Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN

SAP DAN EVALUASI TERAPI BERMAIN


DI BANGSAL CEMPAKA RSUD WATES

Tugas Praktik Klinik Keperawatan Stase Keperawatan Anak II

Disusun oleh :
Agus Hardi Nata

P07120112042

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA
JURUSAN KEPERAWATAN
2014

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bermain adalah cara alamiah bagi anak mengungkapkan konflik dalam
dirinya yang tidak disadari (Wong, 2000). Menurut Foster (2003) bermain
adalah suatu kegiatan yang dilakukan sesuai dengan keinginan untuk
memperoleh kesenangan.
Hospitalisasi adalah suatu proses oleh karena suatu alasan yang
berencana atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit,
menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah.
Anak yang sakit dan harus dirawat di rumah sakit akan mengalami masa sulit
karena tidak dapat melakukan kebiasaan seperti biasanya. Lingkungan dan
orang- orang asing, perawatan, dan berbagai prosedur yang dijalani oleh
anak merupakan sumber utama stres, kecewa dan cemas, terutama untuk
anak yang pertama kali dirawat di rumah sakit.
Terapi bermain adalah salah satu terapi yang menggunakan segala
kemampuan bermain dan alat permainan, anak bebas memilih permainan
yang ia sukai dan perawat ikut serta dalam permainan tersebut.dan berusaha
agar anak bebas mengungkapkan perasaannya sehingga ia merasa puas,
aman dan dihargai (Fortinash & Warrel, 2005).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mendapatkan terapi bermain selama 1 x 30 menit. Anak
dapat terlihat merasa nyaman dengan kondisi di rumah sakit dan dapat
mengetahui tingkat perkembangan pasien.
2. Tujuan Khusus
a. Anak dapat menikmati permainan yang diberikan
b. Memberikan rangsangan untuk meningkatkan respon pasien
c. Sebagai media rekreasi dan sosialisasi
d. Anak dapat dikaji lebih lanjut mengenai perkembangan yang tertunda
C. Manfaat
a. Membuat pasien merasa lebih nyaman
b. Mendapatkan informasi terkait tingkat perkembangan pasien

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Bermain
Bermain adalah cara alamiah bagi anak mengungkapkan konflik dalam
dirinya yang tidak disadari.(Wholey and Wong,2000). Bermain adalah suatu
kegiatan yang dilakukan sesuai dengan keinginan untuk memperoleh
kesenangan.(Foster,2003)
B. Kategori Bermain
1. Bermain aktif
Pada permainan ini anak berperan secara aktif, kesenangan diperoleh
dari apa yang diperbuat oleh mereka sendiri. Bermain aktif meliputi :
a. Bermain

mengamati/menyelidiki

(Exploratory

Play).

Perhatian

pertama anak pada alat bermain adalah memeriksa alat permainan


tersebut,
mencium,

memperhatikan,
meraba,

mengocok-ocok

menekan

dan

apakah

kadang-kadang

ada

bunyi,

berusaha

membongkar.
b. Bermain konstruksi (Construction Play). Pada anak umur 3 tahun
dapat menyusun balok-balok menjadi rumah-rumahan.
c. Bermain drama (Dramatic Play). Misal bermain sandiwara boneka,
main rumah-rumahan dengan teman-temannya.
d. Bermain fisik. Misalnya bermain bola, bermain tali dan lain-lain.
2. Bermain pasif
Pada permainan ini anak bermain pasif antara lain dengan melihat dan
mendengar. Permainan ini cocok apabila anak sudah lelah bernmain aktif
dan

membutuhkan

sesuatu

untuk

mengatasi

kebosanan

dan

keletihannya.
Contoh ; Melihat gambar di buku/majalah.,mendengar cerita atau
musik,menonton televisi dsb.
Dalam kegiatan bermain kadang tidak dapat dicapai keseimbangan
dalam bermain, yaitu apabila terdapat hal-hal seperti dibawah ini :
a. Kesehatan anak menurun. Anak yang sakit tidak mempunyai energi
untuk aktif bermain.
b. Tidak ada variasi dari alat permainan.

