Anda di halaman 1dari 17

PROPOSAL TERAPI BERMAIN CUT AND PASTE

DAN LAPORAN PROGRAM BERMAIN

DISUSUN OLEH:
1. ALFIA SALMADHEA N. P (P1337420119311)
2. NAZALATLUL SYAHIDAH (P1337420119323)
3. SYARIFAH NELLA T (P1337420119334)
4. AWALIA AGUSTINA (P1337420119336)
5. YUNITA TRI W (P1337420119336)

PRODI DIII KEPERAWATAN SEMARANG


POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Aktivitas bermain merupakan salah satu stimulasi bagi perkembangan anak
secara optimal. Dalam kondisi sakit atau anak dirawat di rumah sakit, aktivitas
bermain ini tetap dilaksanakan, namun harus disesuaikan dengan kondisi anak. Pada
saat dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan yang sangat
tidak menyenangkan, seperti marah, takut, cemas, sedih, dan nyeri. Perasaan tersebut
merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami anak karena menghadapi beberapa
stressor yang ada dilingkungan rumah sakit. Untuk itu, dengan melakukan permainan
anak akan terlepas dari ketegangan dan stress yang dialaminya karena dengan
melakukan permainan anak akan dapat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya
(distraksi) dan relaksasi melalui kesenangannya melakukan permainan.
Tujuan bermain di rumah sakit pada prinsipnya adalah agar dapat melanjutkan
fase pertumbuhan dan perkembangan secara optimal, mengembangkan kreatifitas
anak, dan dapat beradaptasi lebih efektif terhadap stress. Bermain sangat penting bagi
mental, emosional, dan kesejahteraan anak seperti kebutuhan perkembangan dan
kebutuhan bermain tidak juga terhenti pada saat anak sakit atau anak di rumah sakit.
Dengan bermain anak dapat menstimulasi pertumbuhan otot-ototnya, kognitifnya dan
juga emosinya karena mereka bermain dengan seluruh emosinya, perasaannya dan
pikirannya. Elemen pokok dalam bermain adalah kesenangan dimana dengan
kesenangan ini mereka mengenal segala sesuatu yang ada disekitarnya sehingga anak
yang mendapat kesempatan cukup untuk bermain juga akan mendapatkan kesempatan
yang cukup untuk mengenal sekitarnya sehingga ia akan menjadi orang dewasa yang
lebih mudah berteman, kreatif dan cerdas, bila dibandingkan dengan mereka yang
masa kecilnya kurang mendapat kesempatan bermain.
Terapi bermain yang akan dilaksanakan yaitu bermain adalah menggunting dan
menempel. Alasan memilih terapi bermain menggunting dan menempel gambar
adalah untuk mengembangkan motorik halus, keterampilan kognitif dan kemampuan
berbahasa. Menggunting dan menempel merupakan salah satu bentuk permainan
yang membutuhkan ketelitian, melatih untuk memusatkan pikiran, karena kita harus
berkonstrasi ketika meyusun kepingan-kepingan kertas yang sudah di gunting dan
yang akan di tempel pada pola yang telah di tentukan tersebut hingga menjadi sebuah
gambar yang utuh dan lengkap. Sehingga jenis permainan yang memiliki nilainilai
edukatif.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Anak diharapkan dapat melanjutkan tumbuh kembangnya, mengembangkan
aktifitas dan kreatifitas melalui pengalaman bermain dan beradaptasi efektif
terhadap stress karena penyakit dan dirawat.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti permainan selama 30 menit anak akan mampu:
a. Mengembangkan kreativitas dan daya pikirnya
b. Mengekspresikan perasaannya selam menjalani perawat.
c. Mengekspresikan rasa senangnya terhadap permainan
d. Beradaptasi dengan lingkungan
e. Mempererat hubungan antara perawat dan anak
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN BERMAIN
Bermain adalah cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial dan
bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan bermain, anak akan
berkata-kata, belajar memnyesuaikan diri dengan lingkungan, melakukan apa yang
dapat dilakukan, dan mengenal waktu, jarak, serta suara.
B. FUNGSI BERMAIN
Fungsi utama bermain adalah merangsang perkembangan sensoris-motorik,
