Anda di halaman 1dari 18

TUGAS PROPOSAL TENTANG TERAPI BERMAIN SUPPORTING PLAY

DISUSUN OLEH :

1. IZAM AWILDA
2. SURYA ARIF HASBULLAH
3. JIHAN FADILA
4. SITI HALIMAH
5. LULU FITRIATUL NISAH
6. LUSI YUSRITI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MATARAM PRODI S1


KEPERWATAN

TAHUN AJARAN 2022/2023


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anak adalah sebagai individu yang unik dan mempunyai kebutuhan sesuai dengan
tahap perkembangan, bukan ordes mini, juga bukan merupakan harta atau kekayaan orang
tua yang dapat dinilai secara sosial ekonomi, melainkan masa depan bangsa yang berhak
atas pelayanan kesehatan secara individual. Anak membutuhkan lingkungan yang dapat
memfasilitasi dalam memenuhi kebutuhan dasarnya dan untuk belajar mandiri. Anak
sebagai orang atau manusia yang mempunyai pikiran, sikap, perasaan dan minat yang
berbeda dengan orang dewasa dengan segala keterbatasan.
Bagi anak bermain merupakan seluruh aktivitas anak termasuk bekerja,
kesenangannya dan merupakan metode bagaimana mereka mengenal dunia. Bermain
tidak sekedar mengisi waktu, tetapi merupakan kebutuhan anak seperti halnya makanan,
perawatan, cinta kasih, dll. Bermain adalah unsur yang penting untuk perkembangan anak
baik fisik, emosi, mental, intelektual, kreativitas dan sosial.
Bermain merupakan aspek penting dari perkembangan anak, dan memberikan anak
kesempatan untuk belajar dan tumbuh. Manfaat bermain telah terdokumentasi dengan
baikdan penelitian menunjukkan bahwa bermain dapat meningkatkan perkembangan
kognitif, sosial, emosional, dan fisik anak-anak. Namun, banyak anak saat ini tidak
mendapatkan waktu bermain yang cukup, bahkan ada yang tidak mendapatkan waktu
bermain sama sekali.
Beberapa ahli mengatakan bahwa bermain pada anak merupakan sarana untuk belajar.
Bermain dan belajar untuk anak merupakan suatu kesatuan dan suatu proses yang terus
menerus terjadi dalam kehidupannya. Bermain merupakan tahap awal dari proses belajar
pada anak yang dialami hampir semua orang. Melalui kegiatan bermain yang
menyenangkan, seorang anak berusaha untuk menyelidiki dan mendapatkan pengalaman
yang banyak. Baik pengalaman dengan dirinya sendiri, orang lain maupun dengan
lingkungan di sekitarnya. Melalui bermain anak dapat mengorganisasikan berbagai
pengalaman dan kemampuan kognitifnya dalam upaya menyusun kembali gagasan yang
cemerlan
1.2 Tujuan

1. TujuanUmum

Tujuan umum dari proposal ini adalah untuk mengetahui permainan yang mendukung
tumbuh kembang anak mengembangkan aktifitas dan kreatifitas melalui pengalaman bermain
dan beradaptasi efektif terhadap stress karena penyakit dan dirawat.

