Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak


“ KONSEP BERMAIN “

Disusun oleh kelompok II :


1. Nurhayati
2. Nursyahida
3. Nurwahidah
4. Nuraini
5. Syukrin
6. Nurnafira fajrin
7. Yeni rahmawati
8. Estiana rahmawati
9. Endang

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YAHYA BIMA
TAHUN 2022
BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar belakang
Belajar melalui bermain merupakan satu teknik pengajaran dan pembelajaran yang berkesan
kepada anak usia dini. Bermain sendiri merupakan suatu kegiatan yang dilakukan seseorang
untuk memperoleh kesenangan tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Bermain juga dapat
diartikan sebagai perantara pendekatan dalam melaksanakan kegiatan pendidikan anak usia dini,
dengan menggunakan strategi, metode, materi/bahan, dan media yang menarik dengan mudah
diikuti oleh anak. Beberapa ahli psikologi mengatakan bahwa bermain sangat berpengaruh besar
dalam perkembangan jiwa anak.
Menurut Singer dalam Martuti (2008:13), bermain merupakan cara untuk melatih masuknya
rangsangan, baik dari dunia luar maupun dari dalam. Laju stimulasi baik dari luar maupun dari
dalam semakin optimal jika keadaan emosi menyenangkan yang dapat diperoleh saat anak
sedang bermain. Artinya bermain membuat anak tidak merenung dan bosan yang disebabkan
kurangnya stimulus atau rangsangan. Melalui bermain, anak dapat mengekspresikan dorongan
kreatifnya, merasakan objek-objek dan tantangan dalam menemukan sesuatu dengan cara yang
baru, serya mencari hubungan yang padu antara sesuatu dengan sesuatu yang lain.
Seorang anak harus diberi kesempatan untuk memilih kegiatan bermainnya sendiri dan
menentukan bagaimana melakukannya.Untuk itu, kegiatan bermain anak perlu mendapatkan
perhatian serius oleh para pendidik anak usia dini karena bermain memiliki peran penting dalam
perkembangan anak, seperti perkembangan fisik motorik, bahasa, intelektual, moral, sosial, dan
emosional.
B.  Rumusan masalah
1. Apa definisi dari bermain?
2. Apa saja fungsi bermain pada anak?
3. Apa saja karakteristik bermain?
4. Apa saja pedoman untuk keamanan bermain pada anak?
5. Apa saja kecenderungan sifat bermain pada anak?
C. Tujuan
Untuk mengetahui penyelesaian terhadap rumusan masalah diatas.
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Definisi Bermain
Bermain adalah cerminan kemampuan fisik intelektual,
emosional dan sosial. Dimana bermain merupakan media yang
baik untuk belajar karena dengan bermain, anak akan berkata-
kata, belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan, melakukan
apa yang dilakukan dan mengenal waktu, jarak, serta suara
(Wong,2000).
Bermain adalah cara alamiah bagi anak untuk
mengungkapkan konflik dalam dirinya yang tidak disadarinya
(Miller dan Keong, 1983).
Bermain adalah kegiatan yang dilakukan sesuai dengan
keinginannya sendiri dan memperoleh kesenangan (Foster,
1989).
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa bermain
adalah:
“Kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan anak
sehari-hari karena bermain sama dengan kerja pada orang
dewasa yang dapat menurunkan stress anak, belajar
berkomunikasi dengan lingkungan, menyesuaikan diri dengan
lingkungan belajar mengenal dunia dan meningkatkan
kesejahteraan mental serta sosial anak.”