perkembangan intelektual, perkembangan social, perkembangan kreativitas,
perkembangan kesadaran diri, perkembangan moral dan bermain sebagai terapi.
1. Perkembangan Sensoris – Motorik
Pada saat melakukan permainan, aktivitas sensoris-motorik merupakan komponen
terbesar yang digunakan anak dan bermain aktif sangat penting untuk
perkembangan fungsi otot. Misalnya, alat permainan yang digunakan untuk bayi
yang mengembangkan kemampuan sensoris-motorik dan alat permainan untuk
anak usia toddler dan prasekolah yang banyak membantu perkembangan aktivitas
motorik baik kasar maupun halus.
2. Perkembangan Intelektual
Pada saat bermain, anak melakukan eksplorasi dan manipulasi terhadap segala
sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya, terutama mengenal warna, bentuk,
ukuran, tekstur dan membedakan objek. Pada saat bermain pula anak akan melatih
diri untuk memecahkan masalah. Pada saat anak bermain mobil-mobilan,
kemudian bannya terlepas dan anak dapat memperbaikinya maka ia telah belajar
memecahkan masalahnya melalui eksplorasi alat mainannya dan untuk mencapai
kemampuan ini, anak menggunakan daya pikir dan imajinasinya semaksimal
mungkin. Semakin sering anak melakukan eksplorasi seperti ini akan semakin
terlatih kemampuan intelektualnya.
3. Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial ditandai dengan kemampuan berinteraksi dengan
lingkungannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar memberi dan
menerima. Bermain dengan orang lain akan membantu anak untuk
mengembangkan hubungan sosial dan belajar memecahkan masalah dari hubungan
tersebut. Pada saat melakukan aktivitas bermain, anak belajar berinteraksi dengan
teman, memahami bahasa lawan bicara, dan belajar tentang nilai sosial yang ada
pada kelompoknya. Hal ini terjadi terutama pada anak usia sekolah dan remaja.
Meskipun demikian, anak usia toddler dan prasekolah adalah tahapan awal bagi
anak untuk meluaskan aktivitas sosialnya dilingkungan keluarga.
4. Perkembangan Kreativitas
Berkreasi adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu dan mewujudkannya
kedalam bentuk objek atau kegiatan yang dilakukannya. Melalui kegiatan bermain,
anak akan belajar dan mencoba untuk merealisasikan ide-idenya. Misalnya, dengan
menggunting dan menempel akan merangsang kreativitasnya untuk semakin
berkembang.
5. Perkembangan Kesadaran Diri
Melalui bermain, anak mengembangkan kemampuannya dalam mengatur mengatur
tingkah laku. Anak juga akan belajar mengenal kemampuannya dan
membandingkannya dengan orang lain dan menguji kemampuannya dengan
mencoba peran-peran baru dan mengetahui dampak tingkah lakunya terhadap
orang lain. Misalnya, jika anak mengambil mainan temannya sehingga temannya
menangis, anak akan belajar mengembangkan diri bahwa perilakunya menyakiti
teman. Dalam hal ini penting peran orang tua untuk menanamkan nilai moral dan
etika, terutama dalam kaitannya dengan kemampuan untuk memahami dampak
positif dan negatif dari perilakunya terhadap orang lain
6. Perkembangan Moral
Anak mempelajari nilai benar dan salah dari lingkungannya, terutama dari orang
tua dan guru. Dengan melakukan aktivitas bermain, anak akan mendapatkan
kesempatan untuk menerapkan nilai-nilai tersebut sehingga dapat diterima di
lingkungannya dan dapat menyesuaikan diri dengan aturan-aturan kelompok yang
ada dalam lingkungannya. Melalui kegiatan bermain anak juga akan belajar nilai
moral dan etika, belajar membedakan mana yang benar dan mana yang salah, serta
belajar bertanggung-jawab atas segala tindakan yang telah dilakukannya. Misalnya,
merebut mainan teman merupakan perbuatan yang tidak baik dan membereskan
alat permainan sesudah bermain adalah membelajarkan anak untuk bertanggung-
jawab terhadap tindakan serta barang yang dimilikinya.
C. JENIS PERMAINAN/ KARAKTERISTIK BERMAIN