2. TujuanKhusus

1) Untuk mengetahui krateristik bermain pada anak


2) Untuk membekali pendidik anak usia dini dengan pengetahuan dan keterampilan
tentang pentingnya bermain dalam tumbuh kembang anak.
3) Mengembangkan kegiatan berbasis bermain dan belajar untuk anak-anak di rumah
maupun di sekolah.
4) Mengurangi tingkat kecemasan pada anak
5) meningkatkan kratifitas pada anak
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PengertianBermain
Bermain merupakan aktivitas utama bagi anak. Bermain bagi anak merupakan media
belajar dan kegiatan yang memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan. Dengan bermain
anak mengenali kelebihan dan kekurangan dirinya. Bahkan ketika anak sakit aktivitas
bermain tetap menjadi kegiatan yang menyenangkan.
Bermain adalah kegiatan yang menyenangkan yang melibatkan anak-anak kecil untuk
kepentingannya sendiri, dengan cara mereka sendiri. Melalui bermain, anak-anak belajar
bagaimana sesuatu bekerja dan apa yang dapat mereka lakukan. Bermain dengan orang lain
dan terlibat dalam permainan pura-pura membantu anak-anak memahami situasi sosial,
mengembangkan keterampilan bahasa dan sosial.
Bermain merupakan suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk memperoleh
kesenangan, tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Ada orang tua yang berpendapat bahwa
anak yang terlalu banyak bermain akan membuat anak menjadi malas bekerja dan bodoh.
Anggapan ini kurang bijaksana, karena beberapa ahli psikolog mengatakan bahwa permainan
sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan jiwa anak
Bermain menurut Hughes, seorang ahli perkembangan anak dalam bukunya children,
play, and development, mengatakan bahwa permainan merupakan hal yang berbeda dengan
belajar dan bekerja. Suatu kegiatan bermain harus ada lima unsur di dalamnya antara lain:
Mempunyai tujuan yakni untuk mendapatkan kepuasan, Memilih dengan bebas atas
kehendak sendiri tidak ada yang menyuruh ataupun memaksa, Menyenangkan dan dapat
menikmati, Menghayal untuk mengembangkan daya imajinatif dan kreativitas, Melakukan
secara aktif dan standar