B.     Fungsi Bermain pada Anak


Anak bermain pada dasarnya agar ia memperoleh
kesenangan, sehingga tidak akan merasa jenuh. Bermain tidak
sekedar mengisi waktu tetapi merupakan kebutuhan anak seperti
halnya makan, perawatan, dan cinta kasih. Fungsi
utama bermain adalah merangsang perkembangan kesadaran
diri, perkembangan moral dan bermain sebagai terapi
(Soetjiningsih, 1995).
Sebelum memberikan berbagai jenis permainan pada anak,
maka orang tua seharusnya mengetahui maksud dan tujuan
permainan pada anak yang akan diberikan, agar diketahui
perkembangan anak lebih lanjut, mengingat anak memiliki
berbagai masa dalam tumbuh kembang yang membutuhkan
stimulasi dalam mencapai puncaknya seperti masa kritis optimal
dan sensitif.
Untuk lebih jelasnya, dibawah ini terdapat beberapa fungsi
bermain pada anak, diantaranya:
1.    Membantu Perkembangan Sensorik dan Motorik
Fungsi bermain pada anak dapat dilakukan dengan melakukan
rangsangan pada sensorik dan motorik, melalui rangsangan ini
aktifitas anak dapat mengeksplorasikan alam sekitarnya sebagai
contoh bayi dapat dilakukan rangsangan taktil, audio dan visual.
Melalui rangsangan ini perkembangan sensorik dan motorik
akan meningkat. Hal tersebut dapat dicontohkan sejak lahir anak
yang telah dikenalkan atau dirangsang visualnya maka anak di
kemudian hari kemampuan visualnya akan lebih menonjol
seperti lebih cepat mengenal sesuatu yang baru dilihatnya.
Demikian juga pendengaran, apabila sejak bayi dikenalkan atau
dirangsang melalui suara-suara maka daya pendengaran
dikemudian hari anak lebih cepat berkembang dibandingkan
tidak ada stimulasi sejak dini.
2.    Membantu Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif dapat dirangsang melalui permainan.
Hal ini dapat terlihat pada saat anak bermain, maka anak akan
mencoba melakukan komunikasi dengan bahasa anak, mampu
memahami obyek permainan seperti dunia tempat tinggal,
mampu membedakan khayalan dan kenyataan, mampu belajar
warna, memahami bentuk ukuran dan berbagai manfaat benda
yang digunakan dalam permainan, sehingga fungsi bermain pada
model demikian akan meningkatkan perkembangan kognitif
selanjutnya.
3.    Meningkatkan Sosialisasi Anak
Proses sosialisasi dapat terjadi melalui permainan, sebagai
contoh dimana pada usia bayi anak akan merasakan kesenangan
terhadap kehadiran orang lain dan merasakan ada teman yang
dunianya sama, pada usia toddler anak sudah mencoba bermain
dengan sesamanya dan ini sudah mulai proses sosialisasi satu
dengan yang lain, kemudian bermain peran seperti bermain-
main berpura-pura menjadi seorang guru, jadi seorang anak,
menjadi seorang bapak, menjadi seorang ibu dan lain-lain,
kemudian pada usia prasekolah sudah mulai menyadari akan
keberadaan teman sebaya sehingga harapan anak mampu
melakukan sosialisasi dengan teman dan orang lain.
4.    Meningkatkan Kreatifitas
Bermain juga dapat berfungsi dalam peningkatan kreatifitas,
dimana anak mulai belajar menciptakan sesuatu dari permainan
yang ada dan mampu memodifikasi objek yang akan digunakan
dalam permainan sehingga anak akan lebih kreatif melalui
model permainan ini, seperti bermain bongkar pasang , mobil-
mobilan.
5.    Meningkatkan Kesadaran Diri
Bermain pada anak akan memberikan kemampuan pada anak
untuk ekplorasi tubuh dan merasakan dirinya sadar dengan
orang lain yang merupakan bagian dari individu yang saling
berhubungan, anak mau belajar mengatur perilaku,
membandingkan dengan perilaku orang lain.
6.    Mempunyai Nilai Moral Pada Anak
Bermain juga dapat memberikan nilai moral tersendiri kepada
anak, hal ini dapat dijumpai anak sudah mampu belajar benar
atau salah dari budaya di rumah, di sekolah dan ketika
berinteraksi dengan temannya, dan juga ada beberapa permainan
yang memiliki aturan-aturan yang harus dilakukan tidak boleh
dilanggar.
C.    Karakteristik Bermain
Dalam bermain pada anak tidaklah sama dalam setiap usia
tumbuh kembang melainkan berbeda, hal ini dikarenakan setiap
tahap usia tumbuh kembang anak selalu mempunyai tugas-tugas
perkembangan yang berbeda sehingga dalam penggunaan alat
selalu memperhatikan tugas masing-masing umur tumbuh
kembang. Adapun karakteristik dalam setiap tahap usia tumbuh
kembang anak:
a.    Usia 0-1 tahun
Pada usia ini perkembangan anak mulai dapat dilatih dengan
adanya reflex, melatih kerja sama antara mata dan tangan, mata
dan telinga dalam berkoordinasi, melatih mencari objek yang
ada tetapi tidak kelihatan, melatih mengenal asal suara,
kepekaan perabaan, keterampilan dengan gerakan yang
berulang, sehingga fungsi bermain pada usia ini sudah dapat
memperbaiki pertumbuhan dan perkembangan. Jenis permainan
ini permainan yang dianjurkan pada usia ini antara lain: benda
(permainan) aman yang dapat dimasukkan kedalam mulut,
gambar bentuk muka, boneka orang dan binatang, alat
permaianan yang dapat digoyang dan menimbulkan suara, alat
permaian berupa selimut, boneka, dan lai-lain.
b.    Usia 1-2 tahun
Jenis permainan yang dapat digunakan pada usia ini pada
dasarya bertujuan untuk melatih anak melakukan gerakan
mendorong atau menarik, melatih melakukan imajinasi, melatih
anak melakukan kegiatan sehari-hari dan memperkenalkan
beberapa bunyi dan mampu membedakannya. Jenis permainan
ini seperti semua alat permainan yang dapat didorong dan di
tarik, berupa alat rumah tangga, balok-balok, buku bergambar,
kertas, pensil berwarna, dan lain-lain.
c.    Usia 3-6 tahun
Pada usia 3-6 tahun anak sudah mulai mampu
mengembangkan kreati vitasnya dan sosialisasi sehingga sangat
diperlukan permainan yang dapat mengembangkan kemampuan
menyamakan dan membedakan, kemampuan berbahasa,
mengembangkan kecerdasan, menumbuhkan sportifitas,
mengembangkan koordinasi motorik, menegembangkan dan
mengontrol emosi, motorik kasar dan halus, memperkenalkan
pengertian yang bersifat ilmu pengetahuan dan memperkenalkan
suasana kompetensi serta gotong royong. Sehingga jenis
permainan yang dapat dighunakamn pada anak usia ini seperti
benda-benda sekitar rumah, buku gambar, majalah anak-anak,
alat gambar, kertas untuk belajar melipat, gunting, dan air.

