Anda di halaman 1dari 11

PROPOSAL

TAK BERMAIN PADA ANAK

Disusun oleh :
1. Adi tiyonggo
2. Anis ayu Wijayanti
3. Anisa Fitri Rahmawati
4. Bela perwira Kusuma
5. Beni Mulyani
6. Cici Amertha
7. Desti adellia
8. Etika sari
9. Muhammad Ridwan saputra
10. Siti Suleni

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


AKPER DHARMA WACANA METRO
TAHUN AJARA 2021/2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Aktivitas bermain merupakan salah satu stimulasi bagi perkembangan anak secara
optimal. Dalam kondisi sakit atau perawatan anak di rumah sakit, aktivitas bermain tetap
dilaksanakan, namun harus disesuaikan dengan kondisi anak. Pada saat dirawat di rumah
sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan yang sangat tidak menyenangkan, seperti
marah, takut, cemas, sedih, dan nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampak dari
hospitalisasi yang dialami anak karena menghadapi beberapa stresor yang ada
dilingkungan rumah sakit. Untuk itu, dengan melakukan permainan anak akan terlepas
dari ketergantungan dan stres yang dialaminya dengan melakukan permainan anak akan
dapat mengembangkan rasa permainannya pada permainannya (distraksi) dan relaksasi
kesenangannya melakukan permainan.fase pertumbuhan dan
perkembangan secara optimal, mengembangkan kreativitas anak, dan dapat beradaptasi
lebih efektif terhadap stres. Bermain sangat penting bagi mental, emosional, dan
kesejahteraan anak seperti kebutuhan perkembangan dan kebutuhan bermain tidak juga
terhenti pada saat anak sakit atau anak di rumah sakit (Wong, 2009).

1.2 Tujuan

1. Tujuan Umum Anak


diharapkan dapat melanjutkan tumbuh kembangnya,mengembangkan aktifitas dan
kreativitas melalui pengalaman bermain dan efektif beradaptasi terhadap stres karena
penyakit dan perawatan.

2. Tujuan Khusus
a) Setelah mengikuti permainan 30 menit anak akan mampu:
b) mengembangkan kreativitas dan daya pikirnya
c) Mengekspresikan perasaannya selam menjalani perawat. 
d) Mengekspresikan rasa senangnya terhadap permainan
e) Beradaptasi dengan lingkungan f) Mempererat hubungan antara perawat dan anak
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1. Tujuan Bermain


Tujuan bermain pada anak yaitu memberikan kesenangan maupun mengembangkan
imajinasi anak. Sebagai suatu aktifitas yang memberikan stimulus dalam
keterampilan, kognitif, dan afektif sehingga anak akan mengenal dunia, maupun
mengembangkan fisik, emosional, dan mental sehingga membuat anak tumbuh
menjadi anak yang kreatif, cerdas dan inovatif.