2.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Bermain


a. Kesehatan
Semakin sehat anak, semakin banyak energinya untuk bermain aktif, seperti
permainan dan olah raga. Anak yang kekurangan tenaga lebih menyukai hiburan.
b. Perkembangan motorik
Permainan anak pada setiap usia melibatkan koordinasi motorik. Apa saja yang
dilakukan dan waktu bermainnya bergantung pada perkembangan motorik anak.
c. Intelegensi
Pada setiap usia anak, anak yang pandai lebih aktif ketimbang yang kurang pandai
dan permainan mereka lebih menunjukkan kecerdasan. Anak yang pandai
menunjukkan keseimbangan perhatian bermain yang besar, termasuk upaya
menyeimbangkan faktor fisik dan intelektual yang nyata.
d. Jenis kelamin
Pada masa awal kanak-kanak, anak laki-laki menunjukkan perhatian pada berbagai
jenis permainan yang lebih banyak ketimbang perempuan, tetapi sebaliknya terjadi
pada akhir masa kanak-kanak.
2.3 Fungsi Bermain
a. Membantu Perkembangan Sensorik dan Motorik
Fungsi bermain pada anak ini adalah dapat dilakukan dengan melakukan rangsangan
pada sensorik dan motorik melalui rangsangan ini aktifitas anak dapat
mengeksplorasikan alam sekitarnya sebagai contoh bayi dapat dilakukan rangsangan
taktil, audio dan visual melalui rangsangan ini perkembangan sensorik dan motorik
akan meningkat. Hal tersebut dapat dicontohkan sejak lahir anak yang telah
dikenalkan atau dirangsang visualnya maka anak di kemudian hari kemampuan
visualnya akan lebih menonjol seperti lebih cepat mengenal sesuatu yang baru
dilihatnya.
b. Membantu Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif dapat dirangsang melalui permainan. Hal ini dapat terlihat
pada saat anak bermain, maka anak akan mencoba melakukan komunikasi dengan
bahasa anak, mampu memahami obyek permainan seperti dunia tempat tinggal,
mampu membedakan khayalan dan kenyataan, mampu belajar warna, memahami
bentuk ukuran dan berbagai manfaat benda yang digunakan dalam
permainan,sehingga fungsi bermain pada model demikian akan meningkatkan
perkembangan kognitif selanjutnya.
c. Meningkatkan Sosialisasi Anak
Proses sosialisasi dapat terjadi melalui permainan, sebagai contoh dimana pada usia
bayi anak akan merasakan kesenangan terhadap kehadiran orang lain dan merasakan
ada teman yang dunianya sama, pada usia toddler anak sudah mencoba bermain
dengan sesamanya kemudian bermain peran seperti bermain-main berpura-pura
menjadi seorang guru, jadi seorang anak, kemudian pada usia prasekolah sudah mulai
menyadari akan keberadaan teman sebaya sehingga harapan anak mampu melakukan
sosialisasi dengan teman dan orang.
4. Meningkatkan Kreatifitas
Bermain juga dapat berfungsi dalam peningkatan kreatifitas, dimana anak mulai
belajar menciptakan sesuatu dari permainan yang ada dan mampu memodifikasi objek
yang akan digunakan dalam permainan sehingga anak akan lebih kreatif melalui
model permainan ini, seperti bermain bongkar pasang mobil-mobilan.
5. Meningkatkan Kesadaran Diri
Bermain pada anak akan memberikan kemampuan pada anak untuk ekplorasi tubuh
dan merasakan dirinya sadar dengan orang lain yang merupakan bagian dari individu
yang saling berhubungan, anak mau belajar mengatur perilaku, membandingkan
dengan perilaku orang lain.
2.4 Macam - Macam Bermain
a. Bermain aktif
Pada permainan ini anak berperan secara aktif, kesenangan diperoleh dari apa yang
diperbuat oleh mereka sendiri. Bermain aktif meliputi :
 Bermain mengamati/menyelidiki (Exploratory Play)
adalah memeriksa alat permainan tersebut, memperhatikan, mengocok-ocok
apakah ada bunyi, mencium, meraba, menekan dan kadang-kadang berusaha
membongkar.
 Bermain konstruksi (Construction Play)
Pada anak umur 3 tahun dapat menyusun balok-balok menjadi rumah-rumahan.
 Bermain drama (Dramatic Play)
Misalnya adalah bermain sandiwara boneka
 Bermain fisik
Misalnya bermain bola, bermain tali dan lain-lain.
b. Bermain pasif
Pada permainan ini anak bermain pasif antara lain dengan melihat dan mendengar.
Permainan ini cocok apabila anak sudah lelah bernmain aktif dan membutuhkan
sesuatu untuk mengatasi kebosanan dan keletihannya. Misalnya adalah
 memberikan dukungan
 menonton TV
2.5 Prinsip dalam Aktivitas Bermain
Menurut Soetjiningsih , agar anak-anak dapat bermain dengan maksimal, maka
diperlukan hal-hal seperti:
a. Ekstra energi, untuk bermain diperlukan energi ekstra. Anak-anak yang sakit kecil
kemungkinan untuk melakukan permainan.
b. Waktu, anak harus mempunyai waktu yang cukup untuk bermain sehingga stimulus
yang diberikan dapat optimal.
c. Alat permainan, untuk bermain alat permainan harus disesuaikan dengan usia dan
tahap perkembangan anak serta memiliki unsur edukatif bagi anak.
d. Ruang untuk bermain, bermain dapat dilakukan di mana saja, di ruang tamu,
halaman, bahkan di tempat tidur.
e. Pengetahuan cara bermain, dengan mengetahui cara bermain maka anak akan lebih
terarah dan pengetahuan anak akan lebih berkembang dalam menggunakan alat
permainan tersebut.
f. Teman bermain, teman bermain diperlukan untuk mengembangkan sosialisasi anak
dan membantu anak dalam menghadapi perbedaan. Bila permainan dilakukan
bersama dengan orangtua, maka hubungan orangtua dan anak menjadi lebih akrab.