1. Permainan ‘bebas’ (Unoccupied play)


Permainan ini biasanya banyak dilakukan ketika si kecil masih bayi. Tahap
permainan ini mengacu pada kreativitas anak untuk menggerakkan tubuh secara
acak dan tanpa tujuan. Ini merupakan permainan paling dasar yang dilakukan oleh
anak-anak. Gunanya melatih anak untuk bebas berpikir, bergerak, dan berimajinasi
tanpa aturan permainan.
Beberapa contoh permainan yang bisa Anda mainkan seperti main lempar
tangkap bola. Supaya lebih merangsang perkembangan si kecil, Anda juga bisa
memberikan berbagai macam mainan anak lainnya yang memiliki tekstur dan warna
menarik serta bisa mengeluarkan bunyi-bunyian.
Hindari mainan yang ukurannya kecil, mengeluarkan cahaya yang tajam, dan juga
terlalu besar.
2. Bermain sendiri (Independent play)
Sesuai dengan namanya, kata independent berarti sendiri. Maksudnya, orangtua
hanya sebatas mengawasi anaknya saja ketika mereka bermain sendiri. Membiarkan
anak bermain sendiri sangat penting untuk tumbuh kembang anak. Mengapa?
Bermain sendiri berarti mendorong anak untuk membentuk sikap mandiri.
Tidak ada orang di sekitarnya yang ikut bermain, akan membuat anak menjadi
lebih mengenal kemampuan dirinya sendiri dan meningkatkan rasa kepercayaan diri
anak atas usahanya dalam menyelesaikan permainan.
Jenis permainan ini biasanya dilakukan oleh anak usia 2 sampai 3 tahun. Pada
usia tersebut, anak-anak cenderung pemalu dan keterampilan komunikasinya belum
cukup baik sehingga lebih nyaman untuk bermain sendiri. Ada banyak cara untuk
melakukan jenis permainan ini. Contohnya, seperti bermain kereta-keretaan atau
mobil-mobilan, bermain boneka atau action figure, dan menyusun puzzle atau balok.
3. Permainan mengamati (Onlooker play)
Pernahkan Anda mengamati seorang anak yang hanya mengamati anak lain
yang bermain? Ya, walaupun tidak ikut andil dalam permainan, anak tersebut
sebenarnya sedang bermain juga. Ya, ‘permainan mengamati’ (onlooker play).
“Permainan mengamati” ini membantu si kecil untuk mengembangkan
komunikasi dengan teman seusianya, memahami aturan permainan baru, dan lebih
berani untuk berinteraksi dengan teman-temannya yang lain untuk membahas
permainan tersebut.
Anda dapat memerhatikan anak-anak melakukan hal ini, biasanya saat bermain
di luar rumah. Misalnya, ikut memerhatikan anak lain yang bermain petak umpet,
melihat permainan anak lain yang bermain bola, atau melihat anak-anak perempuan
yang bermain lompat tali.
4. Permainan paralel (parallel play)
Ketika berusia balita, si kecil akan mengalami masa peralihan, yaitu dari yang
bermain sendiri kemudian mulai berbaur dengan teman-temannya. Namun pada
awalnya mereka akan tetap bermain sendiri meski sedang bersama temannya. Hal ini
disebut dengan parallel play.
Jadi ia akan cenderung fokus dengan mainan yang sedang ia mainkan, meski di
sekitarnya ada temannya yang juga sedang bermain permainan yang sama.
Walaupun anak masih sibuk dengan dunianya sendiri dan tidak memperhatikan
temannya yang lain, jenis permainan ini memberikan kesempatan anak untuk
menjalin hubungan dengan orang lain. Misalnya, mereka saling bertukar mainan
atau memulai obrolan kecil dengan temannya mengenai permainannya.
5. Permainan Asosiatif
Nah, ketika semakin besar si kecil akan cenderung memainkan permainan
asosiatif. Tahap permainan ini hampir sama dengan permainan mengamati, tapi kali
ini sang buah hati mulai ikut tertarik menirukan gerakan-gerakan permainan yang ia
lihat.

Si kecil akan ikut bermain, menunjukkan rasa ketertarikannya dengan permainan


tersebut. Misalnya, ia sedang melihat teman sebayanya main petak umpet. Ketika itu,
si kecil tidak akan sekadar mengamati, tapi juga ikut berlarian mencari atau
mengelilingi teman-temannya yang sedang bermain.