D.    Pedoman Keamanan Bermain pada Anak


Menurut Soetjiningsih (1995), agar anak-anak dapat bermain
dengan maksimal, maka diperlukan hal-hal seperti:
a.    Ekstra energy
Untuk bermain diperlukan energi ekstra. Anak-anak yang sakit
kecil kemungkinan untuk melakukan permainan.
b.    Waktu
Anak harus mempunyai waktu yang cukup untuk bermain
sehingga stimulus yang diberikan dapat optimal.
c.    Alat permainan
Untuk bermain alat permainan harus disesuaikan dengan usia
dan tahap perkembangan anak serta memiliki unsur edukatif
bagi anak.
d.    Ruang untuk bermain
Bermain dapat dilakukan di mana saja, di ruang tamu, halaman,
bahkan di tempat tidur.
e.    Pengetahuan cara bermain
Dengan mengetahui cara bermain maka anak akan lebih terarah
dan pengetahuan anak akan lebih berkembang dalam
menggunakan alat permainan tersebut.
f.     Teman bermain
Teman bermain diperlukan untuk mengembangkan sosialisasi
anak dan membantu anak dalam menghadapi perbedaan. Bila
permainan dilakukan bersama dengan orangtua, maka hubungan
orangtua dan anak menjadi lebih akrab.

