Anda di halaman 1dari 11

PROPOSAL TERAPI BERMAIN

PADA An.N. 6 TAHUN 3 BULAN DENGAN HIDROSEFALUS

DI RUANG IRENE 2 KAMAR 7

RUMAH SAKIT SANTO BORROMEUS

ERIKA SINAGA
30190119121

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTO BORROMEUS
PADALARANG
2019
DESKRIPSI KASUS

Topik : Terapi Bermain


Sub Topik : permainan anak usia 6 tahun ( 6 bulan)
Tempat : ruang perawatan anak Irene 2 kamar 7
Waktu : ± 20 menit
Nama Anak : An.N
Umur : 6 tahun 3 bulan
Diagnosa medis : Hidrosefalus + CKR + Trauma Tumpul Abdomen
Tanggal Pelaksanaan : 20 November 2019

PROPOSAL TERAPI BERMAIN


A. Latar Belakang
Anak adalah sebagai individu yang unik dan mempunyai kebutuhan
sesuai dengan tahap perkembangan, bukan ordes mini, juga bukan merupakan
harta atau kekayaan orang tua yang dapat dinilai secara sosial ekonomi,
melainkan masa depan bangsa yang berhak atas pelayanan kesehatan secara
individual. Anak membutuhkan lingkungan yang dapat memfasilitasi dalam
memenuhi kebutuhan dasarnya dan untuk belajar mandiri. Anak sebagai orang
atau manusia yang mempunyai pikiran, sikap, perasaan dan minat yang berbeda
dengan orang dewasa dengan segala keterbatasan.
Bagi anak bermain merupakan seluruh aktivitas anak termasuk bekerja,
kesenangannya dan merupakan metode bagaimana mereka mengenal dunia.
Bermain tidak sekedar mengisi waktu, tetapi merupakan kebutuhan anak seperti
halnya makanan, perawatan, cinta kasih, dll. Bermain adalah unsur yang penting
untuk perkembangan anak baik fisik, emosi, mental, intelektual, kreativitas dan
sosial.
Beberapa ahli mengatakan bahwa bermain pada anak merupakan sarana
untuk belajar. Bermain dan belajar untuk anak merupakan suatu kesatuan dan
suatu proses yang terus menerus terjadi dalam kehidupannya. Bermain
merupakan tahap awal dari proses belajar pada anak yang dialami hampir semua
orang. Melalui kegiatan bermain yang menyenangkan, seorang anak berusaha
untuk menyelidiki dan mendapatkan pengalaman yang banyak. Baik
pengalaman dengan dirinya sendiri, orang lain maupun dengan lingkungan di
sekitarnya. Melalui bermain anak dapat mengorganisasikan berbagai
pengalaman dan kemampuan kognitifnya dalam upaya menyusun kembali
gagasan yang cemerlang. Bermain adalah pekerjaan anak. Dalam bermain anak
mempraktekkan secara kontinu proses hidup yang rumit dan penuh
stress,komunikasi, dan mencapai hubungan yang memuaskan dengan orang lain.
Di situlah mereka belajar tentang diri mereka sendiri dan dunia mereka. Anak
mempuyai kesulitan dalam pemahaman mengapa mereka sakit, tidak bisa
bermain dengan temannya, mengapa mereka terluka dan nyeri sehingga
membuat mereka harus pergi ke rumah sakit dan harus mengalami hospitalisasi.
Reaksi anak tentang hukuman yang diterimanya dapat bersifat passive,
cooperative, membantu atau anak mencoba menghindar dari orang tua, anak
menjadi marah.
Dengan ini, untuk mengurangi dampak hospitalisasi terhadap anak kita
bermaksud untuk melaksanakan terapi bermain yang bertujuan untuk membantu
anak terhindar dari stress, stressor dan dampak hospitalisasi yang mengancam
pertumbuhan dan perkembangan anak.