2.6 Klasifikasi Bermain


1. Menurut isi permainan
a. Social Affektif Play
Inti permainan ini adalah adanya hubungan interpersonal yang menyenangkan
antara anak dan orang lain. Misalnya, bayi akan mendapatkan kesenangan dan
kepuasan dari hubungan yang menyenangkan dengan orang tuanya dan/atau orang
lain.
b. Sense Pleasure Play ( bermain untuk bersenang-senang )
Permainan ini menggunakan alat yang dapat menimbulkan rasa senang pada anak
dan biasanya mengasyikkan. Misalnya, dengan menggunakan pasir, anak akan
membuat gunung-gunungan atau benda-benda apa saja yang dapat dibentuknya
dengan pasir .
c. Skill Play
Sesuai dengan sebutannya, permainan ini akan meningkatkan ketrampilan anak,
khususnya motorik kasar dan halus. Misalnya, bayi akan terampil memegang
benda-benda kecil, memindahkan benda dari satu tempat ke tempat yang lain, dan
anak akan terampil naik sepeda
e. Dramatik Role Play / bermain Dramatik/ Simbolik
Macam bermain ini dapat dilakukan anak dengan mencoba melakukan berpura-
pura dalam berpeilaku seperti anak memperankan sebagai orang dewasa, seorang
ibu dan guru dalam kehidupan sehari-hari.
F. Permainan/Game
Games atau permainan adalah jenis permainan yang menggunakan alat tertentu
yang menggunakan perhitungan dan/atau skor. Permainan ini bisa dilakukan oleh
anak sendiri dan/ atau dengan temannya.
2. Menurut Karakteristik Sosial
a. Bermain Anlooker / mengamati
Pada jenis permainan ini, anak hanya mengamati temannya yang sedang bermain,
tanpa ada inisiatif untuk ikut berpartisipasi dalam permainan. Jadi, anak tersebut
bersifat pasif, tetapi ada proses pengamatan terhadap permainan yang sedang
dilakukan temannya.
b. Solitary/ mandiri
Anak bermain sendiri. Menyukai kehadiran orang lain tapi tidak ada usaha untuk
mendekat atau berbicara. Hanya terpusat pada aktivitas/ permainanya sendiri.
c. Paralel Play
Pada permainan ini, anak dapat menggunakan alat permainan yang sama, tetapi
antara satu anak dengan anak lainnya tidak terjadi kontak satu sama lain sehingga
antara anak satu dengan anak lain tidak ada sosialisasi satu sama lain. Biasanya
permainan ini dilakukan oleh anak usia toddler.
d. Asosiasi Play
Pada permainan ini sudah terjadi komunikasi antara satu anak dengan anak lain,
tetapi tidak terorganisasi, tidak ada pemimpin atau yang memimpin permainan,
dan tujuan permainan tidak jelas.
e. Kooperatif Play
Aturan permainan dalam kelompok tampak lebih jelas pada permainan jenis ini,
juga tujuan dan pemimpin permainan. Anak yang memimpin permainan mengatur
dan mengarahkan anggotanya untuk bertindak dalam permainan sesuai dengan
tujuan yang diharapkan dalam permainan tersebut..
2.7 Perkembangan Bermain
a. Unoccupied behaviour
Anak mengamati kejadian (mengamati temannya bermain) akan tetapi anak tersebut
tidak terlibat dalam permaian tersebut. Pada saat tertentu, anak sering terlibat mondar-
mandir, tersenyum, tertawa, jinjit-jinjit, bungkuk-bungkuk, memainkan kursi, meja atau
apa saja yang ada di sekelilingnya. Anak melamun, sibuk dengan bajunya atau benda
lain. Jadi sebenarnya anak tidak memainkan alat permainan tertentu dan situasi atau
objek yang ada di sekelilingnya yang digunakan sebagai alat permainan. Anak
memusatkan perhatian pada segala sesuatu yang menarik perhatiannya.
b. Solitary Play
Anak sibuk bermain sendiri, tidak memperhatikan kehadiran anak-anak lain di
lingkungan sekitarnya.
c. On Looker Play
Anak mengamati teman-temannya bermain, tampak ada minat yang semakin besar
terhadap kegiatan tersebut.
d. Pararel Play
Dua anak atau lebih bermain dengan jenis alat permainan yang sama dan melakukan
gerakan/ kegiatan yang sama.
Contohnya : Bermain mobil-mobilan dan balok-balokan
e. Assosiate Play
Ada interaksi antara anak yang bermain, saling bertukar alat permaian, tidak ada
keterlibatan kerjasama. Contohnya : Menggambar
f. Cooperative Play
Adanya kerjasama/ pembagian tugas dan pembagian peran antara anakanak yang terlibat
dalam permainan untuk mencapai satu tujuan tertentu. Contohnya : Bermain dokter-
dokteran, membuat balok-balok bersama.
g. Therapeutic Play
Merupakan pedoman bagi tenaga tim kesehatan, khususnya untuk memenuhi kebutuhan
fisik dan psikososial anak selama hospitalisasi. Dapat membantu mengurangi stres,
memberikan instruksi dan perbaikan kemampuan fisiologis . Permainan dengan
menggunakan alat-alat medik dapat menurunkan kecemasan dan untuk pengajaran
seperti: menggunakan boneka sebagai alat peraga untuk melakukan kegiatan bermain
seperti memperagakan dan melakukan gambar-gambar seperti pasang gips, injeksi,
memasang infus dan sebagainya.
2.8 Bentuk-bentuk Permainan
Bentuk Terapi Mainan Menurut usia, sebagai berikut:
a. Anak usia 2-3 tahun
Bermain boneka, kegiatan belajar, melemparkan dan memungut benda-benda (seperti
bola) serta memasukkan atau mengeluarkan benda-benda dari tempatnya.
b. Anak usia 3-4 tahun
Bermain puzzel, balon, musik, bercerita, bermain game sederhana, belajar bermain
kelompok dengan pengawasan orang dewasa, permainan pura-pura memasak,
membersihkan, menjadi dokter, perawat dan lain-lain.
c. Anak usia 4-5 tahun
Bermain game, menyobek, memotong dengan gunting, buku bergambar, menggunakan
kertas dibuat boneka, topeng dan perahu, memiliki mainan sendiri, mainan musik (drum),
berfantasi, berimajinasi dan menggambar.
d. Anak usia 5-6 tahun
Menangkap bola, membuat gambar segiempat, mengenal angka dan huruf serta berhitung
dan berpakaian sendiri tanpa bantuan