Dalam tahap permainan ini, meski anak sudah mulai ikut permainan, ia masih
belum mengetahui cara melakukan permainan tersebut dengan benar atau mengetahui
peraturan dari permainan.
6. Permainan berkelompok (Cooperative play)
Jenis permainan anak ini merupakan tahapan akhir ketika anak benar-benar bisa
bermain dengan temannya yang lain. Biasanya cooperative play dilakukan oleh anak-
anak yang lebih besar atau sudah bersekolah. Permainan ini menggunakan semua
keterampilan sosial yang dimiliki anak, terutama dalam berkomunikasi. Bukan hanya
mengandalkan kemampuan sendiri, seperti bermain kelereng, petak umpet, bola bekel,
atau congklak. Jenis permainan ini juga membangun kerja sama anak dan teman satu
kelompoknya memiliki tujuan yang sama, baik itu menyelesaikan permainan atau
memenangkan permainan. Misalnya, bermain ular naga, galasin, atau sepak bola.

D. PRINSIP BERMAIN DI RUMAH SAKIT


1. Tidak banyak energi, singkat dan sederhana.
2. Tidak mengganggu jadwal kegiatan keperawatan dan medis.
3. Tidak ada kontra indikasi dengan kondisi penyakit pasien.
4. Permainan harus sesuai dengan tahap tumbuh kembang pasien.
5. Jenis permainan disesuaikan dengan kesenangan anak.
6. Permainan melibatkan orang tua untuk melancarkan proses kegiatan.
BAB III

RANCANGAN BERMAIN

Topik : Terapi bermain pada anak di rumah sakit

Sub topik : terapi bermain anak usia 3-7 tahun

Tempat : tempat bermain anak di ruang Dahlia

Hari/ tanggal : Jumaat, 18 Maret 2022

Waktu : 13.00- selesai

A. Tujuan
Tujuan intruksional umum
- Meminimalkan dampak hospitalisasi pada anak

Tujuan instruksional khusus


- Mengurangi kejenuhan pada anak saat menjalani perawatan
- Untuk meningkatkan adaptasi efektif pada anak terhadap stress karena
penyakit dan dirawat
- Untuk meningkatkan kemampuan daya tangkat atau konsentrasi anak
- Untuk meningkatkan koping yang efektif untuk mempercepat penyembuhan

B. Perencanaan

1. Jenis program bermain menggunting dan menempel gambar


 Menggunting dan menempel
Menggunting merupakan kegiatan pemotongan pola pada bidang datar.
Pada kegiatan menggunting dapat meningkatkan motoric halus anak
karena melibatkan gerak jari-jemari dan kordinasi antar tangan dan
mata. Sementara menempel adalah aktivitas Menyusun benda-benda
dan potongan_potongan kertas dan sebagainy. maka dapat disimpulkan
bahwa media menggunting dan menempel merupakan alat permainan
edukatif yang dapat merangsang kemampuan matematika anak, yang
dimainkan dengan cara menggunting dan menmepel berdasarkan pola
yang sudah di tetepakan.
 Fungsi Bermain menggunting dan menempel gambar
Permainan berfungsi untuk:
1. Melatih konsentrasi, ketelitian dan kesabaran
2. Melatih koordinasi mata dan tangan. Anak belajar mencocokkan
keping- keping kertas yang sudah di gunting dan menyusunnya
menjadi satu gambar.
3. Memperkuat daya ingat
4. Mengenalkan anak pada konsep hubungan
5. Dengan memilih gambar/bentuk, dapat melatih anak untuk berfikir
matematis (menggunakan otak kiri).

2. Karakteristik Permainan
Menggunting dan menempel. merupakan kumpulan potongan-
potongan yang terpisah, yang dapat digabungkan kembali menjadi
beberapa model. Mainan rakitan yang paling umum adalah blok-blok kayu
sederhana berwarna-warni. Mainan rakitan ini sesuai untuk anak yang suka
bekerja dengan tangan, suka memecahkan puzzle, dan suka berimajinasi.
Cara bermain puzzle, sebagai berikut:
1. Sediakan kertas yang sudah di gambar dan pola yang akan di digunting
2. Bongkar pazzel tersebut
3. Pasang kembali pazzel sesuai pasangannya masing
4. Di anjurkan lebih baik pada bagian ujung kertas terlebih dahulu
5. Setelah itu bagian samping dengan sesuai pasangannya
6. Kerjakan sampai selesai sesuai dengan gambar seperti semula
sebelum puzzel di bongkar.

