KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1
Martinis .Y dan Sanan J. Panduan Pendidikan anak usia dini. (Jakarta: Gaung Persada 2010), h.1
2
Montolalu dkk. Bermain dan Permainan Anak. (Jakarta: Universitas Terbuka 2007), h.1.19
3
Hurlock. E. B.. Psikologi perkembangan. (Alih Bahasa: Istidayanti dan Soedjarwo Edisi kelima.
Jakarta. Erlangga 1078), h. 323
BAB II
PEMBAHASAN
4
Najamuddin A. Membangun karakter anak lewat permainan tradisional daerah Gorontalo.
(Gorontalo: Tadbir 2016 Vol 4), h. 75-76
aktivitas bermain anak dapat memanfaatkan energi berlebih yang anak miliki agar
dapat berguna bagi tubuhnya.
c. Perkembangan Bermain Simbolik
Bermain simbolik merupakan kegiatan bermain yang muncul pada usia pra
operasional dan page yang ditandai dengan bermain dengan menggunakan benda,
menggunakan benda sebagai fungsi lain, memanipulasi benda, dan bermain pura-pura.
Menurut Pieget, kemampuan berpikir simbolik adalah kemampuan untuk berfikir
tentang objek dan peristiwa, walaupun objek dan perisrtiwa tersebut tidak hadir secara
nyata (fisik) di hadapan anak. Empowered Parents melansir, permainan simbolik atau
permainan pura-pura adalah jenis permainan yang melibatkan anak dengan benda-
benda yang biasanya bukanlah mainan. Anak-anak akan menggunakan benda tersebut
untuk mewakili sesuatu yang lain. Bermain simbolik merupakan “puncak” (the
apogge) kegiatan bermain pada anak karena mempunyai beberapa manfaat berkaitan
dengan perkembangan emosi, sosial, dan kognitif (bahasa).
1. Dari segi emosi, anak mempunyai kesempatan untuk melakukan asimiliasi sesuai
dengan kebutuhannya, yaitu melalui transformasi dari keadaan sesungguhnya
menjadi sesuatu yang diinginkan.
2. Dari segi sosial, anak belajar mengembangkan keterampilan untuk memecahkan
berbagai masalah.
3. Dari segi aspek kognitif, bermain simbolik memberikan sumbangan dalam
perkembangan intelektual anak, sebab secara bergantian terjadi asimilasi dan
akomodasi.
d. Perkembangan Bermain Motorik
Perkembangan motorik adalah perkembangan mengontrol gerakan-gerakan
tubuh melalui berbagai kegiatan yang terkoordinasikan antara susunan syaraf pusat,
syaraf, dan otot. Perkembangan motorik anak dibagi menjadi dua yaitu motorik kasar
dan motorik halus.
Motorik kasar adalah gerakan tubuh anak yang membutuhkan koordinasi dan
keseimbangan antar anggota tubuh dengan menggunakan otot-otot besar. Sedangkan
motoric halus adalah gerakan tubuh anak yang menggunakan otot kecil dengan
koordinasi mata hingga tangan.
Cara mengembangkan keterampilan motorik anak yaitu Menyusun balok,
melukis atau menggambar, bermain dengan adonan, bermain bola, menarik dan
mendorong mainan.
Tujuan perkembangan motorik yaitu, mengkaji proses pentahapan kemampuan
gerak, apakah kemampuan gerak anak tersebut sudah sesuai dengan masanya. Fungsi
perkmbangan motorik adalah penguasaan keterampilan yang tergambar tersebut
sesuai dengan masanya.
Proses perkembanan motorik dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu motivasi belajar
anak, pengethauan ibu, lingkungan pengasuhan, teman sebaya, stimulasi, tingkat gizi.