2.9 Terapi Bermain Di Rumah Sakit


a. Prinsip Bermain Di Rumah Sakit
1) Tidak banyak energi, singkat dan sederhana.
2) Tidak mengganggu jadwal kegiatan keperawatan dan medis.
3) Tidak ada kontra indikasi dengan kondisi penyakit pasien.
4) Permainan harus sesuai dengan tahap tumbuh kembang pasien.
5) Jenis permainan disesuaikan dengan kesenangan anak.
6) Permainan melibatkan orang tua untuk melancarkan proses kegiatan.
b. Rencana Bermain
Permainan yang kita lakukan adalah menggunakan Menara Donat. Setiap Anak akan
mendapat satu Menara Donat, anak bisa duduk, dan bermain dengan mahasiswa.
Kemudian leader memimpin jalannya permainan dengan menginstruksikan ibu agar
mendukung dalam kegiatan sehingga anak bisa tenang dan kooperatif dalam permainan.
Co-leader, fasilitator, observer melakukan tugas masing-masing.
c. Jenis permainan
Jenis permainan yang digunakan yaitu Menara Donat. Menara Donat adalah jenis
permainan yang menggunakan Menara yang disusun oleh beberapa donat mainan
d. Keuntungan Bermain
Keuntungan-keuntungan yang didapat dari bermain menyusun menara donat, antara
lain: melatih motorik halus dan kasar, meatih kesabaran, emosi dan ketelitian. Anak dapat
mengenal bentuk dan warna, merangsang kreatifitas dan meningkatkan daya konsentrasi.
e. Hambatan Yang Mungkin Muncul
1) Usia antar pasien tidak dalam satu kelompok usia.
2) Pasien tidak kooperatif atau tidak antusias terhadap permainan.
3) Orang tua tidak mendukung
4) Adanya jadwal kegiatan pemeriksaan terhadap pasien pada waktu yang bersamaan
f. Antisipasi hambatan
1) Mencari pasien dengan kelompok usia yang hampir sama.
2) Pendekatan kepada anak lebih ditingkatkan
3) Libatkan orang tua dalam proses terapi bermain.
4) Jika anak tidak kooperatif, ajak anak bermain secara perlahan-lahan.
5) Membatasi waktu bermain
6) Kolaborasi jadwal kegiatan pemeriksaan pasien dengan tenaga kesehatan lainnya.