c. Tidak ada kesempatan belajar dari alat permainannya.


d. Tidak mempunyai teman bermain.
C. Ciri-Ciri Bermain
1. Selalu bermain dengan sesuatu atau benda
2. Selalu ada timbal balik interaksi
3. Selalu dinamis
4. Ada aturan tertentu
5. Menuntut ruangan tertentu
D. Klasifikasi Bermain Menurut Karakteristik Sosial
1. Solitary play
Jenis permainan dimana anak bermain sendiri walaupun ada beberapa
orang lain yang bermai disekitarnya. Biasa dilakukan oleh anak balita
Todler.
2. Paralel play
Permainan sejenis dilakukan oleh suatu kelompok anak masing-masing
mempunyai mainan yang sama tetapi yang satu dengan yang lainnya
tidak ada interaksi dan tidak saling tergantung, biasanya dilakukan oleh
anak preischool
Contoh : bermain balok
3. Asosiatif play
Permainan dimana anak bermain dalam keluarga dengan aktifitas yang
sama tetapi belum terorganisasi dengan baik,belum ada pembagian
tugas,anak bermain sesukanya.
4. Cooperatif play
Anak bermain bersama dengan sejenisnya permainan yang terorganisasi
dan terencana dan ada aturan tertentu. Bissanya dilakukanoleh anak
usia sekolah Adolesen
E. Fungsi Bermain
Anak dapat melangsungkan perkembangannya
1. Perkembangan sensorik motorik
Membantu

perkembangan

gerak

dengan

memainkan

obyek

tertentu,misalnya meraih pensil.


2. Perkembangan kognitif
Membantu mengenal benda sekitar(warna,bentuk kegunaan)

3. Kreatifitas
Mengembangkan kreatifitas mencoba ide baru misalnya menyusun balok.
4. Perkembangan sosial
Diperoleh dengan belajar berinteraksi dengan orang lain dan mempelajari
belajar dalam kelompok.
5. Kesadaran diri (self awareness)
Bermain belajar memahami kemampuan diri kelemahan dan tingkah laku
terhadap orang lain.
6. Perkembangan moral
Intraksi dengan orang lain bertingkah laku sesuai harapan teman
menyesuaikan dengan aturan kelompok. Contoh : dapat menerapkan
kejujuran.
7. Terapi
Bermain kesempatan pada anak untuk mengekspresikan perasaan yang
tidak enak misalnya : marah,takut,benci.
8. Komunikasi
Bermain sebagai alat komunikasi terutama bagi anak yang belum dapat
mengatakan secara verbal, misalnya : melukis,menggambar,bermain
peran.
F. Faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Bermain
1. Tahap perkembangan,tiap tahap mempunyai potensi/keterbatasan
2. Status

kesehatan,anak

sakit

perkembangan

psikomotor

kognitif

terganggu
3. Jenis kelamin
4. Lingkungan lokasi,negara,kultur.
5. Alat permainan senang dapat menggunakan
6. Intelegensia dan status social ekonomi
G. Tahap Perkembangan Bermain
1. Tahap eksplorasi
Merupkan tahapan menggali dengan melihat cara bermain
2. Tahap permainan
Setelah tahu cara bermain,anak mulai masuk dalam tahap perminan.
3. Tahap bermin sungguhan
Anak sudah ikut dalam perminan.

4. Tahap melamun
Merupakan tahapan terakhir anak membayangkan permainan berikutnya
H. Karakteristik Bermain Sesuai Tahap Perkembangan
1. 1 bulan
Visual

: lihat dengan jarak dekat


gantungkan benda yang terang dan menyolok

Auditori

: bicara dengan bayi, menyanyi,musik,radio,detik jam

Taktil

: memeluk,menggendong,memberi kesenangan

Kinetik

: mengayun,naik kereta dorong

2. 2-3 bulan
Visual

: buat ruangan menjadi tenang,gambar,cermin ditembok


bawa bayi ke ruangan lain
letakkan bayi agar dapat memandang disekitar

Auditori

: bicara dengan bayi,beri mainan bunyi,ikut sertakan dalam


pertemuan keluarga.