2.2. Fungsi Bermain


Fungsi utama bermain adalah mengembangkan perkembangan sensorismotorik,
perkembangan intelektual, perkembangan sosial, perkembangan kreativitas,
perkembangan kesadaran diri, perkembangan moral dan bermain sebagai terapi.
Perkembangan Sensoris – Motorik Pada saat melakukan permainan, aktivitas
sensoris-motorik merupakan komponen terbesar yang digunakan anak dan bermain
aktif sangat penting untuk perkembangan fungsi otot. Misalnya, alat permainan yang
digunakan untuk bayi yang mengembangkan kemampuan sensoris-motorik dan alat
permainan untuk anak usia balita dan prasekolah yang banyak membantu
perkembangan aktivitas baik kasar maupun halus.Perkembangan Intelektual Pada saat
bermain, anak melakukan eksplorasi dan manipulasi terhadap segala sesuatu yang ada
di lingkungan sekitarnya, terutama mengenal warna, bentuk, ukuran, tekstur dan
membedakan objek. Pada saat bermain pula anak akan melatih diri untuk
memecahkan masalah. Pada saat anak bermain mobil-mobilan, kemudian bannya
terlepas dan anak dapat memperbaikinya maka ia telah belajar memecahkan masalah
melalui eksplorasi alat-alat mainannya dan untuk mencapai kemampuan ini, anak
menggunakan daya pikir dan imajinasinya semaksimal mungkin. Semakin sering
melakukan eksplorasi seperti ini akan semakin meningkatkan kemampuan
intelektualnya.Perkembangan Perkembangan Sosial ditandai dengan kemampuan
berinteraksi dengan lingkungannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar dan
menerima.Bermain dengan orang lain akan membantu anak untuk mengembangkan
hubungan sosial dan memecahkan masalah dari hubungan tersebut. Pada saat
melakukan aktivitas bermain, anak belajar berinteraksi dengan teman, memahami
bahasa lawan, dan belajar tentang nilai sosial yang ada pada kelompoknya. Hal ini
terjadi terutama pada anak usia sekolah dan remaja. Meskipun demikian, anak usia
balita dan prasekolah adalah tahapan bagi anak untuk meluaskan aktivitas sosialnya di
lingkungan keluarga. Perkembangan Kreativitas Berkreasi adalah kemampuan untuk
menciptakan sesuatu dan mewujudkannya ke dalam bentuk objek dan/atau kegiatan
yang pembangunan. Melalui kegiatan, anak akan belajar dan mencoba untuk
merealisasikan ide-idenya. Misalnya, dengan membongkar dan memasang satu alat
permainan akan mengembangkan kreativitasnya untuk semakin
berkembang. Perkembangan Kesadaran Diri Melalui bermain, anak mengembangkan
kemampuannya dalam mengatur mengatur tingkah laku. Anak juga akan belajar
mengenal kemampuannya dan membandingkannya dengan orang lain dan menguji
kemampuannya dengan mencoba peran-peran baru dan mengetahui dampak tingkah
lakunya terhadap orang lain. Misalnya, jika anak mengambilkan mainan anak-anak
temannya, anak akan belajar mengembangkan diri bahwa perilakunya adalah
teman. Dalam hal ini penting peran orang tua untuk menanamkan nilai moral dan
etika, terutama dalam hubungan dengan kemampuan untuk memahami dampak positif
dan negatif dari perilakunya terhadap orang lain Perkembangan Moral Anak
mempelajari nilai-nilai yang benar dan salah dari lingkungannya, terutama dari orang
tua dan guru. Dengan melakukan aktivitas, anak akan mendapatkan kesempatan untuk
menerapkan nilai-nilai tersebut sehingga dapat diterima di lingkungannya dan dapat
menyesuaikan diri dengan aturan-aturan kelompok yang ada di
lingkungannya.Melalui kegiatan bermain anak juga akan belajar nilai moral dan etika,
belajar membedakan mana yang benar dan mana yang salah, serta belajar bertanggung
jawab atas segala tindakan yang telah dilakukan. Misalnya, merebut mainan
merupakan perbuatan yang tidak baik dan permainan sebelum bermain adalah
membelajarkan anak untuk bertanggung jawab terhadap tindakan serta barang yang
dimainkan. Sesuai dengan kemampuan kognitifnya, bagi anak usia balita dan
prasekolah, permainan adalah media yang efektif untuk mengembangkan nilai moral
dibandingkan dengan memberikan nasihat. Oleh karena itu, penting peran orang tua
untuk mengawasi anak saat anak melakukan aktivitas bermain dan mengajarkan nilai
moral, seperti baik/buruk atau benar/salah.

2.3. Kategori Bermain


Bermain harus seimbang, artinya harus ada keseimbangan antara bermain aktif dan
yang pasif yang biasanya disebut hiburan. Dalam bermain game
kesenangan yang diperoleh dari apa yang diperbuat oleh mereka sendiri, permainan
kesenangan yang didapatkan dari orang lain.
a) Bermain aktif
 bermain /menyelidiki (Exploratory play) Perhatikan pertama anak pada
alat bermain adalah memeriksa alat permainan tersebut. Anak
memperhatikan alat permainan, mengocok-ngocok apakah ada bunyi
mencuim, meraba, menekan, dan kadang-kadang berusaha
membongkar. 
 Bermain bola memasukan ke keranjang dengan warna yang sama
untuk melatih perkembangan motoeik anak
.
b) Bermain pasif dalam hal ini berperan sebagai anak pasif, antara lain dengan
melihat dan mendengarnya. Bermain pasif ini adalah ideal, apabila anak sudah
lelah bermain aktif dan membutuhkan sesuatu untuk mengatasi kebosanan dan
keletihannya. Contohnya:
 Melihat gambar-gambar dibuku- buku/ majalah
 Mendengarkan cerita atau musik
 Menonton televisi
 dan lain-lain

2.4. Hal-hal yang Harus Diperhatikan


1) Bermain/alat bermain harus sesuai dengan taraf perkembangan anak. 
2) Permainan disesuaikan dengan kemampuan dan minat anak.
3) suatu cara bermain sehingga keterampilan anak meningkat, sebelum
keterampilan yang lebih kompleks.
4) Jangan paksa anak bermain, bila anak sedang tidak ingin bermain. Jangan
memberikan alat permainan terlalu banyak atau sedikit.

2.5. Bentuk-bentuk Permainan Menurut Usia


a. Usia 0 – 12 bulan Tujuan adalah :  Melatih reflek-reflek (untuk anak bermur 1
bulan), misalnya menggenggam, menggenggam.  Melatih kerjasama mata dan
tangan.  Melatih kerjasama mata dan telinga.  Melatih mencari obyek yang ada
tetapi tidak melihat.  Melatih mengenal sumber asal suara.  Melatih fasilitas
perabaan.  Melatih keterampilan dengan gerakan yang berulang-ulang. Alat
permainan yang lebih disukai :  Benda-benda yang aman untuk dimasukkan
mulut atau dipegang.  Alat permainan yang berupa gambar atau bentuk muka. 
Alat permainan lunak berupa boneka orang atau binatang.  Alat permainan yang
dapat digoyangkan dan keluar suara.  Alat permainan berupa selimut dan
boneka. 

b. Usia 13 – 24 bulan Tujuan adalah :  Mencari sumber suara/mengikuti sumber


suara.  Memperkenalkan sumber suara.  Melatih anak melakukan gerakan yang
mendorong dan menarik.  Melatih imajinasinya.  Melatih anak melakukan
kegiatan sehari-hari semuanya dalam bentuk kegiatan yang menarik. Alat
permainan yang disukai:  Genderang, bola dengan giring-giring didalamnya. 
Alat permainan yang dapat menarik dan menarik.  Alat permainan yang terdiri
dari: alat rumah tangga(misal: cangkir yang tidak mudah, sendok botol plastik,
ember, waskom, air), balok-balok besar, kardus-kardus besar, buku bergambar,
kertas untuk dicoret-coret, krayon /pensil berwarna.

c. Usia 25 – 36 bulan Tujuan adalah ;  Menyalurkan emosi atau perasaan anak. 
Ketertarikan berbahasa.  Melatih motorik halus dan kasar. kecerdasan
meningkat(memasangkan, menghitung,mengenal dan membedakan warna). 
Melatih kerjasama mata dan tangan.  Melatih daya imajinansi.  Kemampuan
membedakan permukaan dan warna benda. Alat permainan yang lebih disukai : 
Alat-alat untuk menggambar.  Lilin yang dapat dibentuk  Pasel (puzzel)
sederhana.  Manik-manik ukuran besar.  Berbagai benda yang memiliki
permukaan dan warna yang berbeda.  Bola.
d. Usia 32 – 72 bulan Tujuan adalah :  Meningkatkan kemampuan untuk
membedakan dan membedakan.  Tingkatkan kemampuan berbahasa. 
pengertian tentang berhitung, menambah, mengurangi.  Merangsang daya
imajinansi dsengan berbagai cara bermain pura-pura (sandiwara).  Membedakan
benda dengan permukaan.  Menubuhkan sportivitas.  kepercayaan terhadap
diri.  kreativitas.  koordinasi motorik (melompat, memanjat, lari, dll). 
Meningkatkan kemampuan mengontrol emosi, motorik halus dan kasar.  bergaul
atau bergaul dengan anak dan orang diluar rumahnya.  Memperkenalkan
pengertian yang bersifat ilmu pengetahuan, mis: pengertian mengenai terapung
dan tenggelam.  Memperkenalkan suasana kompetisi dan gotong royong. Alat
permainan yang lebih baik :  Berbagai benda dari sekitar rumah, buku
bergambar, majalah anak-anak, alat gambar & tulis, kertas untuk belajar melipat,
gunting, air, dll.  Teman-teman bermain : anak sebaya, orang tua, orang lain
diluar rumah.

2.6. Faktor Yang Mempengaruhi Aktivitas Bermain


a. Tahap perkembangan, setiap tahap memiliki potensi / keterbatasan
b. Status kesehatan, anak sakit perkembangan psikomotor kognitif terganggu
c. Jenis kelamin
d. Lingkungan lokasi, negara, budaya
e. Alat permainan senang dapat menggunakan
f. Intelegensia dan status sosial ekonomi

2.7. Tahap Perkembangan Bermain


a. Tahap eksplorasi : Pelacakan menggali dengan melihat cara bermain
b. Tahap permainan : Setelah tahu cara bermain, anak mulai masuk dalam tahap
permainan
c. Tahap bermain permainand : Anak sudah ikut dalam permainand.
d. Tahap melamun
e. tahapan terakhir anak permainan berikutnya.
2.8. Prinsip Bermain Di Rumah Sakit
a. Tidak banyak energi, singkat dan sederhana
b. Tidak mengganggu jadwal kegiatan dan medis
c. Tidak ada kontra indikasi dengan kondisi penyakit pasien
d. Permainan harus sesuai dengan tahap tumbuh kembang pasien
e. Jenis permainan yang disesuaikan dengan kesenangan anak
f. Permainan melibatkan orang tua untuk kegiatan proses

2.9. Hambatan Yang Mungkin Muncul


a. Usia antar pasien tidak dalam satu kelompok usia
b. Pasien tidak kooperatif atau tidak antusias terhadap permainan
c. Adanya jadwal pemeriksaan terhadap pasien pada waktu yang bersamaan.
2.10. Antisipasi Hambatan
a. Mencari pasien dengan kelompok usia yang sama
b. Libatkan orang tua dalam proses terapi bermain
c. Jika anak tidak kooperatif, ajak anak bermain secara perlahan-lahan
d. Perawat lebih aktif dalam fokus pada pasien terhadap permainan
e. Kolaborasi jadwal kegiatan pemeriksaan pasien dengan tenaga kesehatan
lainnya.
BAB III

SAP TERAPI BERMAIN

3.1. SAP TERAPI BAHASAN

Pokok Bahasan : Pokok BahasanTerapi Bermain Pada Anak Di Rumah Sakit

Sub Pokok Bahasan : Terapi Barmain Anak Usia 3-6 tahun

Tujuan : Mengoptimalkan Tingkat Perkembangan Anak

Hari / Tanggal : Jumat 27 Mei 2022

Jam / Durasi :Pkl. 10:30 sd selesai

Tempat Bermain : Ruang Anak

Peserta : Peserta yang dipilih adalah pasien di Ruang Anak atas nama:

1. Aisyah 3 tahun

2. Adlan 6 tahun

3. Adlan 2.5 tahun

Ruang anak yang memenuhi kriteria : o Anak usia 3 – 6 tahun o Tidak memiliki
keterbatasan fisik o Dapat berinteraksi dengan perawat dan keluarga o Pasien
kooperatif

a. Peserta terdiri dari : · Anak usia pra sekolah dan sekolah sebanyak 3 orang
bersama keluarga Target : 3 orang
b. Sarana dan Media
 Sarana:
-Ruangan tempat bermain - Tikar untuk duduk
 Media:
peralatan bermain bola untuk memasukan ke keranjang sesuai warna
3.2. Pengorganisasian