2.10 Konsep Terapi Bermain Menara Donat


a. Pengertian menara donat
Menara Donat adalah permainan yang terdiri dari beberapa donat warna-warni yang
dapat disusun menjadi sebuah menara. Terdiri dari donat ukuran kecil hingga ukuran
besar
Menyusun ring donat dari yang besar paling bawah dan berurutan ukurannya semakin
keatas semakin kecil ring donat nya hingga membuat menara yang bagus, permainan ini
dinamakan menara donat pelangi karena bentuk ring nya bulat seperti kue donat, dan
berwarna warni seperti warna pelangi. Terbuat dari kayu pilihan, pengerjaan dengan cara
dibubut sehingga hasilnya sangat presisi, setiap ring donat ada lubang ditengahnya yang
berfungsi untuk memasukkan ring ke tiang pada base permainan.
b. Manfaat Menara Donat
Menurut Afriani , adapun beberapa manfaat yang bisa diambil dari bermain menara donat
adalah sebagai berikut :
1) Mengenal bentuk dan warna
2) Melatih kemampuan motorik halus
3) Merangsang kreatifitas
4) Meningkatkan daya konsentrasi
5) Melatih kesabaran
c. Alat yang di perlukan untuk bermain
Menara Donat Untuk bermain dibutuhkan Menara yang disusun dari beberapa donat
(Afriani).
d. Cara Bermain dengan Menara Donat
Permainan Menyusun Donat cara memainkannya pertama-tama dengan melepas setiap
donat dan kemudian disusun kembali sesuai besar donatnya. Latih anak untuk menyusun
berdasarkan ukrannya. Berikan pujian jika anak berhasil melakukannya (Afriani).
SATUAN ACARA KEGIATAN

TERAPI BERMAIN MENARA DONAT

Judul: Terapi bermain "Menara Donat"

Tanggal pelaksanaan: Kamis, 06 April 2023

Waktu : 09.00 WITA

Tempat : Ruang Mandalika anak RSUD Lombok Utara

A. Peserta
Untuk kegiatan ini peserta yang dipilih adalah pasien di Ruang shofa anak yang memenuhi
kriteria:
1) Anak usia 1-2 tahun.
2) Anak dalam kondisi baik / cukup baik.
3) Tidak mempunyai keterbatasan fisik.
4) Dapat berinteraksi dengan perawat dan keluarga.
5) Pasien kooperatif
B. Sarana dan Media
1. Sarana:
a. Ruangan tempat bermain
b. Karpet/tikar untuk anak dan orang tua.
2. Media:
- Menara donat
3. Metode :
a. Ceramah
b. Demontrasi
c. Redemonstrasi
C. Aturan Bermain
1) Anak dikumpulkan dalam beberapa lingkaran.
2) Masing-masing anak fokus terhadap menara donat atau permainan yang ada di
hadapannya.
3) Memberikan kesempatan anak untuk bermain menara donat yang ada.
4) Anak tidak boleh berebut mainan. Masing-masing anak akan diberikan menara donat
untuk belajar berinteraksi.
D. Pengorganisasisan
Jumlah Leader 1 orang, Co-leader 1 orang, Fasilitator 3 orang dan 1 observer orang dengan
susunan sebagai berikut:
1) Leader :
2) Co-leader :
3) Observer :
4) Fasilitator :
E. Deskripsi Tugas
1. Leader
1) Memimpin jalannya acara.
2) Membuka pertemuan.
3) Mengatur setting tempat.
4) Menutup kagiatan bermain
2. Co - Leader
1) Membantu tugas dari leader.
2) Menggantikan posisi leader bila diperlukan.
3. Fasilitator
1) Sebagai pemandu jalannya acara.
2) Sebagai tempat bertanya leader dan co-leader tentang kegiatan yang akan dilakukan.
3) Memberi petunjuk dalam acara supaya berlangsung baik.
4. Observer
1) Mengobservasi jalannya acara.
2) Memberi penilaian.
3) Memberi saran dan kritik setelah acara selesai.
4) Mengevaluasi dan umpan balik kepada leader dan co-leader.

F. Strategi Kegiatan

NO WAKTU KEGIATAN PESERTA

1. 5 Menit Pembukaan  Menjawab salam


1. Membuka kegiatan dengan  Mendengarkan
mengucapkan salam  Memperhatikan
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan tujuan dan
terapi bermain menyusun
menara donat
4. Menjelaskan alat yang akan
dijadikan media
5. Konrak waktu anak dengan
orang tua
2. 25 Menit Pelaksanaan :  Memperhatikan
1. Menjelaskan tata cara  Bertanya
pelaksanaan terapi bermain  Antusias saat
mewarna kepada anak menerima peralatan
2. Memberikan kesempatan  Mulai menyusun
kepada orang tua untuk donat donat menjadi
bertanya jika belum jelas menara
3. Menanyakan kepada anak  Menjawab
mau bermain atau tidak pertanyaan
4. Membagikan permainan atau
 Mendengarkan
mempersilahkan anak untuk
 Gembira
bermain
5. Fasilitator mendampingi anak
dalam bermain
6. Memberitahu kepada orang
tua bahwa waktu yang
diberikan telah selesai
7. Memberikan pujian terhadap
anak yang mampu menyusun
menara donat
3. 10 Menit Evaluasi :  Menceritakan
1. Meminta orang tua  Gembira
mendampingi anak dalam  Gembira
mengmukakan perasaannya
usai bermain
2. Mengapresiasi nama anak
yang dapat menyusun menara
donat dengan baik
3. Memberikan motivasi dan
pujian kepada seluruh
perserta
4. 5 Menit Terminasi:  Gembira
1. Memberikan hadiah kepada  Gembira
seluruh anak yang telah  Mendengarkan
mengikuti program terapi  Menjawab salam
bermain
2. Mengucapkan terima kasih
kepada anak dan orang tua
3. Mengucapkan salam penutup

G.Kriteria evaluasi
1. Evaluasi struktur yang diharapkan
 Alat-alat yang digunakan lengkap.
 Pengorganisasian penyelenggaraan terapi dilakukan sebelumnya
 Kegiatan yang direncanakan dapat terlaksana.
2. Evaluasi proses yang diharapkan
 Terapi dapat berjalan dengan lancar.
 Anak dapat mengikuti terapi bermain dengan baik.
 Tidak adanya hambatan saat melakukan terapi.
 Semua anggota kelompok dapat bekerja sama dan bekerja sesuai tugasnya.
3. Evaluasi hasil yang diharapkan
 Anak mengerti konsep angka dan dapat menghitung sampai dengan
 Anak merasa senang dan teribur dengan permainan menara donat.
DAFTAR PUSTAKA

Adriana, Dian .(2011). Tumbuh Kembang dan Terapi Bermain Pada Anak. Jakarta : Salemba
Medika Hidayat, Aziz Alimul .(2005). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta :
Salemba Medika

Markum, dkk. 1990.Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, EGC : Jakarta

Soetjiningsih, 1995,Tumbuh Kembang Anak, EGC : Jakarta

Erlita, dr. (2006). Pengaruh Permainan pada Perkembangan Anak. Terdapat pada : http://info.
balitacerdas.com. Diakses pada tanggal 21 Desember 2009

Nanny, Vivian. 2011. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta : Salemba Medika

Foster and Humsberger, 1998, Family Centered Nursing Care of Children. WB sauders
Company, Philadelpia USA

Anda mungkin juga menyukai