Taktil

: memandikan ,mengganti popok,menyisir rambut dengan


lembut,gosok dengan lotion/bedak

Kinetik

: jalan dengan kereta,gerakan berenang,bermain air

3. 4-6 bulan
Visual

: bermain cermin,anak nonton tv


beri mainan dengan warna terang

Auditori

: anak bicara,ulangi suara yang dibuat,panggil nama,


remas kertas didekat telinga,pegang mainan bunyi.

Taktil

: beri mainan lembut/kasar,mandi cemplung/cebur

Kinetik

: bantu tengkurap,sokong waktu duduk

4. 6-9 bulan
Visual

: mainan berwarna,bermain depan cermin,ciluk .ba.


beri kertas

Auditori

untuk dirobek-robek.

: panggil nama mama papa,dapat menyebutkan bagian


tubuh, beri tahu yang anda lakukan,ajarkan tepuk tangan
dan beri perintah sederhana.

Taktil

: meraba bahan bermacam-macam tekstur,ukuran

Kinetik

: letakkan mainan agak jauh lalu beri perintah untuk


mengambilnya.

5. 9-12 bulan
Visual

: perlihatkan gambar dalam buku. Ajak pergi ke berbagai


tempat, bermain bola, tunjukkan bangunan agak jauh

Auditori

: tunjukkan bagian tubuh dan sebutkan,


kenalkan dengan suara binatang

Taktil

: beri makanan yang dapat dipegang


kenalkan dingin,panas dan hangat.

Kinetik

: beri mainan

6. Pre-school
a. Cross motor and fine motors
b. Dapat melompat,bermain dan bersepeda.
c.

Sangat energik dan imaginative

d. Mulai terbentuk perkembangan moral


e. Mulai bermain dengan jenis kelamin dan bermain dgn kelompok
f.

Karakteristik bermain

g. Assosiative play
h. Dramatic play
i.

Skill play

j.

Laki-laki aktif bermain di luar

k.

Perempuan didalam rumah

Mainan untuk Pre-school


a. Peralatan rumah tangga
b. Sepeda roda Tiga
c.

Papan tulis/kapur

d. Lilin,boneka,kertas
e. Drum,buku dengan kata simple,kapal terbang,mobil,truk
I.

Alat Permainan Edukatif (APE)


Alat Permainan Edukatif (APE) adalah alat permainan yang dapat
mengoptimalkan perkembangan anak, disesuaikan dengan usianya dan
tingkat perkembangannya, serta berguna untuk :
1. Pengembangan

aspek

fisik,

yaitu

kegiatan-kegiatan

yang

dapat

menunjang atau merangsang pertumbuhan fisik anak, trediri dari motorik


kasar dan halus.

Contoh alat bermain motorik kasar : sepeda, bola, mainan yang ditarik
dan didorong, tali. Motorik halus : gunting, pensil, bola, balok, lilin.
2. Pengembangan bahasa, dengan melatih berbicara, menggunakan
kalimat yang benar.
Contoh alat permainan : buku bergambar, buku cerita, majalah, radio,
tape, TV.
3.

Pengembangan aspek kognitif, yaitu dengan pengenalan suara, ukuran,


bentuk. Warna, dll. Contoh alat permainan : buku bergambar, buku cerita,
puzzle, boneka, pensil warna, radio.

4. Pengembangan aspek sosial, khususnya dalam hubungannya dengan


interaksi ibu dan anak, keluarga dan masyarakat
5. Contoh alat permainan : alat permainan yang dapat dipakai bersama,
misal kotak pasir, bola, tali.
J. Bermain di Rumah Sakit
1. Tujuan
a. Melanjutkan tugas kembang selama perawatan
b. Mengembangkan kreativitas melalui pengalaman permainan yang
tepat
c. Beradaptasi lebih efektif terhadap stress karena sakit atau dirawat
2. Prinsip
a. Tidak banyak energi,singkat dan sederhana
b. Mempertimbangkan keamanan dan infeksi silang
c. Kelompok umur sama
d. Melibatkan keluarga/orang tua.
3. Beberapa Hal yang Perlu Diperhatikan
a. Alat bermain
b. Tempat bermain
4. Hal-hal yang mempengaruhi :
a. Faktor pendukung
Pengetahuan perawat,fasilitas kebijakan RS,kerjasama Tim dan
keluarga
b. Faktor penghambat
Tidak semua RS mempunyai fasilitas bermain

5. Keuntungan bermain pada anak di rumah sakit


a. Meningkatkan hubungan antara klien (anak dan keluarga) dan perawat
b. Perawatan di rumah sakit akan membatasi kemampuan anak untuk
mandiri.

Aktivitas

bermain

yang

terprogram

akan

memulihkan

perasaan mandiri pada anak


c. Permainan pada anak di rumah sakit tidak hanya memberikan rasa
senang pada anak, tetapi juga akan membantu anak mengekspresikan
perasaan dan pikiran cemas, takut, sedih tegang dan nyeri
d. Permainan yang terapeutuk akan dapat meningkatkan kemampuan
anak untuk mempunyai tingkah laku yang positif

SAP TERAPI BERMAIN


Pokok Bahasan

: Terapi Bermain Pada Anak Di Rumah Sakit

Sub Pokok Bahasan : Terapi Bermain Anak dengan global delayed development
Tujuan

mengetahui

respon

pasien

terhadap

rangsangan

permainan
Tema

: Bermain mainan lonceng

Tempat

: Ruang Cempaka RSUD Wates

Tanggal

: Jumat, 10 Oktober 2014

Waktu

: 30 menit (Jam 10.00 s.d 10. 30).

Sasaran

: Attaya Dzaka A

Pelaksana

: Agus Hardi Nata

Biodata Anak Peserta Terapi Bermain


Nama Pasien
No RM
Jenis kelamin
Usia
Alamat
Diagnosa medis
Karakteristik

: Attaya Dzaka A
: 475530
: Laki-laki
: 1 tahun
: Temon, kulon progo
: Bronchitis dd pneumonia, gizi buruk, GDD
: hiperaktif

Rencana Pelaksanaan :
No
1

Terapis
Persiapan
a.
ruangan.
b.

Menyiapkan

Menyiapkan alat-alat.
Menyiapkan anak
dan keluarga
Proses :
a.
Membuka
proses terapi bermain dengan
mengucapkan
salam,
memperkenalkan diri.
b.
Menjelaska
n pada anak dan keluarga
tentang tujuan dan manfaat
bermain, menjelaskan cara
permainan.
c.
Mengajak

Waktu
10
menit

Subjek terapi
Menunjang keberhasilan
kegiatan

c.
2

2 menit

Menjawab salam,
Memperkenalkan diri,
Memperhatikan

3 menit

20
menit
3 menit

Bermain bersama dengan


antusias dan
mengungkapkan

10

anak bermain .

perasaannya

d.

Mengevalua
si respon anak dan keluarga.
3 Penutup (1 menit).
Menyimpulkan, mengucapkan
salam
Metode

2 menit

Memperhatikan dan
menjawab salam

1. Bermain lonceng
2. Diskusi perkembagan pasien
Media
1. Mainan lonceng
Skenario Pelaksanaan Terapi Bermain
1. Perkenalan dengan anak
perawat datang ke ruangan dan memperkenalkan diri kepada anak untuk
kemudian diajak bermain.
2. Permainan untuk melatih motorik kasar
Perawat berusaha mencoba untuk memberikan posisi duduk
3. Permainan untuk melatih motorik halus
Anak diajak untuk bermain lonceng dengan cara menggenggam dan
mendengarkan sumber suara lonceng.
4. Permainan untuk melatih bahasa.
Melatih bahasa dilakukan dengan meminta anak mengucapkan kata papa
5. Permaanan personal sosial
Perawat mencoba mengajak bersalaman pasien
Evaluasi
1. Persiapan
a. Klien yang diajak untuk terapi bermain sesuai dengan yang
direncanakan
b. Pasien memiliki alat bermain lonceng sehingga perawat tidak perlu
menyiapkan alat sendiri.
2. Pelaksanaan
a. Masalah yang muncul selama bermain
1) Secara keseluruhan proses terapi bermain berjalan dengan baik,
pasien

terlihat

masih

mengalami

keterlambatan

dalam

perkembangan
2) Perawat mencoba memberikan rangsangan audio kepada pasien
namun pasien tidak memberikan perhatian ke sumber suara
3) Tatapan pasien masih kosong dan tak fokus.

11

4) Keluarga

merespon

baik

dengan

menanyakan

tentang

kemampuan yang seharusnya dimiliki di usia tersebut.


5) Dari keseluruhan aspek kemampuan yang di berikan, passien
hanya mampu menggenggam mainan lonceng, namun sering
terklepas, tidak ada ketertarikan khusus pasien terhadap mainan.
b. Ada/tidak jalinan kerjasama antara orang tua,anak dan perawat
1) Jalinan kerjasama antara orangtua, anak, dan perawat sudah baik.
Orangtua anak semua menemani dan membantu anak pada saat
proses terapi bermain. Perawat dan orangtua anak bekerjasama
dalam menstimulasi keaktifan anak selama proses terapi bermain.
Kulon Progo, 10 Oktober 2014

12

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bermain tidak dapat dipisahkan dari kehidupan anak, karena bagi
anak bermain sama saja bekerja bagi orang dewasa. Bermain pada anak
mempunyai

fungsi

yaitu

untuk

perkembangan

sensorik,

motorik,

intelektual, sosial, kreatifitas, kesadaran diri, moral sekaligus terapi anak


saat sakit.
Tujuan

bermain

perkembangan
keinginan

yang

fantasi.

kemampuan

adalah

normal,

Dan

memecahkan

melanjutkan

mengekspresikan

idenya

pertumbuhan
dan

mengembangkan

masalah

dan

mengalihkan

kreatifitas

membantu

dan

anak

dan
untuk

beradaptasi secara efektif terhadap stress karena sakit dan di rawat di


Rumah Sakit.
Terapi bermain yang dilakukan kepada ananda Attaya dapat
disimpulkan bahwa pasien mengalami gangguan tumbuh kembang, orang
tua telah diberikan pemahaman tentang tindak lanjut terapi yang bisa
dilakukan di rumah.
B. Saran
Terapi bermain dapat menjadi obat bagi anak-anak yang sakit.
Jadi sebaiknya di RS juga disediakan fasilitas bermain bagi anak-anak
yang di rawat di rumah sakit. Mensosialisasikan terapi bermain pada
orang tua sehingga orang tua dapat menerapkan terapi di rumah dan di
rumah sakit.

13

DAFTAR PUSTAKA

Fortinash & Warrel. 2005 . Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : IDI.
Foster and Humsberger. 2003. Family Centered Nursing Care of Children.
Philadelpia : WB sauders Company.
Hurlock E B. 2000. Perkembangan Anak Jilid I.Jakarta : Erlangga
Markum dkk. 2001. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : IDI.
Soetjiningsih. 2005. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC.
Whaley and Wong. 2000. Nursing Care Infants and Children. Fourth Edition.
Toronto Canada: Mosby Year Book.

14

Anda mungkin juga menyukai