Jumlah leader 1 orang, co leader 1 orang, fasilitator 1 orang dan 1 orang observer
dengan susunan sebagai berikut:
Leader :-

Co leader :-

Fasilitator :-

3.3. Pembagian Tugas

1. Peran Leader
yaitu kemudahan komunikasi dan interaksi dengan jalan menciptakan situasi dan
suasana yang mendukung klien untuk mengekspresikan perasaannya ,leader
sebagai penopang bagi anggota yang terlalu lemah atau mendominasi,
yaitu mengarahkan proses kegiatan kearah pengendalian tujuan dengan cara
memberi motivasi kepada anggota untuk terlibat dalam kegiatan
2. Peran Co Leader atau isu-isu penting dalam proses o menentukan strategi yang
digunakan Leader o Mencatat modifikasi strategi untuk kelompok pada sesi atau
kelompok yang berkencan o Memprediksi tanggapan anggota kelompok pada sesi
berikutnya
3. Peran Fasilitator untuk menjaga kehadiran para peserta dan mempertahankan dan
meningkatkan motivasi dari hambatan atau hambatan kelompok baik dari luar
maupun dari dalam kelompok
4. Pengamat mengawasi dan mengawasi kegiatan-kegiatan terapi memantau kegiatan-
kegiatan para peserta untuk memantau secara tepat waktu untuk kegiatan bermain
terapi o Menilai kinerja dari setiap tim terapis dalam memberikan terapi

3.4. Setting Tempat Karpet

Keterangan

Pembimbing :Senja Atika Sari,S.Kep.,Ns., M.Kep

Peserta : 1. Muhammad arsenal 7 tahun

2. Ardin 3 tahun

3. Rizky 5 tahun

Leader : Desti adellia

Co Leader:beni Mulyani

Fasilitator :
Adi tiyonggo
Anis ayu Wijayanti
Anisa Fitri Rahmawati
Bela perwira Kusuma
Cici Amertha
Etika sari
Muhammad Ridwan saputra
Siti Suleni
3.5.  Susunan Kegiatan

5 menit Pembukaan :
1.Leader

Membuka dengan mengucapkan salam


 Memperkenalkan diri
Mendengarkan

Memperkenalkan pembimbing

mendengarkan

 Memperkenalkan anggota dan saling mengenal satu sama lain mengenal


dan anak saling mengenal
 Mendengarkan

 Menjawab pertanyaan  berkenalan dengan teman


 Kontrak waktu dengan anak 2-20 menit Kegiatan bermain
o Leader menjelaskan cara permainan
o Menanyakan pada anak, anak mau nyaan bermain atau tidak
o Menbagikan permainan 
o Leader ,co-leader, Menerima permainan
o  Bermain dan Fasilitator memotivasi anak
o Fasilitator mengobservasi anak Bermain 
o Menanyakan perasaan anak 
o 3-5 menit Penutup
o Leader Menghentikan 
o  Selesai bermain 

 Mengungkapkan permainan
 Menanyakan perasaan anak
 Menyampaikan hasil perasaan
 Mendengarkan
 Menjawab permainan
 Menanyakan perasaan anak
 leader menutup acara
 Mengucapkan salam

3.6. Evaluasi
1. Evaluasi struktur yang diharapkan
 Alat-alat yang digunakan lengkap
 Kegiatan yang direncanakan dapat terlaksana
 Evaluasi proses yang diharapkan Terapi dapat berjalan dengan lancar
 Anak dapat mengikuti terapi bermain dengan baik
 Tidak ada hambatan saat melakukan terapi
 Semua anggota kelompok dapat bekerja sama dan bekerja sesuai penilaian

2. Evaluasi hasil yang diharapkan pada nak


-nak dapat mengembangkan motorik halus dengan koordnasi mata dan tangan
seperti menyendok,memoton
- Anak dapat mengikuti kegiatan dengan baik Anak merasa senang
-Anak tidak takut lagi dengan perawat
-anak mampu menyebutkan warna
-anak mampu menyusun memasukan bola kedalam basket dengan warna yang
sama

Anda mungkin juga menyukai