingin tahu yang besar. Oleh karena itu seringkali
mainannya dibongkar-pasang, bahkan dirusaknya. Untuk itu, harus
diperhatikan keamanan dan keselamatan anak dengan cara tidak
memberikan alat permainan yang tajam dan menimbulkan perlukaan.
c) Usia 6 tahun-18 tahun
Sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangannya, anak usia
prasekolah mempunyai kemampuan motorik kasar dan halus yang lebih
matang dari pada anak usia toddler. Anak sudah lebih aktif, kreatif dan
imajinatif. Demikian juga kemampuan berbicara dan berhubungan
social dengan temannya semakin meningkat. Oleh kerena itu jenis
permainan yang sesuai adalah “associative play, dramatic play dan
skill play”. Anak melakukan permainan bersama-sama dengan
temannya dengan komunikasi yang sesuai dengan kemampuan
bahasanya. Anak juga sudah mampu memainkan peran orang tua
tertentu yang diidentifikasinya, seperti ayah, ibu dan bapak atau ibu
gurunya. Permainan yang menggunakan kemampuan motorik (skill
play) banyak dipilih anak usia prasekolah. Untuk itu, jenis alat
permainan yang tepat diberikan pada anak misalnya, sepeda, mobil-
mobilan, alat olah raga, berenang dan permainan balok-balok besar.

B. Kegiatan Terapi Bermain


1. Judul
Bermain menggunakan kerincing berbunyi, donat berwarna dan
mewarnai
2. Tujuan
a) Tujuan Umum
Tujuan umum dari terapi bermain yaitu untuk meminimalkan dampak
hospitalisasi pada anak. Pada saat bermain anak memiliki kesempatan
untuk memainkan permainan dengan perasaannya serta
mengembangkan aktifitas dan kreatifitasnya. Situasi seperti ini sangat
kondusif untuk anak yang sedang mengalami perasaan takut, sehingga
rasa amannya terpenuhi.
b) Tujuan Khusus
1) Meningkatkan hubungan perawat–klien
2) Meningkatkan kreativitas pada anak
3) Membina tingkah laku positif serta meningktakan stimulasi
motorik kasar dan halus pada anak
4) Mengalihkan perhatian dari nyeri dan ketidaknyamanan
5) Membantu eksplorasi perasaan gembira/senang, sedih, dan bosan
6) Menimbulkan rasa kerjasama perawat-klien-keluarga
7) Sebagai alat komunikasi antara perawat– klien
3. Tempat
Terapi bermain dilaksanakan diruangan Nuri bawah RSUD Anutapura
Palu.
4. Waktu
Terapi bermain dilaksanakan pada:
Hari / Tanggal : Sabtu, 13 Januari 2024
Pukul : 10.00 WITA s/d Selesai
5. Sasaran
Sasaran kegiatan terapi bermain ini, yaitu anak usia :
1. 0-8 bln (2 bayi): bermain kerincing
2. 1-2 th (3 anak): menyusun donat bulat
3. 10-13 th (4 anak): mewarnai
Total Keseluruhan : 9 anak
6. Metode
a. Deskripsi Permainan
Kegiatan terapi bermain yang dilakukan adalah bermain kerincing
untuk usia 0-b bulan, usia 1-2 tahun menyusun donat bulat dan untuk
anak usia 13-14 tahun mewarnai.
b. Keterampilan yang diperlukan dalam permainan ini, yaitu:
1) Kemampuan motorik
2) Konsentrasi
3) Kreativitas
4) Pengendalian emosi
5) Intelegensi
7. Pembagian Kelompok
a. Nama-nama pelaksana kegiatan
1) Ketua / Leader : Abuyasidul Bustani
2) Pemandu / Co. Leader : Nur Intan Khairunnisa
3) Fasilitator : Nilawati dan Fatria
4) Observer : Sri Irkawati
5) Dokumentasi : Sri Indriyani
b. Tugas pelaksana
1) Leader
a) Membuka kegiatan
b) Memperkenalkan para pelaksana
c) Membuat dan mengatur tempat dan waktu
d) Memimpin jalannya kegiatan bermain
2) Co leader
a) Membantu leader dalam mengorganisasi anggota atau
pelaksana
b) Membacakan aturan main
c) Apabila terapi aktivitas pasif akan diambil alih oleh Co.
Leader
d) Mengarahkan anggota pelaksana
3) Fasilitator
Mendampingi dan membantu peserta dalam bermain
4) Observer
1) Mengobserver jalannya kegiatan
2) Memberikan sekilas penilaian
3) Memberikan kritik dan saran setelah kegiatan selesai
4) Mengevaluasi dan memberikan feedback pada anggota
pelaksana
8. Rencana Pelaksanaan
a. Persiapan
1) Alat dan bahan permainan
a) Permainan berbentuk donat warna warni
Menyusun donat merupakan salah satu permainan edukatif yang
aman untuk anak dan dapat mengembangkan dan melatih
kemampuan kognitif, visual dan auditori anak. Cara bermain
dengan menara donat berwarna, pertama dengan melepas setiap
donat dan kemudian disusun kembali sesuai besar donatnya
b) Permainan kerincing berwarna dan berbunyi
Permainan ini menggunakan penglihatan dan pendengaran anak
yang berfungsi untuk mengalihkan perhatian anak serta melatih
anak untuk menemukan sumber bunyi yang berasal dari
kerincing. Pelaksanaannya dengan menggoyangkan kerincing
hingga anak menoleh kearah bunyi kerincing, lalu geser
kerincing kekiri dan kekanan, jauh mendekat. Jika anak
mencoba untuk meraih, kerincing boleh diberikan ke anak untuk
digenggam dan dimainkan.
c) Kertas bergambar dan alat mewarnai
Permainan ini menggunakan kertas berkarakter atau animasi
yang belum berwarna atau masih hitam putih, kemudian anak
dianjurkan untuk mewarnai kertas tersebut dengan
menggunakan pensil warna.
2) Hal-hal yang perlu diwaspadai
Untuk keamanan bersama, maka perlu diwaspadai hal-hal yang
mungkin akan terjadi pada anak saat kegiatan berlangsung, yaitu:
a) Anak merasa bosan
b) Anak merasa lelah
c) Jadwal bermain anak tidak pada waktu pengobatan
9. Proses Pelaksanaan
Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Anak/Orang
Tua
2 menit Pembukaan :
 Mengucapkan salam
 Memperkenalkan para Mendengarkan
anggota pelaksana
 Kontrak waktu dan
menjelaskan maksud
dan tujuan
15 menit Pelaksanaan :
 Mempersilahkan anak
untuk memilih
permainan Bermain Kerincing,
 Mendampingi dan donat berwarna dan
mengarahkan anak mewarnai.
selama permainan
berlangsung
2 menit Evaluasi :
 Mengevaluasi susunan
donat berwarna,
perhatian terhadap
bunyi kerincing dan Mendengarkan
kreatifitas mewarnai
yang sudah di lakukan
anak
 Memberikan
reinforcement yang
positif pada anak atas
keberhasilannya dalam
merespon permainan
berbunyi, menyusun
donat berwarna, dan
kreatifitas mewarnai
1 menit Terminasi :
 Menyampaikan terima
kasih pada anak dan Mendengarkan
orang tua atas
kerjasama yang baik
 Mengucapkan salam
penutup pada anak dan
orang tua

Anda mungkin juga menyukai