3. Karakteristik Peserta

1. Anak usia 4-6 tahun

2. Tidak mempunyai keterbatasan fisik

3. Dapat berinteraksi dengan perawat dan keluarga

4. Anak yang dirawat di ruang sadewa 4 kamar 1.1

5. Kooperatif dan mapu mengikuti proses kegiatan sampai selesai


4. Sasaran
Anak usia 4-6 tahun yang sedang menjalani hospitalisasi.

5. Metode
1. Anak diberi penjelasan tentang prosedur pelaksanaan terapi bermain yang
meliputi waktu kegiatan, cara menyusun puzzle, serta hal-hal lain yang
terkait dengan program terapi bermain.
2. Diawal permainan anak diperkenalkan dengan puzzle, lalu diberikan
penjelasan mengenai cara bermain puzzle.
3. Setelah itu dengan panduan leader, anak diminta untuk mengamati terlebih
dahulu gambar yang ada di dalam puzzle, memencar kepingan puzzle,
menyusun kembali kepingan puzzle sesuai gambar semula dengan benar.
4. Fasilitator mendampingi dan mengarahkan anak selama bermain puzzle
berlangsung.
5. Ibu dapat berperan sebagai fasilitator terapi, tetapi tidak boleh ikut terlibat
dalam kegiatan membentuk mainan.
6. Setelah waktu yang ditentukan untuk terapi bermain habis anak
dipersilahkan untuk berhenti, dan diberikan pujian atas keterlibatan anak
selama terapi bermain berlangsung
7. Observer melakukan pengamatan dan memberikan evaluasi terhadap
perilaku anak dan proses jalannya terapi bermain.
8. Setelah anak selesai menyusun puzzle, anak diharapkan untuk bercerita
tentang gambar yang ada didalam puzzle sesuai dengan imajinasi anak.
6. Alat-Alat Yang Digunakan
1. Gambar yang belum disusun (puzzle)
2. Kursi
3. Meja
4. Lem

7. Setting Tempat

KETERANGAN :
Peserta
Leader
Co leader
Fasilitator
Observer
Orangtua pasien

8. Pengorganisasian
Jumlah leader 1 orang, co leader 1 orang, fasilitator 2 orang, 1 orang observer
dengan susunan sebagai berikut:
Leader : Awalia Agustina
Co leader : Yunita Tri Widiyanti
Fasilitator : Alfia Salmadhea & Nazalatul Syahida
Observer : Syarifah Nela Tawangsari

C. Strategi Pelaksanaan

NO Waktu Terapi Anak ket

1. 5 menit Pembukaan : 1. Menjawab salam


2. Mendengarkan
1. Co-Leader membuka dan
3. Mendengarkan
mengucapkan salam
4. Mendengarkan
2. Memperkenalkan diri
3. Kontrak waktu dengan anak
4. Mempersilahkan leader
2. 20 Kegiatan bermain : 1. Mendengarkan
menit 2. Menjawab pertanyaan
1. Leader menjelaskan
3. Menerima permainan
cara permainan.
2. Menanyakan pada anak, anak mau 4. Bermain
bermain atau tidak.
5. Mengungkapkan
3. Menbagikan permainan
perasaan
4. Leader, co-leader, dan Fasilitator
memotivasi anak.

5. Menanyakan perasaan anak


3. 5 Penutup : 1. Selesai bermain
menit 2. Menjawab pertanyaan
1. Leader Menghentikan permainan
3. Mendengarkan
2. Menanyakan perasaan anak
4. Menjawab salam.
3. Co-leader menutup acara
Mengucapkan salam

D. Evaluasi

1. Evaluasi struktur yang diharapkan:


a. Alat-alat yang digunakan lengkap
b. Kegiatan yang direncanakan dapat terlaksanakan.
2. Evaluasi proses yang diharapkan
a. Terapi dapat berjalan dengan lancar
b. Anak dapat mengikuti terapi bermain dengan baik
c. Tidak adanya hambatan saat melakukan terapi
d. Semua anggota kelompok dapat bekerja sama dan bekerja sesuai tugasnya.
3. Evaluasi hasil yang diharapkan
a. Anak dapat mengembangkan motorik halus dengan menghasilkan
susunan puzzle
b. Anak dapat mengikuti kegiatan dengan baik
c. Anak merasa senang
d. Anak tidak takut lagi dengan perawat
e. Orang tua dapat mendampingi kegiatan anak sampai selesai
f. Orang tua mengungkapkan manfaat yang dirasakan dengan aktivitas
bermain
BAB IV
LAPORAN KEGIATAN BERMAIN
A. Pelaksanaan
Pada pukul 11.00 kami memulai terapi bermain puzzle dengan pasien. Pertama tama
kami melakukan pembukaan untuk memulai terapi. Kami memperkenalkan diri satu
persatu dengan di dampingi perawat lain di ruangan Sadewa. Lalu kami melakukan
kontrak waktu bermain. Pasien didampingi orang tuanya saat terapi bermain.
Menjelaskan cara bermain puzzle kepada pasien, lalu juga memotivasi pasien agar
pasien saat hospitalisasi tidak bosan dan rewel. Pasien antusian dengan puzzle bermain
karena gambar pada puzzle adalah karakter yang disukai pasien. Pasien melakukan terapi
bermain puzzle dengan tangan yang tidak terpasang infus, walaupun begitu pasien tetap
merasa antusias.
Kegiatan terapi bermain yang kelompok buat ini terdiri dari lima orang peserta.
Terapi bermain ini dilakukan selama kurang lebih 20 menit. Setelah selesai kami
membagikan souvenir berupa bendera untuk pasien. Setelah dibagikan souvenir, acara
terapi bermain ditutup dengan berharap pasien segera sembuh.

B. Evaluasi Kegiatan
Pasien dapat melanjutkan tubuh kembangnya saat hospitalisasi, dengan bermain
puzzle ini, tidak hanya diam berbaring di atas bed perawatan. Pasien mengembangkan
kreatifitasnya dengan menyusun potongan puzzle, dimana puzzle tersebut bertema huruf,
maka pasien juga mengembangkan kemampuannya menghafal huruf.
Percobaan bermain pertama, pasien masih agak kesusahan menyusun puzzle sesuai
gambar jadi, tetapi setelah permainan ke 2 an ke 3, pasien mulai enjoy untuk menyusun
ulang puzzle tersebut. Yang semula anak belum hafal huruf, anak jadi hafal ejaan huruf
sesuai urutannya.
Pasien mampu berkomunikasi dengan perawat, yaitu bertanya tentang permainan
yang sedang dimainkannya. Anak merasa senang saat melakukan terapi bermain puzzle.
Anak jadi banyak bertanya dan banyak tersenyum kepada perawat. Mengatakan senang
dengan bermain puzzle. Pasien juga bilang bahwa sudah tidak bosan lagi karena bisa
bermain puzzle. Dan pasien tidak merasa rewel karena ingin cepat pulang.
Jadi kesimpulannya, setelah dilakukan terapi bermain ini, tujuan yang ditetapkan telah
tercapai dan sesuai harapan
C. Kendala yang dihadapi
Saat melakukan terapi bermain tidak ada kendala yang dihadapi karena ank merasa
senang dengan permainannya karena permainannya bergambar sesuai dengan karakter
yang disukai pasien.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan

Bermain merupakan aspek penting dalam kehidupan anak yang mencerminkan


kemampuan fisik, intelektual, emosional, dan social anak tersebut, tanpa mempergunakan
alat yang menghasilkan atau memberikan informasi, memberi kesenangan maupun
mengembangkan imajinasi anak, dimana dalam bermain anak akan menemukan kekuatan
serta kelemahannya sendiri, minatnya, serta cara menyelesaikan tugas-tugas dalam
bermain. Bermain bagi anak adalah suatu kebutuhan selayaknya bekerja pada orang
dewasa, oleh sebab itu bermain di rumah sangat diperlukan guna untuk mengatasi adanya
dampak hospitalisasi yang diasakan oleh anak. Dengan bermain, anak tetap dapat
melanjutkan tumbuh kembangnya tanpa terhambat oleh adanya dampak hospitalisasi
tersebut.

B. Saran
Sebaiknya orang tua lebih selektif dalam memilih permainan bagi anak agar anak
dapat tumbuh dengan optimal. Pemilihan permainan yang tepat dapat menjadi poin
penting dari stimulus yang akan didapat dari permainan tersebut. Faktor keamanan dari
permainan yang dipilih juga harus tetap diperhatikan.
Daftar Pustaka

Stuart, Gail and Laraia, Michele. (1998). Principles and practice of psychiatric nursing.
St. Louis: Mosby.

Supartini, Yupi. (2004). Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.

6 Types of Play Important to Your Child’s Development. https://www.healthline.com/he


alth/parenting/types-of-play#9. (Diakses pada 2 Desember 2021)

Important Types of Play in Your


Child’s Development. https://www.verywellfamily.com/types-of-play-
2764587. . (Diakses pada 2 Desember 2021)

Anda mungkin juga menyukai