2.4. Bermain dan Perkembangan Kognitif, Bahasa, Sosial, Kreativitas, dan Emosional
Bermain adalah sarana anak untuk belajar mengenal lingkungan dan
merupakan kebutuhan yang paling penting dan mendasar bagi anak khususnya untuk
anak usia dini, melalui bermain anak dapat memnuhi seluruh aspek kebutuhan
perkembangan kognitif, efektif, sosial, emosi, motoric dan Bahasa. Bermain
mempunyai nilai yang penting bagi perkembangan fisik, kognitif, Bahasa, dan soaial
anak, bermain juga bermanfaat untuk memicu kreatifitas, mencerdaskna
otak,menanggulangi konflik, melatih empati, mengasah panca indra, terapi dan
melakukan penemuan.
a. Bermain dan Perkembangan Kognitif
Kognitif merupakan pengetahuan, ingatan, kreativitas, daya piker, serta daya
nalar. Anak usia dini dapat mengenal konsep hanya dengan bermain. Dengan
bermain anka akan dapat lebih mudah menerim akonsep-konsep tersebut dari pada
diajarkan seperti orang dewasa yang sedang belajar. Contoh sederhananya semisal
anak sedang bermain bola, anak dapat mengenal bentuk bola yang sedang si anak
mainkan bagaimana, warna bolanya apa, lebih besar atau lebih kecilkah dengan
bola milik teman lainnya. Bermain dalam perkembangan kognitif juga didukung
oleh montesori yang menyatakan bahwa terdapat empat fakta mendasar bahwa
bermain dapat menstimulasi otak anak.
b. Bermain dan Perkembangan Bahasa
Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan. Tanpa adanya Bahasa
maka tidak akan pernah terjadi interaksi anak antara individu dengan individu,
individu dengan kelompok, maupun kelompok dengan kelompok. Bahasa juga
menjadi pembeda antara manusia dengan makhluk ciptaan Tuhan lainnya.
Perkembangan Bahasa dapat dikembangkan saat anak ingin mengutarakan
keinginannya, mengeluarkan pendapat serta memberi komentar kepada lawan
mainnya. Apabila ada anak yang awalnya diam, ketika diajak bermain dengan
anak seusianya lambat laun ia akan mulai berani berkomunikasi non verbal
walaupun diawali dengan malu-malu.
c. Bermain dan Perkembangan Sosial
Dari kegiatan bermain anak-anak akan saling bersosialisasi dan anak akan
memhami dirinya sendiri dan orang lain. Anak yang mulanya egosentris, setelah
bermain anak dimungkinkan akan mulai sosialis. Egosentris merupakan keadaan
dimana semua benda atau sudut pandang diarahkan menurut presepektif dirinya.
Selain itu bermain juga dapat melatih rasa tanggung jawab anak. Kedisiplinna,
kejujuran serta anak dapat bekerjasama dalam tim.
d. Bermain dan Perkembangan Kreativitas
Anak usia dini merupakan saat yang paling tepat untuk mengembangkan
kreativitas. Oleh karena itu, diperlukan adanya berbagai program permainan dan
pembelajaran yag dapat memelihara dan mengembangkan potensi kreatif anak.
Dengan potensi kreativitas alami yang dimilikinya, anak akan senantiasa
membutuhkan aktivitas yang syarat dengan ide kreatif. Contohnya, seorang bayi
akan mencoba meraih benda yang ada disekitarnya, kemudian memasukan benda-
benda tersebut ke mulutnya. Dengan cara itulah bayi akan belajar mengenal dan
membedakan benda. Semakin bertambah usianya, semakin terampil menggunakan
berbagai perangkat yang lebih lengkap untuk mempelajari dan menghasilkan
sesuatu, bersamaan dengna itu minat dan kreativitas juga mulai berkembang
secara perlahan.
e. Bermain dan perkembangan emosional
Perkembangan emosional anak usia dini menyangkut seluruh aspek
pengembangan dan mereka cenderung mengekspresikan emosinya dengan bebas.
Pada masa ini anak telah dapat berpartisipasi dan mengambil inisiatif dalam
kegiatan fisik. Metode yang dapat digunakan untuk mengendalikan emosional
anak dengan metode bermain kolaboratif atau kelompok. Karena dalam metode
tersebut anak akan diajarkan untuk bekerja sama dalam mencapai sesuatu tujuan
bersama. Dalam bermain kelompok anak juga akan diajarkan untuk bertukar
pendapat, saling menghargai dan akan diajarkan untuk bertanggung jawab.