B. Konsep Terapi Bermain


1. Definisi
Bermain adalah satu kegiatan menyenangkan bagi anak yang dilakukan
setiap hari secara sukarela untuk memperoleh kepuasan dan merupakan
media yang baik bagi anak-anak untuk belajar komunikasi, mengenal
lingkungan, dan untuk meningkatkan kesejahteraan mental dan sosial anak.
Bermain merupakan salah satu stimulus bagi perkembangan anak
secara optimal. Anak bebas mengekspresikan perasaan takut, cemas, gembira
atau perasaan lainnya sehingga hal tersebut memberikan kebebasan bermain
untuk anak sehingga orang tua dapat mengetahui suasana hati si anak. Oleh
karena itu dalam memilih alat bermain hendaknya disesuaikan dengan jenis
kelamin dan usia anak sehingga dapat merangsang perkembangan anak
secara optimal. Dalam kondisi sakit atau anak dirawat di rumah sakit,
aktifitas bermain ini tetap perlu dilaksanakan disesuaikan dengan kondisi
anak.
Bermain juga menjadi media terapi yang baik bagi anak-anak
bermasalah selain berguna untuk mengembangkan potensi anak. Menurut
Nasution (cit Martin, 2008), bermain adalah pekerjaan atau aktivitas anak
yang sangat penting. Melalui bermain akan semakin mengembangkan
kemampuan dan keterampilan motorik anak, kemampuan kognitifnya,
melalui kontak dengan dunia nyata, menjadi eksis di lingkungannya, menjadi
percaya diri, dan masih banyak lagi manfaat lainnya (Martin, 2008).
Bermain adalah cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional dan
sosial dan bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan
bermain, anak akan berkata-kata, belajar memnyesuaikan diri dengan
lingkungan, melakukan apa yang dapat dilakukan, dan mengenal waktu,
jarak, serta suara (Wong, 2000). Bermain adalah kegiatan yang dilakukan
sesuai dengan keinginanya sendiri dan memperoleh kesenangan. (Foster,
1989).
Dalam kondisi sakit atau anak dirawat di rumah sakit, aktivitas
bermain ini tetap dilaksanakan, namun harus disesuaikan dengan kondisi
anak. Pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai
perasaan yang sangat tidak menyenangkan, seperti marah, takut, cemas,
sedih, dan nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi
yang dialami anak karena menghadapi beberapa stressor yang ada
dilingkungan rumah sakit. Untuk itu, dengan melakukan permainan anak
akan terlepas dari ketegangan dan stress yang dialaminya karena dengan
melakukan permainan anak akan dapat mengalihkan rasa sakitnya pada
permainannya (distraksi) dan relaksasi melalui kesenangannya melakukan
permainan.
2. Kategori Bermain
Dua kategori bermain adalah sebagai berikut
a. Bermain bebas
Bermain bebas berarti anak bermain tanpa aturan dan tuntutan. Anak bisa
mempertahankan minatnya dan mengembangkan sendiri kegiatannya.
b. Bermain terstruktur
Bermain terstruktur direncanakan dan dipandu oleh orang dewasa.
Kategori ini mambatasi dan meminimalkan daya cipta anak.
Kedua kategori bermain ini sama pentingnya dan bila dilakukan secara
seimbang akan memberikan kontribusi untuk mencerdaskan anak.

3. Klasifikasi bermain
a. Menurut isinya
1) Social affective play
Anak belajar memberi respon terhadap respon yang diberikan
oleh lingkungan dalam bentuk permainan, misalnya orang tua
berbicara memanjakan anak tertawa senang, dengan bermain anak
diharapkan dapat bersosialisasi dengan lingkungan.
2) Sense of pleasure play
Anak memperoleh kesenangan dari satu obyek yang ada di
sekitarnya, dengan bermain anak dapat merangsang perabaan alat,
misalnya bermain air atau pasir.
3) Skill play
Memberikan kesempatan bagi anak untuk memperoleh
ketrampilan tertentu dan anak akan melakukan secara berulang-ulang
misalnya mengendarai sepeda.
4) Dramatika play role play
Anak berfantasi menjalankan peran tertentu misalnya menjadi
ayah atau ibu.