E.     Kecenderungan Sifat pada Anak


Dalam bermain kita mengenal beberapa sifat bermain pada
anak, diantaranya bersifat aktif dan bersifat pasif, sifat demikian
akan memberikan jenis permainan yang berbeda, dikatakan
bermain aktif jika anak berperan secara aktif dalam permainan,
selalu memberikan rangsangan dan melaksanakannya akan
tetapi jika sifat bermain tersebut adalah pasif, maka anak akan
memberikan respons secara pasif terhadap permainan dan orang
lingkungan yang memberikan respons secara aktif. Melihat hal
tersebut kita dapat mengenal macam-macam dari permainan
diantaranya:
Berdasarkan isinya:
a.    Bermain Afektif Sosial
Hal ini menunjukkan adanya perasaan senang dalam berhungan
dengan orang lain hal ini dapat dilakukan seperti orang tua
memeluk adanya sambil berbicara, bersandung kemudian anak
memberikan respons seperti tersenyum tertawa, bergembira, dan
lain-lain. Sifat dari bermain ini adalah orang lain yang berperan
aktif dan anak hanya berespons terhadap simulasi sehingga akan
memberikan kesenangan dan kepuasan bagi anak.
b.    Bermain Keterampilan
Bermain ini menggunakan objek yang dapat melatih
kemampuan keterampilan anak yang diharapkan mampu untuk
berkreatif dan terampil dalam sebagai hal. Sifat permainan ini
adalah sifat aktif dimana anak selalu ingin mencoba kemampuan
dalam keterampilan tertentu seperti bermain dalam bongkar
pasang gambar, disni anak selalu dipacu untuk selalu terampil
dalam meletakkan gambar yang telahdi bongkar, kemudian
bermain latihan memakai baju dan lain-lain.
c.    Bermain Menyelidiki
Macam bermain ini dengan memberikan sentuhan pada anak
untuk berperan dalam menyelidiki sesuatu atau memeriksa dari
alat permainan seperti mengocok untuk mengetahui isinya dan
permainan ini bersifat aktif pada anak dan dapat digunakan
untuk mengembangkan kemampuan kecerdasan pada anak. Sifat
permainan tersebut harus selalu diberikan stimulasi dari orang
lain agar selalu bertambah dalam kemampuan kecerdasan anak.
Berdasarkan jenis permainan :
a.    Permainan
Permainan ini dapat dilakukan secara sendiri atau bersama
temannya dengan menggunakan beberapa peraturan permainan
seperti permainan ular tangga. Sifatnya adalah aktif, anak akan
memberikan respons kepada temannya sesuai dengan jenis
permaianan dan akan berfungsi memberikan kesenangan yang
dapat mengembangkan perkembangan emosi pada anak.
b.    Permainan yang hanya memperhatikan saja (unoccupied
behaviour)
Pada saat tertentu, anak sering terlibat mondar-mandir,
tersenyum, tertawa, jinjit-jinjit, bungkuk-bungkuk, memainkan
kursi, meja atau apa saja yang ada di sekelilingnya. Anak
melamun, sibuk dengan bajunya atau benda lain. Jadi
sebenarnya anak tidak memainkan alat permainan tertentu dan
situasi atau objek yang ada di sekelilingnya yang digunakan
sebagai alat permainan. Anak memusatkan perhatian pada segala
sesuatu yang menarik perhatiannya. Peran ini berbeda
dibandingkan dengan onlooker, dimana anak aktif mengamati
aktivitas anak lain.
Berdasarkan karakteristik sosial :
a.    Solitary Play
Di mulai dari bayi bayi (toddler) dan merupakan jenis
permainan sendiri atau independent walaupun ada orang lain di
sekitarnya. Hal ini karena keterbatasan sosial, ketrampilan fisik
dan kognitif. Sifatnya adalah aktif akan tetapi bentuk stimulasi
tambahan kurang, karena dilakukan sendiri dalam
perkembangan mental pada anak, kemudian dapat membantu
untuk menciptakan kemandirian pada anak.
b.    Pararel Play
Bermain secara sendiri tetapi di tengah-tengah anak lain yang
sedang bermain akan tetapi tidak ikut dalam kegiatan orang lain.
Sifat dari bermain ini adalah anak aktif secara sendiri tetapi
masih masih dalam satu kelompok, dengan harapan kemampuan
anak dalam menyelesaikan tugas mandiri dalam kelompok
tersebut terlatih dengan baik.
c.    Associative Play
Permainan kelompok dengan tanpa tujuan kelompok. Yang
mulai dari usia toddler dan dilanjutkan sampai usia prasekolah
dan merupakan permainan dimana anak dalam kelompok
dengan aktivitas yang sama tetapi belum terorganisir secara
formal.
d.    Cooperative Play
Suatu permainan yang terorganisir dalam kelompok, ada tujuan
kelompok dan ada memimpin yang di mulai dari usia
prasekolah. Permainan ini dilakukan pada usia sekolah dan
remaja.
e.    Onlooker Play
Anak melihat atau mengobservasi permainan orang lain tetapi
tidak ikut bermain, walaupun anak dapat menanyakan
permainan itu dan biasanya dimulai pada usia toddler.
f.     Therapeutic Play
Merupakan pedoman bagi tenaga tim kesehatan, khususnya
untuk memenuhi kebutuhan fisik dan psikososial anak selama
hospitalisasi. Dapat membantu mengurangi stres, memberikan
instruksi dan perbaikan kemampuan fisiologis (Vessey &
Mohan, 1990 dikutip oleh Supartini, 2004). Permainan dengan
menggunakan alat-alat medik dapat menurunkan kecemasan dan
untuk pengajaran perawatan diri 1pada anak-anak. Pengajaran
dengan melalui permainan dan harus diawasi seperti:
menggunakan boneka sebagai alat peraga untuk melakukan
kegiatan bermain seperti memperagakan dan melakukan
gambar-gambar seperti pasang gips, injeksi, memasang infus
dan sebagainya.
BAB III
PENUTUP