b. Menurut karakteristik sosial


1) Solitary play
Jenis permainan dimana anak bermain sendiri walaupun ada
beberapa orang lain yang bermain disekitarnya. Biasa dilakukan oleh
anak balita Toddler.
2) Paralel play
Permaianan sejenis dilakukan oleh suatu kelompok anak masing-
masing mempunyai mainan yang sama tetapi yang satu dengan yang
lainnya tidak ada interaksi dan tidak saling tergantung, biasanya
dilakukan oleh anak pre school.
Contoh : bermain balok
3) Asosiatif play
Permainan dimana anak bermain dalam keluarga dengan aktivitas
yang sama tetapi belum terorganisasi dengan baik, belum ada
pembagian tugas, anak bermain sesukanya.
4) Cooperatif play
Anak bermain bersama dengan sejenisnya permainan yang
terorganisasi dan terencana dan ada aturan tertentu. Biasanya
dilakukan oleh anak usia sekolah Adolesen.

4. Fungsi bermain secara umum


Anak dapat melangsungkan perkembanganya antara lain
a. Perkembangan sensori motorik
Membantu perkembangan gerak dengan memainkan obyek tertentu.
b. Perkembangan kognitif
Membantu mengenal benda sekitar (warna, bentuk dan kegunaan)
c. Kreatifitas
Mengembangkan kreatifitas, mencoba ide baru.

d. Perkembangn sosial
Diperoleh dengan belajat berinteraksi dengan orang lain dan mempelajari
bagaimana belajar dalam kelompok.
e. Kesadaran diri (self awareness)
Bermain belajar memahami kemampuan diri, kelemahan, dan tingkah
laku terhadap orang lain.
f. Perkembangan moral
Interkasi dengan orang lain, bertingkah laku sesuai harapan teman,
menyesuaikan dengan aturan kelompok. Contoh: dapat menerapkan
kejujuran.
g. Terapi
Bermain merupakan kesempatan pada anak untuk mengekspresikan
perasaan yang tidak enak, misalnya: marah, takut, dan benci.
h. Komunikasi
Bermain adalah salah satu alat komunikasi bagi anak yang belum dapat
mengatakan secara verbal, misalnya: menggambar, melukis, dan bermain
peran.

5. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam aktivitas bermain


a. Energi ekstra atau tambahan
Bermain memerlukan energi tambahan, anak yang sedang sakit ringan
mempunyai keinginan untuk bermain, namun apabila anak mulai lelah
atau bosan maka anak akan menghentiklan permainannya.
b. Waktu
Anak harus mempunyai cukup waktu untuk bermain,
c. Alat permainan
Untuk bermain diperlukan alat permainan yang sesuai dengan umur dan
taraf perkembangan anak.
d. Ruangan atau tempat untuk bermain
Ruangan tidak usah terlalu besar, anak juga bisa bermain dihalaman atau
ditempat tidur.
e. Pengetahuaan cara bermain
Anak belajar bermain melalui mencoba-coba sendiri, meniru teman-
temannya, atau diberi tahu caranya.
f. Terapi bermain
Anak harus yakin bahwa anak mempunyai teman bermain. Kalau anak
bermain sendiri, maka anak anak kehilangan kesempatan belajar dari
teman-temanya. Akan tetapi kalau anak terlalu banyak bermain dengan
anak yang lain, maka anak tidak mempunyai kesempatan yang cukup
untuk menghibur diri sendiri dan menemukan kebutuhanya sendiri.
g. Reward
Berikan semangat dan pujian atau hadiah pada anak bila berhasil
melakukan sebuah permainan.
Namun terkadang keseimbangan dalam bermain kadang tidak dapat
dicapai, yaitu apabila terdapat hal-hal seperti dibawah ini:
a. Kesehatan anak menurun
Anak yang sakit tidak mempunyai energi untuk aktif bermain.
b. Tidak ada variasi dari alat permainan
c. Tidak ada kesempatan belajar dari alat permainannya
Meskipun banyak alat permainan, tetapi tidak banyak manfaatnta
kalau anak tidak tahu bagaimana cara menggunakannya.
d. Tidak mempunyai teman bermain
Kalau anak tidak mempunyai teman bermain, maka aktivitas bermain
yang dapat dikerjakan sendiri akan terbatas.

C. Fungsi bermain di rumah sakit


1. Memfasilitasi anak untuk beradaptasi dengan lingkungan yang asing.
2. Memberi kesempatan untuk membuat keputusan dan kontrol.
3. Membantu mengurangi stress terhadap perpisahan
4. Memberikan kesempatan untuk mempelajari tentang bagian-bagian tubuh,
fungsinya dan penyakit.
5. Memperbaiki konsep-konsep yang salah tentang penggunaan dan tujuan
peralatan serta prosedur medis.
6. Member peralihan (distraksi) dan relaksasi
7. Membantu anak untuk merasa lebih aman dalam lingkungan yang asing.
8. Memberi cara untuk mengurangi tekanan dan untuk mengksplorasikan
perasaan.
9. Menganjurkan untuk berinteraksi dan mengembangkan sikap-sikap yang
positif terhadap orang lain.
10. Member cara untuk mengekspresikan ide kreatif dan minat.
11. Memberi cara untuk mencapai tujuan theraupetik

D. Jenis Permainan
Mengamati mainan
1. Persiapan :
a. Tempat tidur
b. Mainan yang dapat berbunyi yang disukai anak-anak

2. Cara bermain :
a. Tidurkan anak dalam posisi terlentang
b. Pegang mainan dengan jarak 20-30 cm
c. Pastikan anak melihat mainan
d. Gerakkan mainan kearah kanan dan kiri, atau ke arah mendekat dan
menjauhi anak sebanyak 3-5 kali
e. Kemudian berikan mainan tersebut lihat respon anak terhadap
mainan tersebut
E. Manfaat Bermain
1. Belajar memusatkan penglihatan pada objek sejauh 20-30 cm di
depannya
2. Menguatkan otot mata dan keserasian gerak kedua mata
3. Melatih motorik anak

F. Pelaksanaan
Waktu : Pukul. 10.00 WIB (± 20 menit)
Tempat : Ruang Irene 2 Kamar 7
Peserta
1. Pelaksana : Perawat (Mahasiswa)
2. Observer : 1 orang (Pembimbing)
3. Fasilitator : Orang Tua
4. Anak (Pasien) : 1 orang

G. Karakteristik peserta
 Bayi usia 6 bulan ( namun pada kasus anak hidrosefalus 6 tahun 3
bulan).
 Keadaan umum anak mulai membaik

H. Metode : Demonstrasi

I. STRATEGI PELAKSANAAN
1. Fase Prainteraksi: 5 Menit
a. Melakukan kontrak waktu dan ruangan
b. Mengecek kesiapan anak
c. Menyiapkan alat
2. Fase Orientasi : 5 menit
a. Memberi salam dan perkenalan antara petugas dengan keluarga
b. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan

3. Fase Kerja: 10 menit


a. anak ditidurkan di tempat tidur dengan posisi telentang (posisi
nyaman anak)
b. Perawat memegang mainan dengan jarak 20-30 cm
c. Pastika anak melihat ke arah mainan
d. Gerakkan mainan kearah kanan dan kiri, atau ke arah mendekat dan
menjauhi anak sebanyak 3-5 kali

4. Fase Terminasi Penutup: 3 Menit


a. Melakukan evaluasi sesuai dengan tujuan
b. Menjelaskan hasil kesimpulan pada keluarga
c. Berpamitan dengan keluarga
d. Membereskan dan kembalikan alat pada tempat semula
e. Mencuci tangan

J. EVALUASI YANG DIHARAPKAN


1. Anak dapat memusatkan penglihatan pada objek sejauh 20-30 cm di
depannya
2. Anak tersenyum saat mainan di dekarkan padanya
DAFTAR PUSTAKA

Yuliastati & Amelia Arnis. 2016. Keperawatan Anak. Jakarta : Kemenkes RI


http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-
content/uploads/2017/08/Keperawatan-Anak-Komprehensif.pdf

S.R.R.Pudjiati, & Masykouri, A. (2011). Mengasah Kecerdasan di Usia 0-2

tahun. Jakarta: Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini


Kementrian Pendidikan Nasional.

Salim, R. M., & Safitri, S. (2018). PENGASUHAN ANAK USIA 0--12 BULAN.

Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Anda mungkin juga menyukai