A.   KESIMPULAN
Bermain disimpulkan sebagai kegiatan yang tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan anak sehari-hari karena bermain sama
dengan kerja pada orang dewasa yang dapat menurunkan stress
anak, belajar berkomunikasi dengan lingkungan, menyesuaikan
diri dengan lingkungan belajar mengenal dunia dan
meningkatkan kesejahteraan mental serta sosial anak.
1Anak bermain pada dasarnya agar ia memperoleh kesenangan,
`sehingga tidak akan merasa jenuh. Bermain tidak sekedar
mengisi waktu tetapi merupakan kebutuhan anak seperti halnya
makan, perawatan, dan cinta kasih. Fungsi utama bermain
adalah merangsang perkembangan kesadaran diri,
perkembangan moral dan bermain sebagai terapi (Soetjiningsih,
1995).
B.   Saran
Saat anak sedang bermain, sebaiknya tidak terlepas dari
pengawasan orang tua. Hal tersebut ditekankan agar tidak
terjadinya kecelakaan saat bermain.

DAFTAR PUSTAKA
https://aanfien.wordpress.com/2012/11/10/konsep-bermain-
pada-anak/amp/ diunduh 18 Maret 2020

https://www.google.co.id/amp/s/www.kompasiana.com/amp/
madarinafafa0159/5c9122030b531c5cf5384d57/konsep-
bermain-pada-anak-usia-dini diunduh 18 Maret 2020

Ball, David. 2012. “Risk and Safety.” Berada pada laman


Children’s Play Council website at http://www.ncb.org.uk/cpc.
Diunduh 3 Juli 2012

Musfiroh, Tadkiroatun. 2008. Cerdas Melalui Bermain.


Jakarta : Grasindo.

Tedjasaputra, Mayke S. 2001. Bermain, Mainan, dan


Permainan. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai